Infeksi PDF
Infeksi PDF
SKRIPSI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Far)
ii
iii
iv
ABSTRAK
Nama
Program Studi
Judul
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyakit kedua tersering setelah infeksi
saluran napas atas. Uji resistensi dan sensitivitas dilihat dari hasil pemeriksaan
zona hambat bakteri terhadap antibiotic Ceftriaxone dan Ciprofloxacin,
belakangan ini menunjukkan adanya peningkatan resistensi bakteri penyebab
infeksi saluran kemih terhadap golongan chephalosporins dan fluoroquinolones
khususnya terhadap Ceftriaxone dan Ciprofloxacin. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui pola spesies bakteri yang ditemukan pada penderita ISK di RSUP
Fatmawati. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional
dan dianalisis menggunakan Uji statistic Chi-Square. Dari 350 Kultur Positif, 213
diantaranya adalah penderita ISK dan diperoleh 106 pasien yang masuk dalam
criteria inklusi. Bakteri penyebab ISK terbanyak adalah Escherichia coli (58,5%),
disusul oleh Klebsiella pneumonia (13,2%), Pseudomonas aeruginosa (5,7%) dan
Enterobacter aerogenes (4,7%). Hasil uji resistensi dan sensitivitas pada setiap
bakteri berbeda-beda. Sebagian besar bakteri telah resisten terhadap Ceftriaxone
dan Ciprofloxacin. Resistensi bakteri tertinggi terhadap antibiotic Ceftriaxone
yaitu bakteri Klebsiella pneumonia, Citrobacter koserii, Acinetobacter baumanii,
Pseudomonas
luteola,
Enterobacter
cloacae,
Serratia
marcescens,
Staphylococcus epidermidis, dan Staphylococcus saprophyticus. Resistensi bakteri
tertinggi terhadap antibiotik Ciprofloxacin yaitu dengan persentase pada bakteri
Enterobacter aerogenes, Acinetobacter baumanii, Klebsiella ozaenae, Raoultella
ornithynolytica, Morganella morganii dan Staphylococcus saprophyticus, tetapi
pola bakteri yang dihasilkan tidak dapat mewakili kelompoknya pada hasil
penelitian, karena jumlah per kelompok sangat sedikit, kemungkinan antibiotik
ciprofloxacin ini belum bisa direkomendasikan pada pengobatan ISK yang secara
klinis
vi
ABSTRACT
Name
Program Study
: Farmacy
Title
Urinary tract infection ( UTI ) is the second most common disease after upper
respiratory tract infection . Test of resistance and sensitivity seen from the results
of bacterial inhibition zone against antibiotic Ceftriaxone and Ciprofloxacin ,
recently showed an increase in resistance to the bacteria that cause urinary tract
infections to the class of fluoroquinolones chephalosporins and particularly to
Ceftriaxone and Ciprofloxacin . The purpose of this study to determine patterns of
species of bacteria found in patients with UTI in Fatmawati . The method used in
this study is cross- sectional and were analyzed using Chi - Square test statistic .
Of the 350 positive cultures , 213 of them were UTI patients and obtained 106
patients included in the inclusion criteria . Most bacteria that cause UTI was
Escherichia coli (58.5%), followed by Klebsiella pneumoniae (13.2%),
Pseudomonas aeruginosa (5.7%) and Enterobacter aerogenes (4.7%) . Resistance
and sensitivity test results at each different bacteria . Most of the bacteria were
resistant to Ceftriaxone and Ciprofloxacin . Highest bacterial resistance to the
antibiotic Ceftriaxone is bacteria Klebsiella pneumonia , Citrobacter koserii ,
Acinetobacter baumanii , Pseudomonas luteola , Enterobacter cloacae , Serratia
marcescens , Staphylococcus epidermidis , and Staphylococcus saprophyticus .
Highest bacterial resistance to the antibiotic Ciprofloxacin is Enterobacter
aerogenes , Acinetobacter baumanii , Klebsiella ozaenae , Raoultella
ornithynolytica , Morganella morganii and Staphylococcus saprophyticus , but the
pattern of the resulting bacteria can not represent the group on the results of the
study , as the number per group is very slight , the possibility of the antibiotic
ciprofloxacin can not be recommended in the treatment of UTI is clinically
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untu mencapai gelar Sarjana
Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi
saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima
kasih kepada:
1) Ibu Dr Delina Hasan,M.Kes,Apt selaku pembimbing pertama dan Ibu
dr.Anti Dharmayanti Sp.PK selaku pembimbing kedua, yang memiliki
andil besar dalam proses penelitian, semoga segala bantuan dan bimbingan
ibu dan bapak mendapat imbalan yang lebih baik di sisi-Nya
2) Pihak Laboratorium Mikrobiologi Patologi Klinik RSUP Fatmawati yang
telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang diperlukan
peneliti.
3) Bapak Prof Bapak Prof. DR. dr. M.K Tadjudin, Sp. And, selaku Dekan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4) Bapak Drs. Umar Mansur, M. Sc, Apt, selaku Ketua Program studi
Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
5) Ibu zilhadia, M.si, Apt selaku penasehat akademik Program studi Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
6) Bapak dan Ibu staf pengajar dan karyawan yang telah memberikan
bimbingan dan bantuan selama saya menempuh pendidikan di Program
Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
viii
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...
HALAMAN PERNYATAAN ORISISNALITAS
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...
HALAMAN PENGESAHAN.
ABSTRAK...
ABSTRACT ....
KATA PENGANTAR.
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH....
DAFTAR ISI....
DAFTAR TABEL
DAFTRAR ISTILAH..
DAFTAR LAMPIRAN...
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
x
xi
xiii
xiv
xv
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah...
1.3 Pertanyaan Penelitian..
1.4 Tujuan Penelitian...
1.5 Manfaat Penelitian..
1.6 Justifikasi
1.7 Ruang Lingkup...
1.8 Hipotesis..
1
3
4
4
4
5
5
5
6
6
6
8
8
8
9
9
9
10
10
13
13
13
17
17
17
17
xi
18
18
18
18
19
19
19
19
19
20
23
24
24
24
24
25
26
29
29
30
32
34
35
43
43
44
45
50
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Karkteristik Dignosis Subjek Penelitian 29
Tabel 2. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin.. 30
Tabel 3. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia............. 30
Tabel 4. Distribusi Subjek terhadap Antibiotik... 31
Tabel 5. Distribusi Subjek Berdasarkan Bakteri Penyebab ISK.. 31
Tabel 6. Hasil Diagnosis Hubungan antara Penyakit Terkait dan Penyakit
Penyerta Pada ISK dengan Jenis Kelamin..... 32
Tabel 7. Hasil Diagnosis Hubungan antara Penyakit Terkait dan Penyakit
Penyerta Pada ISK denganUsia......... 33
Tabel 8. Pola Kepekaan Bakteri terhadap Antibiotik Ceftriaxone
dan Ciprofloxacin.. 34
xiii
DAFTAR ISTILAH
BA
: Bioavailabilitas
BHI
BPH
CFU
CHF
CKD
EMB
: Eosin-metilen biru
ISK
IVP
: Urogram Intravena
PBPs
: Penicillin-binding protein
PP
: Protein Plasma
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kerangka Konsep.. 50
Lampiran 3. Skema Pengambilan Data.
51
56
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi di sepanjang
Menurut hasil penelitian Rita Endriani et.al pada tahun 2008 mengatakan
bahwa persentase pola resistensi terhadap antibiotik ceftriaxone cukup tinggi
mencapai 62,50% begitu pula terhadap antibiotik ciprofloxacin yang mencapai
70,59%. Namun hal ini berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Yakubu Mava pada tahun 2011 mengatakan bahwa, di Nigeria sensitivitas bakteri
umumnya lebih tinggi terhadap ceftriaxone mencapai 89,2% sedangkan
ciprofloxacin mencapai 86,2% oleh karena itu pola bakteri terhadap ceftriaxone
dan ciprofloxacin perlu dilakukan penelitian kembali khususnya di RSUP
Fatmawati.
Pada institusi pelayanan kesehatan yang besar, ada kecenderungan lebih
banyak obat yang resisten terhadap bakteri. Infeksi yang didapat ketika dirawat di
rumah sakit akan memperpanjang perawatan di rumah sakit sehingga dapat
meningkatkan biaya perawatan (Kee,1996). Karena itu pengetahuan tentang
resistensi sangat penting agar penggunaan antibiotik menjadi lebih rasional.
1.2
Rumusan Masalah
Infeksi saluran kemih merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius
dan merupakan penyakit kedua tersering setelah infeksi saluran napas bagian atas
(Betz,2009). Pada umumnya bakteri yang menyebabkan infeksi saluran kemih
yaitu Escherichia coli, namun pada bakteri lain seperti Klebsiella, Proteus dan
Staphylococcus juga dapat ditemukan (Tambayong,2000), sehingga perlu
dilakukan penelitian pola bakteri yang berperan menyebabkan infeksi saluran
kemih.
Terjadinya resistensi obat dapat
penyakit infeksi ISK. Karena itu pengetahuan tentang resistensi sangat penting
agar pemakaian antibiotik menjadi lebih rasional.
Antibiotik ceftriaxone dan ciprofloxacin sering digunakan untuk anti
infeksi namun tidak khusus pada infeksi saluran kemih, hampir semua infeksi
dapat menggunakan antibiotik tersebut, pemberian resep antibiotika oleh dokter
terhadap pasien pun harus lebih rasional untuk menghindari terjadinya resistensi.
Oleh karena itu sangat diperlukan mengetahui pola bakteri terhadap antibiotik
agar pemberian antibiotik menjadi lebih tepat sehingga bakteri penyebab infeksi
saluran kemih dapat dibasmi secara tuntas dan efektif.
1.3
Pertanyaan Penelitian
Uraian singkat dalam latar belakang masalah di atas memberikan dasar
I.4.
Tujuan Penelitian
1.4.1
Tujuan Umum
Mengetahui resistensi dan sensitivitas antibiotik ceftriaxone dan
ciprofloxacin pada penderita ISK yang dirawat inap maupun rawat jalan di RSUP
Fatmawati
I.4.2
Tujuan Khusus
I.5
Manfaat Penelitian
I.5.1
Secara Metodeologi
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengetahui uji
resistensi dan sensitivitas bakteri terhadap antibiotik pada kasus ISK di rumah
sakit.
I.5.2
Secara aplikatif
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk
I.6
Justifikasi
Masalah yang berkaitan dengan ISK yang pengobatannya sangat luas,
dalam penelitian ini hanya dibatasi pada analisis uji resistensi dan sensitivitas
bakteri terhadap antibiotik ceftriaxone dan ciprofloxacin dalam pengobatan ISK,
kemungkinan penelitian serupa ini sudah pernah dilakukan namun, pada
penelitian ini dilakukan di RSUP Fatmawati.
I.7
Ruang Lingkup
Penelitian yang berjudul Kajian Uji Resistensi dan Sensitivitas Antibiotik
1.8
Hipotesis
Bakteri penyebab infeksi saluran kemih diduga mulai resisten terhadap
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.1.1
didalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri,
virus atau mikroorganisme lain. Tempat yang sering mengalami ISK adalah
kandung kemih (cystitis), uretra (uretritis), dan ginjal (pielonefritis).
2.1.2
Pada pasien yang sakit berat sering kali menjadi rentan terhadap berbagai
penyakit yang mendasarinya ataupun akibat terapi yang diberikan. Beberapa
penyakit berat seperti anemia, diabetes mellitus, Jantung kongestif (Congestive
heart failure,CHF), kolestasis, sepsis, bronkitis, berhubungan dengan defek imun
spesifik yang menyebabkan rentan terhadap infeksi termasuk ISK. Begitu pula
pada penderita ISK yang dilakukan tindakan kateterisasi yang dapat menimbulkan
resiko tinggi terkena infeksi bakterial Gram-negatif.
2.1.3
2.1.4
penderita ISK yang ditemukan adanya bakteri dalam urin (bakteriuria)tetapi tidak
menunjukkan adanya gejala (asimtomatik).
Gejala tipikal infeksi saluran kemih adalah nyeri dan rasa panas ketika
berkemih (disuria), frekuensi berkemih meningkat dan terdesak ingin berkemih
(urgency), sulit berkemih dan disertai kejang otot pinggang (stranguria), rasa
nyeri dengan keinginan mengosongkan kandung kemih meskipun telah kosong
(tenesmus), kecenderungan sering buang air kecil pada malam hari (nokturia), dan
kesulitan memulai berkemih (prostatismus).
2.1.5
plate dikalikan 1000. Bila bakteri < 1000/mL dinyatakan kontaminasi, bila jumlah
bakteri 103-104/mL kemungkinan kontaminasi, bila jumlah bakteri 104-105/mL
dinyatakan kemungkinan infeksi dan bila jumlah kuman > 105/mL dinyatakan
infeksi. (Kass, 1957)
2.1.6
Penatalaksanaan (Grace,2006)
Pada penderita ISK perlu diketahui penyebab yang mendasar terjadinya
infeksi dan pengobatan dengan antibiotika yang sesuai berdasarkan hasil kultur
urin. Pemberian asupan cairan yang banyak dan pemberian kalium sitrat dapat
menghilangkan disuria. Pada penderita ISK bagian atas, epididimo-orkitis dan
prostatitis, dapat dilakukan terapi antibiotik seperti ciprofloxacin, gentamicin,
cefotaxime, cotrimoxazole secara intravena. Pada penderita cystitis dan ISK
bagian bawah tanpa komplikasi, apabila terjadi infeksi berulang harus
meningkatkan kecurigaan terhadap kemungkinan kelainan lain sehingga
memerlukan pemeriksaan lebih lanjut, jika terdapat respon buruk terhadap terapi,
pertimbangkan suatu infeksi yang tidak biasa seperti tuberculosis (piuria steril),
kandiduria, skistosomiasis, Chlamydia trachomatis, Neisseria gonorrhoeae dan
pemberian
antibiotik
per
oral.
Contohnya
trimethroprim,
ciprofloxacin,
nitrofurantoin, cefradin.
2.2
2.2.1
Escherichia coli
Pseudomonas aeruginosa
Citrobacter koserii
Pseudomonas luteola
Serratia marcescens
Routella klebsiella
Klebsiella pneumonia
Enterobacter aerogenes
Acinetobacter baumanii
Enterobacter cloacae
Klebsiella ozaenae
Morganella morganii
Burkholderia cepacia
10
2.2.2
Bakteri Gram-positif
Staphylococcus epidermidis
Staphylococcus saprophyticus
2.2.3
adalah
kelompok
besar
batang
Gram-negatif
heterogen, yang habitat alaminya adalah saluran usus manusia dan hewan. Famili
ini mencakup banyak genus misalnya Escherichia coli, Shigella, Salmonella,
Enterobacter, Klebsiella, Serratia dan Proteus. Beberapa organisme enterik,
misalnya Escherichia coli, merupakan bagian flora normal dan kadang
menyebabkan penyakit, sementara lainnya, Salmonella dan Shigella, selalu
bersifat patogen untuk manusia.
Morfologi Enterobacteriaceae tampak berbentuk batang pendek Gramnegatif. Morfologi khasnya dapat dilihat dalam pertumbuhan pada perbenihan
padat in-vitro, tetapi morfologinya sangat bervariasi dalam bahan klinik.
Biakan bakteri Escherichia coli dan kebanyakan bakteri enterik lain
membentuk koloni bundar, cembung, halus dengan tepi yang nyata. Koloni
Enterobacter serupa dengan bakteri Escherichia coli tetapi agak lebih mukoid.
Koloni Klebsiella besar, sangat mukoid, dan cenderung bersatu bila lama
dieramkan. Beberapa strain Escherichia coli menyebabkan hemolisis pada agar
darah.
Ciri-ciri Pertumbuhan pada kelompok bakteri ini yaitu pola peragian
karbohidrat dan aktivitas dekarboksilasi asam amino serta enzim lain digunakan
dalam pembedaan biokimia. Dalam pembentukaan indol dari triptofan, biasanya
digunakan untuk pengenalan cepat, sementara yang lain, misalnya reaksi VogesProskauer (pembentukan asetil metal karbinol dari dekstrosa). Biasanya
digunakan untuk biakan pada perbenihan diferensial yang mengandung zat
warna khusus dan karbohidrat, (misalnya eosin-metilen biru [EMB], perbenihan
Mac-Conkey, atau perbenihan deoksikolat) untuk membedakan koloni peragilaktosa (berwarna) dari koloni yang tidak meragikan laktosa (tak berpigmen) dan
dapat digunakan sebagai identifikasi presumtif bakteri enterik secara cepat.
11
menyebabkan
infeksi
pada
manusia,
bakteri
ini
dapat
meninggalkan saluran usus dan berpindah tempat. Spesies ini ditemukan pada
infeksi saluran kemih dan menyebabkan bakteremia, pneumonia, dan lesi fokal
pada penderita yang lemah atau penderita yang menerima infus intravena. Spesies
Proteus dan Morganella morganii bersifat urease-positif, sementara Providencia
biasanya urease-negatif.
Providensia
(Providensia
rettgeri,
Providencia
alcalifaciens
dan
12
13
2.3
Antibiotik
2.3.1
Definisi (Tjay,2002)
Antibiotika adalah zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang
2.3.2
Penggolongan Antibiotika
14
terhadap Mycobacteria, tetapi terhadap basil Gram-negatif lainnya 2-3 kali lebih
lemah, kecuali Mycobacterium. Sedangkan streptomycin, gentamicin, polimiksinB dan asam nalidiksat khusus aktif terhadap kuman Gram-negatif.
Antibiotika dengan aktivitas luas (broadspectrum) yaitu antibiotik yang
aktif terhadap berbagai jenis bakteri, baik jenis bakteri Gram-positif maupun
Gram-negatif, misalnya sulfonamide, ampicillin, chepalosporin, cloramphenicol,
tetracyclin dan rifampicin (Tjay,2002). Ampicillin sangat aktif terhadap bakteri
Gram-negatif dan Gram-positif. Tetapi obat ini tidak tahan terhadap betalaktamase (Scwartz,2000)
b. Antibiotika dapat digolongkan berdasarkan tempat kerja, seperti dinding sel,
membran sel, ribosom dan asam nukleat.
Antibiotik yang aktif pada dinding sel bakteri, contohnya penicillin dan
cephalosporins bekerja dengan menghambat biosintesis peptidoglikan. Bacitracin
dan vancomycin bekerja dengan menghambat sintesis mukopeptida sedangkan
sikloserin menghambat sintesis peptida dinding sel.
Antibiotik yang aktif pada membran sel antara lain amphotericin-B dan
nystatin
dengan
menghambat
fungsi
membran
sedangkan
polimiksin-B
15
yaitu
suatu
agensia
kimia
atau
fisik
yang
mencegah
tobramycin
berkhasiat
kuat
terhadap
Pseudomonas
(Tjay,2002;
melawan
staphylococcus
terbatas,
biasanya
indikasi
klinik
16
gonorhoeae
dan
bakteri
Gram-negatif
lain.(Staf
Pengajar
Departemen
macrolide,
seperti
erythromycin
merupakan
senyawa
17
2.4
Ceftriaxone
2.4.1
2.4.2
dari 50 kg) adalah 1-2 gram sekali sehari, jika dengan infeksi berat dosis dapat
ditingkatkan sampai 4 gram sekali sehari. Dosis untuk anak berusia 15 hari - 12
tahun adalah 20-80 mg/kg berat badan sekali sehari. Bayi baru lahir berusia
kurang dari 2 minggu diberikan dosis 20-50 mg/kg berat badan sekali sehari.
2.4.3
Farmakokinetik (Ganiswarna,1995)
Antibiotik ceftriaxone diabsorpsi dengan baik setelah pemberian
18
2.4.4
pada
dinding
sel
(misalnya
oleh
lisozim)
atau
hambatan
2.4.5
2.5 Ciprofloxacin
Sumber: www.drugbank.com
2.5.1
19
2.5.2
dd 100 mg.
2.5.3
2.5.4
sintesis asam nukleat dimana antibiotik golongan ini dapat masuk ke dalam sel
dengan cara difusi pasif melalui kanal protein terisi air (porins) pada membran
luar bakteri secara intra seluler, secara unik obat-obat ini menghambat replikasi
DNA bakteri dengan cara mengganggu kerja DNA girase (topoisomerase II)
selama pertumbuhan dan reproduksi bakteri.
2.5.5
terikat pada subunit enzim DNA girase, dan memblok aktivitas enzim yang
essensial dalam menjaga supercoiling DNA dan penting dalam proses replikasi
DNA. Mutasi pada gen pengkode DNA girase menyebabkan diproduksinya enzim
yang aktif namun, tidak dapat diikat oleh fluoroquinolones
2.6
20
2.6.1
dan sekunder.
Resistensi primer (bawaan) merupakan resistensi yang menjadi sifat alami.
Hal ini disebabkan oleh adanya enzim pengurai antibiotik pada mikroorganisme
sehingga secara alami mikroorganisme tersebut dapat menguraikan antibiotik.
Resistensi sekunder (dapatan) diperoleh akibat kontak dengan agen
antibakteri dalam waktu yang cukup lama dengan frekuensi yang tinggi, sehingga
memungkinkan terjadinya mutasi pada mikroorganisme, mekanisme ini juga dapat
berlangsung akibat adanya mekanisme adaptasi atau penyesuaian aktivitas
metabolisme mikroorganisme untuk melawan efek obat, contohnya dengan
perubahan pola enzim yang dapat menguraikan antibiotik.
Resistensi opisomal disebabkan oleh faktor genetik diluar kromosom.
Beberapa bakteri memiliki faktor resisten pada plasmidnya yang dapat menular
pada bakteri lain yang memiliki kaitan spesies melalui kontak sel secara konjugasi
maupun transduksi.
2.7
a.
Urin kateter
Biasa dilakukan pada penderita yang sedang dirawat di rumah sakit dan
21
b.
Namun jika kurang hati-hati, banyak terjadi pencemaran dari flora sekitar
sehingga bisa mengaburkan hasil pemeriksaan mikrobiologis.
Pengambilan dan penampungan urin porsi tengah sebaiknya dilakukan
pada pagi hari dengan membuang 1/3 aliran urin pertama dan terakhir. Bahan
yang dibutuhkan yaitu botol steril bertutup, sabun medis, kasa atau kapas steril,
dan akuades atau air.
Sebelum dilakukan pengambilan urin sebaiknya pasien diberitahu dahulu,
baik secara lisan maupun tertulis cara pengambilan urin yang benar agar spesimen
tidak tercemar. Cara pengambilan urin pada wanita yaitu diawali dengan
mempersiapkan kasa atau kapas steril untuk membersihkan daerah vagina dan
muara uretra. Satu potong kasa atau kapas steril yang telah diberi air sabun, dua
potong kasa steril yang telah dibasahi air dan sepotong lagi dibiarkan kering. Pada
saat membersihkan genital sebaiknya jangan menggunakan larutan antiseptik.
Kedua labia dipisahkan dengan dua jari dan daerah vagina dibersihkan dari arah
depan ke belakang dengan potongan kasa steril yang mengandung sabun
kemudian bilas daerah tersebut dari arah depan kebelakang dengan potongan kasa
yang dibasahi dengan air. Selama pembilasan, kedua labia tetap dipisahkan
dengan dua jari dan jangan biarkan labia menyentuh muara uretra. Pembilasan
dapat dilakukan sekali lagi, kemudian daerah tersebut dikeringkan dengan
potongan kasa steril yang kering.
Taruh botol didepan genital dan jangan menyentuh tepi botol, pada saat
berkemih buang 1/3 urin pertama, dan berikutnya ditampung sebelum 1/3 urin
terakhir, botol harus segera ditutup untuk menghindari terjadinya kontaminasi.
Wadah diberi identitas pasien dan urin dikirim segera ke laboratorium.
Cara pengambilan urin dan penampungan urin porsi tengah pada pria,
diawali
dengan
mempersiapkan
beberapa
potongan
kasa
steril
untuk
membersihkan daerah penis dan muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi
dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan air dan sepotong lagi
dibiarkan dalam keadaan kering. Pada saat pembersihan daerah penis dan muara
uretra sebaiknya jangan menggunakan antiseptik, tarik prepusium ke belakang
22
dengan satu tangan dan daerah ujung penis dibersihkan dengan kasa yang dibasahi
air sabun. Ujung penis dibilas dengan kasa yang dibasahi air. Pembilasan dapat
dilakukan kembali, lalu daerah tersebut dikeringkan dengan potongan kasa steril
yang kering. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
Dengan tetap menahan prepusium ke belakang, mulailah berkemih, pada
saat berkemih buang 1/3 urin pertama, dan berikutnya ditampung sebelum 1/3
urin terakhir, tutup segera botol untuk menghindari terjadinya kontaminasi.
Identitas pasien ditulis pada wadah tersebut dan kirim segera ke laboratorium.
Sampel harus diterima satu jam setelah penampungan dan sampel harus sudah di
lakukan pemeriksaan dalam waktu 2 jam. Jika ada penundaan dalam pemeriksaan,
urin harus disimpan dalam lemari es dengan suhu 4oC
c.
23
2.8
2.8.1
Cara Pemeriksaan
Alat
Ose standar dari platina yang telah dikalibrasi dengan volume 0,001mL,
Bunsen, inkubator
Bahan
Pewarna Gram, kuman kontrol positif atau negatif, media agar darah,
Cara kerja
Pertama, urin dikocok terlebih dahulu agar homogen, kemudian dilakukan
2.8.2
plate dikalikan 1000. Bila bakteri < 1000/mL dinyatakan kontaminasi, bila jumlah
bakteri 103-104/mL kemungkinan kontaminasi, bila jumlah bakteri 104-105/mL
dinyatakan kemungkinan infeksi dan bila jumlah kuman > 105/mL dinyatakan
infeksi.
Bila hasil hitung jumlah kuman termasuk kategori infeksi dan
kemungkinan infeksi maka dilanjutkan dengan identifikasi dan uji resistensi. Bila
hasil hitung jumlah kuman termasuk kategori kemungkinan kontaminasi atau
ditemukan pertumbuhan tiga jenis bakteri, maka harus dilakukan biakan urin
ulang. Biakan dikatakan negatif apabila tidak ada pertumbuhan bakteri.
24
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
3. 2
Rancangan Penelitian
Desain dalam penelitian ini adalah desain cross sectional (potong lintang)
3.3
3.3.1
Populasi
Populasi target dalam penelitian ini yaitu subjek yang telah didiagnosis
Seluruh subjek yang menderita ISK bagian atas maupun bagian bawah,
Seluruh penyakit terkait ISK, seperti vesikolitiasis, retensio urin, BPH (benign
25
3.3.2
Sampel
Perhitungan sampel dilakukan sacara purposif
= besar sampel
= Proporsi = 0,5
= 1-P = 0,5 b
(0,1)2
Jadi, besar sampel minimal yang dibutuhkan adalah sebanyak 100 pasien
penderita ISK yang memenuhi kriteria inklusi.
3.4
3.4.1
Kriteria Inklusi
1. Pasien yang hasil diagnosisnya adalah infeksi saluran kemih (ISK) murni,
ISK dengan penyakit terkait ISK dan ISK dengan penyakit penyulit/ penyerta.
2. Pasien yang menggunakan antibiotik ceftriaxone dan ciprofloxacin
3. Pasien memiliki data kultur urin positif yang telah dilakukan uji resistensi dan
sensitivitas
26
3.4.2
Kriteria Eksklusi
1.
Hasil kultur urin positif dengan penulisan spesies yang tidak lengkap
2.
Kasus ISK dengan data uji resistensi dan sensitivitasnya tidak lengkap.
3.5
Langkah Penelitian
3.5.1
Alur Penelitian
Pengumpulan Data
Data Lab
Pencatatan
Data
Pengolahan Data
Analisis Data
Hasil
Interpretasi
3.5.2
Pengumpulan Data
27
Data sekunder hasil pemeriksaan spesimen urin untuk melihat jumlah kuman
> 105k/mL di mulai januari 2012
Data sekunder hasil pengukuran resistensi bakteri ISK yang ditandai dengan
zona hambat.
Data sekunder status pasien yang di dapat dari rekam medis untuk melihat
diagnosis umur, jenis kelamin, dan pengobatan pasien
3.5.3
Pengolahan Data
data
3.5.4
Analisis Data
Data yang telah di input kedalam computer menggunakan software SPSS
v20 akan dianalisis dengan analisa univariat dan bivariat sebagai berikut:
1.
Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi
pada variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen) yang diteliti.
Variabel independen terdiri dari usia, jenis kelamin, variabel dependennya yaitu
diagnosis ISK.
28
Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk melihat adanya hubungan antara variabel
29
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
4.1.1
Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini, diperoleh 350 data pasien yang memiliki hasil kultur
4.1.2
Frekuensi
Persentase
ISK + Cystitis
27
25,5
ISK + Urethritis
6,6
ISK + Pielonefritis
3,8
ISK + Prostatitis
4,7
ISK + Vesikolitiasis
3,8
6,6
ISK + BPH
14
13,2
ISK + CKD
18
17,0
1,9
ISK + DM
7,5
ISK + CHF
2,8
ISK + Sepsis
2,8
ISK + Bronkitis
0,9
ISK + Kolestasis
0,9
0,9
ISK + Hipertensi
0,9
106
100,0
Total
Ket: BPH (benign prostat hyperplasia), CKD (cronic kidney disease), DM (Diabetes
Mellitus), CHF (Congestive heart failure)
30
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa ISK dengan Cystitis memiliki persentase
tertinggi 25,5% disusul ISK dengan CKD (17,0%) dan ISK dengan BPH (13,2%) .
4.2
Analisis Univariat
4.2.1
Laki-Laki
59
55,7
Perempuan
47
44,3
Total
106
100,0
Pada tabel 2, menunjukkan bahwa dari 106 subjek penelitian, lebih banyak
subjek laki-laki yang menderita infeksi saluran kemih (ISK) yaitu 55,7 %,
dibandingkan dengan subjek perempuan.
4.2.2
< 20
12
11,3
21-30
7,5
31-40
5,7
41-50
14
13,2
51-60
20
18,9
61
46
43,4
Total
106
100,0
Dari tabel 3 menunjukkan bahwa dari 106 pasien, penderita ISK terbanyak
yaitu pada kelompok umur 61 tahun yaitu sebanyak 43,4%.
31
4.2.3
Antibiotik
CRO
56
52,8
CIP
50
47,2
Total
106
100,0
Ket: CRO:
Dari tabel 4, Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan 106 subjek, paling
banyak 56 subjek yang menggunakan ceftriaxone dan 50 subjek yang
menggunakan ciprofloxacin di RSUP Fatmawati.
4.2.4
62
14
6
5
1
2
3
1
1
2
1
1
1
58,5
13,2
5,7
4,7
0,9
1,9
2,8
0.9
0,9
1,9
0,9
0,9
0,9
3
3
106
2,8
2,8
100,0
32
pneumonia
(13,2%),
Pseudomonas
aeruginosa
(5,7%)
dan
(2,8%)
yaitu
Staphylococcus
epidermidis
dan
Staphylococcus
saprophyticus.
4.3
Analisis Bivariat
4.3.1
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-laki
Chi-
Perempuan
Square
P
86,4
34
72,3
ISK + Penyakit
terkait
85
51
ISK + Penyakit
21
13,5
13
27,6
106
59
100,0
47
100,0
0,070
penyerta
Total
33
4.3.2
Diagnosis
Usia
Chi Square
Jumlah
ISK +
ISK +
penyakit terkait
Penyakit penyerta
< 20
12
10,6
14,3
21-30
8,2
4,8
31-40
7,0
41-50
14
10,6
23,8
51-60
20
17
20,0
14,3
61
46
37
43,5
42,8
Total
106
85
100,0
21
100,0
0,483
34
4.4
4.4.1
Bakteri
Jumlah
CRO
CIP
Escherichia coli
62
36
6
14
(38,9%)
0
Pseudomonas
1
(33,3%)
1
(33,3%)
22
(84,6%)
4
(50,0%)
0
14
2
(5,5%)
0
26
Klebsiella pneumonia
20
(55,5%)
6
(100%)
1
(33,3%)
4
(15,4%)
2
(25,0%)
3
(100%)
Enterobacter aerogenes
1
(33,3%)
0
Citrobacter koserii
Acinetobacter baumanii
Pseudomonas luteola
Enterobacter cloacae
2
(66,7%)
1
(100,0%)
1
(100,0%)
2
(100,0%)
1
(100,0%)
Serratia marcescens
Klebsiella ozaenae
1
(100,0%)
0
Raoultella
Morganella morganii
Burkholderia cepacia
Bakteri Gramnegatif
aeruginosa
2
(25,0%)
0
2
(100,0%)
0
1
(100,0%)
0
1
(100,0%)
0
2
(100,0%)
1
(100,0%)
1
(100,0%)
0
1
(100,0%)
1
(100,0%)
1
(50,0%)
1
(50,0%)
1
(100,0%)
2
(100,0%)
106
56
ornithynolytica
Bakteri Gram-Positif
Staphylococcus
epidermidis
Staphylococcus
saprophyticus
Total
50
35
Profil
resistensi
antibakteri
dirangkum
dalam
(Tabel
8).
Terlihat bahwa tingkat resistensi bakteri terhadap antibiotik ceftriaxone dari tabel
8 yaitu dengan persentase (100,0%) pada bakteri Klebsiella pneumonia,
Citrobacter koserii, Acinetobacter baumanii, Pseudomonas luteola, Enterobacter
cloacae, Serratia marcescens, Staphylococcus epidermidis, dan Staphylococcus
saprophyticus.
Persentase sensitivitas bakteri terhadap antibiotik ceftriaxone yaitu pada
bakteri Escherichia coli (38,9%) dan Pseudomonas aeruginosa (33,3%),
Persentase resistensi bakteri terhadap antibiotik ciprofloxacin
yaitu
4.5
Pembahasan
4.5.1
Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini memiliki keterbatasan yang dapat mempengaruhi
36
4.5.2
tertinggi 25,5%, ISK dengan CKD (17,0%), ISK dengan BPH (13,2%) dan
diikuti ISK dengan DM (7,5%). Menurut Tambayong pada tahun 2000, cystitis
atau radang kandung kemih, lebih sering terdapat pada wanita daripada pria
karena dekatnya muara uretra dan vagina dengan daerah anal. Namun bukan
berarti tidak terjadi pada laki-laki. Terjadinya CKD merupakan penyimpangan
progresif, fungsi ginjal yang tidak dapat pulih dimana kemampuan tubuh untuk
mempertahankan keseimbangan metabolik, cairan dan elektrolit mengalami
kegagalan, yang mengakibatkan uremia. Kondisi ini dapat disebabkan oleh
glomerulonephritis kronis; pielonefritis, hipertensi tak terkontrol, obstruksi
saluran perkemihan, bahkan infeksi (Baughman, Diane C. 2000). Hal ini tidak
berbeda dengan subjek ISK yang ditemukan pada penelitian ini, bahwa ada
kemungkinan ISK dengan CKD disebabkan oleh pielonefritis, obstruksi saluran
kemih ataupun penderita karena infeksi. Selain itu, peneliti juga menemukan ISK
dengan BPH yang merupakan adanya pembesaran prostat jinak, dibawah
pengaruh testosterone dan usia, terjadinya pembesaran prostat dapat menyebabkan
penyumbatan keluarnya aliran air kemih (Schwartz.2000).
Beberapa penyakit penyerta ISK yang terdapat pada penelitian ini yaitu
anemia, diabetes mellitus, Jantung kongestif (Congestive heart failure,CHF),
kolestasis, sepsis, bronkitis, yang berhubungan dengan defek imun spesifik
sehingga menyebabkan rentan terhadap ISK.
4.5.3
Analisis Univariat
Distribusi subjek penelitian berdasarkan Jenis Kelamin
Hasil analisis terhadap karakteristik subjek menurut jenis kelamin, dari
100 subjek penelitian, diperoleh jumlah subjek laki-laki yang menderita ISK lebih
banyak dibandingkan dengan subjek perempuan. Hasil ini tidak sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Samirah pada tahun 2004 di rumah sakit
Dr.Wahidin Sudirohusodo yang menyebutkan bahwa dari 99 penderita ISK yang
terbanyak ialah subjek perempuan karena dari segi anatomi salah satu penyebab
wanita lebih sering terinfeksi yaitu karena uretra wanita lebih pendek
37
paling
sering
terjadi
adalah
prostatitis
atau
hiperplasia
prostat
(Corwin,2000).
38
4.5.4
Analisis Bivariat
Hubungan antara ISK dengan jenis kelamin
Dari hasil uji statistik menggunakan metode Chi-Square didapatkan nilai P
= 0,070 (P > 0,05), maka diperoleh kesimpulan bahwa pada penelitian ini, tidak
ada hubungan yang signifikan antara ISK dengan jenis kelamin. Hal ini tidak
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Eny pada tahun 2012 yang
mengatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin
dengan gejala ISK (P= 0,887). Namun berbeda dengan penelitian Kolawole et.al
pada tahun 2009 yang mengatakan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin
dengan ISK. Hal ini menunjukkan bahwa ISK dapat diderita oleh subjek
perempuan maupun laki-laki sesuai dengan ISK yang terkait.
4.5.5
ditemukan dibandingkan dengan bakteri Gram-positif. Dari 350 kultur positif, 213
pasien diantaranya adalah penderita ISK dan terdapat 106 pasien yang termasuk
dalam kriteria inklusi, 100 diantaranya disebabkan oleh bakteri Gram-negatif dan
6 sisanya disebabkan bakteri Gram-positif. Dari hasil penelitian ini pula
menunjukkan bahwa, bakteri yang sering ditemukan pada penderita infeksi
saluran kemih yaitu Escherichia coli (58,5%) kemudian diikuti bakteri Klebsiella
pneumonia (13,2%). Hal seperti ini tidak berbeda dengan hasil penelitian yang
ditemukan oleh Firdaus pada tahun 2009 menyatakan bahwa bakteri tersering
39
yang dapat menyebabkan infeksi saluran kemih yaitu Escherichia coli (39,5%)
dan disusul pula oleh bakteri Klebsiella pneumonia (28,3%).
Antibiotik yang biasa digunakan dalam pengobatan infeksi saluran kemih
adalah
cotrimoxazole,
fluoroquinolone,
Beta-laktam:
penicillin
dan
pneumonia,
Pseudomonas
luteola,
Citrobacter
Enterobacter
koserii,
cloacae,
Acinetobacter
Serratia
baumanii,
marcescens,
40
terhadap
Acinetobacter
baumanii,
Klebsiella
ozaenae,
Raoultella
41
42
43
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
1. Dari hasil uji resistensi dan sensitivitas bakteri penyebab ISK terhadap
antibiotika ceftriaxone menunjukkan bahwa:
Pseudomonas
marcescens,
luteola,
Staphylococcus
Enterobacter
epidermidis,
cloacae,
dan
Serratia
Staphylococcus
saprophyticus.
2. Dari hasil uji resistensi dan sensitivitas bakteri penyebab ISK terhadap
antibiotik ciprofloxacin menunjukkan bahwa:
Raoultella
ornithynolytica,
Morganella
morganii,
kelompok
sangat
sedikit,
sehingga
kemungkinan
antibiotik
44
5.2
Saran
45
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily Lynn.2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri ed.5. Jakarta: EGC
Deglin,Judith Hopfer. 2004. Pedoman Obat Untuk Perawat ed. 4. Alih bahasa:
H.Y Kuncara. Jakarta: EGC (Hal 206; 240).
46
(Hal 625-630)
Kass EH.1957. Bacteriuria and the diagnosis of infections of the urinary tract.
Arch Intern Med 100:709-14
47
Mycek, Mary J,2001. Farmakologi ed 2.Alih bahasa Awar Agoes. Jakarta: Widya
Medika (Hal 327-329)
Schaeffer, A.J. & Schaeffer, E.M. 2007. Infections of the Urinary Tract.
Campbell-Walsh Urology Ninth Edition, Vol.1. Editor: Wein, Kovousi,
Novick, Partin, Peters. Philadelphia: Saunders Elsevier: 223-303.
48
Theodorus, 1996. Penuntun Praktis Peresepan Obat. Jakarta: EGC (Hal 11-13)
49
50
Rekam Medis
Kultur
Bakteri
Escherichia coli
Klebsiella pneumonia
Pseudomonas aeruginosa dll
Antibiotik
Kepekaan
(CRO): Ceftriaxone
(CIP): Ciprofloxacin
(R): Resisten
(I): Intermediet
(S): Sensitif
Diagnosis
51
Data di RSUP
Fatmawati
Laboratorium
mikrobiologi
Patologi klinik
Terdapat
diagnosis ISK
sebanyak 213
52
No
USIA
NO.RM
NO. LAB
Diagnosis
Antibiotik
45
Jenis
Kelamin
Laki-Laki
1115609
201201023816
ISK+CKD
CRO
Pola
bakteri
R
1
2
62
Laki-Laki
241612
201201014393
ISK+BPH
CRO
26
Perempuan
84215010
201201015610
ISK+Cystitis
CIP
32
Perempuan
322625
201201003517
CRO
73
Perempuan
91823
201201002179
ISK+retensio
urin
ISK+Cystitis
CRO
Laki-Laki
1021917
201201202672
ISK+Cystitis
CRO
63
Laki-Laki
909071
201201009718
ISK+CKD
CIP
Laki-Laki
1114487
201201076180
ISK+kolestatis
CRO
63
Laki-Laki
723339
201201093002
ISK+CKD
CRO
10
85
Laki-Laki
1119287
201201069686
ISK+Cystitis
CIP
11
71
Laki-Laki
1119496
201202028797
ISK+BPH
CRO
12
46
Perempuan
314382
201202017439
CIP
13
58
Laki-Laki
1122043
201202006225
ISK+retensio
urin
ISK+CKD
CRO
14
73
Laki-Laki
1100636
201201070376
ISK+BPH
CIP
15
25
Perempuan
1121951
201202025611
CRO
16
64
Laki-Laki
1117351
201202066505
ISK+Vesicolithia
sis
ISK+CKD
CRO
17
13
Perempuan
1121749
201202001829
ISK+Cystitis
CIP
18
57
Laki-Laki
1117717
201202072781
ISK+ bronchitis
CRO
19
75
Laki-Laki
904806
201201071878
ISK+BPH
CRO
20
67
Laki-Laki
79789
201201053923
ISK+ DM
CRO
21
66
Perempuan
1113414
201201007365
ISK+CKD
CIP
Bakteri
Pseudomonas
aeruginosa
Enterobacter
aerogenes
Escherichia
coli
Klebsiella
pneumonia
Klebsiella
pneumonia
Escherichia
coli
Escherichia
coli
Escherichia
coli
Escherichia
coli
Escherichia
coli
Escherichia
coli
Escherichia
coli
Escherichia
coli
Klebsiella
pneumonia
Escherichia
coli
Pseudomonas
luteola
Burkholderia
cepacia
Pseudomonas
aeruginosa
Escherichia
coli
Klebsiella
pneumonia
Escherichia
coli
53
No
USIA
NO.RM
NO. LAB
Diagnosis
Antibiotik
59
Jenis
Kelamin
Perempuan
453475
201202077896
ISK+ DM
CIP
Pola
bakteri
I
22
23
24
49
29
Perempuan
Perempuan
1125783
1126475
201202061911
201202065442
ISK+ DM
ISK+sepsis
CIP
CIP
S
R
25
26
72
62
Laki-Laki
Laki-Laki
1108582
229403
201202002212
201201021197
ISK+uretritis
ISK+CHF
CIP
CRO
R
R
27
77
Perempuan
35463
201202055660
ISK+CKD
CRO
28
29
55
29
Laki-Laki
Laki-Laki
718182
872475
201202033609
201202033609
CRO
CIP
R
R
30
50
Perempuan
1035585
201202038344
CIP
Morganella
morganii
31
80
Laki-Laki
934976
201202091618
ISK+CKD
ISK+retensio
urin
ISK+retensio
urin
ISK+Cystitis
CIP
32
63
Perempuan
1116580
201202077757
ISK+Cystitis
CRO
33
34
35
71
72
55
Perempuan
Laki-Laki
Perempuan
1127690
1017484
1129950
201203006327
201203001906
201203006278
ISK+Anemia
ISK+Prostatitis
ISK+uretritis
CIP
CRO
CIP
R
S
S
36
54
Laki-Laki
1134329
201203078726
ISK+BPH
CRO
37
38
39
40
79
36
55
15
Laki-Laki
Laki-Laki
Laki-Laki
Perempuan
1134952
1123738
17432
1130238
201203067700
201203047501
201202025876
201203047427
ISK+BPH
ISK+CKD
ISK+Cystitis
ISK+Cystitis
CRO
CIP
CIP
CRO
S
R
R
R
41
42
70
45
Laki-Laki
Perempuan
835546
1139053
201204037160
201204072094
ISK+BPH
ISK+uretritis
CIP
CIP
R
S
43
44
57
59
Perempuan
Perempuan
1135458
117365
201204015589
201204021803
CIP
CIP
R
R
45
46
22
72
Laki-Laki
Laki-Laki
1139455
1130169
201204074177
201204006317
CIP
CRO
R
S
Escherichia coli
Pseudomonas
aeruginosa
47
48
47
90
Laki-Laki
Laki-Laki
1136962
1481
201204015755
201203027812
ISK+Pielonefritis
ISK+retensio
urin
ISK+Cystitis
ISK+Vesicolithia
sis
ISK+ DM
ISK+BPH
Klebsiella
ozaenae
Pseudomonas
luteola
Escherichia coli
Escherichia coli
Klebsiella
pneumonia
Acinetobacter
baumanii
Escherichia coli
Escherichia coli
Escherichia coli
Klebsiella
pneumonia
Escherichia coli
Pseudomonas
luteola
Escherichia coli
Escherichia coli
CIP
CRO
R
R
49
73
Perempuan
691405
201204047036
ISK+uretritis
CIP
50
51
53
51
Perempuan
Laki-Laki
725730
94094
201204071278
201204072914
CRO
CIP
S
R
52
14
Laki-Laki
1130971
201203081125
ISK+Cystitis
ISK+Vesicolithia
sis
ISK+CHF
Escherichia coli
Klebsiella
pneumonia
Pseudomonas
aeruginosa
Escherichia coli
Enterobacter
aerogenes
CIP
Bakteri
Klebsiella
pneumonia
Escherichia coli
Staphylococcus
epidermidis
Escherichia coli
Enterobacter
cloacae
Citrobacter
koserii
Escherichia coli
Acinetobacter
baumanii
Escherichia coli
54
No
USIA
NO.RM
NO. LAB
Diagnosis
Antibiotik
73
Jenis
Kelamin
Laki-Laki
691405
201204047036
ISK+CKD
CIP
Pola
bakteri
S
53
54
55
56
61
67
41
Perempuan
Perempuan
Laki-Laki
1133783
1136395
1103430
201203062576
201203086847
201204055183
ISK+CKD
ISK+CKD
ISK+uretritis
CRO
CRO
CIP
R
S
R
57
58
59
60
51
37
64
36
Laki-Laki
Laki-Laki
Laki-Laki
Laki-Laki
1132311
1107809
1141932
853174
201203037033
201203016573
201205004794
201205020094
ISK+BPH
ISK+Pielonefritis
ISK+Prostatitis
ISK+Cystitis
CRO
CIP
CRO
CIP
R
R
S
R
61
48
Perempuan
1027918
201205029546
ISK+CKD
CRO
62
46
Perempuan
1100603
201206064838
ISK+sepsis
CIP
63
64
44
30
Perempuan
Perempuan
1135605
1144368
201206023534
201205030030
CRO
CIP
R
S
65
66
64
7
Perempuan
Laki-Laki
1137908
431009
20120608332
201207040511
ISK+uretritis
ISK+Vesicolithia
sis
ISK+Pielonefritis
ISK+Cystitis
CRO
CIP
R
R
67
68
67
63
Laki-Laki
Laki-Laki
1140092
1147470
201205074683
201205074683
ISK+Prostatitis
ISK+Prostatitis
CRO
CIP
R
R
69
70
72
62
Laki-Laki
Perempuan
733914
851418
201205047681
201205077990
ISK+BPH
ISK+CKD
CRO
CRO
R
R
71
67
Laki-Laki
1135426
201206036439
ISK+Cystitis
CRO
72
73
74
36
2 bln
68
Perempuan
Laki-Laki
Perempuan
1142534
1146718
813539
201206034337
201205037892
201206082328
ISK+CKD
ISK+Cystitis
ISK+Cystitis
CRO
CRO
CRO
S
R
R
75
76
77
78
79
77
44
1
69
68
Laki-Laki
Perempuan
Laki-Laki
Perempuan
Laki-Laki
131476
47454
1161960
485365
191259
201205084318
201205082345
201207051913
201206071426
201206016579
ISK+BPH
ISK+CKD
ISK+Cystitis
ISK+Cystitis
ISK+BPH
CIP
CRO
CRO
CIP
CRO
R
S
R
R
R
80
81
82
4 bln
46
59
Perempuan
Perempuan
Laki-Laki
1161052
1151473
1114871
201207023393
201206033508
201205088302
CRO
CRO
CIP
S
R
I
83
84
85
76
54
60
Perempuan
Laki-Laki
Perempuan
228478
1152461
1154165
201207047123
201207065106
201207076104
CIP
CRO
CIP
R
S
R
Escherichia coli
Escherichia coli
Klebsiellla
ozaenae
86
Perempuan
1069774
201207069040
ISK+Cystitis
ISK+sepsis
ISK+Ca colon
metastatis
ISK+Cystitis
ISK+Prostatitis
ISK+retensio
urin
ISK+Cystitis
CRO
Escherichia coli
Bakteri
Pseudomonas
aeruginosa
Escherichia coli
Escherichia coli
Klebsiella
pneumonia
Escherichia coli
Escherichia coli
Escherichia coli
Klebsiella
ornithynolytica
Enterobacter
aerogenes
Staphylococcus
saprophyticus
Escherichia coli
Pseudomonas
aeruginosa
Escherichia coli
Klebsiella
pneumonia
Escherichia coli
Staphylococcus
saprophyticus
Escherichia coli
Staphylococcus
epidermidis
Klebsiella
pneumonia
Escherichia coli
Escherichia coli
Staphylococcus
saprophyticus
Escherichia coli
Escherichia coli
Escherichia coli
Escherichia coli
Serratia
marcescens
Escherichia coli
Escherichia coli
Klebsiella
pneumonia
55
No
USIA
NO.RM
NO. LAB
Diagnosis
Antibiotik
72
52
50
66
59
Jenis
Kelamin
Laki-Laki
Laki-Laki
Perempuan
Perempuan
Perempuan
1162996
1146874
1141094
1024956
646464
201207057930
201205051337
201205046023
201206048354
201208000771
ISK+uretritis
ISK+Cystitis
ISK+Cystitis
ISK+CKD
ISK+ DM
CRO
CRO
CIP
CRO
CIP
Pola
bakteri
S
R
R
I
S
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
18
1
65
64
53
40
24
Laki-Laki
Laki-Laki
Perempuan
Laki-Laki
Laki-Laki
Laki-Laki
Laki-Laki
1153152
1164791
1165762
1161352
552661
1162518
1026155
201208004797
201207082318
201208014239
201207082384
201207092769
201208037082
201209008267
ISK+Cystitis
ISK+Cystitis
ISK+ DM
ISK+BPH
ISK+CKD
ISK+Cystitis
ISK+Pielonefritis
CRO
CRO
CRO
CIP
CIP
CIP
CIP
R
S
R
R
R
R
S
99
68
Perempuan
158108
201208013376
ISK+CHF
CIP
100
101
21
56
Laki-Laki
Laki-Laki
1031082
1116085
201208060277
201208067728
CRO
CIP
S
R
102
103
104
70
41
67
Perempuan
Perempuan
Perempuan
1170384
1159246
1168349
201208066180
201208075671
201209007140
ISK+Cystitis
ISK+retensio
urin
ISK+ DM
ISK+Anemia
ISK+ DM
CRO
CIP
CRO
I
R
R
105
106
59
97
Laki-Laki
Perempuan
1170381
1128701
201209016544
201209020049
ISK+BPH
ISK+Hipertensi
CIP
CRO
R
R
Bakteri
Escherichia coli
Escherichia coli
Escherichia coli
Escherichia coli
Klebsiella
pneumonia
Escherichia coli
Escherichia coli
Escherichia coli
Escherichia coli
Escherichia coli
Escherichia coli
Staphylococcus
epidermidis
Klebsiella
pneumonia
Escherichia coli
Enterobacter
aerogenes
Escherichia coli
Escherichia coli
Enterobacter
aerogenes
Escherichia coli
Escherichia coli
56
No
I
1
2
Antibiotik
Gol Chepalosporin
Cephalexin 30g
CL/LEX
Cefuroxime 30g
CXM
Ceftazidime 30g
CAZ
Cefoperazone 75 g
CFP
Cefotaxime 30g
CTX
Ceftriaxone 30g
CRO
Cefepime 30g
FEP
Spesies
Diameter WHONET
Enterobacteriaceae
Staphylococci
Haemophilus spp
N.gonorrhoeae
Enterobacteriaceae
P.aeruginosa
Staphylococci
Haemophilus spp
N.gonorrhoeae
Burkholderia (Pseudo) cepacia
Enterobacter
Staphylococci
P.aeruginosa
Acinetobacter
Enterobacteriaceae
Staphylococci
P.aeruginosa
Acinetobacter
Haemophilus spp
N.gonorrhoeae
Viridans Streptococci
Streptococci ( hemolytic only)
N. meningitidis
Enterobacteriaceae
Staphylococci
P.aeruginosa
Acinetobacter
Haemophilus spp
N.gonorrhoeae
Viridans Streptococci
Streptococci ( hemolytic only)
Enterobacteriaceae
Staphylococci
P.aeruginosa
Acinetobacter
Haemophilus spp
N.gonorrhoeae
Viridans Streptococci
Streptococci ( hemolytic only)
14
15-17
18
14
15-17
18
16
25
14
17-19
26-30
15-17
20
31
18
17
15
18-20
16-20
26
31
21
21
14
1522
23
25
13
26-27
14-20
26
31
28
24
34
21
24
14
25-26
15-17
26
35
27
24
18
24
-
25-26
-
26
31
24
24
57
(Lanjutan)
No Antibiotik
8
II
1
Cefpirome 30g
CPO
Gol Quinolone
Ciprofloxacin 5g
CRO
Ofloxacin 5g
OFX
Levofloxacin 5g
LEV/LVX
Moxifloxacin 5g
MXF/MFX
Spesies Bakteri
Enterobacteriaceae
P.aeruginosa
Acinetobacter
Staphylococci
Enterococci
Haemophilus spp
N.gonorrhoeae
N. meningitidis
Enterobacteriaceae
P.aeruginosa
Acinetobacter
Staphylococci
Staphylococcus spp
Haemophilus spp
N.gonorrhoeae
S. pneumoniae
Other Streptococci
Enterobacteriaceae
P.aeruginosa
Acinetobacter
Staphylococci
Enterococci
Staphylococcus spp
Haemophilus spp
S. pneumoniae
Other Streptococci
Enterobacteriaceae
Staphylococcus spp
H influenza
H. parainfluenzae
S. pneumoniae
R
16
I
17-19
S
20
15
16-20
21
27
32
12
28-40
33-34
13-15
21
41
35
16
14
24
12
15-17
25-30
13-15
18
16
31
16
13
14-16
17
15
13
16-18
14-16
19
17
17
20
15
-
21-23
16-18
-
24
19
18
14
15-17
18
Sumber: CLSI,2007
58
Analisis Univariat
Descriptives
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Diagnosa
106
16
5,50
4,203
jenis kelamin
106
1,44
,499
Usia
106
400
57,40
42,122
Antibiotik
106
13
25
18,66
6,019
106
17
3,25
4,070
Pola resistensi
106
1,57
,873
Valid N (listwise)
106
Frequencies
Statistics
Usia
Jenis
Diagnosa
Antibiotik
kelamin
Pola
Bakteri
Resistensi
penyebab
ISK
Valid
106
106
106
106
106
106
57,40
1,44
5,50
18,66
1,57
3,25
42,122
,499
4,203
6,019
,873
4,070
Minimum
13
Maximum
400
16
25
17
25
43,25
1,00
2,75
13,00
1,00
1,00
50
59,00
1,00
4,00
13,00
1,00
1,00
75
68,00
2,00
8,00
25,00
3,00
3,00
N
Missing
Mean
Std. Deviation
Percentiles
59
(Lanjutan)
Frequency Table
Diagnosis
Diagnosis
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
85
80,2
80,2
80,2
ISK+Penyakit penyerta
21
19,8
19,8
100,0
106
100,0
100,0
Total
Usia
Usia
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
< 20 tahun
12
11,3
11,3
11,3
21-30 tahun
7,5
7,5
18,9
31-40 tahun
5,7
5,7
24,5
41-50 tahun
14
13,2
13,2
37,7
51-60 tahun
20
18,9
18,9
56,6
> 61 tahun
46
43,4
43,4
100,0
106
100,0
100,0
Total
Antibiotik
Antibiotik
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
CRO
56
52,8
52,8
52,8
CIP
50
47,2
47,2
100,0
Total
106
100,0
100,0
Pola Resistensi
Pola Resistensi
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Resisten
Intermediet
72
67,9
67,9
67,9
5,7
5,7
73,6
28
26,4
26,4
100,0
106
100,0
100,0
Valid
Sensitif
Total
60
(Lanjutan)
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
Escherichia coli
62
58,5
58,5
58,5
Klebsiella pneumoniae
14
13,2
13,2
71,7
Pseudomonas aeruginosa
5,7
5,7
77,4
Enterobacter aerogenes
4,7
4,7
82,1
Citrobacter koserii
,9
,9
83,0
Acinetobacter baumanii
1,9
1,9
84,9
Pseudomonas luteola
2,8
2,8
87,7
Staphylococcus epidermidis
2,8
2,8
90,6
Enterobacter cloacae
,9
,9
91,5
2,8
2,8
94,3
Serratia marcescens
,9
,9
95,3
Klebsiellla ozaenae
1,9
1,9
97,2
Klebsiella ornithinolytica
,9
,9
98,1
Morganella morganii
,9
,9
99,1
Burkholderia cepacia
,9
,9
100,0
106
100,0
100,0
Staphylococcus
saprophyticus
Total
Analisis Bivariat
Hasil diagnosis hubungan antara penyakit terkait dan penyerta pada ISK
dengan jenis kelamin
Crosstabs
Case Processing Summary
Diagnosis terhadap Jenis
Cases
Kelamin
Valid
N
Jenis Kelamin
Missing
Percent
106
100,0%
Total
Percent
0
0,0%
Percent
106
100,0%
61
Total
ISK+Penyerta
terkait
Laki-Laki
51
59
Perempuan
34
13
47
85
21
106
Jenis Kelamin
Total
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio
sided)
sided)
sided)
,070
2,447
,118
3,264
,071
3,274
b
df
,088
3,243
,072
106
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,31.
b. Computed only for a 2x2 table
,059
62
(Lanjutan)
Hasil diagnosis hubungan antara penyakit terkait dan penyerta pada ISK
dengan Usia
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
Diagnosis terhadap Usia
Missing
Percent
106
100,0%
Total
Percent
0
0,0%
Percent
106
100,0%
Diagnosis
Total
ISK+ Penyakit
ISK+ penyakit
terkait
Penyerta
< 20 tahun
12
21-30 tahun
31-40 tahun
41-50 tahun
14
51-60 tahun
17
20
> 61 tahun
37
46
85
21
106
Total
Chi-Square Tests
Value
df
,483
5,369
,372
Linear-by-Linear Association
,009
,923
N of Valid Cases
106
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
4,477