Anda di halaman 1dari 8

TUGAS GEOLOGI BATUBARA

Disusun Oleh:
Muhammad Ryan Hidayatullah
111.140.137
Geologi Batubara Kelas F

A. Cekungan Limnik & Paralik dan hubungannya dengan pembentukan batubara


Batubara merupakan

hasil

dari

akumulasi

tumbuh-tumbuhan

pada

kondisi lingkungan pengendapan tertentu. Akumulasi tersebut telah terkena pengaruhpengaruh syn-sedimentarydan post-sedimentary. Akibat pengaruh-pengaruh tersebut
dihasilkan batubara dengan tingkat (rank) dan kerumitan struktur yang bervariasi.
Lingkungan pengendapan batubara dapat digunakan untuk menentukan penyebaran
lapisan, cara terjadinya, serta kualitas batubara. Menurut Stach et al (1982), berdasarkan
posisi geografinya, lingkungan pengendapan batubara dibedakan menjadi zona paralik
(tepi pantai) dan limnik (daratan). Batubara di dunia lebih dari 90% terbentuk di
lingkungan paralik yaitu rawa-rawa yang berdekatan dengan pantai. Daerah seperti ini
dapat dijumpai di dataran pantai, lagun, delta, atau juga fluvial.
Lingkungan Limnik
Lingkungan limnik atau air tawar merupakan lingkungan yang didominasi oleh
air tawar dan tidak memiliki hubungan hidrologis secara langsung dengan laut. Sublingkungan yang membentuk deposit batubara adalah antara lain:
- Fluvial swamp: Rawa fluvial banyak terdapat pada dataran banjir fluvial oleh karena
terlindung

dari

suplai

sedimen

oleh

adanya leeve sepanjang

teras

sungai.

Gambut/batubara yang dihasilkan dapat berselang-seling dengan lapisan pasir atau


lempung yang terbawa oleh adanya banjir. Kadang pembentukan gambut pada
lingkungan ini juga diselingi dengan adanya fasies danau.

Gambar 1. Ilustrasi Recent Fluvial Swamp. Yang termasuk lingkungan Limnik

- Danau: Pembentukan gambut terutama terjadi pada pinggir danau, sedangkan pada
posisi yang lebih dalam terbentuk lumpur organik oleh karena minimnya sirkulasi air.
- Upland bog: Gambut juga dapat terbentuk pada lingkungan yang tidak secara
langsung berhubungan dengan kondisi fluviatil, akan tetapi tetap terjadi drainasi dan
akumulasi material klastik tidak terlalu banyak melampaui akumulasi tumbuhan.
Lingkungan Paralik
Pada lingkungan paralik atau marginal marine, terdapat beberapa sublingkungan
dimana batubara umum terbentuk, yaitu pada:
- Estuarin, lagoon dan teluk: Pada lingkungan ini terjadi deposisi sedimen klastik dan
material organik dari marsh/swamp (paya/rawa) di sekitarnya serta kontribusi alga in
situ.
- Coastal marsh: Lingkungan ini berada pada daerah rendah di belakang gosong pantai
sehingga terpisah dari laut. Akan tetapi pada saat terjadi pasang tinggi dan badai, coastal
marsh secara periodik dipengaruhi oleh air laut. Tumbuhan yang terdapat pada
lingkungan ini adalah tumbuhan yang mampu beradaptasi dengan berbagai kondisi

salinitas. Tumbuhan yang umumnya ditemukan pada coastal marsh daerah tropis adalah
berupa mangrove.
_ Lower delta plain marsh/swamp: Fasies ini terutama berupa daratan/pulau
interdistributer yang ditumbuhi tumbuhan (mangrove) pada delta bagian depan yang
berhadapan dengan laut. Pada saat terjadi pasang tinggi dan badai, air laut yang masuk
dapat menyebabkan penambahan sulfur sehingga menyebabkan terbentuknya deposit
gambut yang kaya akan pirit. Selain itu pada saat banjir, sedimen berbutir halus dapat
diendapkan bersama material tanaman sehingga terbentuk gambut yang kandungan
abunya tinggi.

Gambar 2. Estuary

B. Proses Sedimentasi Syn Depositional dan Post Depositional serta hubungannya


dengan pembentukan batubara
Syn Depositional
Merupakan proses-proses geologi yang terjadi sebelum hingga yang terjadi
bersamaan dengan pengendapan batubara pada suatu cekungan. Proses syn depositional
diantaranya adalah :

1. Perbedaan kecepatan sedimentasi


lingkungan pembentukan batubara terdapat pada lingkungan yang tenang yang
memungkinkan terjadi pembusukan oleh mikroba secara perlahan dan tidak terganggu
oleh material lain yang dapat diendapkan bersamaan proses pengendapan batubara. Hal
ini dikarenakan material lempung atau pasir yang berlebih dapat meningkatkan kadar
abu pada batubara yang dapat mengurangi kualitas batubara. Hasil dari perbedaan
kecepatan sedimentasi antara lain seperti:
a
Bands
Gambar 3.
Perlapisan

batubara

Merupakan lapisan yang terdiri dari material yang bukan batubara, terjadi
karena suplai akumulasi sedimen klastik telah melebihi akumulasi gambut. Sedimen
klastik ini mungkin menunjukkan endapan over bank atau dataran banjir yang berasal
dari sungai yang terdekat atau dari debu vulkanik yang berasal dari sumber di luar
lingkungan rawa.
b

Splits
Kemenerusan lateral lapisan batubara di lapangan sering terbelah pada jarak

yang relatif dekat oleh sedimen bukan batubara yang membaji kemudian membentuk
dua lapisan batubara yang terpisah dan disebut autosedimentational split. Macammacam bentuk spilt :

Simple splitting, merupakan split sederhana yang terjadi akibat kehadiran tubuh
lentikuler yang besar darisedimen bukan batubara.

Proggresif splitting, merupakan split yang apabila terdiri dari beberapa lensa, maka

splitting dapat berkembang secara terus menerus.


Zig zag splitting, merupakan split yang terjadi pada suatu lapisan batubara yang
terbelah dan kemudian bergabung dengan lapisan batubara lain.

2. Penurunan dasar cekungan (subsidence)


Kecepatan penurunan yang lebh cepat dari kecepatan akumulasi tumbuhan akan
mengakibatkan air menggenangi rawa-rawa dan hutan sekelilingnya, sehingga
kehidupan tumbuhan terganggu. Jika penurunan lebih lambat dari kecepatan akumulasi
tumbuhan, maka akan menyebabkan akumulasi tumbuhan di permukaan. Akibatnya
permukaan airtanah akan turun dan tumbuhan membusuk oleh udara.
3. Bentuk morfologi dasar cekungan
Bentuk morfologi dasar cekungan rawa dan perubahan muka air, sangat
berpengaruh terhadap penebalan dan penipisan lapisan batubara yang berdampak
kepada besaran dan luasan dari geometri lapisan batubara.

Post Depositional
Merupakan proses-proses geologi yang terjadi setelah pengendapan batubara
pada suatu cekungan. Proses post depositional diantaranya adalah :
1. Washout
Washout merupakan tubuh lentikuler sedimen, biasanya batupasir, yang
menonjol ke bawah dan menggantikan sebagian atau seluruh lapisan batubara yang ada.
Umumnya memanjang atau berbelok-belok, dan menggambarkan struktur scour and fill
dibentuk oleh aktivitas channel berasosiasi dengan akumulasi gambut.
Washout dan roof rolls merupakan masalah utama dalam operasi penambangan.
Ketebalan lapisan dan ketidakmenerusan lapisan batubara akibat terisi channel,
sehingga itu tentu memerlukan kebijaksanaan. Demikian juga dengan peralatan yang
digunakan untuk menggali batubara sering menemui kesulitan untuk menembus

material bukan batubara yang telah menggantikan posisi lapisan batubara, terutama
pada tambang bawah tanah. (Ward, C.R., 1984)
2. Lingkungan pengendapan setelah pembentukan batubara
Pengaruh lingkungan pengendapan setelah pembentukan batubara yaitu apabila
diatas lapisan batubara diendapkan sedimen marine yang memiliki kadar sulfat yang
tinggi. Hal ini akan mempengaruhi kadar sulfida pada lapisan batubara dibawahnya,
sehingga akan membentuk mineral sulfida seperti pirit yang dapat mengurangi kualitas
batubara tersebut.

Gambar 4. Singkapan batubara

Kemenerusan lateral lapisan batubara di lapangan sering terbelah pada jarak


yang relatif dekat oleh sedimen bukan batubara yang membaji kemudian membentuk
dua lapisan batubara yang terpisah dan disebut autosedimentational split. Macammacam bentuk spilt :

Simple splitting, merupakan split sederhana yang terjadi akibat kehadiran tubuh

lentikuler yang besar darisedimen bukan batubara.


Proggresif splitting, merupakan split yang apabila terdiri dari beberapa lensa, maka

splitting dapat berkembang secara terus menerus.


Zig zag splitting, merupakan split yang terjadi pada suatu lapisan batubara yang
terbelah dan kemudian bergabung dengan lapisan batubara lain.

3. Penurunan dasar cekungan (subsidence)


Kecepatan penurunan yang lebh cepat dari kecepatan akumulasi tumbuhan akan
mengakibatkan air menggenangi rawa-rawa dan hutan sekelilingnya, sehingga
kehidupan tumbuhan terganggu. Jika penurunan lebih lambat dari kecepatan akumulasi
tumbuhan, maka akan menyebabkan akumulasi tumbuhan di permukaan. Akibatnya
permukaan airtanah akan turun dan tumbuhan membusuk oleh udara.
4. Bentuk morfologi dasar cekungan
Bentuk morfologi dasar cekungan rawa dan perubahan muka air, sangat
berpengaruh terhadap penebalan dan penipisan lapisan batubara yang berdampak
kepada besaran dan luasan dari geometri lapisan batubara.

DAFTAR PUSTAKA

Thomas, L., 2002, Coal Geology, John Wiley & Sons Ltd, England, 384 hal.
Prasongko, B.K., 1996, Model Pengendapan Batubara Untuk Menunjang Eksplorasi dan
Perencanaan Pertambangan, Program Pascasarjana Institut Teknologi Bandung,
Bandung, 138 hal.
Stach, E., Mackowsky, M.TH, Teichmuller, M., Taylor,G.H., Chandra, and D.
Teichmuller, 1982, Stacshs text book of coal petrology, 3rd., Gebruder, Berlin,
Stuttgart, 452 hal.
Horne, J.C., Ferm, J.C., Carucio, F.T., and Baganz, B.P., 1978, Depositional Models in
Coal Exploration and Mining Planning in Appalachian Region, AAPG Bulletin
vol 62/no 12, hal 2379-2411.
Galloway, W.E., and Hobday, D.K., 1983, Terrigenous Clastic Depositional Systems
Application to Petroleum, Coal, and Uanium Exploration, Springer-Verlag, New
York, 423 hal.

Anda mungkin juga menyukai