PENDAHULUAN
Definisi
Herpes zoster atau shingles merupakan manifestasi klinis karena reaktivasi
virus varisela zoster (VZV). Masa inkubasi Varicella zoster 10-21 hari. Selama
terjadi infeksi varisela, VZV meninggalkan lesi di kulit dan permukaan mukosa
menuju ujung saraf sensorik.
Kemudian
menuju
ganglion dorsalis.
Dalam
ganglion, virus memasuki masa laten dan tidak mengadakan multiplikasi lagi.
Reaktivasi terjadi jika sistem imun tubuh menurun. Karakteristik penyakit ini
ditandai dengan adanya ruam vesikular unilateral yang berkelompok dengan nyeri
yang radikular sekitar dermatom.1,2,3
Epidemologi
Insiden tersering pada daerah yang beriklim tropis, dengan puncak kejadian
yaitu pada musim semi, karena sangat menular sehingga hampir sebagian besar
populasi telah terinfeksi varicella selama hidup mereka. Paling sering pada masa
kanak-kanak. Re-aktivasi virus akan terjadi setelah penderita mendapat varisela.
Kadang-kadang varisela ini berlangsung subklinis. Tetapi ada pedapat yang
menyatakan bahwa kemungkinan transmisi virus secara aerogen dari pasien yang
sedang menderita varisela atau herpes zoster. 1,2
sel-sel
menghilang
mononuclear. VZV
24 jam
sebelum
yang
ada dalam
terjadinya
ruam
sel
mononuklear
kulit;
mulai
pada penderita
dengan
inklusi
eosinofilik intranuklear.
peristiwa
ballooning, yakni
degenerasi sel epitelial akan menyebabkan timbulnya ruangan yang berisi oleh
cairan. Penyebaran lesi di kulit diketahui disebabkan oleh adanya protein ORF47
kinase yang berguna pada proses replikasi virus. VZV dapat menyebabkan
terjadinya
didahului rasa nyeri, atau bahkan tidak disertai rasa nye ri . Pada keadaan tertentu
dapat juga terjadi nyeri tanpa lesi kulit di tempat tersebut. 4,5
Pada awalnya erupsi berupa papul dan plak eritem yang dalam beberapa jam
akan menjadi vesikel. Vesikel- vesikel baru terus terbentuk selama beberapa hari,
biasanya 1-5 hari, dipengaruhi usia pasien, beratnya penyakit, dan imunitas pasien.
Vesikel baru menandakan aktivitas replikasi virus. Vesikel selanjutnya dapat berubah
menjadi bula, vesikel hemoragik, pustul, krusta, lalu menyembuh.6
Lokasi penyakit ini adalah unilateral dan bersifat dermatomal sesuai dengan
persarafan. Pada susunan saraf tepi jarang timbul kelainan motorik, tetapi pada
susunan sarap pusat kelainan ini sering karena struktur ganglion kranialis
memungkinkan hal tersebut. Hiperestesi pada daerah yang terkena memberikan gejala
yang khas.6
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis klinis biasanya sudah cukup memadai untuk menentukan diagnosis
herpes zoster. Namun beberapa pemeriksaan penunjang yang bias dilakukan untuk
memastikan diagnosis adalah : Tes TZanck, Biospi kulit, Titer Antibodi, Pewarnaan
immunofluoresensi dari cairan vesikel dan mikroskop elektron.3
Penatalaksanaan
Asiklovir, famsiklovir, dan valasiklovir adalah agen antiviral yang telah
diakui
untuk penanganan
menggantikan
terhadap
infeksi
varicella. Nukleotida
ini
telah
diketahui memiliki efek klinis untuk mengatasi infeksi primer dan rekurens dari
VZV.5
Asiklovir hanya terfosforilasi ketika bertemu dengan timidin kinase dari
virus, obat ini cenderung inaktif di dalam tubuh kecuali bila tersensitisasi dengan
sel yang terinfeksi VZV atau yang telah memiliki enzim virus. Setelah terjadi
penggabungan antara asiklovir dengan timidine kinase, maka selular kinase akan
memetabolisme monofosfat menjadi trifosfat yang bersifat kompetitif inhibitor dan
menjadi rantai terminasi DNA virus polimerase. Konsentrasi yang biasanya
diperlukan untuk menginhibisi VZV adalah sekitar 1 hingga 2 mg/ml Obat
lainnya adalah famsiklovir yang merupakan diasetil, 6-deoksi ester penciclovir, yang
merupakan analog dari guanosin nukleotida. Metabolisme dari obat ini dimulai dari
uptake di sel usus dan diselesaikan di hati. Cara kerjanya serupa dengan asiklovir. 5
Valasiklovir
adalah
asiklovir
dengan
derivat valin
ester
yang
memungkinkan absorbsi secara oral lebih baik dari asiklovir biasa, valasiklovir
berubah kembali menjadi asiklovir pada saat proses absorbsi dan memiliki cara
kerja yang sama terhadap VZV dengan derivat asiklovir biasa. Selain itu, terdapat
pula BvaraU yang merupakan nukleosida lain yang juga memiliki kemampuan
tinggi untuk menginhibisi aktivitas VZV in vitro. Untuk mereka yang mengalami
resistensi
terhadap
asiklovir
maka dapat
diberikan
foskarnet
sebagai
penggantinya.5
Pemberian asetaminofen untuk mengurangi perasaan tidak nyaman akibat
demam; antipruritus seperti difenhidramin 1,25 mg/kg setiap 6 jam atau hidroksin
0,5 mg/kg setiap 6 jam. Topikal dan antibiotik sistemik dapat diberikan untuk
mengatasi superinfeksi bakteri.5
Komplikasi
Neuralgia pascaherpetika adalah komplikasi tersering herpes zoster. Kurang dari
seperempat pasien masih merasakan nyeri 6 bulan setelah lesi herpes zoster muncul,
bahkan ada yang masih merasakan nyeri setelah 1 tahun. Pasien mengeluhkan nyeri
seperti terbakar atau nyeri tumpul yang terus menerus dengan atau tanpa nyeri tajam
(seperti disayat) paroksismal. Keduanya dapat muncul spontan dan dapat diperberat
hanya dengan sentuhan ringan seperti kontak kulit dengan pakaian atau seprai atau
karena terkena hembusan angin. Aktivitas fisik, perubahan suhu dan emosi dapat
mengeksaserbasi nyeri. Kualitas hidup pasien dapat sangat terpengaruh sampai
mengalami depresi.7
BAB II
STATUS PASIEN
1.
2.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. T
Umur
: 49 Tahun
Alamat
: Pohara, Sampara
Pekerjaan
: Pengembala sapi
Tanggal Masuk RS
: 22 Desember 2014
ANAMNESIS
Keluhan Utama
punggung
Anamnesis Terpimpin
gelembung berisi cairan pada perut dan punggung bagian belakang. Keluhan ini
muncul sejak 5 Hari SMRS, Awalnyaa muncul di daerah punggung, sedikit dan
berukuran kecil-kecil, Lama kelamaan semakin banyak, menyebar pada perut.
Pasien juga mengeluh nyeri, terasa panas. Pasien juga mengeluh nyeri perut
bersamaan dengan timbulnya gelembung tersebut. riwayat demam disangkal oleh
pasien.
Riwayat demam (-) Riwayat Terkena Cacar Air (-), Riwayat keluarga
yang terkena cacar air (+). Riwayat mengonsumsi obat-obatan sebelumnya (-).
3.
STATUS DERMATOLOGIS
Effloresensi berupa Vesikel berkelompok dengan dasar eritema,Bulla, erosi,
ekskoriasi, Krusta terdapat Herpes zoster hemoragik pada Regio TorakoLumbal.
10
Riwayat demam (-) Riwayat Terkena Cacar Air (-), Riwayat keluarga
yang terkena cacar air (+). Riwayat mengonsumsi obat-obatan sebelumnya (-).
Pada pemeriksaan fisis keadaan pasien sakit sedang, tampak lesi
berupa vesikel yang berkelompok dengan dasar yang eritema, selain itu juga
tampak bulla, yang kemudian pecah, terkelupas dan membentuk krusta.
Diantara vesikel yang berisi Air juga tampak vesikel yang berisi darah.
Tempat predileksi lesi tersebut pada region Thorakolumbal.
Pada pasien tidak dilakukan pemeriksaan Penunjang dikarenakan
pasien meminta untuk Pulang Paksa.
6. DIAGNOSIS BANDING
Herpes Simpleks
7. DIAGNOSIS KERJA
Herpes Zoster Thoracolumbal
8. TERAPI
a. Antiviral
Acyclovir : 5 x 800 mg (7 hari)
b. Antibiotik Sistemik
Cefadroxyl : 2 x 500 mg
c. Antipiretik, analgetik
Paracetamol : 3 x 500 mg
11
BAB III
PEMBAHASAN
12
timbulnya gelembung pasien merasa nyeri tulang dan sendi namun riwayat
demam disangkal oleh pasien. 4
Herpes Zoster umumnya disebabkan karena Re-aktivasi dari Varicella
Zoster Virus yaitu setelah terkena varicella, namun, pasien juga menyangkal
pernah menderita Cacar Air sebelumnya, namun tidak menutup kemungkinan
bahwa pasien belum pernah menderita varisela, dikarenakan pasien lupa
apakah pernah menderita varisela sewaktu kecil.2
Pada kasus didiagnosa banding dengan Herpes Simpleks
Herpes simpleks
Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes
simpleks (virus herpes hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai oleh adanya
vesikel berkelompok diatas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah
dekat mukokutan, sedangkan infeksi dapat berlangsung baik primer maupun
rekurens.1
VHS tipe I dan II merupakan virus herpes hominis yang merupakan
virus DNA. Pembagian tipe I dan II berdasarkan karakteristik pertumbuhan
pada media kultur, antigenic marker dan lokasi klinis (tempat predileksi). 1
13
14
15
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Adhi D, Mochtar H, et al.Vitiligo. Dalam : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Edisi VI. Badan penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta.2011. h. 296-98
2. World Health Organization. Varicella and herpes zoster vaccines : WHO
Position paper june 2014.
3. Daili, Emmy S Sjamsoe, Menaldi Sri Linuwih, Wisnu I Made. 2009. Penyakit
Kulit Yang Umum Di Indonesia. Jakarta: PT. Medical Multimedia Indonesia.
4. Lubis DR. Varisela dan Herpes Zoster : Departemen Ilmu Kesehatan Kulit
dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 2009.
5. Kurniawan M, Dessy N Et Al, Varisela Zoster Pada Anak. Fakultas
Kedokteran Universitas Pelita Harapan Departemen Patologi Klinik.
Medicines Vol 3 No 1 Februari 2009.
6. Herpes Zoster: Epidemiology, Clinical Features. ARTICLE. Volume 35 :
Number 5 : Oktober 2012
7. Wijaya L, Regina. Neuralgia Pascahepatika, Departemen SMF ilmu kesehatan
kulit dan kelamin. fakultas kedokteran RS Atmajaya, Jakarta. Indonesia Vol
39. th 2012.
17