Anda di halaman 1dari 11

Pusat Hukum

HOME

Materi Hukum

Contact Me

About

Disclaimer

Privacy Policy

Home Semester 5 Materi Kuliah Hukum Lingkungan


Materi Kuliah Hukum Lingkungan
Semester 5
Wednesday, 9 September 2015
Materi Kuliah Hukum Lingkungan

BAB I PENGERTIAN HUKUM LINGKUNGAN


Hukum lingkungan dalam bahasa asing adalah Milieurecht (Belanda), environment
Law(Inggris), Umwelrecht (Jerman).
Pada tanggal 11 maret 1982 telah diberlakukan undang undang nomor 4 tahun 1982
tentang ketentuan ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup, di singkat dengan UULH dan
disempurnakan dengan UUPLH, tanggal 19 September 1997.
Menurut penjelasan UULH, istilah lingkungan hidup dan lingkungan dipakai dalam
pengertian yang sama. Lingkungan hidup bedasarkan pasal 1 angka 1 UULH-UUPLH adalah:
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan

prilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta


mahluk hidup lain.
Pengertian Lingkungan Hidup Menurut Para Ahli:
1. S. J. McNaughton dan Larry L. Wolf
Lingkungan hidup adalah semua faktor eksternal yang bersifat biologis dan fisika yang langsung
mempengaruhi kehidupan, pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi organisme.
2. Prof. Dr. Ir. Otto Soemarwoto
Lingkungan hidup adalah jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita
tempati yang mempengaruhi kehidupan kita.
3. Prof. Dr. St. Munadjat Danusaputro, SH
Lingkungan hidup adalah semua benda dan kondisi, termasuk di dalamnya manusia dan tingkah
perbuatannya, yang terdapat dalam ruang tempat manusia berada dan mempengaruhi hidup serta
kesejahteraan manusia dalam jasad hidup lainnya.
BAB II SEJARAH DAN PERKEMBANGAN
Hukum lingkungan indonesia telah mulai berkembang semenjak zaman penjajahan
Pemerintahan Hindia Belanda, tetapi Hukum lingkungan pada masa itu bersifat atau
berorientasikan pemakaian. Hukum lingkungan Indonesia Kemudian berubah sifatnya menjadi
hukum yang berorientasikan tidak saja pada pemakaian, tetapi juga pada perlindungan.
Perubahan ini tidak terlepas dari pengaruh lahirnya hukum lingkungan internasional
modern, yang d tandai dengan lahirnya Deklarasi Stockhom 1972.
Lahirnya Deklarasi Stockhom 1972 sangat mempengaruhi perkembangan hukum lingkungan
modern indonesia. Hal ini terbuki dengan dimasukkannya masalah pengelolaan lingkungan
hidup dalam GBHN 1973-1978 untuk pertama kalinya.
1.

Pengaturan Lingkungan pada masa UUKPLH


UUKPLH diundangkan pada tanggal 11 Maret 1982. Undang Undang ini merupakan ketentuan
payung (umbrella act) bagi perlindungan lingkungan. Konsekuensinya, UUKPLH tidak memuat
aturan-aturan detail tentang penanganan suatu persoalan hukum lingkungan. UUKPLH hanya
memuat aturan hukum tentang pengelolaan lingkungan hidup.

2.

Dari Undang-Undang No.4 tahun 1982 ke Undang-Undang 23 Tahun 1997


Sebagai tanda kepatuhan indonesia kepada norma hukum internasional, pemerintah
mengundangkan Undang-Undang No.4 tahu 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pengelolaan Hidup (UUKPPLH).
Dalam kurun waktu 15 tahun masa berlakunya, UUKPPLH mengalami banyak kendala
dalam penegakan hukum. Diantara kendala tersebut adalah kendala regulatif, institusional, dan
politis.
Atas beberapa kendala tersebut pemerintah mengundang-undang No.23 Tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH) untuk menggantikan UUKPLH. UUPLH
berlaku pada saat di undangkan 19 september 1997.

3.

Keharusan penyempurnaan UUPLH

Walaupun umurnya masih lima belas tahun, UUPLH kelihatannya sudah harus diubah
atau disempurnakan. Sejalan dengan Undang-Undang No.22 tahun 1999 yang di ganti dengan
Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan adanya keinginan
komunitas lingkungan hidup di DPR RI, pemerintah kususnya Mentri Negara Lingkungan
Hidup, perguruan tinggi dan LSM untuk mengundang-undangkan tentang Pengelolaan Sumber
Daya Alam (UUPSDA).
BAB III PERLINDUNGAN HUKUM DALAM MENGELOLA LINGKUNGAN
1.

Hak Atas Lingkungan Hidup yang Baik dan Sehat


Bedasarkan Pasal 5 ayat (1) UULH-UULPH hak ini dimiliki setiap orang, yaitu orang
seorang, kelompok orang, atau badan hukum. Walaupun demikian, di samping mempunyai hak,
menurut pasal 5 ayat (2) UULH setiap orang berkewajiban memelihara lingkungan hidup dan
mencegah serta menanggulangi kerusakan dan pencemarannya.
Penuangan hak perseorangan berupa hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat tidak
merupakan hak asasi pada tingkat Undang-Undang Dasar tetapi hanya hak biasa pada Tingkat
Undang-Undang.
2. Hak Untuk Berperan Serta dalam rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup
Hak ini terdapat dalam Pasal 6 ayat (1) UULH, berdampingan dengan kewajiban setiap
orang untuk berperanserta dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup, mencakup tahap
perencanaan maupun tahap tahap pelaksanaan dan penilaian. Hakekat sebenarnya dari hak
berperanserta adalah dalam prosedur pengambilan keputusan tata usaha negara, khususnya
tentang izin lingkungan.
BAB V PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN
a.
b.
c.
d.
A.

Penyelesaian Sengketa di Pengadilan digolongkan kepada:


Sengketa Hukum Administratif
Sengketa Hukum Pidana
Sengketa Hukum Perdata
Sengketa Hukum Internasional

Class Action
Istilah Class Action (CA) atau disebut pula dengan actio popularis diartikan dalam bahasa
Indonesia secara beragan di sebut dengan gugatan perwakilan, gugatan kelompok atau ada juga
yang menyebutkan gugatan berwakil.
B. Peraturan Mahkamah Agung/PERMA No 1 tahun 2002
Memuat beberapa prinsip yaitu:
1. Persyaratan jumlah anggota kelompok (prinsip numerosity)
Perma ini tidak menetapkan kriteria tentang berapa jumlah paling sedikit supaya disebut gugatan
class action.
2. Prinsip kesamaan fakta, Hukum dan Tipikalis

Prinsip ini merupakan karakter khusus dari class action yang di sebut commonality. Harus
adanya kesamaan masalah, dasar hukum, kesamaan tuntutan dari para korban dan pembelaan
yang dilakukan oleh tergugat.
3. Prinsip Kelayakan Mewakili (Adequancy of Representation)
Perma menentukan bahwa wakil kelompok haruslah memiliki sifat: kejujuran, kesungguhan,
kemampuan, pendidikan dan status sebagai wakil kelompok
4. Formal Gugatan
Adanya fakta yang mendasari gugatan(posita) dan inventarisasi tuntutan (petitum)
5. Posita Gugatan
Mekanisme beracara biasanya di haruskan supaya berisikan data atau identifikasi fakta-fakta atau
peristiwa yang jelas.
6. Identitas Penggugat
Identitas diharuskan bagi wakil kelompok secara lengkap dan jelas
7. Surat Kuasa
Dalam perma ini tidak diisyaratkan surat kuasa khusus
8. Penetapan tentang sah atau tidak Gugatan Perwakilan
Pada awal pemeriksaan di persidangan pengadilan secara wajib memeriksa mengenai kriteria
gugatan perwakilan
9. Prinsip Pemberitahuan kepada Anggota Kelompok
Apabila hakim telah menyatakan sah mengenai gugatan perwakilan, maka setelah itu hakim
segera memerintahkan penggugat untuk mengajuan usulan model pembritahuan kepada
kelompoknya.
Dengan cara: langsung, media cetak, media elektronik, pengumuman di kantor pemerintah.
10. Pernyataan opt out dan opt in
Opt out yaitu yang menyatakan dirinya secara tegas keluar dari keanggotaan kelompok.
Opt in yaitu yang menyatakan dirinya secara tegas masuk dari keanggotaan kelompok.
11. Konsekuensi Putusan terhadap Pernyataan keluar
Konsekuensi putusan class action tidak mengikat para anggota yang keluar (pasal 8 ayat 2).
Artinya yang mengajukan pernyataan keluar lepas dari tanggung awab gugatan secara penuh.
12. Putusan Hakim
Dalam pasal 19 putusan hakim mengabulkan gugatan secara class action berisi: jumlah ganti rugi
secara rinci, penentuan kelompok atau sub kelompok yang berhak, mekanisme pendistribusian
ganti rugi, langkah langkah yang wajib di tempuh oleh wakil kelompok dalam proses penetapan
dan pendistribusian.
C. Legal Standing
Istilah legal standing disebut juga dengan standing, ius standi, persona standi. Bila di
Indonesiakan menjadi hak gugat atau adapula yang menyebutnya dengan kedudukan gugat,
sementara UUPLH 1997 dalam pasal di atas menyebutnya dengan hak mengajukan Gugatan
D. Citizien Standing/Citizien Law Suit
Citizien Standing/Citizien Law Suit adalah hak gugat yang menyangkut masyarakat, LSM,
Warga Negara, atau orang perorangan.
BAB VI PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN ADMINISTRASI
TATA RUANG, ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL), PERIZINAN,
SANKSI.

1.

2.

a.

b.

c.

a.
b.
c.
d.
d.

TATA RUANG
Dalam mengelola lingkungan, perlu adanya sistem keterpaduan, yang meliputi kebijakan
penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan
pengendaliannya.
Dasar hukum penataan ruang di Indonesia di mulai dari landasan konstitusi pasal 33 ayat
(3) uud 1945 yang mengatur kekuasaan negara atas semua sumber daya alam yang dimaksudkan
untuk kesejahteraan rakyat.
Kemudian UU No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup menyebutkan
bahwa pengelolaan lingkungan berasaskan pelestarian kemampuan lingkungan, yang serasi dan
seimbang, untuk menunjang pembangunan berkelanjutan. Pasal 9 UUPLH 1997 menetapkan
bahwa salah satu pokok kebijaksanaan nasional tentang pengelolaan lingkungan adalah aspek
Tata Ruang.
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL)
AMDAL dipergunakan dengan beberapa istilah asing, yakni Environmental Impact
Analysis, Environmental Impact Assesment, atau Environmental Assesment dan Statement. Prof
Otto Soemarto menggunakan istilah tersebut dengan Analisis Dampak Lingkungan dan
berkenaan dengan itu tetapi dalam tekanan lain dengan Analisis Manfaat dan Resiko
Lingkungan (AMRIL). Prof.St. Munadjat Danusaputro mengistilahkannya dengan Pernyataan
Dampak Lingkugan sebagai terjemahan dari Environmental Impact Statement.
Jenis jenis AMDAL:
AMDAL secara tunggal
AMDAL ini dilakukan terhadap satu jenis usaha atau kegiatan. Karena kegiatannya bersifat
tunggal, maka kewenangan pembinaanya berada di bawah satu instansi yang membidangi usaha
atau kegiatan tersebut.
AMDAL sektor
AMDAL ini dapat juga disebut dengan AMDAL sektoral, karena kebijakan tentang penetapan
kewajiban amdalnya ditetapkan oleh Mentri sektoral. Pasal 3 ayat (2) PP Amdal 1999
mengatakan bahwa jenis usaha atau kegiatan yang wajib memiliki amdal ditetapkan Mentri
setelah mendengar dan memperhatikan saran dan pendapat Mentri lain atau pimpinan LPMD
terkait. Dengan demikian, mengenai kewajiban Amdal atas suatu kegiatan, sifatnya sektoral.
AMDAL Terpadu atau Amdal Multisektor
Bedasarkan pasal 2 ayat (3) PP No 27 tahun 1999 (PP Amdal 99), Mentri /Negara Lingkungan
Hidup telah mengeluarkan peraturan KEPMEN LH No.Kep-57/MENLH/12/1995 tentang Amdal
Usaha atau Kegiatan Terpadu/ Multisektor.
Kriteria terpadu demikian meliputi:
Proses perencanaan , pengelolaan dan proses produksinya.
Jenis jenis usaha atau kegiatan yang Amdalnya menjadi kewenangan berbagai instansi teknis
yang membidanginya.
Kegiatan tersebut berada dalam kesatuan hamparan ekosistem.
Kegiatan tersebut berada di bawah satu pengelola atau lebih.
AMDAL Regional atau Amdal Kawasan
Amdal ini adalah berupa hasil kajian mengenai dampak besar dan penting kegiatan terhadap
lingkugan dalam satu kesatuan hamparan ekosistem zona pengembangan wilayah atau kawasan
sesuai rencana tata ruang wilayah atau kawasan.

a.
b.
c.
d.
e.
3.

a.
b.
c.
d.

a.
b.
c.
4.

Kriterianya meliputi:
Berbagai kegiatan yang saling terkait antar satu dengan yang lainnya.
Setiap kegiatan menjadi kewenangan lebih dari satu instansi yang bertanggung jawab.
Kegiatan tersebut dimiliki oleh lebih dari satu badan usaha(pemrakarsa).
Kegiatan terletak dalam satu zona rencana pengembangan wilayah sesuai RUTR daerah.
Kegiatan tersebut dapat terletak dalam lebih dari satu kesatuan hamparan ekosistem.
PENGELOLAAN PERIZINAN LINGKUNGAN
Perizinan di istilahkan dengan license/permit (inggris), vergunning (Belanda).
Izin merupakan alat pemerintah yang bersifat yuridis preventif, dan digunakan sebagai
instrumen hukum administrasi untuk mengendalikan prilaku masyarakat. Selain itu fungsi izin
adalah represif sebagai instrumen untuk menanggulangi masalah lingkungan yang disebabkan
oleh aktivitas manusia.
Di Indonesia, perizinan lingkungan di berikan oleh instansi-instansi yang terkait dengan
pengelolaan lingkungan, yang di sebut izin sektoral.
Sumber/Dasar hukum Perizinan Lingkungan:
Hinder Orodinantie (S.1926)
UUPLH 1997
PP No.20 Tahu 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air
PP No.19 Tahun 1994 jo PP No.12 tahun 1975 tentang pengelolaan limbah B3
Faktor syarat Perizinan
Faktor Rencana tata ruang
Faktor pendapat masyarakat
Faktor pertimbangan dan rekomendasi pejabat yang berwenang (UUPLH 1997 Pasal 9 ayat 1).
PENEGAKAN SANKSI ADMINISTRASI
Sanksi merupakan tindakan hukum(legal action) yang di ambil pejabat tata usaha negara
yang bertanggung jawab atas pengelolaan lingkungan hidup atas pelanggaran persyaratan
lingkungan.
UUPLH memungkinkan Gubernur atau Bupati dan atau Walikota melakukan paksaan
pemerintah. Misalnya, Pasal 25 UU No. 23 Tahun 1997 memungkinkan Gubernur untuk
mengeluarkan paksaan pemerintah untuk mengeluarkan paksaan pemerintah untuk mencegah
dan mengakhiri pelanggaran, untuk menanggulangi akibat dan untuk melakukan tindakan
penyelamatan, penanggulangan dan pemulihan
BAB VII PENEGAKAN HUKUM LINGKUGAN PERDATA

Penyelesaian sengketa terbagi menjadi dua yaitu di dalam pengadilan dan du luar pengadilan.
Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan
Penyelesaian sengketa di luar pengadilan ini bisa dilakukan oleh hanya kedua belah pihak
atau dengan menggunakan pihak ketiga.
Tujuan penyelesaian sengketa di luar pengadilan adalah untuk mencari kesepakatan
tentang bentuk dan besarnya ganti rugi atau menentukan tindakan tertentu yang harus dilakukan
oleh pencemar untuk menjamin bahwa perbuatan ini tidak terjadi lagi di masa yang akan datang.
B. Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan
A.

a.
b.
c.

d.

Penyelesaian sengketa melalui pengadilan ini adalah suatu proses beracara biasa.
Penyelesaian melalui pengadilan ini dapat di tempuh jikapenyelesaian sengketa di luar
pengadilan tidak mencapai kesepakatan.
Korban pencemaran lingkungan dapat secara sendiri-sendiri atau di wakili oleh orang lain
menggugat pencemaran untuk meminta ganti rugi atau untuk meminta pencemar melakukan
tindakan tertentu.
Hak Gugat (legal standing) secara umum
Artinya secara keperdataan seseorang hanya memiliki hak untuk menggugat apabila ia memiliki
kepentingan yang dirugikan oleh orang lain. Hali ini dapak kita lihat dalam pasal 34 UUPLH.
Hak gugat (legal standing) LSM
Menurut UUPLH pasal 37, LSM memiliki locus standi atau legal standing untuk mengajukan
gugatan atas nama masyarakat.
Gugatan ganti rugi acara biasa
Bedasarkan UUPLH, korban pencemaran lingkungan dapat meminta civil remedy berupa ganti
rugi(compensation). Ada dua macam tanggung jawab perdata (civil liability) yang di atur dalam
UUPLH, yaitu tanggung jawab bedasarkan kesalahan (liabilty based on fauly) UUPLH Pasal 34
jo Pasal 1365 KUH Perdata dan tanggung jawab seketika (strict liabilty) UUPLH Pasal 35 ayat 1.
Gugatan Perwakilan Kelas (class action)
Bedasarkan UUPLH Pasal 37 memberi kemungkinan pada masyarakat untuk mengajukan
gugatan perwakilan (class action) dalam kejadian atau pencemaran lingkungan hidup. Menurut
pasal ini, masyarakat banyak sebagai sebagai anggota kelas (class members) dapat diwakili oleh
sekelompok kecil orang yang disebut perwakilan kelas (class representative).
BAB VIII PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN PIDANA

A.

B.

C.
a.
b.
c.
d.
e.

Pendahuluan
Penegakan hukum pidana ini dapat menimbulkan faktor penjera (detterant factor) yang
sangat efektif. Penegakan hukum pidana merupakan ultimum remendium atau upaya hukum
terakhir karena tujuannya adalah untuk menghukum pelaku dengan degan hukuman penjara atau
denda.
Delik Lingkungan dan Ancaman Hukuman
UUPLH mengatur hal-hal yang tidak di atur dalam UU No.4 tahun 1982, seperti
tanggung jawab perusahaan, delik formil, dan hukuman tata tertib.
Ada dua macam tindak pidana yang diperkenalkan dalam UUPLH yaitu delik materiil, dan delik
formil. Delik materiil adalah perbuatan melawan hukum yang menyebabkan pencemaran atau
perusakan lingkungan hidup. Delik formil adalah perbuatan melanggar aturan-aturan hukum
administrasi.
Tindakan Tata Tertib
Tindakan tata tertib merupakan hukuman tambahan selain denda yang dapat digolongkan sebagai
berikut:
Perampasan keuntungan yang diperoleh dati tindak pidana
Peutupan seluruhnya atau sebagian perusahaan
Perbaikan akibat tindak pidana
Mewajibkan mengerjakan apa yang dilakukan tanpa hak
Meniadakan apa yang dilalaikan tanpa hak

f.
D.

a.
b.
c.

a.
b.
c.
E.

a.

a)
b)
c)
d)
e)
b.

c.
a)
b)

d.

Menempatkan perusahaan di bawah pengampuan paling lama tiga (3) tahun


Kejahatan Korporasi (Corporate Crime)
Dalam perkembangan pertanggungjawaban Pidana di Indonesia, yang dipertanggung
jawabkan tidak hanya manusia tetapi juga korporasi. Perumusan yang di tempuh oleh pembuat
Undang-undang adalah sebagai berikut:
Yang dapat melakukan tindak pidana yang dapat dipertanggungjawabkan adalah orang.
Yang dapat melakukan tindak pidana adalah orang dan atau korporasi, tetapi yang
dipertanggungjawabkan hanyalah orang. Dalam hal korporasi melakukan tindak pidana, maka
yang dipertanggungjawabkan adalah pengurus korporasi.
Yang dapat melakukan tindak pidana dan yang dapat dipertanggungjawabkan adalah orang dan
atau korporasi. Rumusan ini terdapat dalam UU Tindak Pidana Ekonomi, Narkotika, dan
UUPLH.
Menurut Mardjono Reksodiputro ada tiga sistem pertanggungjawaban pidana korporasi sebagai
subjek tindak pidana yakni:
Pengurus korporasi sebagai pembuat, maka penguruslah yang bertanggung jawab
Korporasi sebagai pembuat, maka penguruslah yang bertanggung jawab
Korporasi sebagai pembuat dan yang bertanggung jawab
Pertanggungjawaban Pidana Lingkungan
Konsepsi pertanggungjawaban pidana, dalam arti pembuat ada beberapa syarat yang harus di
penuhi yaitu; 1)adanya perbuatan pidana, 2)ada pembuat yang mampu bertanggung jawab, 3) ada
unsur kesalahan yang berupa kesengajaan atau kealpaan, 4)tidak ada alasan pemaaf
Elemen Perbuatan Pidana
Maksudnya adalah semua perbuatan yang dilarang oleh undang-undang dan perbuatan pidana
tersebut merupakan perbuatan jahat, yang apabila di langgar akan mendapatkan ganjaran berupa
sanksi pidana sebagaimana di atur dalam hukum pidan materiil.
Terdapat 5 unsur
Kelakuan dan akibat
Hal ikhwal atau keadaan yang menyertai perbuatan
Keadaan tambahan yang memberatkan pidana
Unsur yang melawan hukum objektif
Unsur melawan hukum yang subjektif
Elemen Barangsiapa
Maksudnya adalah siapa saja sebagai subjek hukum, sebagai pendukung hak dan kewajiban dan
kepadanya tidak diberlakukan pengecualian hukum seperti yang ditentukan oleh pasal 44, 48, 49,
dan 50 KUHP.
Elemen Kesengajaan atau Kealpaan
Menurut teori Hukum pidana ada tiga bentuk kesengajaan yaitu:
Kesengajaan sebagai maksud (opzet als oogmerk)
Merupakan suatu tindakan untuk melakukan atau untuk tidak melakukan sesuatu yang
bertentangan dengan hukum, dimana perbuatan itu di ingini atau diketahui oleh pelaku perbuatan
Kesengajaan sebagai keharusan (opset bij noodzakelijk heids)
Merupakan suatu tindakan untuk melakukan/tidak melakukan sesuatu perbuatan yang
bertntangan dengan hukum, dimana pelakunya mengisyafi bahwa akibat perbuatan tersebut
merupakan suatu kepastian atau keharusan.
Elemen tidak adanya unsur pemaaf

Berkaitan dengan jika suatu keadaan dimana pelaku berada dalam suatu tekanan. Jika pelaku
berada dalam tekanan majikan maka dia sebagai operator dapat di bebaskan dari tuntutan
hukuman dan bahkan pertanggungjawaban pidananya dapat dikenakan terhadap majikannya.

Share1
Related Posts

Materi Kuliah Teori Perundang-undangan

Materi Kuliah Hukum Lingkungan

Related Posts

Materi Kuliah Teori Perundang-undangan

Materi Kuliah Hukum Lingkungan

Silahkan Berkomentar, no SPAM no SARA ya...

2 Comments

0 Comments
Newer Post
Older Post
Home

Artikel Pilihan

Contoh Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia

Materi Kuliah Hukum Acara Pidana

Pengertian Replik Dan Duplik

UNSUR UNSUR TINDAK PIDANA

Materi Kuliah Hukum Lingkungan

Pengertian dan jenis Upaya Hukum Dalam Hukum Acara Perdata

Pengertian Pemerintahan Daerah dan Pemerintahan Pusat

Pengertian Otonomi Daerah dan Daerah Otonom

Pengertian Gugatan Konvensi Rekonvensi dan Eksepsi

PADUAN
Klik posting lama/posting baru di atas^(yg ber highlight biru) untuk next
Blog Archive

December (5)

November (6)

October (1)

September (1)

March (9)

Copyright 20162016 Pusat Hukum. All rights reserved. Your Links Here Link. Link Here.
New Thesis SEO V3. Designed by CB Blogger. Original Theme: Thesis SEO. Powered by
Blogger
CB

Anda mungkin juga menyukai