FISIOLOGI TUMBUHAN
Rosinda Tresa Situmorang
Kelompok 5
NIM. 4153220016
RINGKASAN
Difusi terjadi karena berpindahnya suatu larutan dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi yang lebih rendah. Osmosis terjadi karena berpindahnya suatu larutan dari
konsentrasi rendah ke konsentrasi yang tinggi. Plasmolisis merupakan dampak dari
peristiwa osmosis. Jika sel tumbuhan diletakkan di larutan garam terkonsentrasi
(hipertonik), sel tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan turgor, menyebabkan sel
tumbuhan lemah.Tumbuhan dengan sel dalam kondisi seperti ini layu. Kehilangan air lebih
banyak akan menyebabkan terjadinya plasmolisis: tekanan terus berkurang sampai di suatu
titik di mana protoplasma sel terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak antara
dinding sel dan membran.Akhirnya cytorrhysis - runtuhnya seluruh dinding sel - dapat
terjadi. Tidak ada mekanisme di dalam sel tumbuhan untuk mencegah kehilangan air secara
berlebihan, juga mendapatkan air secara berlebihan, tetapi plasmolisis dapat dibalikkan jika
sel diletakkan di larutan hipotonik. Proses sama pada sel hewan disebut krenasi.Cairan di
dalam sel hewan keluar karena peristiwa difusi.Plasmolisis hanya terjadi pada kondisi
ekstrem, dan jarang terjadi di alam. Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium dengan
meletakkan sel pada larutan bersalinitas tinggi atau larutan gula untuk menyebabkan
ekosmosis, seringkali menggunakan tanaman Elodea atau sel epidermal bawang yang
memiliki pigmen warna sehingga proses dapat diamati dengan jelas.
Kata Kunci: Osmosis dan difusi, Plasmolisis, Viskosistas Sel
DAFTAR ISI
Praktikum 1 Osmosis dan Difusi ................................................................................. 2
Praktikum 2 Plasmolisis .............................................................................................. 9
Praktikum 3 Viskositas Sel yang Sedang Membentang .............................................. 17
Praktikum I
OSMOSIS DAN DIFUSI
A . Tujuan Praktikum
1. Mengetahui pengaruh konsentrasi larutan terhadap peristiwa osmosis pada sampel
percobaan.
2. Mengetahui perbedaan ukuran sampel sebelum diberi larutan berkonsentrasi dan
setelah diberi larutan berkonsentrasi.
3. Mengetahui perbedaan peristiwa osmosis dan difusi.
B. Landasan Teori
Proses Difusi
Proses difusi merupakan perpindahan molekul larutan berkonsentrasi tinggi menuju
larutan berkonsentrasi rendah tanpa melalui selaput membran. Contoh sederhana adalah
pemberian gula pada cairan teh tawar. Lama kelamaan cairan akan terasa manis. Contoh lain
adalah uap air dari cerek yang berdifusi dalam udara, dimana pada masing-masing zat,
kecepatan difusi berbeda-beda. Difusi merupakan salah satu prinsip yang menggerakkan
partikel zat seperti CO2, O2 dan H2O masuk ke dalam jaringan. Gerak partikel zat ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor penting, meliputi (Pratiwi, D. 2007) :
1) Beda suhu .
Setiap zat cenderung dalam keadaan bergerak. Tenaga gerak semakin besar pada suhu
yang semakin tinggi, sehingga gerak zat akan semakin cepat. Coba perhatikan saat kita
memanaskan air. Molekul air akan bergerak semakin cepat bikla akan semakin panas.
Adanya gerakan zat ini dapat menjadi salah satu pendorong masuknya zat ke dalam akar.
2)
Beda konsentrasi.
Dengan kata lain, perbedaan konsentrasi zat membangkitkan tenaga gerak suatu zat.
3)
Beda tekanan.
Pergerakan zat juga terjadi karenaadanya beda tekanan antara dua daerah. Misalnya,
antara daerah di sekitar akar (rizhosfir) dengan keadaan di dalam sel / jaringan (Latunra.
2007).
koligatif, yaitu properti yang gayut terhadap konsentrasi molar zat terlarut dan bukan
terhadap jenis zatnya (Lakitan, B. 2008).
Osmosis merupakan fenomena yang penting di dalam sistem biologis karena
kebanyakan membran biologis bersifat semipermeabel. Secara umum, membran-membran
tersebut tidak permeable terhadap bahan organik dengan molekul besar, seperti polisakarida,
akan tetapi permeabel terhadap air dan zatzat kecil dan tidak bermuatan. Permeabilitas juga
gayut terhadap properti kelarutan, muatan atau sifat kimiawi serta ukuran zat terlarut.
Molekul air, misalnya, dapat bergerak melewati dinding sel, tonoplast (vakuola) atau
protoplast dengan dua cara, yaitu dengan berdifusi melalui lapisan ganda fosfolipida secara
langsung, atau melalui aquaporin (protein transmembran kecil yang memfasilitasi difusi dan
membentuk kanal ion) (Pujiyanto, S. 2008).
Osmosis memberikan cara yang mudah bagi transpor air keluar atau masuk sel.
Tekanan turgor sel dijaga dengan osmosis pada membran sel, antara bagian dalam sel dan
lingkungannluarnya yang relative lebih hipotonik (Lakitan, B. 2008).
Membran semipermeabel harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat
terlarut, yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran. Osmosis merupakan suatu
fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan meningkatkan tekanan pada
bagian dengan konsentrasi yang lebih encer. Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk
mencegah mengalirnya pelarut melalui membran selektif permeabel dan masuk ke larutan
dengan konsentrasi yang lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor. Tekanan osmotik
merupakan sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat
terlarut dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri. Osmosis juga merupakan suatu topik
yang penting dalam biologi karena fenomena ini dapat menejelaskan mengapa air dapat
ditransportasi ke dalam dan ke luar sel (Kusnadi. 2007).
Osmosis terbalik adalah sebuah istilah teknologi yang berasal dari osmosis. Osmosis
merupakan sebuah fenomena alam dalam sel hidup di mana molekul solvent (biasanya air)
akan mengalir dari daerah solute rendah ke daerah solute tinggi melalui sebuah membran
semipermeabel. Membran semipermeabel ini menunjuk ke membran sel atau membran
apapun yang memiliki struktur yang mirip atau bagian dari membran sel. Gerakan dari
solvent belanjut sampai sebuah konsentrasi yang seimbang tercapai di kedua sisi membran.
Reverse osmosis adalah sebuah proses pemaksaan sebuah solvent dari sebuah daerah
konsentrasi solute tinggi melalui sebuah membran ke sebuah daerah solute rendah
dengan menggunakan sebuah tekanan melebihi tekanan osmotik.
Pelarut atau solvent (dalam banyak kasus adalah air) bergerak dari larutan
berkonsentrasi lebih rendah (hipotonik) ke larutan berkonsentrasi lebih tinggi (hipertonik)
yang bertujuan menyamakan konsentrasi kedua larutan (Al Barry, D. Y. 2001). Efek ini
dapat dilihat dari bertambahnya tekanan pada larutan hipertonik relatif terhadap larutan
hipotonik. Sehingga tekanan osmotik didefinisikan sebagai tekanan yang diperlukan untuk
menjaga kesetimbangan, dengan tidak adanya aliran pelarut. Tekanan osmotik merupakan
4
properti koligatif, yaitu properti yang gayut terhadap konsentrasi molar zat terlarut (solute)
dan bukan terhadap jenis zatnya (Jati, W. 2007 ).
Faktor penyerapan secara Osmosis
Terdapat 2 faktor penting sesuai dengan hukum Fick pertama yang menentukan laju
osmosis ke dalam jaringan (melewati membran), yaitu (Innerarity, S. 2002) :
1) Faktor perbedaan (gradien) potensial air antara cairan sel penyerapan dengan larutan tanah
di luarnya.
2) Permeabilitas membran terhadap zat-zat.
Jumlah
Bahan
CUP
3 BUAH
PISAU
CUTTER
1 BUAH
KENTANG(Solanum
tuberosum L )
CORK
BORER
1 BUAH
LOBAK
sativus )
GARAM
Secukupnya
AIR
Secukupnya
D. Prosedur Kerja
Jumlah
3 BUAH
(Raphanus 1 BUAH
Waktu
WORTEL
KENTANG
WORTEL
KENTA
NG
Hari I
5 ml
2 ml
10 ml
5 ml
Hari II
7 ml
4 ml
3 ml
3 ml
Waktu
WORTEL
KENTANG
WORTEL
KENTANG
Hari I
10 ml
5 ml
5 ml
2 ml
Hari II
8 ml
6 ml
2 ml
0 ml
C . LOBAK
Waktu
Hari I
1 cm
1 cm
Hari II
0,7 cm
1,1 cm
Pembahasan
Bila suatu substansi larut dalam air, konsentrasi air dalam larutan tersebut lebih
rendah dibandingkan konsentrasi air dalam larutan air murni dengan volume yang sama. Hal
ini karena tempat molekul air telah ditempati oleh molekul substansi tersebut. Jadi bila
konsentrasi zat yang terlarut meningkat, konsentrasi air akan menurun. Bila suatu larutan
dipisahkan oleh suatu membran yang semipermeabel dengan larutan yang volumenya sama
namun berbeda konsentrasi zat yang terlarut, maka terjadi perpindahan air/zat pelarut dari
larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang rendah ke larutan dengan konsentrasi zat terlarut
lebih tinggi, perpindahan seperti ini disebut dengan osmosis. (Bidwell,1979)
Partikel (ion atau molekul) suatu substansi yang terlarut selalu bergerak dan
cenderung menyebar dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah
sehingga substansi partikel tersebut merata. Perpindahan partikel seperti ini disebut difusi.
(Bidwell,1979)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu perendaman berpengaruh terhadap laju
penyerapan konsentrasi larutan gula ke dalam kentang dan wortel. Semakin tinggi suhu
perendaman, maka semakin cepat penyerapan larutan gula ke dalam kentang dan wortel.
Selama perendaman dalam air hangat berkonsentrasi gula, dimensi sampel berubah mengecil
di semua arah yaitu panjang, tebal dan tinggi. Perubahan ini diduga karena adanya air yang
keluar dari dalam kentang dan wortel sehingga terjadi tarikan jaringan di dalam bahan.
(Arlita,2013)
Pentingnya air sebagai pelarut dalam organisme hidup tampak amat jelas, misalnya
pada proses osmosis. Dalam suatu daun, volume sel dibatasi oleh dinding sel dan relative
hanya sedikit aliran air yang dapat diakomodasikan oleh elastisitas dinding sel. Konsekuensi
tekanan hidrostatis (tekanan turgor) berkembang dalam vakuola menekan sitoplasma
melawan permukaan dalam dinding sel dan meningkatkan potensial air vakuola. Dengan
naiknya tekanan turgor, sel-sel yang berdekatan saling menekan, dengan hasil bahwa sehelai
daun yang mulanya dalam keadaan layu menjadi bertambah segar (turgid). Pada keadaan
seimbang, tekanan turgor menjadi atau mempunyai nilai maksimum dan disini air tidak
cenderung mengalir dari apoplast ke vakuola. (Dwijoseputro, 1985)
F. Kesimpulan
1 . Proses difusi dan osmosis merupakan proses yang sangat penting bagi tumbuhan untuk
pertukaran zat. Difusi merupakan perpindahan zat terlarut dari hipertonis (konsentrasi tinggi)
ke larutan hipotonis (konsentrasi rendah) tanpa melalui membran semipermeabel. Sedangkan
osmosis merupakan perpindahan zat pelarut dari larutan hipertonis ke larutan hipotonis
melalui membran semipermeabel.
2 . Ada beberapa faktor yang memengaruhi kecepatan difusi, yaitu ukuran partikel, ketebalan
membran, luas suatu area, jarak dan suhu. Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat
partikel itu akan bergerak sehingga kecepatan difusi semakin tinggi. Semakin tebal membran
dan besar luas area serta semakin besarnya jarak antara dua konsentrasi, menyebabkan
semakin lambat kecepatan difusinya.
3 . Peristiwa difusi pada tumbuhan sangat penting untuk keseimbangan hidup tumbuhan.
Karbon dioksida (CO2) dan oksigen (O2) diambil oleh tumbuhan dari udara melalui proses
difusi.
Referensi
Al Barry, D. Y. 2001. Kamus Ilmiah Populer. Yogyakarta: Arkola.
Innerarity, S. 2002. Fluid & electrolytes made incredibly easy. Springhouse Corporation
United States of America.
Praktikum II
PLASMOLISIS
A. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui faktor faktor penyebab terjadinya plasmolisis.
2. Mengetahui dampak plasmolisis terhadap fisiologis tumbuhan.
3. Mengetahui proses terjadinya plasmolisis pada tumbuhan.
B. Landasan Teori
Plasmolisis adalah suatu proses lepasnya protoplasma dari dinding sel yang
diakibatkan keluarnya sebagian air dari vakuola (Salisbury and Ross, 1992).Plasmolisis
menunjukkan bahwa sel mengalami sirkulasi keluar masuk suatu zat , artinya suatu zat
/materi bisa keluar dari sel , dan bisa masuk melalui membrannya .Adanya sirkulasi ini bisa
menjelaskan bahwa sel tidak diam , tetapi dinamis dengan lingkungannya , jika memerlukan
materi dari luar maka ia harus ambil materi itu dengan segala cara, yaitu mengatur tekanan
agar terjadi perbedaan tekanan sehingga materi dari luar itu bisa masuk.
Menurut Tjitrosomo (1987), jika sel dimasukan ke dalam larutaitun gula, maka
arah gerak air ditentukan oleh perbedaan nilai potensial air larutan dengan nilainya di dalam
sel. Jika potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar ke potensial air yang lebih
rendah yaitu dalam sel, bila potensial larutan lebih rendah maka yang terjadi sebaliknya,
artinya sel akan kehilangan air. Apabila kehilangan air itu cukup besar, maka ada
kemungkinan bahwa volum sel akan menurun demikian besarnya sehingga tidak dapat
mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Plasmolisis merupakan keadaan
membran dan sitoplasma akan terlepas dari dinding sel . Sel daun Rhoeo discolor yang
dimasukan ke dalam larutan sukrosa mengalami plasmolisis. Semakin tinggi konsentrasi
larutan maka semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis.
Proses plasmolisis dapat diketahui dengan membran protoplasma dan sifat
permeabelnya. Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula diperlihatkan oleh sel-sel yang
terplasmolisis. Jika pada mikroskop akan tampak di tepi gelembung yang berwarna kebirubiruan itu berarti ruang bening diantara dinding dengan protoplas diisi udara Jika isinya air
murni maka sel tidak akan mengalami plasmolisis. Molekul gula dapat berdifusi melalui
benang-benang protoplasme yang menembus lubang-lubang kecil pada dinding sel. Benangbenang tersebut dikenal dengan sebutan plasmolema, dimana diameternya lebih besar
daripada molekul tertentu sehingga molekul gula dapat masuk dengan mudah (Salisbury,
1995).
9
Keadaan protoplasma yang dapat menahan volume vakuola agar tetap menempel
pada dinding sel bila kehilangan sedikit air saja akan berakibat lepasnya protoplasma dari
dinding sel. Peristiwa plasmolisis seperti ini disebut plasmolisis insipien. Plasmolisis insipien
terjadi pada jaringan yang separuh jumlahnya selnya mengalami plasmolisis. Hal ini terjadi
karena tekanan di dalam sel = 0. potensial osmotik larutan penyebab plasmolisis insipien
setara dengan potensial osmotik di dalam sel setelah keseimbangan dengan larutan tercapai
(Salisbury and Ross, 1992)
Proses plasmolisis dapat diketahui dengan membran protoplasma dan sifat
permeabelnya. Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula diperlihatkan oleh sel-sel yang
terplasmolisis. Jika pada mikroskop akan tampak di tepi gelembung yang berwarna kebirubiruan itu berarti ruang bening diantara dinding dengan protoplas diisi udara Jika isinya air
murni maka sel tidak akan mengalami plasmolisis. Molekul gula dapat berdifusi melalui
benang-benang protoplasme yang menembus lubang-lubang kecil pada dinding sel. Benangbenang tersebut dikenal dengan sebutan plasmolema, dimana diameternya lebih besar
daripada molekul tertentu sehingga molekul gula dapat masuk dengan mudah (Salisbury,
1995).
Dalam sel tumbuhan ada tiga faktor yang menetukan nilai potensial airnya, yaitu
matriks sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel. Hal ini
menyebabkan potensial air dalam sel tumbuhan dapat dibagi menjadi 3 komponen yaitu
potensial matriks, potensial osmotik dan potensial tekanan (Wilkins, 1992)
Tjitrosomo (1987) menyatakan bahwa sel yang isinya air murni tidak mengalami
plasmolisis. Jika suatu sel dimasukan ke dalam air murni, maka struktur sel itu terdapat
potensial air yang nilainya tinggi (=0), sedangkan di dalam sel terdapat nilai potensial air
yang lebih rendah (negatif). Hal ini menyebabkan air akan bergerak dari luar sel masuk ke
dalam sel sampai tercapai keadaan setimbang.
Membran protoplasma dan sifat permeabel deferensiasinya dapat diketahui dari
proses plasmolisis. Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula diperlihatkan oleh sel-sel
yang terplasmolisis. Apabila ruang bening diantara dinding dengan protoplas diisi udara,
maka dibawah mikroskop akan tampak di tepi gelembung yang berwarna kebiru-biruan. Jika
isinya air murni maka sel tidak akan mengalami plasmolisis. Molekul gula dapat berdifusi
melalui benang-benang protoplasme yang menembus lubang-lubang kecil pada dinding sel.
Benang-benang tersebut dikenal dengan sebutan plasmolema, dimana diameternya lebih
besar daripada molekul tertentu sehingga molekul gula dapat masuk dengan mudah
(Salisbury, 1995). Komponen potensial air pada tumbuhan terdiri atas potennsial osmosis
(solut) dan potensial turgor (tekanan). Dengan adanya potensial osmosis cairan sel, air murni
cenderung memasuki sel. Sebaliknya potensial turgor di dalam sel mengakibatkan air
meninggalkan sel. Pengaturan potensial osmosis dapat dilakukan jika potensial turgornya
sama dengan nol yang terjadi saat sel mengalami plasmolisis. Nilai potensial osmotik dalam
tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : tekanan, suhu, adanya partikelpartikel bahan terlarut yang larut di dalamnya, matrik sel, larutan dalam vakuola dan tekanan
hidrostatik dalam isi sel. Nilai potensial osmotik akan meningkat jika tekanan yang diberikan
10
juga semakin besar. Suhu berpengaruh terhadap potensial osmotik yaitu semakin tinggi
suhunya maka nilai potensial osmotiknya semakin turun (semakin negatif) dan konsentrasi
partikel-partikel terlarut semakin tinggi maka nilai potensial osmotiknya semakin rendah
(Meyer and Anderson, 1952).
Menurut Salisbury dan Ross (1992), potensial air murni pada tekanan atmosfer
dan suhu yang sama dengan larutan tersebut sama dengan nol, maka potensial air suatu
larutan air pada tekanan atmosfer bernilai negatif.
C. Alat dan Bahan
Alat
Jumlah
Bahan
Jumlah
Gelas ukur
2 BUAH
Gula / sukrosa
Secukupnya
Sendok pengaduk
1 BUAH
Air / aquades
Secukupnya
Cover glass
3 BUAH
Secukupnya
Object glass
2 BUAH
Larutan KNO3
Secukupnya
Mikroskop
1 BUAH
Alat Tulis
SECUKUPNYA
Kertas lebel
SECUKUPNYA
Pipet tetes
3 BUAH
Pisau silet
2 BUAH
D. Prosedur Kerja
Keterangan
Kontrol
30 detik
0
100
Konsentrasi
rendah
95
30 menit
Konsentrasi
sedang
55
45
30 menit
Konsentrasi tinggi
70
30
30 menit
Kontrol
Keterangan
30 detik
Konsentrasi rendah 25
75
30 menit
Konsentrasi
sedang
80
15
30 menit
Konsentrasi tinggi
95
30 menit
12
KETERANGAN
13
Nama Larutan
No.
Besar
Konsentrasi
Larutan
Larutan Sukrosa
1.
RENDAH
2.
SEDANG
3.
TINGGI
1.
RENDAH
2.
SEDANG
3.
TINGGI
Larutan KNO3
14
Pembahasan
Pada saat air di dalam sitoplasma maksimum, sel akan mengurangi kandungan
mineral garam dan zat-zat yang terdapat dalam sitoplasma. Hal ini membuat konsentrasi
dalam zat terlarut diluar sel sama besar dibandingkan konsentrasi air di dalam sel.
Pada sel Rhoeo discolor yang di tetesi air suling sel menjadi membengkak karena air
masuk melalui osmosis. Akan tetapi, dindingnya yang lentur akan mengembang hanya
sampai pada ukuran tertentu sebelum dinding ini mengerahkan tekanan balik pada sel yang
melawan penyerapan air lebih lanjut. hal ini di sebabkan sel berada pada kondisi paling sehat
dalam lingkungan hipotonik dimana kecenderungan untuk menyerap air secara terus-menerus
akan diimbangi oleh dinding lentur yang mendorong sel. (Jane B. Reech, 2003).
F. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapata disimpulkan bahwa :
1. Plasmolisa merupakan peristiwa terlepasnya membran sel dengan dinding sel akibat isi sel
mengecil. Hal ini disebabkan oleh peristiwa osmose, dimana air dalam sel berdifusi keluar
sel, akibat konsentrasi air lebih tinggi dalam sel daripada di luar sel itu sendiri. Ini mungkin
terjadi bila sel tersebut direndam suatu larutan gula atau garam. Sedangkan peristiwa
deplasmolisa adalah kebalikan dari peristiwa plasmolisa. Hal ini dimungkinkan apabila sel
yang telah terplasmolisa direndam kembali ke dalam air
2. Plasmolisis yang terjadi pada daun Rhoeo discolor paling tinggi terjadi pada larutan KNO3
konsentrasi tinggi dengan bagian sel yang terplasmolisis sebesar 95%
3. Plasmolisis dapat terjadi apabila sel tumbuhan diletakkan dilingkungan hipertonik (larutan
garam) sehingga air akan keluar dari dalamvakuola karena tekanan osmosis, membuat
sitoplasmanya mengerut danmembran plasma lepas dari dinding sel. Kondisi ini bisa
dikembalikan kesemula dengan memberikan air yang berperan sebagai larutan hipotonik.
15
Referensi
Kimball, J. W. 1983. Biologi. Erlangga, Jakarta.
Meyer, B.S and Anderson, D.B. 1952. Plant Physiology. D Van Nostrand Company Inc.,
New York.
Salisbury, Frank B. et al. 1995. Plant Physiology 2nd Edition. Mc Graw Hill Company. New
York.
Salisbury, F. B. & Ross, C. W. 1992. Plant Physiology. Wadswovth Publishing co,
California.
Tjitrosomo.1987. Botani Umum 2. Penerbit Angkasa, Bandung.
Wilkins, M. B. 1992. Fisiologi Tanaman. Bumi Angkasa, Jakarta.
Winduwati S., Yohan, Rifaid M. Nur. 2000. Karakteristik Osmosis Balik Membran Spiral
Wound. Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radio Aktif.
16
Praktikum III
VISKOSITAS SEL YANG SEDANG MEMBENTANG
A . Tujuan Praktikum
1.Mengetahui pengertian dari visikositas plasma sel
2.Mengetahui faktor apa yang berperan dalam viskositas sel
3.Mengetahuialasan mengapa menggunakan sel bawang merah dalam percobaan ini
B. Landasan Teori
Viskositas atau disebut juga viskoelastik merupakan perubahan bentuk sel akibat
pengaruh viskositas atau tingkat kekentalan suatu matriks dalam plasma sel. Perubahan
tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam seperti tekanan osmosis (Dartius. 1991)
Setiap sel dalam jaringan tanaman akan mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan yang mengakibatkan dinding sel mengalami proses pembentangan. Regulasi
pembentangan dinding sel bertujuan untuk adaptasi terhadap kondisi lingkungan seperti
cahaya, temperatur, dan kadar air. Pembentangan sel ada dua macam yakni isotropik dan
anisotropik. Pembentangan secara isotropik terjadi ketika dinding sel mengalami
pembentangan mengikuti sumbu pertumbuhan yang menghasilkan pola pembentangan yang
seragam. Sementara pembentangan anisotropik didasarkan atas hipotesis Paul Green yang
man proses pembentangan disebabkan oleh adanya tekanan turgor dan viskositas
(viskoelastik) serta adanya pengaruh mikrofibril pada dinding sel (Guritno, B. 1995)
Dalam proses pembentangan, dinding sel mengalami reorientasi mikrofibril yang di mediasi
oleh protein seperti expansin. Pada sel yang sedang mengalami pertumbuhan, komponen
selulosa mikrofibril merupakan bagian dari matriks yang berupa komponen viskositas. Kita
sel mengalami pembentangan, maka mikrofibril akan mengalami penguraian sehingga proses
pembentangan menjadi lebih maksimal (Lakitan, 2012).
C. Alat dan Bahan
Alat
Ukuran
Bahan
Jumlah
Mikroskop
Allium
cepa
Secukupnya
Pipet tetes
Larutan
KNO3
Secukupnya
17
D. Prosedur Kerja
Lapisan 1
Dinding
tipis
3.
Lapisan 3
Lapisan 4
Aquades
Sel
rapat
tidak
ruang
sel
2.
Lapisan 2
besar,
dan
ada
antar
sel
Dinding
sel
lebih tebal
KNO3
1%
Sel berukuran
paling kecil
dan tidak ada
ruang antar
sel
Sel berukuran
kecil
dan
terdapat
sedikit ruang
antar sel
Dinding
tebal
Dinding
tebal
sel
KNO3
18
Sel berukuran
kecil
dan
terdapat
sedikit ruang
antar sel
Sel kecil
dan tidak
beraturan
dan
terdapat
jelas
ruang
antar sel
Dinding
sel paling
tebal
3%
4.
Sel berukuran
paling kecil
dan tidak ada
ruang antar
sel
Sel berukuran
kecil
dan
terdapat
sedikit ruang
antar sel
Dinding
tebal
Dinding
tebal
sel
sel
KNO3
5%
Sel berukuran
paling kecil
dan tidak ada
ruang antar
sel Dinding
sel tebal
Sel berukuran
kecil
dan
terdapat
sedikit ruang
antar sel
Dinding
tebal
sel
Pembahasan
Viskositas atau disebut juga viskoelastik merupakan perubahan bentuk sel akibat
pengaruh viskositas atau tingkat kekentalan suatu matriks dalam plasma sel. Perubahan
tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam seperti tekanan osmosis. Sel yang mengalami
dehidrasi atau disebut juga sel yang terplasmolisis. Dalam keadan tersebut, tingkat viskositas
plasma sel mengalami penurunan yang dapat menyebabkan membran plasma sel terpisah dari
dinding sel dan volume protoplasma mengalami penurunan.
Plasmolisis terjadi pada saat sel mengalami kontak dengan larutan yang konsentrasinya
lebih rendah daripada di dalam sel(Munns, 2002). Selain itu, faktor-faktor yang
mempengaruhi pembentangan sel selain proses pembelahan juga terdapat faktor-faktor lain
seperti pH, kadar air, dan tekanan osmosis.
Larutan yang berkonsentrasi rendah (hipertonik) akan mengakibatkan larutan mengalami
plasmolisiss. Karena air yang berada di dalam sel (terutama vakuola) akan keluar dari dalam
sel. Pada konsi tersebut isi vakuola berkurang, turgor sel turun, isi protoplasma mengecil,
sedangkan ruang antara dinding sel dengan membran plasma terisi larutan dari luar. Dan hal
sebaliknya akan terjadi pada sel yang berada pada larutan hipertonis, viskositas akan
meningkat.
Pada praktikum kali ini digunakan Allium cepa sebagai objek karena sel bawang memiliki
pigmen warna sehingga proses dapat di amati dengan jelas perubahan yang terjadi pada tiaptiap sel yang di berikan perlakuan yang berbeda. Seperti yang telah di bahas sebelumnya,
bahwa bagian sel yang berperan dalam hal ini ialah, dinding sel, membran plasma, vakuola
serta cairan protoplasma.
19
F. Kesimpulan
1.Viskositas atau disebut juga viskoelastik merupakan perubahan bentuk sel akibat pengaruh
viskositas atau tingkat kekentalan suatu matriks dalam plasma sel.
2.Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentangan sel selain proses pembelahan juga
terdapat faktor-faktor lain seperti pH, kadar air, dan tekanan osmosis. Tekanan osmosis
dalam sel juga dapat mempengaruhi kadar air dalam sel yang berpengaruh terhadap proses
pembentangan. Dehidrasi akibat perbedaan tekanan osmosis dalam sel akibat juga dapat
mempengaruhi viskositas plasma dalam sel.
3.Allium cepadi gunakansebagai objek karena sel bawang memiliki pigmen warna sehingga
proses dapat di amati dengan jelas perubahan yang terjadi pada tiap-tiap sel yang di berikan
perlakuan yang berbeda
Referensi
Dartius. 1991. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. USU-Press. Medan.
Guritno, B. dan Sitompul, S. M. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman.UGM Press.
Yogyakarta
Lakitan, Benyamin. 2012. Dasar - dasar Fisiologi Tumbuhan.Jakarta: Rajawali press
20