Anda di halaman 1dari 17

KESETIAAN YANG BERBUAH MANIS

Cerpen Yosep Priyangga Mukti


Novi ,teman akrabku yang aku tak mengerti apa yang selalu di fikirkannya.Dia kebetulan satu
kelas dengan ku.Aku selalu melihat dia bersama teman-taman yang lain.Dia belum punya
kekasih.Mungkin
itu
yang
membuat
sepi
hatinya.
Suatu hari saat beristirahat dari jauh ku lihat ia bersama Vino sedang duduk bersama.Aku
tidak
menghiraukan
yang
aku
lihat
dan
aku
langsung
pergi.
Nov,aku itu sebenarnya suka sama kamu,kamu mau apa tidak jadi pacarkuucap Vino pada
Novi.Dia berlari sambil pergi meninggalkan Vino.Dia berlari sambil menahan air mata yang
jatuh
dari
kedua
bola
matanya.
Aku yang kebetulan ada di perpustakaan sekolah sedang membaca bukuKiat Cerdas
Berbahasa Inggris.Ku lihat Novi dengan mata berkaca-kaca berlari menghampiri dan
langsung duduk di sampingku.

Nov,kamu kenapa kok menangis?cerita saja sama aku.Tanya ku padanya .


Ar ,aku binggung dan kagetkatanya sambil menyandarkan kepalanya di bahu ku.
Aku tadi di tanya Vino apa mau jadi pacarnyakata Novi sambil terus menangis.
Memang perasaan kamu kepada Vino bagaimana jika kamu memang suka kamu seharusnya
mau
menerima
diaKataku
padanya.
Aku tidak bisa menerima orang seperti dia. Kata Novi menjawab.
Itu jawabnya singkat kepadaku.Vino memang seorang playboy yang hanya ingin melukai
perasaan banyak wanita.Jadi wajar jika Novi tidak mau jatuh kepelukan Vino.
Bel sekolah berbunyi dan istirahat telah selesai.Kami keluar dari perpustakaan sekolah dan
menuju kelas.Kelas kami yang hanya di batasi 2 kelas dari perpustakaanpun dapat cepat kami
tuju.
Di kelas aku duduk satu bangku bersama Novi tapi hanya satu hari ini saja.Novi tidak terlalu
berkonsentrasi untuk mengikuti pelajaran pada hari ini.Pikiranya pun melayang mengingat
kejadian
di
jam
istirahat
tadi.
Sepulang sekolah seperi biasa.Aku dan Novi pergi ke mushola sekolah untuk menunaikan
shalat Dhuhur.Setelah selesai kamipun pulang ke rumah tanpa mampir-mampir seperti
biasanya.
Hari-hari yang ku jalani bersama Novi kurasa sangat manis.Persahabatan kami bagai oase
yang mendinginkan dunia.Kami memang masing-masing memang belum memiliki

pasangan

.Kami

memilih

sendiri

karena

ingin

fokus

untuk

belajar.

Malam ini purnama bersinar terang.Aku teringat Novi yang ku anggap lebih dari teman.Utuk
membuang
pikiranku
itu
ku
telephon
Novi
saja.
Halo kenapa Ar?. Sudah malam kok nelfon. Kata novi saat menelfonku.
Tidak apa-apa Nov, aku bingung saja dirumah sepi, orang tuaku sedang keluar . jawabku
padanya.
Aku
sudah
mau
tidur,
maaf
ya.
Itulah
perkataan
singkatnya
padaku.
Keesokan hari aku berangkat sekolah dan ternyata saat aku masuk kelas sudah ada Novi
dengan muka sangat murung. Kelesuan tergambar dari mukanya. Ada masalah baru yang
mungkin
dia
hadapi.
Tapi
apa?
Tanyaku
dalam
hati.

Nov
kamu
ada
apa?
Kutanya
dia
agar
aku
tau.
Ar,
Ivan
semalam
sms
aku.
Kata
Novi
Maksud
kamu
sms
apa?
.
tambahku
.
Nih lihat saja di Hpku.Katanya sambil memberikan Hpnya padaku.
Novi wajahmu bagai bidadari langit. Entah sampai kapan aku bisa bersembunyi, tapi
perasaanku sudah tidak bisa ku tahan lagi. Nov aku ingin jadi kekasihmu. Pesan singkat yang
puitis itu malah membebani hati Novi. Aku tidak tahu bagaimana isi hatinya. Laki-laki seperti
apa
yang
pantas
untuknya.
Memang
perasaanmu
pada
Ivan
bagaimana
Nov?
Tanyaku
padanya.
Aku tidak begitu mengenalnya, jadi apa yang harus aku lihat darinya. Jawaban singkatnya
yang sangat beralasan. Dia memang murid yang sedikit tertutup. Aku juga tidak menyangka
kalau dia berani berkata seperti itu, apalagi pada sahabat yang paling kusayangi.
Tidak terasa bel masuk berbunyi. Kimia adalah pelajaran yang membuat hatiku kesal. Aku
lebih
suka
jika
pelajaran
ini
dikosongkan
saja.
Kebetulan besok ada liburan selama dua hari. Aku akan pergi ke bogor tepatnta kebun raya
bogor. Aku tidak tahu dengan novi, apa yang akan dilakukan diliburan ini. Apa dia di Rumah
saja
atau
kemana.
Sepulang dari Bogor aku langsung bersiap untuk ke Sekolah. Aku memang dua hari di
sana.Tinggal di rumah saudara benar-benar membuat aku rindu rumah.Entahlah ,apa yang
membuat aku rindu ,mungkin Novi atau sekolah.Pulang ku yang terlarut malam membuat ku
sampai
di
rumah
jam
4
pagi.
Pada jam istirahat sekolah Novi ingin menemuiku di mushola sekolah.Kami pun berbicara
setelah
melaksanakan
sholat
Dhuha.
Nov,kami itu kau cantik dan sudah banyak menolak cowok.Memangnya laki-laki seperti apa
yang kamu harapkan ?Kata-kata yang cukup lancang itu sungguh telah keluar begitu saja
dari
kedua
bibirku.
Aku sebenarnya sudah lama menyukainya,tapi aku hanya takut dia tidak bisa
menerimaku.katanya
dalam
menjawab
tanyaku.
Siapa Nov ?katakan saja .Dia tidak punya alasan menolak kamu ,kataku lagi dengan sedikit
argumen.
Kamukata
Novi
dalam
menjawab
tanyaku.
Maksudmu?Aku
sedikit
tidak
percaya
.
Aku sudah lama suka sama kamu ,Ar. Kamu pasti tidak mau denganku makanya aku lama

memendam perasaan ini.Perkataan Novi itu sungguh mengagetkanku.Aku sudah berfikir


salah
tentangnya.
Kamu salah Nov, Aku sudah lama suka sama kamu.Tapi aku masih ingin berteman saja .Tapi
aku
mau
Nov
kita
jadian
,gimana
menurutmu?jawabku
pada
Novi.
Aku mau Ar, memang ini yang aku tunggu sejak dulu.Jawab Novi saat aku menembaknya.
Kami pun sekarang menjadi pasangan kekasih.Cinta telah mempersatukan kami.Aku dan
Novi menunggu sekian lama agar bisa bersama .Sungguh cerita ini akan meninspirasi kalian.
Ingatlah banyak orang yang kau temui dalam hidup ini tetapi hanya satu tempatmu
kembali.Kesetiaan kami dalam menunggu telah menyatukan kami.
DMCA Protection on: http://www.lokerseni.web.id/2012/05/cerpen-romantis-kesetiaan-yangberbuah.html#ixzz21DiDVxbA
DITIMANG
Cerpen

ALUN

ASMARA
Ilham

Langit yang indah. Terbang melayang di atas angkasa yang dipenuhi malaikat cinta di
sampingku. Kornea mataku menatap seluruh isi taman firdaus. Rerumputannya menghijau
dipenuhi bunga indah beribu warna dan aroma berbeda. Ada merah, kuning, putih, dan
jingga. Semua itu nampak jelas kurasa. Sungguh anugrah tuhan luar biasa nikmat. Hari yang
tak pernah terpikirkan sebelumnya. Dapat melayang menembus nirwana bersama malaikatmalaikat cinta bersenggama di hamparan taman firdaus penuh bunga. Ingin rasanya aku
hidup selamanya. Terima kasih telah membawaku ke alam yang sebelumnya tak pernah
kujamah.
Akhh tiba-tiba aku tersentak kaget. Semua malaikat cinta dan indah taman firdaus
seketika menghilang dari rasaku. Dasar, hanya akibat Suara serene mobil ambulance lewat
segalanya pamit dari lamunku. Andai dapat, ingin rasanya aku mengejar mobil jenazah itu.
Kan kucaci supirnya. Membuat segalanya indah sekejap saja. Yah, meskipun di sisi lain, pasti
ada sebab mengapa sirene itu berbunyi. Kalau bukan mayat berarti itu pasien yang sedang
bertarung pada maut.

Hanya beberapa detik saja mobil jenazah itu berlalu dari tatap dan dengarku. Mobil angkot
tumpanganku tiba-tiba terhenti, membuatku tersentak. Lalu kucoba mencari tahu apa sebab
sehingga supir yang tepat duduk di sampingku itu mengerem mobilnya. Lirik kanan dan
kiriku, semuanya baik-baik saja. Tetapi rupanya, setelah aku sedikit menengadah ke atas
langit, rupanya yang penyapa mataku hanyalah lampu jalan tiga warna. Merah, kuning dan
hijau pertanda semua kendaraan harus berhenti untuk beberapa menit. Lampu merah.
Sekedar menghilangkan rasa kesal yang mulai datang bercengkrama di hatiku, secara sadar
dan tak sadarku, aku terfokus pada satu titik kecil di tengah jalan. Semakin kutatapi, semakin
pula titik itu tak jelas di mataku. Fikiran-fikiran yang tak pernah kusurati sebelumnya
perlahan-lahan berbondong ke jantung hati yang tak pernah enggan untuk berdetak.
***
Di pesisir pantai. Deburan-deburan ombak perlahan terus menciumi pasir pantai. Hembusan
angin yang ditiupkan oleh bentang samudra terasa jelas menyapa tubuhku. Semua itu
bagaikan hembusan nafasku. Masuk melalui hidung lalu ke kerongkongan dan sejenak
bersemayam di rongga perutku. Lalu udara itu kembali terdorong kembali ke kerongkongan
dan terhembus melalui mulutku. Begitulah seterusnya. Sebuah anugrah yang tak dapat di
kalkulasi.
Tersenyum menyadari semua kenikmatan yang menjelma menjadi keindahan, tiba-tiba
terhenti. Tanganku yang sedikit merasa beku seketika terhangatkan dengan adanya
genggaman tangan yang kurasa jadi belaian. Senyum pun kembali menghiasi wajahku.
Kutatapi dengan dalam wajahnya yang menyumbangkan senyum termanisnya padaku.
Kutahu itu. Lesung pipitnya yang seakan air dapat tergenang di dalamnya menambah
keestetikaan wajahnya. Sungguh lelaki yang begitu sempurna bagiku. Rasanya akulah wanita
yang paling beruntung hidup di dunia ini. Yah meskipun di sisi lain aku menyadari ada
sesuatu
hal
yang
mengganjal
di
sudut
relung
hatiku.
Entahlah.
Dinda, dari tadi aku perhatikan, wajahmu sangatlah berbunga-bunga, sapa mesrahnya
dengan
genggaman
tangannya
terasa
lembut
di
tanganku.
Ah, kanda bisa saja, ku coba menepis rasaku agar tak terkubur malu.
Dinda. Perasaan seorang wanita itu kan tercurahkan segalanya dari tatap mata dan bentuk
senyumnya. Entah itu bahagia maupun rasa gunda, kata-katanya kembali menusuk jantung
hatiku.
Seakan tak menggubris manis ucapnya, aku hanya terus menatap bentang samudra sekedar
membagi rasaku di hari itu. Manis seakan terus membukit. Tak dapat dijelaskan lagi. Dengan
menyadari tingkah lakunya yang menjadi kebutuhan bagi setiap wanita, wajahku yang
tadinya senyum lalu berubah mejadi tawa. Kutatapnya lelaki itu yang sedang bertingkah
bagaikan sule sang pelewak di siaran tv. Andai hatiku saat itu terasa gundah, pasti semuanya
akan sekejap pamit dari hatiku dengan melihat tingkahnya yang humoris. Dasar lelaki
perampok hati. Tuhan, maafkan aku yang telah mempertuhankan perasaanku saat itu.
Jika aku jujur, gigi dan lengkung bibirku telah mengering akibat tawa yang hampir tak pernah
mengering melihatnya. Kuputuskan untuk mencerai tingkahnya yang langkah itu. Aku
merasa, dengan kondisi berdua sepertinya akan lebih sempurna jika dibumbuhi dengan
cumbuan
layaknya
sepasang
merpati
putih
beradu
kasih,
Cukup kanda. Duduklah di sampingku. Ada sesuatu hal ingin kukatakan padamu, kataku
ketika
tawaku
mengering
memandangnya.
Baiklah tuan putri. Hamba akan menghadap. balasnya dengan canda. Namun tak pernah

kusangka, katanya yang kedengaran lebai seketika terhapus setelah kedua tanganku
dikecupnya penuh kelembutan. Bukan hanya jantung, melainkan hatiku semakin berdegup
kencang tak karuan lagi. Mencoba menghilangkan rasa itu, kulayangkan telapak tanganku
pada pundaknya sekedar ingin memukul. Aku tahu, ia pasti paham, apa arti pukulan itu.
Ditambah lagi dengan senyumku yang salah tingkah. jangan kurang ajar yah, kataku
dengan
sekedar.
Setelah lelaki itu duduk tepat di sampingku, dengan disejukkan hembusan angin untaian kata
kembali
terucap
di
bibirku.
Kanda, aku takut, dengan kedekatan kita ini semua teman-temanku akan menilai aku
perusak hubungan orang. Aku takut, hanya dengan perasaanku yang mungkin keliru ini
segala
terasa
berubah
padaku
.
Dengan kembali membelai kedua telapak tanganku ia pun kembali membalas perkataanku
dengan
penuh
kemesraan,
Dinda, aku tahu. Hubungan kita masih sebatas sahabat saja. Dan kini aku masih dalam
posisi terikat oleh kasih seorang wanita yang telah lama mengisi kehampaan hatiku. Tapi
apakah kita akan menyalahkan tuhan yang telah memberikan kita anugerah berupa perasaan
cinta ini. Apalagi di sisi lain mungkin kamu pun menyadari bagaimana tingkah pacarku
memaknai rasa sayangnya padaku. Aku ini seorang lelaki yang ingin dimengerti.
Mendengar bait-bait katanya yang diselubungi rasa sakit, aku seketika terdiam. Dan tak tahu
lagi harus berkata apa untuk membalasnya. Kembali suaranya bersemayam di telingaku,
Aku sadar, aku yang salah karena tak mampu mengambil kesimpulan perjalanan asmara
hidupku ini. beban di pundakku terasa berat untuk dilepaskan. Jika aku berpaling darinya,
apakah aku masih dapat dikatakan manusia. Tapi jika aku tak meninggalkan sifatnya, apakah
aku akan dapat menjadi manusia. Ia mengungkungku. Aku tak merdeka bersamanya.
Hidupku di bawah kuasanya, kata curahan hatinya begitu pilu kurasa melalui genggaman
tangannya yang erat. Andai lelaki mudah meneteskan air mata bagai wanita, mungkin
hamparan laut akan semakin asin dengan deraian air matanya. Merasakan apa yang dirasanya,
kuputuskan untuk menyirami kepiluannya dengan tatapan mataku padanya,
Kanda. Jujur selama ini aku pun merasa sakit jika melihatmu tersiksa dengannya. Hati ini
seakan tak rela jika lelaki sesabar dan penyayang sepertimu dilukai dengan sikap sayangnya
yang keliru. Mungkin detik ini juga kanda telah tahu, apa dan bagaimana perasaanku padamu.
Sebab aku pun tak mampu menepis semua perasaan cinta ini pada kanda, kataku dengan
menumpahkan
segala
apa
yang
kurasa.
Aku sadar, aku pun keliru karena memiliki perasaan seperti ini padamu. Jadi aku tak akan
pernah mengharap perasaan ini akan terbalas. Cukup kanda memahami apa yang kurasa.
Sebab aku telah cukup puas dan berbangga, karena memiliki perasaan ini padamu, lanjut
kataku dengan beranjak beberapa langkah darinya.
Mengira semua perasaan akan terlebur dan menyatu pada lautan. Mengira aku akan terlepas
dari perasaan yang mungkin keliru ini. Tanpa mencapai menit lepas kataku, tiba-tiba tubuhku
terasa hangat. Perasaanku seketika melayang ke nirwana bersama malaikat. Berseggama di
taman firdaus penuh bunga. Aku terlena. Rupanya tubuhku kini dalam dekapan pelukannya.
Rasa yang menembus ke hatiku sepertinya pelukan atas nama cintanya padaku. Aku tak dapat
berbuat apa-apa. Aku hanya mampu menikmati pelukan mesra itu. Tanpa kusadari, kelopak
mataku seketika basah. Air mata yang mungkin atas nama kebahagian mengalir berderai
deras ke pipiku. Satu persatu butiran-butiran air mata itu menetes jatuh ke bumi. Menyatu
bersama
putihnya
pasir
pantai
di
kala
itu.

***
Pipp. Pipppp, secara tiba-tiba angkot yang kutumpangi itu membunyikan klaksonnya
membuat lamunku kembali berai. Akhh, astagfirullah. Aku benar-benar kaget saat itu. Aku
pun heran sendiri. Mengapa semenjak perasaan cinta yang salah tempat ini tumbuh bersemi
padanya aku banyak terdiam. Termenung. Daya khayal yang sangat tinggi. Hari-hariku tak
pernah konsen. Aku lepas kendali.
Memandang ke arah depan perempatan jalan, aku pun mengerti apa sebab sang supir
membunyikan klakson mobilnya. Rupanya tepat di depan mobil tumpanganku, seorang
pengendara sepeda motor yang melesat kencang menerobos lampu merah dan pada akhirnya
ia tertabrak oleh truk pemuat sampah.
Sesaat setelah kecelakaan itu, beberapa orang berpakaian polisi datang mengamankan
kejadian. Sang pengemudi truk di amankan. Mungkin sekedar mengantisipasi amukan warga.
Aku kembali terdiam setelah menyaksikan kejadian itu. Kembali kulihat kendaraan antri
disepanjang jalan dengan tatapan kosong. Perlahan demi perlahan tatapan itu kembali kabur.
Lambat
laun
hanya
membentuk
pandangan
di
tempat
lain.
***
Gulungan ombak terus bergerak pelan membelai pantai. Suara deburnya menjadikan sebuah
irama bunyi yang kedengaran merdu. Di tambah lagi dengan untaian kata lelaki itu yang terus
terngiang di telinga membuat segalanya semakin terasa indah. Aku ingin hidup seribu tahun
lagi, sekedar meminjam bait puisi almarhum Hairil Anwar untuk kujadikan kata hati di kala
itu.
Mengingat waktu yang semakin berlalu. Matahari tak terasa berubah jadi senja. Mencuri
segala terang dan meninggalkan kegelapan pada dunia. Pelan-pelan ia terus mengendap
merayap pulang ke malam. Bintang pengantar hari mulai nampak tersenyum di langit malam.
Aku tersadar, rupanya wangi semerbak bunga dapat menghilangkan bau seonggok daging
yang
membusuk.
Kanda, siang telah berganti malam. Ada baiknya kita pulang saja. Mungkin tuhan masih
akan menyisakan waktu pada kita untuk mengukir kembali suana dan rasa indah seperti di
hari ini, kataku sambil melepas belaian tangannya dari lingkaran perutku. Mendengar
kataku, lelaki itu kembali bertingkah lucu membuat penghias senyumnya kembali hadir di
kornea
mataku.
Baiklah tuan putri. Kemana pun engkau mau, matipun aku siap untuk mengantarkanmu,
kalimat candanya yang mampu menusuk relung hatiku untuk kesekian kali. Entah mengapa.
Sebelum beranjak dari tempat terindah itu, tak lupa aku merapikan jilbabku yang terlihat
berantakan akibat belaian angin. Namun tak kudaga, ada satu hal yang ingin membuat aku
kembali melayang ke nirwana pada saat lelaki itu kembali menatapku. Bola matanya yang
indah terpancarkan beribu kata cinta berwujud semerbak bunga. Aku salah tingkah. Aku
terikat oleh ketidak mampuan. Tak mampu menahan rasa cinta yang terus mengalir
membanjiri hatiku. Mungkin itulah yang dikatakan, tersipu malu akibat cinta.
Malam terus mengalir pelan. Sesampainya di rumah, aku sedikit kaget. Kabar atas
kerenggangan hubungan asmarah mereka menukik pelan ke telingaku. Kabarnya, lelaki itu
telah mengambil satu keputusan yang menurutku terlalu sakit bagi seorang wanita sepertiku.
Rupanya lelaki itu telah benar-benar menepi dari kehidupan wanita yang sebelumnya menjadi

teman hidupnya. Mendengar semua itu, aku tak dapat mungkir dari bisik hatiku. Perasaan
bersalah seketika menyeruak menghantuiku. Takut, cemas, bukankah akibat rasaku sehingga
lelaki itu mengambil keputusan yang mungkin keliru dalam hidupnya?
akhhh, tidak. Tidak, aku kembali tersentak mengenangnya. Mudah-mudahan saja dengan
apa yang kupikirkan itu salah. Sebab aku pun yakin. Bukan karena dia aku mencinta.
Melainkan karena cintalah aku mampu mengenal dia.
Sekarang semuanya kuserahkan padaNYA. Jika memang cinta itu suatu rahmat, maka tuhan
tak akan salahkan siapa-siapa. Tapi jika cinta itu suatu cobaan, maka luputlah aku jadi
seorang insan. Dan apabila memang jodoh itu di tangan tuhan, maka IA akan
mempertemukanku kembali denganya. Meskipun itu dengan tampang rupa yang berbeda. Tak
lama kemudian angkot itu pun kembali melaju setelah keramaian jalan kembali aman. Satu
persatu para polisi itu kembali meninggalkan tempat kejadian.
DMCA Protection on: http://www.lokerseni.web.id/2012/05/cerpen-cinta-romantis-ditimangalun.html#ixzz21DirsYdY
KETIKA TAKDIR PENGHALANG
Cerpen Prada
tringg
tringg...............
Nada
poliponik
dari
handphone
ku
terdengar..
Ku buka hp ku dan ku lihat ada pesan dari nomer yang tak ku kenal..
Pesan itu tanpa isi,hanya pesan kosong,aku pun mulai berfikir bahwa ini ulah iseng dari
teman-temanku..
Aku
"hallo,ini
"aku

pun

memutuskan

untuk
siapa
Marisa,kamu

menelphone

nomor

itu..
ya?"
siapa?"

Aku mencoba berfikir,dan mengingat ingat apakah aku mempunyai teman yang bernama
Marisa,atau mungkin teman rumahku..tapi semakin ku ingat semakin aku yakin aku tak
mempunyai teman yang bernama Marisa? "lalu siapa gadis bersuara lembut ini??"pikirku
dalam
hati
"hallo.."suara
gadis
itu
membuyarkan
lamunanku
"iya
hallo,kamu
Marisa
mana
ya?aku
Marvel"
"maaf ya,pasti kamu bingung,tiba tiba tadi ada sms dari no hp aku,itu ulah teman
temanku,mereka ngacak ngacak nomor gitu,katanya sih buat nyari temen,maaf ya.."
"ohh gitu,yaudah nggak papa koq,apa aku boleh jadi teman kamu Marisa?" tanyaku dengan
penuh
harap
"ohh
tentu..salam
kenal
ya
Marvel"
"iya..
:)"
Semenjak saat itu aku dekat dengan Marisa,entah mengapa aku sangat ingin
mengenalnya..suaranya membuatku terhipnotis..

Setiap harinya aku dan dia tak pernah putus berhubungan lewat handphone..ini pertama
kalinya aku sangat dekat dengan seorang gadis ..usiaku memang terbilang masih kanak
kanak..kini aku bersekolah disalah satu sekolah menengah pertama khatolik..
Aku tinggal terpisah dari kedua orang tuaku,aku tinggal bersama tante ku di Yogya
sedangkan
orangtua
ku
dijakarta...
Berbeda dengan Marisa,dia tinggal di magelang,lumayan dekat dari tempat tinggalku di
Yogya,dia tinggal bersama keluarganya..Marisa yang mengikuti ayahnya untuk memeluk
agama
islam
sedangkan
ibunya
beragama
kristen
..
Begitu banyak masalah di keluarganya hingga dia slalu menceritakan keluh kesahnya
kepadaku,aku selalu siap untuk menjadi pendengar yang baik untuknya..
Lambat laun rasa sayangku tumbuh menjadi sebuah rasa cinta,iya..ini cinta pertamaku,pada
seorang gadis yang berbeda keyakinan denganku,seorang gadis yang mampu membuatku
merasa
nyaman
dan
tenang...
Dia
membuatku
terhanyut
dalam
cinta
yang
baru
ku
kenal..
Memang aneh rasanya aku jatuh cinta kepada seorang gadis yang bahkan belum pernah
kulihat wujudnya seperti apa,apa rambutnya panjang?lurus atau keriting?apa warna kulitnya?
seperti apa bentuk bibir dan hidungnya?apakah dia kurus atau gemuk?apakah dia tinggi atau
kurus?
Aku
sama
sekali
tak
mengetahui
semua
itu..
Lagi pula aku tak peduli dengan keadaan fisiknya karna aku jatuh cinta pada
hatinya...dimataku
dia
adalah
sosok
yang
spesial..
Walaupun aku dan dia berbeda keyakinan,dia tidak menjadikan itu sebagai hambatan untuk
dapat berteman denganku,begitupun aku yang tak memperdulikan perbedaan keyakinan itu..
Aku memberanikan diri untuk menyatakan cinta padanya,ini untuk pertama kalinnya aku
mengungkapkan perasaan cinta kepada seorang gadis karna dia gadis pertama yang ku cintai..
Aku
mengetik
namanya
di
phonebook
hp
ku,dan
menelfonnya..
"hallo Marisa" ucapku memulai pembicaraan,andaikan dia berada disampingku pasti dia bisa

mendengar
suara
degub
jantungku
"hallo Vel,ada apa?biasanya kalo mau telfon bilang dulu lewat sms,emng ada urusan penting
banget
ya
sampai
kamu
telfon
aku
gini?"
tanya
Marisa
panik
"eemm..ini Sa,aku mau ngomong sesuatu sama kamu,tapi kamu jangan marah ya,ataupun
menjauh dari aku"ucapku dengan nada suara yang bergetar karna aku sangat nervous
"iya Vel,tenang aja,aku nggak akan pernah koq jauhin kamu..udah ngomong aja ada apa?aku
siap koq dengerin kamu" ucap Marisa dengan nada lembut dan itu sangat membuatku merasa
tenang
"a..aku..aku mau jujur sama kamu,aku sebenernya suka sama kamu Sa"
"HAH???!!
kamu
tuh
suka
banget
ya
becandain
aku
Vel..."
"enggak..kali ini aku nggak lagi bercanda sama kamu,aku jujur,emang sih aneh aku bisa jatuh
cinta sama orang yang belum aku lihat sosok aslinya tapi aku cinta kamu tulus karna hati
kamu,apa
kamu
mau
nerima
cinta
aku?dan
jadi
pacar
aku"
"aku ..aku juga sayang sama kamu,aku juga sebenernya cinta sama kamu,tapi selama ini aku
nggak
berani
buat
ngungkapin
itu
semua"
"jadi???"tanyaku
dengan
penuh
harap
harap
cemas
"aku
mau
koq
jadi
pacar
kamu
:)"
"ahhhhhhhh!!!!!!!!!!!!!kamu
serius
Sa?"tanyaku
masih
tidak
percaya
"iya
Vel,aku
serius"
"aku janji akan bikin kamu bahagia dan nggak nyesel punya pacar kayak aku..."
"kamu
nggak
perlu
janji
apapun,cukup
buktiin
aja
nanti..
:)"
Sejak saat itu aku resmi memiliki pacar untuk yang pertama kalinya...
Aku sangat bahagia karna memiliki kekasih seperti si Marisa karna dia gadis yang sangat
baik dan sangat lembut,dia rajin mengaji dan seorang gadis yang soleha..entah kapan aku bisa
bertemu denganya karna tanteku yang tidak memperbolehkanku main jauh ke daerah
magelang...
Semakin lama aku semakin mengenal sifat Marisa, dia gadis yang sangat pecemburu,setiap
kali aku ada masalah dan bertengkar dengannya pasti masalahnya karna ada saja gadis yang
mendekatiku,karna bisa dibilang aku memiliki wajah yang lumayan tampan,..itu pendapat
teman
temanku..
Karna aku yang memiliki darah chinese sehingga aku memiliki wana kulit yang putih dan
wajah
imut
seperti
orang
orang
cina
pada
dasarnya...
Tapi kita mampu mempertahankan hubungan kita sampai 2th lamanya..pertengkaran yang
kami alami membuat hubungan kita semakin dewasa,memang aneh rasanya hubunganku ini
karna kita menjalin hubungan selama 2th tanpa saling bertemu sekalipun..sehingga aku
memaksa untuk bisa bertemu denganya,tadinya dia menolak tapi akhirnya dia bersedia
bertemu denganku,karna aku kini sudah menginjak kelas 3SMP akupun diberi izin untuk
pergi
ke
magelang,kesebuah
cafe
didekat
rumahnya
Kita
bertemu
bertiga,aku,Marisa
dan
temanya..
Aku jatuh cinta kedua kalinya saat melihat wajahnya..pertama dia membuatku jatuh cinta
akan kepribadiannya,dan kini aku jatuh cinta akan fisiknya..aku mencintainya lahir batin.. :)
Sambil
"Hai"
"hai

tersipu

malu
sapaku
Vel"ucapnya

aku

mulai
memulai
sambil

membeanikan
diri..
pembicaraan
tersenyum..

Aku pun mulai mengajaknya berbincang bincang,rasanya lucu..aku yang mengenalnya


selama 2th lebih dan berpacaran denganya selama 2th kini saling bertatap langsung..sungguh
sebuah
perasaan
yang
tak
bisa
ku
jabarkan...
"oh
ya,aku
punya
sesuatu
buat
kamu"
"apa?"tanya
Marisa
penasaran
Aku pun mengeluarkan kado kecil dari dalam tasku,yang aku sudah persiapkan kado itu dari
jauh jauh hari tapi baru pada hari ini aku bisa berikan padanya..
"apa
ini?"
"buka aja,semoga kamu suka" ucapku sambil dag dig dug saat Marisa membuka bungkus
kado
itu..
"Al-Quran.."ucap Marisa tak percaya..tapi dia langsung menyunggingkan senyuman manis di
bibirnya
"iya Al-Quran,aku kasih kamu ini supaya kamu makin rajin ngaji,dan kamu bisa baca ini kalo
kamu lagi ngerasa sedih,apalagi masalah di keluarga kamu,dan supaya kamu selalu merasa
aku
ada
di
deket
kamu"
ucapku
sambil
membalas
senyumannya..
"makasih ya Vel,walaupun keyakinan klita berbeda,tapi kamu bener bener bisa mentolelir itu
semua,aku sayang banget sama kamu,ini hadiah terindah yang pernah aku dapat..kamu
spesial dimata aku,kamu beda dari cowok lainnya yang biasanya milih buat ngasih
bunga,coklat,ataupun boneka,..makasih atas semuanya"ucap Marisa panjang lebar
Aku
hanya
bisa
tersenyum
melihatnya
memujiku..
"aku udah pernah janji kan,kalo aku sayang kamu dan aku nggak akan bikin kamu nyesel
karna jadi pacar aku,aku juga sayang kamu Marisa,jangan tinggalin aku ya"pintaku
Akhirnya Marisa menyodorkan jari keligkingnya,dan aku membelitkan jari kelingkingku di
jari
kelilngkingnya
tanda
kami
telah
membuat
janji..
Beberapa lama kemudian Marisa menghilang,sebelum menghilang dia memintaku untuk
menjauhinya dan meninggalkannya,dia tak lagi dapat ku hubungi,aku mencoba menghubungi
hp nya tapi tidak aktif lagi,akupun mengirimkan e-mail tapi tak pernah di balas,dia bagai
menghilang tanpa jejak,aku ingin datang lagi ke magelang untuk menemuinya,tapi tanteku
melarangku dengan alasan aku kini harus fokus ke sekolahku dan UN ku..agar aku bisa
masuk
ke
SMAK
Kolose
De
Brito..
Berbulan bulan berlalu aku,tak jua ku dapatkan kabar darinya..aku tak berhenti mencari tau
tentang keadaannya,aku mencoba menghubungi teman temanya tapi teman temanya tak
pernah
menjawab
pesanku
dan
mengangkat
telfonku...
Kini tiga tahun sudah penantianku akan datangnya kabar darinya...tapi semua itu nihil,dia tak
pernah membalas ribuan e-mail yang ku kirim untuknya..aku sangat rindu akan canda
tawanya,suara lembutnya,rengek manjanya,dan suaranya saat mengaji ditelfon untuk
ku..semua kenangan tentangnya tak sepenggalpun terlupa olehku,dulu sempat aku mencoba
melupakannya dan hendak membuang semua kenanganku denganya,aku mencoba untuk
bepacaran dengan gadis lainya tapi rasanya tak sama,hingga akhirnya kini aku sungguh
merindukannya..
Aku mengambil keputusan untuk datang ke magelang,aku ingin tau keadaannya dan
memandangnya,walaupun
hanya
dari
jauh..
Aku sangat sedih dan kaget saat ku lihat dia ada diatas kursi roda di halaman rumahnya,aku

mematung diujung jalan untuk memandangnya,aku tak tau apa yang harus aku katakan dan
apa yang harus aku lakukan,aku hanya bisa meneteskan air mata melihat keadaanya yang
sekarang..
Setelah satu jam memandanginya dari sudut jalan,dia masuk kedalam rumah,hari mulai gelap
dan
aku
kembali
ke
rumah
tanteku..
Aku merenung di dalam kamarku,hatiku berkecambuk karna mengetahiu keadaannya yang
sekarang,aku
bertanya
dalam
hatiku,
"kenapa dia?kenapa meggunakan kursi roda?apa yang terjadi sebenarnya?"
Dan aku memutuskan agar besok aku kembali datang ke magelang untuk mencari tau
bagaimana
keadaanya
yang
sebenarnya...
Keesokan harinya,sepulang dari sekolah aku berangkat menuju magelang,aku memutuskan
untuk
bertanya
dulu
ke
tetangga
tetangganya..
"selamat
sore
bu,saya
mau
numpang
tanya"
"iya
de,mau
tanya
apa?"
"saya mau tanya,kenapa gadis dirumah itu menggunakan kursi roda?apa yang terjadi
,bukankah
dulu
dia
tidak
mengenakan
kursi
roda?"
"ohh si Marisa..dia 3th yang lalu mengalami musibah,saat mama dan papanya sedang
bertengkar hebat mamanya ingin menyiram papanya dengan air panas dan Marisa mencoba
melerai tapi yang ada malah kakinya yang terkena dan harus diamputasi,dan semenjak
kejadian itu dia kini hidup berdua dengan ayahnya..karna ibunya mengalami gangguan
kejiwaan karna membuat anaknya sampai harus kehilangan kaki kirinya.."
Seketika itu air mataku langsung membanjiri kedua pipiku,kenyataan pahit yang baru saja
dijelaskan oleh ibu ini seakan menusuk tepat di jantungku hingga aku tak dapat mengontrol
hati dan pikiranku,yang aku pikirkan hanya satu bagaimana keadaan marisa sekarang,aku
langsung lari sekencang kencangnya menerobos halaman rumah marisa,..
Aku
mengetuk
pintu
rumahnya,ditemani
dengan
air
mataku..
Tak berapa lama pintupun terbuka,seorang gadis yang suara lembutnya sangat ku kenal
membukakan
pintu..
"siapa ya?"ucapnya sambil membuka pintu,dia kaget melihatku dan mencoba menutup
kembali pintu rumahnya...tapi aku mencoba menahan pintunya agar tetap terbuka..
"Marisa please jangan tutup pintunya,aku kangen sama kamu,aku mau ngomong sama
kamu..kenapa kamu ngilang gitu aja,kamu ninggalin aku dan ngegantungion hubungan kita
dan perasaan aku..aku mau penjelasan atas itu Marisa" ucapku dengan terus menahan pintu
itu..
Tiba
"kamu
"Iya

tiba
Marisa
membuka
mau
penjelasan?!!!"bentaknya
dengan
deraian
aku
butuh
penjelasan
dari

air

pintunya,
mata
kamu"

Diapun
langsung
melempar
selimut
yang
menutupi
kakinya..
"aku cacat Vel!!cacat!!!aku nggak pantes buat kamu,mendingan kamu pergi!!!!lupain aku!!"
Aku
pun
memegang
wajahnya
dan
menghapus
air
mata
dipipinya..
"aku tadi udah denger cerita tentang kamu dari tetangga kamu,aku nggak peduli kamu cacat

atau apalah,aku cinta kamu apa adanya kamu,dari dulu aku cinta kamu karna kepribadian
kamu.."
"omong kosong Vel,mana mungkin ada cowok yang mau punya cewek yang kakinya
diamputasi kayak aku,semua cowok mau cewek yang cantik dan perfect"
"trus kalo aku bener bener cinta sama kamu apa adanya kamu,EMANGNYA AKU
SALAH??!! munafik rasanya kalo cowok bilang nggak mau cewek yang cantik dan
perfect,tapi rasa sayang aku udah nggak ngeliat dari fisik kamu,tapi cantik itu relatif Sa,buat
apa cantik tapi kepribadiannya gak cantik,di mata aku kamu perfect karna kepribadian kamu
yang cantik,kepribadian kamu yang buat aku jatuh cinta dan membuatku menunggu kamu
sampai
detik
ini"
"tapi aku nggak pantes buat kamu"ucap marisa sambil menangis dan menunduk
"aku yang ngerasa nggak pantes buat cewek sebaik kamu"ucapku sambil tersenyum
kearahnya
"kamu istemewa buat aku,kamu perfect,siapa sih cewek yang nggak jatuh cinta sama
kamu,dan siapa sih cewek yang nggak mau sayang sama kamu Vel"
"tapi aku mau kamu,biarkan kita saling melengkapi kekurangan dari pasangan kita.."ucapku
sambil
mengangkat
wajahnya
hingga
aku
dapat
memandang
matanya
"aku sayang sama kamu Vel sampai detik ini"ucap Marisa sambil menatapku
Akupun langsung memeluknya dan aku berbisik di telinganya bahwa aku juga sangat
mencintainya...
Setelah itu aku kembali ke yogya dan berjanji akan kembali setelah aku menyelesaikan UN
ku...dia kembali dalam hidupku dan memberiku semangat dalam hidupku..aku sangat
menyayangi dia dengan segala kekukarangan dan kelebihanya..
DMCA Protection on: http://www.lokerseni.web.id/2012/03/ketika-takdir-menjadipenghalang-cerpen.html#ixzz21DjHNe1W
KUTU BUKU MENEMUKAN CINTA
Cerpen Nararya Wahyu A
Di hari senin pagi yang cerah, dengan semua keindahan yang ada di bumi. Di pagi itu semua
orang bergegas menuju tempat tujuan untuk melakukan aktifitasnya setelah weekand, tidak
terkecuali Saya yang bergegas menuju ke sekolahan. Nama saya Dion dan saya adalah
seorang murid kelas 2 di sebuah SMA negeri di kota sebuah kecil. Saya bisa di bilang orang
yang biasa dan tidak memiliki kelebiahan tertentu, bahkan Saya sering dikatakan culun oleh
teman-tema saya. Ya, dengan kacamata yang selalu menghiasi mata Saya dan Saya selalu
memakai pin bergambarkan stars wars yang saya tempelkan di baju saya memang terlihat
seperti
kutu
buku.
Teman-teman satu sekolah sering memangil Saya dengan nama Dorky yang di ambil dari
kata Dork yang artinya culun. Tapi aku tidak peduli dengan semua cacian, hinaan dan ejekan
yang di layangkan kepadaku, karna aku senang menjadi diriku sendiri dan aku percaya semua
yang
aku
alami
ini
pasti
akan
berbuah
manis
pada
waktunya.
Hari-hari Saya selama di bangku SMA memanglah berat setiap harinya aku sebagai bahan
ledekan teman-teman. Terkadang saya heran mengapa banyak orang mengatakan masa-masa
SMA itu masa yang paling bahagia di hidup mereka, mungkin itu tidaklah berlaku terhadap

ku, bagiku masa-masa SMA yang aku alami sekarang begitu menyedihkan. Ya, walaupun
menyedihkan aku tapi aku semangat dalam menjalani masa-masa high School ini.

Seperti diriku ini yang culun perjalanan cintaku pun juga begitu sangat menyedihkan, sampai
sekarang belum pernah sekalipun aku pacaran, bahkan ngobrol sama perempuanpun aku
jarang. Bukan karna aku Homo tapi memang aku tidak tertarik saja dengan yang namanya
pacaran. Tapi itu semua berubah ketika aku melihat gadis yang sangatlah cantik. Dengan
rambut yang terurai panjang, wajah putih berseri dan lesung pipi yang menambah
kecantikannya. Gadis itu bernama Revi, seorang gadis yang di tahun ajaran baru ini pindah ke
SMA ku dan dia satu kelas denganku. Aku benar-benar jatuh cinta di pandangan pertama
dengan dia. Tapi mungin cinta ini begitu sangat sulit, diriku yang culun ini tidaklah pantas
untuk gadis seperti dia. Aku pun hanya menjadi pengagum dia dan mengagumi dia dari jauh.
Perjalanan cinta ini bermula di tahun ajaran baru dan aku mulai masuk di kelas baruku
tepatnya di kelas 2 B IPA, di saat bel masuk, wali kelas baru pun masuk kelas dan di ikuti
seorang gadis yang begitu cantik. Kemudian wali kelas ku mengenalkan kepada kita kalau
kita menapatkan teman baru yang baru pindah dari Luar Kota. Dan wali kelas kami
menyuruh dia mengenalkan diri kepada kami semua. Dengan nada yang lembut dia
mengenalkan diri dengan berkata selamat pagi teman semua, perkenalkan nama saya Revi
Aprilia, saya baru pindah dari Luar Kota, salam kenal dan saya minta bantuan untuk teman
semua. Ya dengan wajah yang cantik teman satu kelas pun juga sangat antusias dengan
perkenalan
diri
Revi.
Berbeda dengan aku yang begitu sulit bergaul dengan teman-teman semua, Revi sangatlah
mudah mendapat teman, bahkan dalam waktu semingu setelah masuk di SMA ku dia sudah
menjadi orang yang sangat popular di sekolah. Bahkan banyak cowok yang mendekati dia
untuk meminta Revi menjadi pacar mereka. Ya begitu sesak dadaku saat Revi di dekati
banyak cowok dan hanya aku sendiri yang tidak berani mendekati Revi. Mungkin dari sekian
banyak cowok yang serius berusaha mendekati Revi hanya si Andre yang nota bene
merupakan cowok idaman semua wanita di sekolahanku yang benar-benar ingin
mendapatkan cintanya Revi. Andre adalah cowok yang paling popular sepanang sejarah di
SMA ku, tapi dia juga seorang Play boy kelas kakap, hampir semua perempuan di SMA ku di
pacari sama dia, tapi yang membuat ku heran mengapa masih banyak perempuan yang

mengidolakan

dia.

Semaki berjalannya waktu usaha Andre akhirnya berhasil, dia berhasil menaklukan hati Revi.
Begtu hancur hatiku mendengar kabar ini. Penyesalan dan rasa sedih bercampur menjadi satu.
Yang paling membuat hatiku berat adalah mengapa Revi lebih memilih Andre dari sekian
cowok yang berusaha mendekatinya. Dan aku sangat takut kalau Revi di sakiti oleh Andre,
ingin sekali aku memberi tahu Revi soal sifat Andre yang suka mempermainkan wanita. Tapi
mungkin sangatlah tidak etis kalau aku menceritakan keburukan Andre kepada Revi, dan aku
hanya bisa berdoa untuk kebahagiaan mereka dan aku berharp Andre bisa berubah etelah
bersama
Revi.
Sudah empat bulan setelah kepindahan Revi di SMA ku dan selama ini belum sekalipun aku
berani mengajak ngobrol Revi, aku hanya bisa mencuri pandang dan mengagumi Revi dari
jauh. Kejadian yang sangat berkesan bagiku hanyalah di saat aku mencuri pandang ke Revi,
kemudian Revi balik melihatku dan tersenyum kepadaku. Sangatlah hal yang tidak terlupakan
di hidupku, senyuman yang sangat manis itu selalu terbayang-bayang di pikiranku. Dan aku
selalu berfikir apakah dia sebenarnya tahu kalau setiap hari aku selalu memandangnya,
kalaupun dia tahu aku sangat senang dan sedikit lega, dan semoga dia bisa tahu kalau aku
sangat mencintai dia, walaupun aku pasrah dengan keadaan ini, aku tahu kalau cinta memang
tak
harus
memiliki.
Tapi harapanku untuk melihat Revi bahagia sepertinya sulit terwujut, setelah beberapa bulan
terakhir Revi dan Andre sering bertengkar, bahkan aku pernah melihat Andre jalan sama
perempuan lain. Bahkan di suatu hari setelah pulang sekolah aku melihat mereka bertengkar
kemudia Andre hampir menampar pipi Revi tapi tangan andre aku tangkis, dan dengan
sepontan aku berkata jangan kasar sama cewek dong, kemudin Andre menjawab kenepa
lo, dasar culun gangu hubungan orang saja kemudian Revi berlari sambil menangis.
Di suatu hari yang di hiasi awan yang gelap dengan rintikan hujan yang membasahi bumi,
aku melihat Revi duduk sendiri, dengan pipi yang di basahi air mata. Degan segenap
keberanian aku menghampiri Revi, setelah aku sampai di samping Revi, sungguh sangat
megejutkan tiba-tiba dia berkata hai Dorky kemudian dia tersenyum tetapi senyuman itu
tidak lah seindah saat aku melihat senyuman nya yang dulu. Akupun bertanya kepada dia,
mengapa kamu menangis??, kemudian dia menjawab, baru kali ini ya kita berbincang
bahkan baru kali ini kita bisa duduk sedekat ini. Apa kamu di sakiti sama Andre? sahut ku,
kemudian dia berbalik bertanya kepadaku, mengapa kamu dulu tidak mendekati aku seperti
orang-orang yang lain, aku tahu kamu juga memiliki perasaan terhadapku bahkan aku yakin
melebihi orang-orang yang lain dan aku menjawab aku menyadari semua kekuranganku,
aku sadar aku tidak pantas buat kamu , tau kah kamu seandainya kamu dulu berani
mendeati aku, mungkin aku akan memilih kamu, aku juga punya rasa yang sama dengan mu,
kalau itu terjadi aku tidak akan pernah merasakan rasa sakit ini jawab dia sambil melihat
kemataku, aku terkejut dengan ucapan dia yang begitu jauh dari perkiraanku sejak awal,
kmudian aku menjwab aku benar-benar minta maaf Revi, kalau aku engkau beri
kesempatan memulai lagi dari awal, apakah kamu mau menjadi pacar ku dan melupakan
semua yang terjadi kmarin? setelah mendengar perkataan ku kemudian dia menggengam
erat tangan ku dan ber kata iya, tolong buat aku bahagia ya Dion.
Keesokan harinya aku sangat tidak sabar untuk berangkat sekolah dan bertemu dengan Revi,
aku benar-benar sangat bahagia di hari itu. Sesampainya di sekolah, aku masuk ke dalam
kelas dan aku melihat seorang gadis dengan kacamata dan rambut yang di ikat menjadi dua

tersenyum kepadaku. Aku sangat kaget dan berasa mengenal gadis itu. Aku berfikir apakah
ini Revi yang kemarin menerima ku menjadi pacarnya. Begitu sangat berbeda sekali Revi
yang dulu dengan Revi yang sekarang. Kemudian aku menghampirinya dan bertanya, kamu
sangat berbeda sekali hari ini, kenapa?, apa kamu tidak suka? jawab Revi. "Aku hanya
tersenyum melihat tampilan dirinya kali ini. kamu luar biasa dengan penampilan yang
sekarang, aku tambah mencintaimu Revi kataku, kemudian Revi berkata, sebelum aku
pindah di SMA ini, penampilnku memang seperti ini, bahkan aku juga sering di katain kutu
buku sama teman-teman, aku merubah penampilanku hanya takut dan trauma tidak bisa
memiliki teman-teman lagi dan setelah bertemu dengan kamu aku benar sadar kalau menjadi
diri sendiri memang sangat menyenangkan, ayo kita lalui high School bersama kataku.
Sudah setahun lebih kita bersama, dan begitu sangat menyenangkan, aku benar-benar
merasakan bahwa masa-masa SMA tidak lah mengerian, itu tingal tergantung kita yang
menjalaninya. Dan percayalah keburukan yang kita alami saat ini, suatu hari kebaikan lah
yang akan mendominasi dari keburukan itu. Sekarang aku sudah lulus SMA dan skarang Aku
dan Revi berencana melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi bersama.
DMCA Protection on: http://www.lokerseni.web.id/2012/03/cerpen-romantis-kutu-bukumenemukan.html#ixzz21DjZ0ous
SURAT
DALAM
Cerpen Rohyati Sofyan Dimuat di Suara Karya 11/16/2008

HUJAN

HUJAN. Selalu demikian di bulan Nopember ini. Hujan benar-benar mewarnai hari.
Sore. Ya, pukul empat lebih, hujan seperti pantulan manik-manik kaca menderas
seketika dengan anggunnya. Aku menyesal, sumur di luar pasti akan keruh lagi
airnya, mestinya diberi atap nanti. Hujan. Aku duduk di sini, dekat jendela kaca
memerhatikan curahan air yang mengguyur serentak dari udara. Seperti apakah
bunyinya? Di atas atap, di dedaunan, di tanah becek, bahkan di kolam ikan yang
berderet nun di luar? Aku tak tahu. Sunyi. Kecuali gelegar petir yang menghantam
bumi. Ya, hanya itu yang kurasakan. Aku ingat kamu. Aku suka hujan, aku suka
suasananya yang begitu kontemplatif. Kurasakan ekstase tertentu jika hujan.
Memberiku inspirasi untuk menulis puisi. Bahkan juga menulis surat untukmu
dalam suasana hujan kupikir cukup romantis, meski isinya terkadang bernada
humor yang ironis. Aku rindu suratmu. Yang selalu hangat dan menggembirakan,
simpel dan terkadang menggetarkan. Namun mungkin kamu sudah kecewa dengan
kenyataan yang kuungkapkan dalam suratku yang barusan kukirimkan.
Mungkin kamu kebingungan dan terpaksa bertanya pada orang yang kebetulan
pernah bertemu denganku, entah Mas Herwan FR atau Agus Kresna, meski ada yang
merasa tak berhak untuk mengatakan apa-apa karena aku sudah memintanya agar
jangan dulu mengabarkan kehadiranku pada orang-orang untuk suatu alasan. Dan
rentetan kemungkinan lainnya mengendap dalam benakku. Namun aku harap kamu
benar-benar cukup dewasa untuk menerima realita dalam hidup yang penuh
ketakterdugaan.
Aku
kesepian.
Apa
yang
kulakukan.
Duduk di kursi sembari mengangkat kaki, dan di rumah hanya ada aku sendiri. Aku
membayangkan kamu. Sosok yang tak pernah kutemui. Hanya foto yang kamu
kirimkan melengkapi imajinasi: seorang lelaki gondrong yang menarik, dan merasa
dirinya secara psikologis sudah dewasa dalam usia 23 tahun. Heran, di luar belasan

burung entah apa namanya berseliweran dalam guyuran hujan begini, apa yang
mereka cari? Barangkali kamu lebih tahu ekologi dan mau berteori? Aku kedinginan.
Aliran listrik padam. Barangkali segelas teh manis panas bisa menghangatkan
tubuhku.
Apakah di Bandung saat ini sedang hujan juga, dan kamu tengah bagaimana?
Mengisap A Mild ditemani secangkir kopi panas? Menulis puisi, cerpen, esai, surat,
atau tugas mata kuliah? Di kampus, di rumah, atau di suatu tempat entah? Membaca
diktat, buku tertentu, karya sastra, atau komik? Di depan monitor komputer,
mengobrol, atau nonton TV? Mendengarkan The Doors atau Ebiet G. Ade? Tidur
atau makan? Salat Asar atau menggigil kehujanan? Atau mengguyur badan di kamar
mandi? Atau tak melakukan apa-apa sama sekali? Cuma Tuhan yang tahu. Relasi
yang aneh, katamu, karena lewat surat. Lalu kamu menyuruhku belajar internet biar
bisa bikin e-mail dan tak perlu ke perpustakaan konvensional. Dan kamu janji akan
mengajariku jika nanti bertemu. Bertemu. Aku juga ingin bertemu kamu. Namun
untuk apa? Adakah makna dari pertemuan itu? Kubayangkan kamu sebagai Indra,
temanku, yang membagi dunia lewat tangannya. Namun apa kamu bisa bahasa
isyarat sederhana cara abjad? Kamu kecewa karena aku tuli? Apakah dalam surat
pertamaku aku harus memberitahu siapa diriku secara mendetail? Aku telah
mengambil risiko. Begitu pun kamu. Risiko untuk merelasi diri dan berinteraksi
dengan
orang
asing.
Sebuah silaturahmi yang kumulai, haruskah berakhir sia-sia? Aku berusaha
menerima diriku sebagaimana adanya dan menjadi orang biasa, meski aku tahu
orang-orang di sekitarku kecewa. Keluarga, teman-teman, sahabat dekat, sampai
siapa saja yang memang merasa harus kecewa. Bertahun-tahun, ada belasan tahun
mungkin, sejak usiaku 16 tahun sampai 25 tahun, kujalani hari dengan sunyi, sebuah
dunia tanpa bunyi-bunyi. Bisakah kamu bayangkan? Ah, aku tak akan bisa
mendengar permainan harmonikamu, lalu membandingkannya dengan permainan
harmonika abangku. Atau denting gitarmu dengan Eric Clapton. Atau bagaimana
suatu
melodi
tercipta
dari
puisi.
Aku juga tak akan tahu warna suaramu saat memusikalisasikan puisi, berdeklamasi,
menyanyi, tadarus, berperan dalam lakon teater, atau bicara biasa saja. Kamu masih
ingat, dalam salah satu suratmu, kamu menulis: Setting: Kamar, 141000 - 21.20
WIB, Dewa 19 - Terbaik-terbaik. Gurun yang baik. Barangkali sekaranglah saatnya!
Lalu kamu membiarkan selembar halaman kertas itu kosong. Aku mengerti artinya,
kamu ingin aku memutar lagu tersebut, dan membiarkan Terbaik-terbaik bicara.
Sesuatu yang tengah menggambarkan suasana hatimu saat itu? Sayang, aku tak bisa
melakukannya. Kata teman-teman, lagu itu tentang cinta dan persahabatan. Kurasa
aku harus bertanya pada Rie, Indra, atau Nana; apa ada yang punya teksnya? Ironis,
bukan? Tampaknya kamu senang menulis dengan diiringi musik. Aku iri padamu.
Karena aku ingin tahu juga seperti apa indahnya musik klasik itu, entah Mozart yang
kata Indra melankolis; atau Chopin di masa silam, gumam Cecep Syamsul Hari
dalam puisi Meja Kayu yang kembali muram-surealis, menulis lagu pedih tentang
hujan2; atau tahu di mana letak jeniusnya Beethoven yang mencipta komposisi
meski tuli; dan bisa mengerti mengapa ayahku sangat menyukai musik klasik selain
country. Aku rindu bunyi gamelan, dan ingin kembali belajar menari. Entah jaipong
Jugala, tari klasik Jawa, atau mungkin sendratari seperti yang sering kusaksikan di
TVRI waktu kecil dulu. Aku ingin berperan sebagai Drupadi atau Srikandi,
perpaduan antara kelembutan dan keperkasaan. Kamu lebih suka karakter Bima?

Aku suka karakter Yudistira, ia satu-satunya yang (hampir) berhasil mencapai


puncak Mahameru sementara saudara-saudaranya satu per satu berguguran. Kamu
tahu artinya, kan? Aku lupa penggalan kisah ini dari komik wayang R.A. Kosasih
atau majalah Ananda -- yang pernah kita baca waktu kanak-kanak dulu, meski
mungkin dalam dimensi yang berbeda. Sudahlah, setidaknya aku bisa tahu minatmu,
dan
kamu
tahu
minatku.
Aku tak tahu banyak tentang musik, padahal kamu pasti asyik sendiri dengan The
Corrs, Dewa, Kubik, Jim Morrison, bahkan juga Jimi Hendrix. Mengapa sih dalam
cerpenmu yang barusan dimuat koran, kamu menulis soal Jimi Hendrix dan Jim
Morrison? Itu mengingatkanku pada Abuy teman SMU-ku yang sangat
mengidolakan mereka dan senang cerita soal itu padaku, seolah merekalah yang bisa
meluapkan kegelisahan terpendamnya yang liar menuju muara kebebasan. Lucu,
adakah orang tuli yang begitu besar rasa ingin tahunya tentang sesuatu yang tak
mungkin bisa dirasakan. Katakan aku aneh. Aku memang orang aneh. Namun aku
juga berharap bisa tahu lebih banyak tentang Iqbal, Rumi, Camus, Dylan, Gibran,
Cummings, Malna, sampai Rendra. Ya, itu jika kita bertemu. Mungkinkah itu?
Tempias hujan tidak deras lagi, namun kesedihan itu masih menghantam ruang
terdalam. Aku butuh kawan. Kamukah orangnya? Tidak, kamu mungkin sudah
berharap agar aku jadi seseorang yang ke lima setelah kamu kecewa dengan sekian
perempuan yang masuk dalam hidupmu, meski itu terlalu dini karena kita baru tiga
kali saling menyurati. Semudah itukah hatimu terpaut, atau kamu cuma ingin
mengujiku? Tidak. Aku tak berharap apa-apa darimu. Aku hanya ingin jadi
kawanmu. Kawan biasa. Bukan pacar. Meski aku juga ingin punya pacar,
sebagaimana perempuan kebanyakan. Seseorang yang membuatku jatuh cinta
sungguhan. Seseorang yang mencintaiku apa adanya. Seseorang di mana bisa
berbagi dunia. Naifkah? Hujan. Aku kembali memandang ke luar jendela kaca.
Di sana gunung begitu dekat dengan latar pepohonan seperti hamparan permadani
hijau kebiruan, dan kabut yang mengental; terasa beku dalam pelukan kegaibanNya. Ya Tuhan, barusan kulihat kilatan petir membelah langit desa di sebelah utara.
Subhanallah, indah sekali bentuknya; kilatan warna perak yang abstrak dengan latar
kelabu. Aku membayangkan bagaimana seandainya jika petir tiba-tiba menghajarku.
Sudahlah, mungkin lebih baik aku membayangkan diriku sebagai Walter Spies atau
Alain Compost; akan kuabadikan keindahan panorama hujan. Tidak. Aku bukan
mereka. Aku cuma punya kata-kata. Bukan kuas atau kamera. Namun kata-kata yang
berhamburan dari mulutku pasti tak akan kamu mengerti sepenuhnya jika kita
berbicara. Kamu akan membutuhkan waktu untuk mengenali warna suaraku yang
kacau intonasinya, seperti teman-teman dekatku. Mungkin cukup lama. Apakah kita
akan bertemu dan bicara seolah kawan lama dengan akrabnya? Atau kaku lalu
merasa sia-sia? Aku bukan May Ziadah, Elizabeth Whitcomb, Mabel HubbardGraham Bell, Marlee Matlin, atau Jane Mawar.
DMCA Protection on: http://www.lokerseni.web.id/2011/11/cerpen-romantis-surat-dalamhujan.html#ixzz21DjvqAKC

Anda mungkin juga menyukai