Makalah Kasus 1 Herpes Zoster
Makalah Kasus 1 Herpes Zoster
DOSEN TUTOR
Andika Isnaeni S.
220110140011
Anissa Riyanti
220110140099
220110140147
Asti Hanifah
220110140033
220110140130
Atika Nofianti
220110140071
Citra Marchelina N
220110140168
220110140079
Desri Resnawati
220110140134
Hermin Setiorini
220110140170
Santi Ariyanti
220110140092
220110140039
Tia Hafsari
220110140149
Yeti Amidawati
220110140005
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke ke hadirat Allah SWT karena atas
kehendak-Nya tugas makalah Sistem Integumen ini dapat di selesaikan. Sholawat
dan salam kami limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW karena
berkatnya kita dapat keluar dari jaman kebodohan hingga ke jaman ilmu
pengetahuan sekarang ini.
Terimakasih kepada Ibu Etika Emaliyawati selaku dosen koordinator mata
kuliah Sistem Integumen yang telah mengkoordinir kami semua dalam mata
kuliah Sistem Integumen. Terimakasih juga kami haturkan kepada dosen tutorial
kami Ibu Ikeu Nurhidayah yang telah mendampingi kami dalam kegiatan Small
Group Discussion dan praktikum. Terimakasih kepada semua pihak yang telah
terlibat dalam penyelesaian tugas makalah kasus satu khususnya kepada orang tua
kami yang telah mendukung dan memberikan semangat dalam penyelesaian tugas
makalah ini.
Kami menyadari dalam mengerjakan tugas ini terdapat kekurangan karena
keterbatasan pengetahuan yang kami miliki. Karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kebaikan di masa mendatang. Harapan
kami semoga tugas makalah kasus satu dalam Sistem Integumen ini dapat
memberi tambahan pengetahuan dan juga dapat memenuhi kriteria penilaian.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................iii
BAB I.....................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................2
BAB II....................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................3
2.1 Definisi.............................................................................3
2.2 Etiologi.............................................................................3
2.3 Faktor resiko......................................................................3
2.4 Manifestasi Klinis.................................................................4
2.5 Pemeriksaan.......................................................................5
2.6 Pencegahan........................................................................6
2.7 Pengobatan........................................................................7
2.7.1 Farmakologi...................................................................7
2.7.2 Nonfarmakologi...............................................................8
2.8 Patofisiologi........................................................................9
BAB III.................................................................................11
ANALISIS KASUS....................................................................11
3.1 Kasus.............................................................................11
3.2 Pengkajian.......................................................................11
3.3 Analisis Data.....................................................................13
BAB IV.................................................................................15
ASUHAN KEPERAWATAN...........................................................15
BAB V..................................................................................17
SIMPULAN DAN SARAN............................................................17
5.1 Simpulan.........................................................................17
5.2 Saran.............................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................iv
LAMPIRAN..............................................................................v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Herpes zoster telah dikenal sejak zaman Yunani kuno. Herpes zoster
disebabkan oleh virus yang sama dengan varisela, yaitu virus varisela zoster.
Herpes zoster ditandai dengan adanya nyeri hebat unilateral serta timbulnya
lesi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersarafi serabut saraf
spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik dan nervus kranialis. Insiden
herpes zoster tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada perbedaan angka
kesakitan antara pria dan wanita. Angka kesakitan meningkat dengan
peningkatan usia. Diperkirakan terdapat antara 3-5 per 1000 orang per tahun.
Lebih dari 2/3 kasus berusia di atas 50 tahun dan kurang dari 10% kasus
berusia di bawah 20 tahun.
Patogenesis herpes zoster belum seluruhnya diketahui. Selama terjadi
varisela, virus varisela zoster berpindah tempat dari lesi kulit dan permukaan
mukosa ke ujung saraf sensorik dan ditransportasikan secara sentripetal
melalui serabut saraf sensoris ke ganglion sensoris. Pada ganglion terjadi
infeksi laten, virus tersebut tidak lagi menular dan tidak bermultiplikasi, tetapi
tetap mempunyai kemampuan untuk berubah menjadi infeksius. Herpes zoster
pada umumnya terjadi pada dermatom sesuai dengan lokasi ruam varisela
yang terpadat. Aktivasi virus varisela zoster laten diduga karena keadaan
tertentu yang berhubungan dengan imunosupresi, dan imunitas selular
merupakan faktor penting untuk pertahanan pejamu terhadap infeksi endogen.
Komplikasi herpes zoster dapat terjadi pada 10-15% kasus, komplikasi
yang terbanyak adalah neuralgia paska herpetik yaitu berupa rasa nyeri yang
persisten setelah krusta terlepas. Komplikasi jarang terjadi pada usia di bawah
40 tahun, tetapi hampir 1/3 kasus terjadi pada usia di atas 60 tahun.
Penyebaran dari ganglion yang terkena secara langsung atau lewat aliran darah
sehingga terjadi herpes zoster generalisata. Hal ini dapat terjadi oleh karena
defek imunologi karena keganasan atau pengobatan imunosupresi.Secara
umum pengobatan herpes zoster mempunyai 3 tujuan utama yaitu: mengatasi
inveksi virus akut, mengatasi nyeri akut ynag ditimbulkan oleh virus herpes
zoster dan mencegah timbulnya neuralgia paska herpetik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Herpes Zoster?
2. Apa etiologi penyakit Herpes Zoster?
3. Apa faktor resiko terjadinya Herpes Zoster?
4. Apa manifestasi klinis Herpes Zoster?
5. Pemeriksaan apa saja yang dilakukan untuk Herpes Zoster?
6. Apa pencegahan untuk Herpes Zoster?
7. Apa pengobatan untuk Herpes Zoster?
8. Bagaimana patofisiologi dari Herpes Zoster?
9. Apa asuhan keperawatan yang diberikan pada penderita Herpes Zoster?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui definisi, etiologi, faktor resiko, manifestasi,
pemeriksaan,
pencegahan,
pengobatan,
patofisiologi,
dan
asuhan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Herpes zoster adalah radang kulit akut yang bersifat khas seperti
gerombolan vesikel unilateral, sesuai dengan dermatomnya (persyarafannya).
Herpes zoster adalah suatu infeksi yang dialami oleh seseorang yang
tidak mempunyai kekebalan terhadap varicella (misalnya seseorang yang
sebelumnya tidak terinfeksi oleh varicella dalam bentuk cacar air).
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh reaktivasi virus
VaricellaZoster yang sifatnya localized, dengan ciri khas berupa nyeri radikuler,
unilateral, dan gerombolan vesikel yang tersebar sesuai dermatom yang
diinervasi satu ganglion saraf sensoris.
2.2 Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh virus herpes yang disebabkan oleh virus
herpes yang sama dengan virus penyebab varisela. Atau terjadi karena relaps
endogen atau reaktivasi virus varisella zoster (VVZ). Setelah infeksi varisela
primer, virus akan bertahan pada ganglia radiks dorsalis. Herpes zooster biasanya
menyerang penderita yang berusia lanjut. Virus varisela yang dorman diaktifkan
dan timbul vesikel-vesikel meradang unulateral di sepanjang satu dermatom. Kulit
desekitarnya mengalami edema dan perdarahan. Keadaan ini biasanya didahului
atau disertai nyeri hebat dan/ atau rasa terbakar. Meskipun setiap saraf dapat
terkena, tetapi saraf torakal, lumbal atau kranial agaknya paling sering terserang.
Herpes zoster dapat berlangsung selama kurang lebih tiga minggu. Nyeri
yang timbul sesudah serangan herpes disebut neuralgia post-herpetika dan
biasanya berlangsung selama beberapa bulan, bahkan kadang-kadang sampai
beberapa tahun. Neuralgia post-herpetika lebih sering dialami oleh penderita yang
sudah lanjut usia.
2.3 Faktor resiko
1. Usia lebih dari 50 tahun. Pada usia ini infeksi sering terjadi akibat daya
tahan tubuh menjadi melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster
makin tinggi pula resiko terserang nyeri.
lesi
pada
ODHA merupakan
manifestasi
pertama
dari
imunocompromised
3. Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi
4. Orang dengan transplantasi oragan mayor seperti transplantasi sumsum
tulang
parut (scar).
Lesi awal berupa makula dan papula yang eritematosa, kemudian dalam
waktu 12-24 jam akan berkembang menjadi vesikel dan akan berlanjut menjadi
pustula pada hari ke 3-4 dan akhirnya pada hari ke 7-10 akan terbentuk krusta dan
dapat sembuh tanpa parut, kecuali terjadi infeksi sekunder bakterial. Pada pasien
imunokompromais dapat terjadi herpes zoster desiminata dan dapat mengenai alat
viceral seperti paru, hati, otak dan disseminated intravascular coagulophaty (DIC)
sehingga dapat berakibat fatal. Lesi pada kulit biasanya sembuh lebih lama dan
dapat mengalami nekrosis, hemogarik, dan dapat terbentuk parut.
2.5 Pemeriksaan
Untuk pemeriksaan virus varicella zoster (VZV) dapat dilakukan beberapa
test yaitu :
1. Tzanck Smear
- Preparat diambil dari discraping dasar vesikel yang masih baru,
kemudian diwarnai dengan pewarnaan yaitu hematoxylin-eosin,
Giemsas, Wrights, toluidine blue ataupun Papanicolaous.
Dengan
-
menggunakan
mikroskop
cahaya
akan
dijumpai
simpleks virus.
3. Polymerase Chain Reaction (PCR)
- Pemeriksaan dengan metode ini sangat cepat dan sangat sensitif.
- Dengan metode ini dapat digunakan berbagai jenis preparat seperti
scraping dasar vesikel dan apabila sudah berbentuk krusta dapat juga
-
2.6 Pencegahan
Tindakan pencegahan ditujukan pada kelompok yang beresiko tinggi untuk
menderita varicella yang fatal seperti neonatus, pubertas ataupun orang dewasa,
dengan tujuan mencegah ataupun mengurangi gejala varicella. Tindakan
pencegahan dapat dilakukan dengan cara imunisasi pasif atau aktif
a.
Imunisasi aktif
Dilakukan dengan memberikan vaksin varisela yang dilemahkan (live
attenuated) yang berasal dari OKA Strain dengan efek imunogenisitas tinggi
dan tingkat proteksi cukup tinggi berkisar 71-100% serta mungkin lebih
lama. Dapat diberikan pada anak sehat ataupun penderita leukemia,
imunodefisiensi. Untuk penderita pascakontak dapat diberikan vaksin ini
dalam waktu 72 jam dengan maksud sebagai preventif atau mengurangi
gejala penyakit.
Dosis yang dianjurkan ialah 0,5 mL subkutan. Pemberian vaksin ini
ternyata cukup aman. Dapat diberikan bersamaan dengan MMR dengan daya
proteksi yang sama dan efek samping hanya berupa rash yang ringan. Efek
samping: biasanya tidak ada, tetapi bila ada biasanya bersifat ringan.
b. Imunisasi pasif
Dilakukan dengan memberikan Zoster Imun Globulin (ZIG) dan Zoster
Imun Plasma (ZIP). Zoster Imun Globulin (ZIG) adalah suatu globulin-gama
dengan titer antibody yang tinggi dan yang didapatkan dari penderita yang
telah sembuh dari infeksi herpes zoster. Dosis Zoster Imuno Globulin (ZIG):
0,6 mL/kg BB intramuscular diberikan sebanyak 5 mL dalam 72 jam setelah
kontak. Indikasi pemberian Zoster Imunoglobulin ialah:
1) Neonatus yang lahir dari ibu menderita varisela 5 hari sebelum partus
atau 2 hari setelah melahirkan.
2) Penderita leukemia atau limfoma terinfeksi varisela yang sebelumnya
belum divaksinasi.
3) Penderita HIV atau gangguan imunitas lainnya.
4) Penderita sedang mendapat pengobatan imunosupresan seperti
kortikosteroid.
Tapi pada anak dengan defisiensi imunologis, leukimea atau
penyakit keganasan lainnya, pemberian Zoster Imun Globulin (ZIG) tidak
menyebabkan pencegahan yang sempurna, lagi pula diperlukan Zoster
Imun Globulin (ZIG) dengan titer yang tinggi dan dalan jumlah yang lebih
besar.
Zoster Imun Plasma (ZIP) adalah plasma yang berasal dari
penderita yang baru sembuh dari herpes zoster dan diberikan secara
intravena sebanyak 3-14,3 mL/kg BB. Pemberian Zoster Imun Plasma
(ZIP) dalam 1-7 hari setelah kontak dengan penderita varisela pada anak
dengan defisiensi imunologis, leukemia, atau penyakit keganasan lainnya
mengakibatkan menurunnya insiden varisela dan merubah perjalanan
penyakit varisela menjadi ringan dan dapat mencegah varisela untuk kedua
kalinya.
2.7 Pengobatan
Pengobatan yang umum dianjurkan adalah dengan tidak keluar rumah
rumah., karena dapat menularkan kepada orang lain yang belum pernah terinfeksi
varisela dan orang dengan defisiensi imun. Untuk mencegah infeksi sekunder jaga
kebersihan badan. Pengobatan untuk penyakit herpes dapat menggunakan
farmakologi dan non farmakalogi.
2.7.1 Farmakologi
1. Pengobatan Sitemik
Obat Antivirus
Obat yang biasa digunakan yaitu obat antivirus asiklovir dan
modifikasinya misalnya valasiklovir dan famsiklovir. Asiklovir
bekerja sebagai inhibitor DNA polimerase pada virus. Asiklovir
dapat diberikan secara oral ataupun intravena.asiklovir
sebaiknya diberikan pada 3 hari pertama sejak lesi muncul.
Dosis yang dianjurkan peroral adalah 5x800 mg/hari selama 7
hari, sedangkan untuk pemberian intravena biasanya hanya
diberikan pada pasien yang imunokompromise atau yang tidak
bisa minum obat. Obat yang lain yang bisa diberikan adalah
Valasiklovir , dosis yang diberikan 3x1000 mg/hari selama 7
hari, karena konsentrasi dalam plasma tinggi. Selain itu,
Farmasiklovir juga dapat dipakai, farmsiklovir juga bekerja
sebagai inhibitor DNA polimerase. Famsiklovir diberikan
3x200 mg/hari selama 7 hari.
Analgetik
Analgetik yang diberikan biasanya asam mefenamat sebanyak
1500 mg/ hari selama 3 kali atau diberikan seperlunya saat
nyeri muncul. Analgetik diberikan untuk mengurangi neuralgia
yang ditimbulkan oleh virus herpes zoster.
Kortikosteroid
Indikasi pemberian kortikosteroid adalah sindrom ramsey hunt.
lain
counterirritation,
transcutaneous,
electrical
nerve
(menggosok
area
yang
terkena)
2.8 Patofisiologi
Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi virus varicella zoster yang
dorman, yang sebelumnya telah menginfeksi tubuh secara primer. Infeksi primer
dari VZV ini pertama kali terjadi di daerah nasofaring. Virus bereplikasi kemudian
dilepas kedarah sehingga terjadi permulaan viremia yang terbatas dan bersifat
asimptomatik. Keadaan ini diikuti masuknya virus ke dalam Reticulo Endothelial
System (RES) yang kemudian mengadakan replikasi kedua yang sifat viremianya
lebih luas dan simptomatik dengan penyebaran virus ke kulit dan mukosa.
Sebagian virus juga menjalar melalui serat-serat sensoris ke satu atau lebih
ganglion sensoris dan berdiam diri atau laten didalam neuron. Virus berdiam diri
di ganglion posterior saraf tepi dan ganglion kranialis. Selama antibodi beredar
dalam darah masih tinggi, reaktivasi dari virus yang laten ini dapat dinetralisisr,
tetapi pada saat tertentu dimana antibodi tubuh turun dibawah titik kritis, maka
akan terjadi reaktivasi dari virus sehingga terjadi herpes zoster. (Herpes Zoster,
2010)
Setelah tereaktivasi, virus herpes zoster kemudian keluar dari sel
neuron
ganglion
posterior ke
saraf sensorik,
dan mencapai
kulit
BAB III
ANALISIS KASUS
3.1 Kasus
Seorang pasien perempuan 62 tahun, dating ke poli umum mengeluh nyeri
pada bagian dada kiri menjalar sampai punggung sejak 3 hari yang lalu, nyeri
dirasakan hamper setiap saat dengan skala nyeri 3 dari 5. Keluhan tersebut
disertai pegal dan linu diseluruh tubuh. Pada saat nyeri dirasakan pasien
merasa cemas mengidap penyakit jantung, sehingga pasien tidak mau makan.
Hari ke 3 pasien mengatakan muncul erythema di bagian dada kiri sampai
punggung, disertai rasa gatal dan perih. Kemudian keesokkan harinya mulai
muncul vesikel. Hal ini menyebabkan pasien sangat kesakitan sehingga tidak
dapat menggunakan pakaian dalam. Keluhan nyeri ini juga menyebabkan
pasien mengalami gangguan tidur.
Pasien mendapatkan terapi: Acyclovir tablet dan Acyclovir salep.
3.2 Pengkajian
a. Anamnesa
1. Identitas pasien
a Nama
b Usia
c Alamat
d Jenis kelamin
e Pendidikan
f Agama
g Suku bangsa
h Diagnosa medis
: Tidak diketahui
: 62 tahun
: Tidak diketahui
: Perempuan
: Tidak diketahui
: Tidak diketahui
: Tidak diketahui
: Herpes Zoster
Nama
Tempat tanggal lahir
Pekerjaan
Alamat
Hubungan dengan klien
: (perlu dikaji)
: (perlu dikaji)
: (perlu dikaji)
: (perlu dikaji)
: (perlu dikaji)
pasien, serta muncul eritema hingga vesikel pada bagian tubuh pasien.
Q
: Keluhan nyeri sejak tiga hari yang lalu, muncul eritema pada hari
Keadaan Umum
a Tanda vital:
Tekanan Darah : (perlu dikaji)
Frekuensi nadi : (perlu dikaji)
Frekuensi napas : (perlu dikaji)
Suhu
: (perlu dikaji)
b Kesadaran: Compos mentis
Pemeriksaan
- Inspeksi : Eritema dibagian dada kiri sampai punggung vesikel
- Palpasi : Nyeri pada bagian dada kiri menjalar sampai punggung
Etiologi
Vericella
Masalah
Gangguan rasa nyaman nyeri
dan gatal b.d respon inflamasi
makan
*Gangguan tidur
- Data Objektif:
*Skala 3
- Data Subjektif:
*Pasien merasa
cemas
Virus replikasi
Menyebar dalam
ganglion
Inflamasi
Pelepasan histamine,
bradikinin
Nyeri
Paien merasa cemas
Kecemasan b.d ketidaktauan
mengidap penyakit
pasien terhadap penyakit
jantung karena rasa nyeri
yang dirasakan pada
bagian dada kiri.
- Data objektif: 3.
Vericella
Resiko penyebaran infeksi b.d
Virus replikasi
Menyebar dalam
ganglion
Inflamasi
Pelepasan histamine,
bradikinin
Penumpukan histamine
Rasa gatal
Respon menggaruk
Resiko penyebaran
infeksi
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi
DO : terdapat eritema, vesikel, skala nyeri 3 dari 5
DS : nyari dada kiri menjalar sampai punggung, pegal linu di
tentang penyakitnya
Intervensi :
1) Kaji tingkat kecemasan
2) Beri penjelasan mengenai penyakit dan prosedur perawatan.
3) Libatkan keluarga untuk memberi dukungan
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Herpes zoster atau shingles adalah penyakit reaktivitas virus laten dengan
gejala prodomal yaitu nyeri diikuti oleh ruam unilateral yang distribusinya
mengikuti dermatom. Umumnya terjadi pada manula dan biasanya menyerang
seluruh permukaan kulit ( daerah badan).Manifestasi klinis Herpes Zoster meliputi
keterlibatan kulit dan mukosa , muculnya respon sistemik serta terganggunya
kualitas kenyamanan dan kualitas hidup pasien.Hingga saat ini herpes zoster
diobati dengan terapi farmakologi dan non-farmakologi, untuk terapi farmakologi
umumnya menggunakan golongan obat-obatan
kesehatan
menurun
ditambah
dengan
kontak
langsung
dengan
pasien
menyebabkan perawat atau petugas kesehatan lainnya ikut tertular herpes zoster.
DAFTAR PUSTAKA
C. Smeltzer, Suzanne (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
(Brunner & Suddart) . Edisi 8. Volume 3. Jakarta: EGC
Price, Sylvia A dan Willson, Loraine M (2006). Patofisiologi konsep klinis
proses proses penyakit. Jakarta: EGC
Rahariyani, L.D. 2007. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
2013.
Varicella
dan
Herpes
Zoster.
Retrieved
from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3425/1/08E00895.pdf.
(Diakses
Patogenesis
Herpes
Zoster.
Retrieved
from:
https://www.scribd.com/doc/178895312/Patogenesis-Herpes-Zoster-2a4 ( Diakses
pada 27 Februari 2016)
2010.
Herpes
Zoster.
Retrieved
From:
LAMPIRAN
Kasus :
Seorang perempuan 62 tahun,datang ke poli umum mengeluh nyeri
pada dada kiri menjalar sampai punggung sejak 3 hari yang lalu. Nyeri
dirasakan hampir setiap saat dengan skala nyeri 3 dari 5. Pada saat nyeri
dirasakan klien merasa cemas mengidap penyakit jantung, sehingga pasien
tidak mau makan. Hari ketiga, muncul eritema pada dada sebelah kiri
sampai ke punggung, disertai gatal dan perih. Esok harinya muncul vesikel
pada area tersebut. Hal ini menyebabkan pasien sangat kesakitan sehingga
tidak dapat menggunakan pakaian dalam bahkan nyeri dirasakan
menyebabkan pasien mengalami gangguan tidur. Pada saat berobat klien di
diagnosa menderita Herpes. Terapi yang didapatkan saat klien berobat
adalah Acyclovir tablet dan salep.
Hasil SGD Kasus I
C
: Anissa Riyanti
Notulen I
: Citra Marchelina N
Notulen II
: Santi Ariyanti
Step I
1. Vesikel :
Santi :Lesi yang didalamnya terdapat cairan yang merupakan proses
infeksi
2. Eritema :
Asti : Pelebaran pembuluh darah kapiler
3. Acyclovir :
Andika : Salep / obat anti virus
Step II
1.
2.
3.
4.
5.
6. Amy : Pada kasus ini apakah herpes sudah menyebar ke area genital ?
7. Andika: Masalah keperawatan pada kasus?
8. Asti : Mengapa pasien mengalami gangguan tidur ? apakah vesikel
tersebut merupakan pengaruhnya ?
9. April : apakah terapi obat yang diberikan kepada pasien ampuh ?
10. Tia
: Apakah jenis kelamin dan usia merupakan faktor resiko herpes ?
11. Astri : Penyebab dari herpes pada kasus diatas ?
12. Clara : Efek dari terapi yang diberikan ?
13. Atika : Cara mengatasi gangguan tidur ?
14. Anissa : Manifestasi klinis yang ada pada tubuh klien ?
15. Amy : Apakah acyclovir dapat mengurangi nyeri ?
16. April : Peran perawat yang dapat dilakukan untuk mengurangi
kecemasan klien ?
17. Tia
: Mengapa eritema dapat menyebabkan gatal dan perih ?
18. Apakah perbedaan pemberian tablet dan salep.
Step III
1. Andika
12. Anissa
peradangan berkurang/hilang
13. Amy
:mengatasi nyeri yang dialami klien
14. Asti
: timbulnya vesikel, eritema dan gatal
Clara
: nyeri, pegal linu
15. Santi
: Untuk keampuhannya didalam kasus tidak disebutkan
secara detail, namun umumnya obat acyclovir memang diberikan pada
pasien herpes zoster sebagai obat antiviral
16. Amy
: Perawat dapat memberikan edukasi dan memberikan
penkes kepada pasien
17. Atika
: Karena virus tersebut menyerang syaraf, dan eritema
muncul sebagai manifestasi klinisnya.sehingga munculnya eritema
menyebabkan nyeri
18. Anissa
:obat tablet diberikan untuk menobati virus dan mengatasi
peradangan dalam tuuh, sedangkan salep untuk mencegah penyebaran
yang semakin meluas
Step IV & V (Berada di Tinjauan Pustaka)
1.
2.
3.
4.
Astri
Andika
lesi
Halinda
April
2. Manifestasi Klinis
Hermin
: Demam, sakit kepala hilang timbul
Asti
: Hari ketiga sampai kelima mulai muncul vesikel yang
membentuk pola.Pada orang tua ditambah pegal-pegal
Amy
Clara
Desri
Halinda
3. Faktor resiko
Halinda
: Usia > 50 tahun , orang yang mengalami penurunan daya
tahan tubuh, orang yang sedang mendapatkan terapi
radiasi/kemoterapi, orang yang menerima transplantasi
Amy
Tia
Citra
Clara
organ mayor
: Orang yang sedang mendapatkan terapi kortikosteroid
: Wanita yang sudah menopause
:ibu hamil
: Seseorang yang sedang menjalani terapi immunosupresan
jangka panjang , dan menderita penyakit sistemik
4. Klasifikasi
Hermin
Atika
Santi
5. Pemeriksaan :
Destri
6. Pencegahan
Citra
Clara
Amy
Tia
Halinda
7. Pengobatan
Asti
Astri
Tia
Amy
Halinda
Citra
: terapi bekam
Santi
April
Destri
8. Patofisiologi
9. Masalah keperawatan
Amy
inflamasi
Ds : mengeluh gatal, nyeri dan pegal linu
Do : terdapat erupsi kulit, vesikel dan nyeri Skala 3 dari 5
Anissa
dari inflamasi
Do : terdapat eritema, vesikel
Santi
Citra