Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENYEMPURNAAN I
PROSES LIPATAN PERMANEN PADA KAIN KAPAS,T/C DAN
POLIESTER
Disusun oleh :
Kelompok 1
Nama anggota

: 1. Gita Feriani Rachman

(14020051)
2. Lusy Fawziah Hamdayani (14020080)
3. Dzikrina Islamiati (14020082)
4. Aji Setiawan (14020087)
5. Puspitha Nurjanah (14020095)
Dosen

: Wulan S, S, ST, M. T.

Tgl Praktek

: 21/04/2016

POLITEKNIK STTT
BANDUNG

2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Maksud dan

Tujuan
MAKSUD :
1. Mempelajari prinsip prinsip dasar proses penyempurnaan
lipatan permanen pada kain kapas, rayon, poliester kapas dan
poliester rayon dengan variasi suhu curing dengan evaluasi CRA.
2. Mengetahui pengaruh suhu curing pada proses penyempurnaan
lipatan permanen pada kain kapas, rayon, poliester kapas dan
poliester rayon.
TUJUAN :
1. -Agar dapat melakukan proses penyempurnaan lipatan
permanen pada kain kapas, rayon, poliester kapas dan poliester
rayon.
2. -Untuk dapat mengevaluasi hasil penyempurnaan lipatan
permanen pada kain kapas, rayon, poliester kapas dan poliester
rayon dengan variasi suhu curing dengan evaluasi CRA.

.
1.

BAB II
TEORI DASAR
2.1

Serat Kapas

Bentuk serat kapas seperti tulang anjing apabila dilihat secara


melintang dan apabila dilihat membujur akan terlihat berpilin seperti pita.
Kekuatan serat kapas terutama dipengaruhi oleh kadar Selulosa dalam
serat, Panjang rantai dan orientasi. Kekuatan Serat kapas rata-rata adalah
96.700 pound/Inchi2 dengan minimum 70.000 dan maksimum 116.000.
Kekuatan Serat pada umumnya menurun pada keadaan basah. Serat
kapas mempunyai afinitas yang besar terhadap air, dan air mempunyai
pengaruh yang nyata pada sifat-sifat serat. Serat kapas yang sangat
kering bersifat kasar, rapuh, dan kekuatan rendah. MR Serat kapas
berfariasi dengan perubahan kelembaban relative atmosfir sekelilingnya.
MR Serat kapas pada kondisi standar berkisar antara 7-8,5%.
Mulur saat putus serat kapas sangat tinggi kira-kira 2x Mulur rami
diantara serat-serat alam hanya wol dan sutra yang mempunyai mulur
lebih tinggi, mulur serat kapas berkisar antara 4 13%. Serat kapas pada
umumnya tahan terhadap kondisi penyimpanan, pengolahan dan
pemakaian yang normal. Asam-asam menyebabkan hidrolisa ikatanikatan glukosa dalam rantai selulosa membentuk hidroselulosa.pada
larutan alkali memiliki sedikit pengaruh pada kapas, kecuali alkali kuat
dengan konsentrasi yang tinggi menyebabkan penggelembungan yang
besar pada serat seperti dalam proses merserisasi.
Serat kapas tersusun atas selulosa. Selulosa merupakan polimer linear
yang tersusun dari kondensasi molekul glukosa. Struktur molekul selulosa
dapat dilihat pada gambar 3.2 dibawah ini.
H

OH

OH

CH2OH
H

H
OH

OH
H

O
CH2OH

H
O

OH
O

O
OH

CH2OH
H

OH
H

OH

O
CH2OH

H
OH

OH

OH

Gambar 3.2 SRUKTUR KIMIA SELULOSA


( Sumber : Soepriyono.P,S.Teks, Serat-serat tekstil, ITT, Bandung,
1973, hal 45 )
Struktur fisika selulosa
Pada serat kapas terdapat bagian amorf dan kristalin, dimana bagian
amorf mempunyai daya serap ayng lebih besar daripada bagian
kristalin tetapi kekuatannya lebih kecil daripada bagian kristalin. Pada
bagian kristalin, letak antara, molekul selulosanya tersusun dengan

sangat teratur dan sejajar satu sama lain. Sedangkan pada bagian
amorf, jarak antara molekul selulosanya tidak beraturan dan
susunannya acak.

2.2 Penyempurnaan Resin


Pengertian
Penyempurnaan merupakan pengerjaan secara kimia dengan
menggunakan resin sintetik yaitu senyawa organik yang rumit dan
memiliki berat molekul tinggi, yang biasa dilakukan terhadap kain
selulosa seperti kapas. Pengerjaan ini bertujuan meningkatkan mutu kain
terutama sifat kusutnya. Sifat yang didapat sesungguhnya adalah
kombinasi antara ketahanan ( resistance ), yaitu kemampuan untuk
menahan kekusutan dan pengembalian ( recovery ) yaitu kemampuan
untuk kembali dari kekusutan, tetapi titik berat adalah pada
pengembalian dari kekusutan. Banyak materi tahan terhadap kekusutan,
artinya tahan terhadap deformasi karena kaku, tetapi untuk kembali ke
keadaan semula harus ada lentingan ( resilience ) yang mencakup
ketahanan terhadap kekusutan dan sekaligus pengembalian ke keadaan
semula.
Penggunaan resin sintetik pertama kali diperkenalkan dalam industri
tekstil sekitar tahun 1930 oleh Fould. Marsh dan Wood dari Tootal
Broacihurst Lee Co.L,td, Manchester, Inggris untuk rnemperbaiki
ketahanan kusut bahan-bahan dari kapas, rayon, linen dan serat-serat
selulosa lainnya. Perkembangan selanjutnya, resin sintetik tidak hanya
dapat digunakan memperbaiki ketahan-an kusut tetapi juga memberikan
stabilitas dimensi bahan, efek kaku, rnenambah berat kain (sebagai
pengisi), memperbaiki pegangan (handle), memberikan efek tahan api,
tolak air, anti statik, anti slip dan sebagainya.
Resin sintetik dapat digunakan secara luar (eksternal) atau secara dalam
(internal ). Penggunaan resin sintetik secara luar terutama untuk seratserat alam digunakan sebagai zat pembentuk lapisan film dan sebagai
zat perekat dimana resin sintetik teradsorpsi pada permukaan,
sedangkan penggunaan secara dalam resin akan masuk ke dalam serat
sehingga memberikan sifat yang perrnanen.

2.3 Resin-Resin Penyempurnaan Anti Kusut

Mekanisme Pembentukan Resin dan lkatan Silang dengan


Selulosa
Pembentukan resin terjadi diantara celah-celah dari bagian amorf serat
selulosa selama proses pemanas awetan. Monomer-monomer resin
yang telah masuk akan bergabung membentuk polimer-polimer yang
mempunyai ikatan linier dan ikatan silang yang kuat yang dapat
menyebabkan kain menjadi lebih kaku sehingga mengurangi
kecenderungan kain dari kusut. Polimerisasi tersebut pada dasarnya
disebabkan karena terbentuknya ikatan metilen dan eter di antara
gugus-gugus aktif ( gugus N-rnetilol ) yang disertai dengan
pembebasan air dan formaldehida. Reaksinya disajikan sebagai berikut
:
1. Pembentukanjernbatan metilen
>N-CH2-OH + HO-CH2-N < N-CH2-N-CH2OH + H2O
2. Pembentukan jembatan eter
> N-CH2-OH + HO-CH2-N < N-CH2-O-CH2-N + H2O
3. Pembentukan jembatan metilen dengan pembebasan air dan
formaldehida
> N-CH2-OH + HO-CH2-N < N-CH2-N < + H2O + CH2O
Pada saat terjadinya pembenrukan resin, senya.wa N-rnetiloi ini juga
mengikat gugusgugus -OH dari rantai molekul selulosa yang
berdekatan, sehingga terjadi ikatan siiang antar rnolekul selulosa
melalui jembatan resin, yang dapat digarnbarkan sebagai berikut:
2 Sel-OH + HO-H2C-Resin-CH2-OH Sel-O-H2C-Resin-CH2-O-Sel +
H2O
(serat)

(resin)

Resin yang masuk kedalam serat berpolimer menghasilkan molekul


resin kompleks dengan membentuk ikatan silang sehingga resin tidak
dapat bermigrasi kembali keluar dari serat. Selain itu resin akan
mengikat susunan bagian-bagian molekul serat menjadi lebih terikat
yang akan mencegah kecenderungan rantai molekul serat selulosa
untuk menggelincir akibat tekanan mekanik yang diberikan sehingga
serat tidak berubah bentuk dan tahan kusut.

Ditunjau dari fungsinya dibagi menjadi dua golongan , yaitu : resin selfcrosslinking dan reaktan, yang pada umumnya memiliki dua gugus
hidroksil sehingga dapat membentuk ikatan silang dengan selulosa.
1 Golongan self-crosslinking yang cenderung berpolimerisasi sendin dan
mengisi ruang-ruang antar molekul selulosa dengan resin yang sangat
kompleks tapi sedikit membentuk ikatan silang dengan molekul serat,
misalnya dimetilol urea (DMU ), dimetilol melarnin ( DMM ) dan lainlain.
2 Golongan reaktan yang cenderung membentuk polimer-polimer
pendek tetapi banyak berikatan silang dengan molekul serat, misalnya
dimetiloletilena urea (DMEU) dimetilolhidroksi etilena urea (DMDHEU)
dan lain-lain.
Sedangkan ditinjau dari struktur kimianya, resin-resin yang biasa
digunakan untuk penyempurnaan tahan kusut dapat dilihat pada

Gambar berikut :
2.4 Resin Dimetilol Dihidroksi Etilena Urea ( DMDHEU )
Resin DMDI-DU termasuk ke dalam golongan resin siklik yang dikenal
sebagai resin reaktan, karena lebih banyak bereaksi dengan selulosa
daripada dengan senyawanya sendiri. Senyawa resin prakondensat
tersebut mempunyai dua gugusan yang aktif yang apabila dipanaskan
dapat bereaksi dengan gugusan hidroksil dari senyawa selulosa dan
membentuk ikatan silang.

DMDHEU juga dikenal dengan nama dimetil glioksal monourea ( 1,3dirnetilol -4, 5-dihidroksi-2-imidazolidinon ). DMDHEU dapat diperoleh
dengan mereaksikan urea,glioksal dan formaldehida dengan

perbandingan 1:1:2.
Keuntungan-keuntungan dalam penggunaan reaktan DMDHEU ini
adalah :

Ikatan cincinnya yang sangat stabil menyebabkan resin sukar pecah


sehingga tidak terbentuk resin permukaan dan hasil pengerjaannnya
tidak kaku.
Ketahanan terhadap serangan klor lebih baik karena tidak
meilgandung gugus -NH- bebas.
Lebih ekonomis karena lebih banyak bereaksi dengan selulosa
daripada antar molekui itu sendiri.
Hasil pengerjaan tahan terhadap pencucian berulang

Kekurangan dari penggunaan resin reaktarr ini adalah tejadinya


penurunan kekuatan serat yang besar.
2.5 Larutan penyempurnaan resin
Pada umumnya resep-resep penyempurnaan hampir selalu terdiri dari 3
komponen, yaitu:
1. Prakondensat.
Ikatan silang dapat terjadi antara gugus reaktif dari selulosa (-OH) dan
gugus reaktif dari resin. Gugus reaktif resin yang terbaik adalah Nrnetilol seperti urea formaldehida, karena penggunaanya untuk
selulosa lebih dari 98 %.Pengikat silang N-metilol mampu
rnenghasilkan sitat yang tidak menggembungkan serat, stabilitas
dimensi, ketahanan kusut dan kelenturan tetapi juga dapat
menurunkan kekuatan tarik, kekuatan sobek,tahan gosok dan daya
jahitnya.
2. Katalis
Katalis adalah zat yang dapat mempengaruhi laju reaksi kirnia tanpa
mengalami perubahan reaksi kirnia dan pada umumnya berupa asam
atau senyawa lain yang dapat melepaskan asam pada suhu tinggi.
Pada saat berlangsungnya proses polimerisasi resin sintetik dalam
bentuk prakondensat, sangat dibutuhkan adanya suasana asam dan
pemanasan. Suasana asam tersebut baru boleh ada pada waktu proses
curing, sedangkan sebelum proses tersebut suasana tidak boleh asam
karena akan merusak kestabilan larutan pra kondensat. Untuk itulah
digunakan katalis yaitu sebagai katalisator pada proses polimerisasi.
Sifat tersebut baru timbul setelah katalis menghasilkan suasana asam
yaitu pada waktu curing.
Jadi secara jelas dapat diketahui fungsi katalis adalah untuk membantu
terjadinya reaksi ikatan silang dan pereaksi, dengan efek
pendegradasian terhadap tekstil yang minimum, misalnya
pengurangan kekuatan serat karena hidrolisa ikatan rantai molekul,
pewarnaan dan lain-lain. Katalis sebenarnya merupakan donor proton
untuk mendorong terjadinya reaksi polimerisasi darnsenyawa N-metilol
dengan gugus-gugus -OH dari selulosa dengan tidak menurunkan
stabilitas larutan prakondensat. Pemilihan katalis tergantung macam
serat atau kain yang akan disempurnakan, dan jenis dari pengikat
silang yang akan dipakai. Konsentrasi donor asam harus diatur sesui

dengan jenis dan jumlah pengikat silang serta kondisi proses, sehingga
tercapai reaksi optimal dari pengikat silang tanpa terjadinya hidrolisa
dari selulosa.
Dalam penyempurnaan kapas dengan resin reaksi polikondensasi
biasaanya terjadi pada suhu tinggi srnsana asam. Maka katalisator
yang diguna-kan biasanya katalisator asam laten yang mempunyai
sifat netral atau stabil dalam larutan pada suhu kamar, tetapi dapat
melepaskan atau membentuk asain pada suhu tinggi.

Biasanya kataiis yang digunakan clalam jumlah seperti yang tertera


pada
Tabel berikut :
Banyaknya (%) dari jumlah
kondensat yang digunakan
Mono dan diamonium sulfat
45
Ammonium Klorida
25
Ammonium Nitrat
25
Ammonium Sulfat
56
Garam Logam
7 20
Sumber ; Lewedag D, resin finishing of cellulosic fibre materials, BASF, 1968
Katalis

Terdapat empa macam katalis, yaitu :


1

Katalis garam ammonium

Merupakan garam-garam klorida, sulfat, nitrat, dan fosfat dimana ion


ammonium akan terdekomposisi dan membebaskan proton dalam suatu
tahap reaksi tunggal. Mempunyai sifat sangat efektif dan sangat cocok untuk
mendapatkan kelenturan optimum yada kain kapas
2

Katalis garam amino

Seperti etanol amina, penggunaan katalis ini sangat mudah karena lebih
stabil danpada garam asam.Biasanya digunakan sebagai katalis resin
melamin dan resin urea. Kekurangan jenis ini adalah tidak bisa digabungkan
dengan tipe resin emulsi
3

Katalis garam-garam logam

Hidrat-hidrat dari magnesium klorida, seng nitrat, juga seng klorida,


merupakan kompleks air, atau asam air yang pada suhu tinggi, dengan

terbentuknya hidrokso akan melepaskan proton dalam jurnlah kecil yang


diperlukan untuk reaksi asetilisasi dari senyawa-sen),awa N-metilol . Sangat
cocok untuk kain kapas, polyester kapas dan rayon.
4

Katalis asam organik

Asam organik seperti asam asetat, asam maleat, dan lain-lain . Jenis ini
Jarang digunakan secara tunggal tetapi digabung dengan katalis lain. dan
biasanya hanya membantu fiksasi katalis
Tahapan yang terjadi sebelum berfungsi sebagai katalis :
1 Garam akan mengurai pada temperatur tertentu untuk rnelepaskan
asam
2 Kernudran asam yangdilepaskan akan berionr'sasi menjadi ion-ion
hidrogen dan sisa asam.
3 Ion-ion hidrogen ini kemudian akan bertindak mempercepat laju reaksi.
Dengan demikian karakreristik garam katalis ditentukan oleh dua hal, antara
lain:
1. Derajat ionisasi ( penguraian ) gararn
2. Derejat ionisasi asam yang dilepaskan
Derajat penguraian garam menrpengaruhi kestabilan garam dan kondisi
(suhu dan waktu) penguraian. Garam-garam yang sukar mengurai akarr
stabil dalam persediaan dan memerlukan temperatur ],ang lebih tinggi serta
waktu yang lebih lama untuk proses penguraiannya, sedangkan derajat
ionisasi menentukan kemarnpuan kerja katalis dan mempengaruhi derafat
kerusakan serat kapas yang diproses. Asam-asam yang mudah terionisasi
akan mempermudah laju reaksi, tetapi mudah merusak serat.
Karena ikut menentukan sifat akhir bahan, katalis apapun yang digunakan,
yang penting ialah jumlah penggunaannya. Bila digunakan terlalu banyak
resin akan dihidrolisa oleh kelebihan asam, sedang apabila penggunaannya
terlalu sedikit, kondensat tidak terbentuk menjadi resin dengan semestinya.
3). Zat tambahan (aditif)
Zat tambahan adalah senyawa yang dipakai sebagai zat penyempunlaan,
sendiri ataupun ditambahkan pada larutan penyempurnaan untuh
mendapatkan kehalusan, kelembutan, pegangan yang diinginkan atau
modifikasi pegangan bahan, menghasilkan sifat fisik bahan tertentu
menutupi sebagian atau seluruh sifat-sifat negatif yang tidak diinginkan
karena adanya ikatan silang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil penyempurnaan tahan


kusut terhadap sifat-sifat fisik serat.
1 . Konsentrasi Resin
Makin banyak jumlah resin yang ditambahkan dapat menyebabkan turunnya
kekuatan tarik kain karena poiimerisasi resin akan rnembentuk ikatan antara
serat dengan resin yang sifatnya kaku dan pendek sehingga menyebabkan
serat mudah rapuh dan kekuatan tadk menjadi nrun. Menaikkan ketahanan
kusut karena ferjadi peningkatan elastisitas serat dan mengikat molekul
selulosa dalam serat sehingga kedudukan molekul serat lebih stabil sehingga
serar mampu untuk kembali ke bentukrrya semula setelah mengaiami
kekusutan. Selain itu menambah berat serat sehrngga terjadi
ketrdakseimbangan dengan kekompakan serat, yang akan menyebabkan
turunnya kekakuan.

2. Konsentrasi Katalis
Apabila jumlah konsentrasi katalis yang ditambahkan berlebih maka
kemungkinan dapat terjadi hidrolisa resin yang dapat menurunkan
ketahanan kusut. Jumlah katalis yang tinggi harus diimbangi dengan jumlah
resin yang tinggi pula sebab bila tidak maka tidak akan dapat memperbaiki
ketahanan kusut karena prakondensat tidak optimum terbentuk menjadi
resin Menyebabkan tururrya kekuatan tarik karena semakin banyak asam
yang dilepaskan oleh katalis terscbut sehingga mengakibatkan bukan hanya
terjadinya suasana kondusif untuk polimerisasi resin, tetapi juga efektif
untuk menghidrolisa serat selulosa. Selain itu reaksi ikatan silang terjadi
serentak oleh pemakaian asam dari katalis yang berlebih pada waklu
pemanasawetan dan polimer yang terbentuk akan berperan sebagai
pengikat fisik dari serat satu sama lain.
3. Kondisi pemanasawetan.
Yang dimaksud, kondisi pemanasawetan disini adalah variable suhu maupun
waktu untuk tahapan dalam proses pemanasawetan . Waktu yang terlalu
lama dengan suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan terjadinya hidrolisa
serat, tetapi bila waktu terlalu singkat dan suhunya rendah tnaka
kemungkinan pembentukan polimer resin yang belum sempurna.
Proses penyempurnean kapas dengan resin

Persiapan.
Hasil penyempurnaan resin tergantung pada distribusi resin yang
merata pada seluruh bagian serat, karena itu drperlukan daya serap
yang sama pada seluruh bagian kain. Sebeium kain dilakuhan pioses
penyempurnaan resin, perlu di Iakukan pengerj aan-pengerjaan
pndahuluan.

2 lmpregnasi
Proses impregnasi dilakukan dengan melewatkan kain dalarn bak
perendam dari kemudian diperas dengan rol-rol pemeras pada mesin
pad. Tekanan dari rol- rol pemeras harus tetap dan sarna Tujuan dari
pemerasan adalah untuk membuang larutan resin yang berlebih,
mencegah kekusutan dan memasukan larutar resin ke dalarn kain dengan tekanan tetap
dan tinggi.
3. Pengeringan pendahuluan
Tujuan dari proses pengeringan adalah untuk menguapkan air yang
digunakan sebagai pelarut resin. Proses pengeringan ini perlu
diperhatikan suhu pengeringannya agar distribusi resin di dalarn serat
tidak terganggu dan kain tetap tidak kusut. Suhu pengeringan yang terlalu
tinggi dapat menurunran kekuatan kain, sedangkan kecepatan aliran udara panas
yang tinggi dapat menyebabkan migrasi resin dan mempengaruhi
pegangan kain.
4. Pemanasawetan
Proses pemanasawetan merupakan proses yang paling penting, karena
dalam proses ini monomer-monomer resin akan berpolmerisasi
didalam serat sehingga menentukan sifat akhir dari bahan. Selain itu
pemanasawetan yang kurang akan menyebabkan tidak tercapainya
hasil yang optimum.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1

Alat dan Bahan

Alat :

Gelas kimia 500ml


Gelas ukur 100ml
Neraca digital
Bak
Mesin Padder
Mesin Stenter
Alat pengujian CRA

Kain kapas
Kain T/C
Kain poliester
Kain nilon
Katalis
Resin DMDHEU

Bahan :

3.2

Cara kerja

1. Pembuatan Larutan Lipatan Permanen


Resin dan katalis ditimbang sesuai kebutuhan.
Kemudian dilarutkan dengan air, diaduk sampai homogen.
2. Proses Padding Lipatan Permanen
Larutan lipatan permanen yang sudah dibuat dimasukkan ke dalam
baki plastik, kain lalu direndamkan beberapa saat.
Selanjutnya kain direndam peraskan pada mesin padder sebanyak 2
kali.
Kain yang telah keluar dari mesin padder, kemudian dikeringkan
pada suhu 80oC.
Selanjutnya kain dilakukan proses curing di mesin hot press.
Kemudian kain dibagi dua, ada yang dilakukan proses cuci dan
tidak.
Setelah kain kering, lakukan evaluasi CRA.
3.3

Diagram Alir
Kain ditimbang dan kebutuhan zat dihitung

Larutan pad lipatan permanen dibuat

Rendam peras kain


Kain ditimbang dan kebutuhan zat dihitung
Pre drying 80oC
Larutan pad lipatan permanen dibuat
Cuci
Tidak cuci
Curing dengan mesin hot press
Rendam peras kain

Pre drying 80oC

3.4

Skema Proses
Curing dengan mesin hot press
Evaluasi

Evaluasi

padding

Pre dry

curing

cuci

larutan pad lipatan


permanen

3.5

Fungsi zat
Katalis

: Untuk mempercepat reaksi.

Resin DMDHEU : Sebagai zat yang akan memberikan efek lipatan permanen
pada kain.

3.6

Resep
Resep Penyempurnaan Lipatan Permanen
Resep

40

60

4
Resin DMDHEU

80

100
Pembasah
Katalis MgCl2
Air
Pencucian
Sabun
Air
3.7

1 ml/l
20 % dari resin
200 ml
Pencucian
1 gr/l
500 ml

Perhitungan
Data Percobaan
N
o
1
2
3
4

Berat Bahan
Awal
6,20 gr
6,15 gr
6,09 gr
6,32 gr

Berat Bahan
Akhir
6,70 gr
6,10 gr
6,00 gr
6,30 gr

Resin DMHEU

40 x 200 = 8 ml
1000

60 x 200 = 12 ml
1000

80 x 200 = 16 ml
1000

100 x 200 = 20 ml
1000

Katalis MgCl2

20

x 8 = 1,6 ml

100

20

x 12 = 2,4 ml

100

20

x 16 = 3,2 ml

100

20

x 20 = 4 ml

100
Pembasah

x 200 = 0,2 ml

1000
Sudut Lipatan

54
31
74
39

6,20 6,20 x 100 % = 0 %

Berat

6,20

6,10 6,15 x 100 % = - 0,81 %


6,15

6,00 6,09 x 100 % = - 1,47 %


6,09

6,30 6,32 x 100 % = - 0,31 %


6,32

Example Kain Uji :

N0

Kain Uji

BAB IV
DISKUSI
Pada praktikum kali ini yaitu proses penyempurnaan lipatan
permanen pada bahan kapas, T/C, rayon dan T/R ada beberapa hal
yang harus didiskusikan, Proses penyempurnaan ini bertujuan untuk
memberikan lipatan pada bahan yang bersifat permanen dimana
bahan diberikan resin yang mampu menahan pola lipatan yang
sudah diberikan pada bahan. Metode penyempurnaan ini dilakukan
dengan cara padding dimana bahan dicelupkan pada larutan yang
sudah mengandung resin dan zat pembantu lainnya dan kemudian
bahan di pad dan dikeringkan. Setelah bahan dikeringkan, bahan
diberikan pola lipatan lalu di proses curring menggunakan mesin hot
press dengan suhu 150-190oC. Dengan panas dan penekanan yang
diberikan oleh mesin hot press, maka diharapkan bahan akan
memiliki sifat yang berlipat seperti pola lipatan yang tahan lama.
Pada praktikum penyempurnaa lipatan permanen ini terjadi ikatan
silang antara resin dengan bahan, dimana resin berikatan dengan
bagian amorf dari bahan yang di proses. Monomer-monomer resin
yang telah masuk akan bergabung membentuk polimer-polimer
yang mempunyai ikatan linier dan ikatan silang yang kuat yang
dapat menyebabkan kain menjadi lebih kaku sehingga mengurangi
kecenderungan kain dari kusut. Polimerisasi tersebut pada dasarnya
disebabkan karena terbentuknya ikatan metilen dan eter di antara
gugus-gugus aktif ( gugus N-rnetilol ) yang disertai dengan
pembebasan air dan formaldehida.

BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan :
-

Sifat fisika bahan mempengaruhi hasil uji CRA


Suhu curring mempengaruhi lipatan yang di dapat
Proses pencucian mempengaruhi hasil proses

DAFTAR PUSTAKA
Serat-Serat Tekstil, ITT, 1983
[2] Susyami N. M., S.Teks., M. Si. Dkk. Teknologi Penyempurnaan Kimia, STTT
Bandung
[3] Soeparman, S. Teks., dkk. Teori Penyempurnaan Tekstil, ITT Bandung ; 1973.
[4] Rasjid Djufri, dkk. 1973. Teknologi Pengelantangan, Pencelupan, Dan Pencapan.
Bandung: Institut Teknologi Tekstil.
[5] r. Noerati, S. Teks. MT. ,Gunawan, S.SiT., M.Sc., Muhammad Ichwan, AT.,
M.S.Eng., Atin Sumihartati, S.SiT., MT. (2013) . BAHAN AJAR PENDIDIKAN &
LATIHAN PROFESI GURU (PLPG). Bandung : Sekolah Teknologi Tinggi Tekstil.

Anda mungkin juga menyukai