TEKNOLOGI PENYEMPURNAAN I
PROSES LIPATAN PERMANEN PADA KAIN KAPAS,T/C DAN
POLIESTER
Disusun oleh :
Kelompok 1
Nama anggota
(14020051)
2. Lusy Fawziah Hamdayani (14020080)
3. Dzikrina Islamiati (14020082)
4. Aji Setiawan (14020087)
5. Puspitha Nurjanah (14020095)
Dosen
: Wulan S, S, ST, M. T.
Tgl Praktek
: 21/04/2016
POLITEKNIK STTT
BANDUNG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Maksud dan
Tujuan
MAKSUD :
1. Mempelajari prinsip prinsip dasar proses penyempurnaan
lipatan permanen pada kain kapas, rayon, poliester kapas dan
poliester rayon dengan variasi suhu curing dengan evaluasi CRA.
2. Mengetahui pengaruh suhu curing pada proses penyempurnaan
lipatan permanen pada kain kapas, rayon, poliester kapas dan
poliester rayon.
TUJUAN :
1. -Agar dapat melakukan proses penyempurnaan lipatan
permanen pada kain kapas, rayon, poliester kapas dan poliester
rayon.
2. -Untuk dapat mengevaluasi hasil penyempurnaan lipatan
permanen pada kain kapas, rayon, poliester kapas dan poliester
rayon dengan variasi suhu curing dengan evaluasi CRA.
.
1.
BAB II
TEORI DASAR
2.1
Serat Kapas
OH
OH
CH2OH
H
H
OH
OH
H
O
CH2OH
H
O
OH
O
O
OH
CH2OH
H
OH
H
OH
O
CH2OH
H
OH
OH
OH
sangat teratur dan sejajar satu sama lain. Sedangkan pada bagian
amorf, jarak antara molekul selulosanya tidak beraturan dan
susunannya acak.
(resin)
Ditunjau dari fungsinya dibagi menjadi dua golongan , yaitu : resin selfcrosslinking dan reaktan, yang pada umumnya memiliki dua gugus
hidroksil sehingga dapat membentuk ikatan silang dengan selulosa.
1 Golongan self-crosslinking yang cenderung berpolimerisasi sendin dan
mengisi ruang-ruang antar molekul selulosa dengan resin yang sangat
kompleks tapi sedikit membentuk ikatan silang dengan molekul serat,
misalnya dimetilol urea (DMU ), dimetilol melarnin ( DMM ) dan lainlain.
2 Golongan reaktan yang cenderung membentuk polimer-polimer
pendek tetapi banyak berikatan silang dengan molekul serat, misalnya
dimetiloletilena urea (DMEU) dimetilolhidroksi etilena urea (DMDHEU)
dan lain-lain.
Sedangkan ditinjau dari struktur kimianya, resin-resin yang biasa
digunakan untuk penyempurnaan tahan kusut dapat dilihat pada
Gambar berikut :
2.4 Resin Dimetilol Dihidroksi Etilena Urea ( DMDHEU )
Resin DMDI-DU termasuk ke dalam golongan resin siklik yang dikenal
sebagai resin reaktan, karena lebih banyak bereaksi dengan selulosa
daripada dengan senyawanya sendiri. Senyawa resin prakondensat
tersebut mempunyai dua gugusan yang aktif yang apabila dipanaskan
dapat bereaksi dengan gugusan hidroksil dari senyawa selulosa dan
membentuk ikatan silang.
DMDHEU juga dikenal dengan nama dimetil glioksal monourea ( 1,3dirnetilol -4, 5-dihidroksi-2-imidazolidinon ). DMDHEU dapat diperoleh
dengan mereaksikan urea,glioksal dan formaldehida dengan
perbandingan 1:1:2.
Keuntungan-keuntungan dalam penggunaan reaktan DMDHEU ini
adalah :
dengan jenis dan jumlah pengikat silang serta kondisi proses, sehingga
tercapai reaksi optimal dari pengikat silang tanpa terjadinya hidrolisa
dari selulosa.
Dalam penyempurnaan kapas dengan resin reaksi polikondensasi
biasaanya terjadi pada suhu tinggi srnsana asam. Maka katalisator
yang diguna-kan biasanya katalisator asam laten yang mempunyai
sifat netral atau stabil dalam larutan pada suhu kamar, tetapi dapat
melepaskan atau membentuk asain pada suhu tinggi.
Seperti etanol amina, penggunaan katalis ini sangat mudah karena lebih
stabil danpada garam asam.Biasanya digunakan sebagai katalis resin
melamin dan resin urea. Kekurangan jenis ini adalah tidak bisa digabungkan
dengan tipe resin emulsi
3
Asam organik seperti asam asetat, asam maleat, dan lain-lain . Jenis ini
Jarang digunakan secara tunggal tetapi digabung dengan katalis lain. dan
biasanya hanya membantu fiksasi katalis
Tahapan yang terjadi sebelum berfungsi sebagai katalis :
1 Garam akan mengurai pada temperatur tertentu untuk rnelepaskan
asam
2 Kernudran asam yangdilepaskan akan berionr'sasi menjadi ion-ion
hidrogen dan sisa asam.
3 Ion-ion hidrogen ini kemudian akan bertindak mempercepat laju reaksi.
Dengan demikian karakreristik garam katalis ditentukan oleh dua hal, antara
lain:
1. Derajat ionisasi ( penguraian ) gararn
2. Derejat ionisasi asam yang dilepaskan
Derajat penguraian garam menrpengaruhi kestabilan garam dan kondisi
(suhu dan waktu) penguraian. Garam-garam yang sukar mengurai akarr
stabil dalam persediaan dan memerlukan temperatur ],ang lebih tinggi serta
waktu yang lebih lama untuk proses penguraiannya, sedangkan derajat
ionisasi menentukan kemarnpuan kerja katalis dan mempengaruhi derafat
kerusakan serat kapas yang diproses. Asam-asam yang mudah terionisasi
akan mempermudah laju reaksi, tetapi mudah merusak serat.
Karena ikut menentukan sifat akhir bahan, katalis apapun yang digunakan,
yang penting ialah jumlah penggunaannya. Bila digunakan terlalu banyak
resin akan dihidrolisa oleh kelebihan asam, sedang apabila penggunaannya
terlalu sedikit, kondensat tidak terbentuk menjadi resin dengan semestinya.
3). Zat tambahan (aditif)
Zat tambahan adalah senyawa yang dipakai sebagai zat penyempunlaan,
sendiri ataupun ditambahkan pada larutan penyempurnaan untuh
mendapatkan kehalusan, kelembutan, pegangan yang diinginkan atau
modifikasi pegangan bahan, menghasilkan sifat fisik bahan tertentu
menutupi sebagian atau seluruh sifat-sifat negatif yang tidak diinginkan
karena adanya ikatan silang.
2. Konsentrasi Katalis
Apabila jumlah konsentrasi katalis yang ditambahkan berlebih maka
kemungkinan dapat terjadi hidrolisa resin yang dapat menurunkan
ketahanan kusut. Jumlah katalis yang tinggi harus diimbangi dengan jumlah
resin yang tinggi pula sebab bila tidak maka tidak akan dapat memperbaiki
ketahanan kusut karena prakondensat tidak optimum terbentuk menjadi
resin Menyebabkan tururrya kekuatan tarik karena semakin banyak asam
yang dilepaskan oleh katalis terscbut sehingga mengakibatkan bukan hanya
terjadinya suasana kondusif untuk polimerisasi resin, tetapi juga efektif
untuk menghidrolisa serat selulosa. Selain itu reaksi ikatan silang terjadi
serentak oleh pemakaian asam dari katalis yang berlebih pada waklu
pemanasawetan dan polimer yang terbentuk akan berperan sebagai
pengikat fisik dari serat satu sama lain.
3. Kondisi pemanasawetan.
Yang dimaksud, kondisi pemanasawetan disini adalah variable suhu maupun
waktu untuk tahapan dalam proses pemanasawetan . Waktu yang terlalu
lama dengan suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan terjadinya hidrolisa
serat, tetapi bila waktu terlalu singkat dan suhunya rendah tnaka
kemungkinan pembentukan polimer resin yang belum sempurna.
Proses penyempurnean kapas dengan resin
Persiapan.
Hasil penyempurnaan resin tergantung pada distribusi resin yang
merata pada seluruh bagian serat, karena itu drperlukan daya serap
yang sama pada seluruh bagian kain. Sebeium kain dilakuhan pioses
penyempurnaan resin, perlu di Iakukan pengerj aan-pengerjaan
pndahuluan.
2 lmpregnasi
Proses impregnasi dilakukan dengan melewatkan kain dalarn bak
perendam dari kemudian diperas dengan rol-rol pemeras pada mesin
pad. Tekanan dari rol- rol pemeras harus tetap dan sarna Tujuan dari
pemerasan adalah untuk membuang larutan resin yang berlebih,
mencegah kekusutan dan memasukan larutar resin ke dalarn kain dengan tekanan tetap
dan tinggi.
3. Pengeringan pendahuluan
Tujuan dari proses pengeringan adalah untuk menguapkan air yang
digunakan sebagai pelarut resin. Proses pengeringan ini perlu
diperhatikan suhu pengeringannya agar distribusi resin di dalarn serat
tidak terganggu dan kain tetap tidak kusut. Suhu pengeringan yang terlalu
tinggi dapat menurunran kekuatan kain, sedangkan kecepatan aliran udara panas
yang tinggi dapat menyebabkan migrasi resin dan mempengaruhi
pegangan kain.
4. Pemanasawetan
Proses pemanasawetan merupakan proses yang paling penting, karena
dalam proses ini monomer-monomer resin akan berpolmerisasi
didalam serat sehingga menentukan sifat akhir dari bahan. Selain itu
pemanasawetan yang kurang akan menyebabkan tidak tercapainya
hasil yang optimum.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Alat :
Kain kapas
Kain T/C
Kain poliester
Kain nilon
Katalis
Resin DMDHEU
Bahan :
3.2
Cara kerja
Diagram Alir
Kain ditimbang dan kebutuhan zat dihitung
3.4
Skema Proses
Curing dengan mesin hot press
Evaluasi
Evaluasi
padding
Pre dry
curing
cuci
3.5
Fungsi zat
Katalis
Resin DMDHEU : Sebagai zat yang akan memberikan efek lipatan permanen
pada kain.
3.6
Resep
Resep Penyempurnaan Lipatan Permanen
Resep
40
60
4
Resin DMDHEU
80
100
Pembasah
Katalis MgCl2
Air
Pencucian
Sabun
Air
3.7
1 ml/l
20 % dari resin
200 ml
Pencucian
1 gr/l
500 ml
Perhitungan
Data Percobaan
N
o
1
2
3
4
Berat Bahan
Awal
6,20 gr
6,15 gr
6,09 gr
6,32 gr
Berat Bahan
Akhir
6,70 gr
6,10 gr
6,00 gr
6,30 gr
Resin DMHEU
40 x 200 = 8 ml
1000
60 x 200 = 12 ml
1000
80 x 200 = 16 ml
1000
100 x 200 = 20 ml
1000
Katalis MgCl2
20
x 8 = 1,6 ml
100
20
x 12 = 2,4 ml
100
20
x 16 = 3,2 ml
100
20
x 20 = 4 ml
100
Pembasah
x 200 = 0,2 ml
1000
Sudut Lipatan
54
31
74
39
Berat
6,20
N0
Kain Uji
BAB IV
DISKUSI
Pada praktikum kali ini yaitu proses penyempurnaan lipatan
permanen pada bahan kapas, T/C, rayon dan T/R ada beberapa hal
yang harus didiskusikan, Proses penyempurnaan ini bertujuan untuk
memberikan lipatan pada bahan yang bersifat permanen dimana
bahan diberikan resin yang mampu menahan pola lipatan yang
sudah diberikan pada bahan. Metode penyempurnaan ini dilakukan
dengan cara padding dimana bahan dicelupkan pada larutan yang
sudah mengandung resin dan zat pembantu lainnya dan kemudian
bahan di pad dan dikeringkan. Setelah bahan dikeringkan, bahan
diberikan pola lipatan lalu di proses curring menggunakan mesin hot
press dengan suhu 150-190oC. Dengan panas dan penekanan yang
diberikan oleh mesin hot press, maka diharapkan bahan akan
memiliki sifat yang berlipat seperti pola lipatan yang tahan lama.
Pada praktikum penyempurnaa lipatan permanen ini terjadi ikatan
silang antara resin dengan bahan, dimana resin berikatan dengan
bagian amorf dari bahan yang di proses. Monomer-monomer resin
yang telah masuk akan bergabung membentuk polimer-polimer
yang mempunyai ikatan linier dan ikatan silang yang kuat yang
dapat menyebabkan kain menjadi lebih kaku sehingga mengurangi
kecenderungan kain dari kusut. Polimerisasi tersebut pada dasarnya
disebabkan karena terbentuknya ikatan metilen dan eter di antara
gugus-gugus aktif ( gugus N-rnetilol ) yang disertai dengan
pembebasan air dan formaldehida.
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan :
-
DAFTAR PUSTAKA
Serat-Serat Tekstil, ITT, 1983
[2] Susyami N. M., S.Teks., M. Si. Dkk. Teknologi Penyempurnaan Kimia, STTT
Bandung
[3] Soeparman, S. Teks., dkk. Teori Penyempurnaan Tekstil, ITT Bandung ; 1973.
[4] Rasjid Djufri, dkk. 1973. Teknologi Pengelantangan, Pencelupan, Dan Pencapan.
Bandung: Institut Teknologi Tekstil.
[5] r. Noerati, S. Teks. MT. ,Gunawan, S.SiT., M.Sc., Muhammad Ichwan, AT.,
M.S.Eng., Atin Sumihartati, S.SiT., MT. (2013) . BAHAN AJAR PENDIDIKAN &
LATIHAN PROFESI GURU (PLPG). Bandung : Sekolah Teknologi Tinggi Tekstil.