Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada umumnya peusahaan dalam kegiatan usahanya melakukan pemotongan
pajak (tax deductions) yang disebabkan karena adanya pengeluaran kas, baik untuk
pembelian barang, membayar tenaga kerja, maupun jasa lainnya yang digunakan
dalam kegiatan operasional. Pengakuan biayanya sederhana tergantung apakah
perusahaan menggunakan dasar kas atau dasar akrual dalam pembukuannya. Namun
ada jasa yang digunakan dalm kehiatan operasional yang harus dibeli terlebih dahulu
seperti gedung, mesin, dan tanah. Pengeluaran kas untuk hal tersebutmemberikan
manfaat lebih dari satu periode.untuk kepentingan pajak, perlakuan terhadap
pengeluaran semacaam ini dapat menimbulkan masalah dalam penentuan pajak
penghasilan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PENYUSUTAN
Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu asset yang dapat disusutkan
sepanjang masa manfaat yang diestimasi (PSAK 17). Penyusutan perl8u dilakukan
karena manfaat yang diberikan dan nilai dari asset tersebut semakin berkurang.
Pengurangan nilai asset dibebankan secara bertahap.
Kebijakan pajak untuk penyusutan harus mempetimbangkan tiga hal yaitu,
keadilan pajak, kebijakan ekonomi, dan administrasi, penjelasannya sebagai berikut.
1. Keadilan pajak (tax equity)
Untuk keadilan pajak perlu diperhatikan jenis kegiatan dari wajib pajak,
apakah perusahaan manufaktur atau perusahaan jasa, bagaimana struktur
modalnya, padat modal (capital intensive) atau padat karya (labour
intensive). Dengan adanya penyusutan maka kegiatan usaha manufaktur
dan jenis usaha yang padat modal akan lebih diuntungkan disbanding
dengan yang lainnya.
2. Kebijakan ekonomi
Dengan adanya penyusutan membawa akibat pada peningkatan modal
(capital growth). Jika penyusutan besar maka laba setelah pajak juga
besar, pengembalian atas investasi (return or investment-ROI) besar
sehingga arus kas menjadi tinggi. Menurut ketentuan perpajakan,
perhitungan penyusutan dimulai pada tahunm perolehan. Secara
ekonomis dapat diatur dengan peraturan tertentu secara selektif, untuk
mendorong atau menghambat suatu peningkatan modal. Penyusutan
secara selktif dapat dibedakan menjadi:
a. Penyusutan untuk barang baru atau barang bekas;
b. Penyusutan berdasarkan jenis industry tertentu;
c. Penyusutan berdasarkan jenis asset;
d. Penyusutan berdasarkan lokasi (terpencil).
3. Administrasi
2

Secara administrasi penyusutan dapat dibedakan menjadi dua sederhana


dan kompleks. Pemilihan jenis penyusutan, baik yang sederhana maupun
yang kompleks, bergantung pada beberapa hal, seperti besarnya biaya
administrasi, sumber daya manusia, dan kepatuhan dari Wajib Pajak.
B. KARAKTERISTIK DARI ASET YANG PERNAH DISUSUTKAN
1. Digunakan dalam kegiatan usaha
Asset yang boleh disusutkan adalah asset yang dipakai dalam usaha atau
menjalankan usaha. Asset ini dapat dibedakan menjadi asset bisnis, asset
campuran, dan asset pribadi. Untuk asset bisnis dapat disusutkan
semuanya, sedangkan untuuk asset campuran boleh disusutkan sebagian
sesuaiu dengan yang dilakukan dalam kegiatan usaha.
2. Nilainya menurun secara bertahap
Nilai asset yang dapat disusutkan harus menurun secara bertahap, baik
karena semakin buruk fisiknya atau karena faktor kualitas. Kalau nilainya
tidak menurun secara bertahap maka tidak dapat disusutkan tetapi
langsung dibiayakan. Adapun asset yang tidak dapat disusutkan adalah
tanah, asset pendanaan, barang dagangan, dan persediaan.
3. Asset berwujud dan asset tidak berwujud
Asset berwujud maupun asset tidak berwujud yang mempunya manfaat
lebih dari satu periode dapat disusutkan. Untuk asset tidak pberwujud
penyusutannya disebut dengan amortisasi.
4. Pihak yang berhak melakukan penyusutan
Pihak yang berhak melakukan penyusutan adalah:
a. Pihak yang menggunakan asset tersebut dalam kegiatan usaha;
b. Pemilik, dapat dibagi menjadi legal owner dan beneficial owner.
5. Saat dilakukan penyusutan
Secara umum saat dilakukan penyusutan adalah saat digunakan, tetapi
adakalanya pada tahun perolehan.
6. Dasar untuk melakukan penyusutan
Pada umumnya dapat dibedakan menjadi tiga sebagai berikut.
a. Harga perolehan (historical cost)
Termasuk didalamnya adalah harga, ongkos, dan pajak. Pajak yang
dapat dikreditkan, seperti pajak pertambahan nilai (PPN) yang dapat

dikreditkan dengan pajak keluaran tidak termasuk dalam harga


perolehan.
b. Harga penggantian (replacement cost)
Pada prinsipnya harga penggantian tidak diperkenankan, karena untuk
kepentingan pencatatan menggunakan harga perolehan.
c. Revaluasi (revaluation)
Suatu asset yang telah direvaluasi biasanya disusutkan berdasarkan

nilai revaluasinya.
Penyusutan Yang Dipercepat
Penyusutan dapat dipercepat untuk meningkatkan arus kas, karena jika
penyusutannya besar, maka pajak yang dibayar lebih kecil dan pengambilan
atas investasi menjadi tinggi.
Metode yang dapat digunakan adalah sebagai berikut.
1. Dipercepat (accelerate), misalnya dengan metode penyusutan saldo
menurun / menurun ganda (declining / double declining balance)
2. Memperpendek umur (shorted life)
3. Bebas (arbitrary deduction)

C. PENYUSUTAN BERDASARKAN PERATURAN PERPAJAKAN


sebagaimana telah diatur dalam pasal 9 ayat (2) UU PPh bahwa pengeluaran
untuk mendapatkan mafaat, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai
masa manfaat lebih dari satu tahun tidak boleh dibebankan sekaligus, melainkan
dibebankan

melalui

penyusutan.

Dalam

ketentuan

ini

pengeluaran

untuk

mendapatkan, menagih, dan mempertahankan penghasilan menyerupai masa manfaat


lebih dari satu tahun tidak dapat dikurangkan sebagai biaya sekaligus pada tahun
pengeluarannya. Namun demikian, dalam perhitungan dan penerapan tarif
penyusutan untuk keperluan pajak, perlu diperhatikan dasar hukum penyusutan fiscal,
karena dapat berbeda dengan penyusutan untuk akuntansi (komersial).
Mulai tahun 1995 ketentuan fiscal mengharuskan penyusutan harta tetap
dilakukan secara individual per asset, tidak lagi secara gabungan (berdasarkan
4

golongan) seperti yang berlaku sebelumnya kecuali untuk alat-alat kecil (small tools)
yang sama atau sejenis masih boleh menggunakan penyusutan secara golongan.
a) Saat Mulainya Penyusutan Fiskal
Undang-undang pajak penghasilan secara khusus dan eksplisit menetapkan
saat dimulainya penyusutan fiskal adalah pada bulan perolehan. Penyusutan
fiskal harus dilakukan sebulan penuh. Pengecualian dari ketentuan ini hanya
dapat terjadi karena hal-hal berikut ini.
1. Harta / asset yang masih dalam proses pengarjaan.
2. Harta / asset dalam usaha sewa guna usaha (leasing)
3. Wajib Pajak yang mengajukan permohonan kepada Dirjen Pajak
b) Harta / Aset dalam Pengerjaan
Untuk harta/aset tetap dalam proses pengerjaan, penyusutan dimulai pada
tahun selesainya pekerjaan tersebut. Jadi, walaupun pada umumnya
penyusutan atas harta/aset dimulai pada tahun perolehan tetapi untuk
harta/aset yang pengerjaannya memerlukan waktu lebih dari satu tahun,
perhitungan penyusutan dimulai saat selesainya harta/aset yang bersangkutan.
c) Harta/Aset dalam Usaha Sewa Guna Usaha
Penyusutan terhadap harta dalam sewa guna usaha (leasing) khususnya sewa
sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) dimulai pada bulan harta
tersebut disewagunausahakan.
d) Persetujuan Dirjen Pajak
Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan kepada Dirjen Pajak, apabila
tidak mengikuti prinsip umum penyusutan. Misalnya penyusutan baru
dilakukan pada tahun harta/aset tersebut menghasilkan.
e) Pengelompokan Harta Berwujud
Dalam sistem penyusutan menurut UU PPh, semua aset tetap berwujud yang
memenuhi syarat penyusutan fiskal harus dikelompokkan terlebih dahulu
menjadi dua golongan :
a. Harta berwujud kelompok bukan bangunan
b. Harta berwujud kelompok bangunan
Harta berwujud bukan bangunan dikelompokkan menurut masa manfaatnya
sebagai berikut :
5

Kelompok Bukan Bangunan


Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4

Masa manfaat
4 Tahun
8 Tahun
16 Tahun
20 ahun

Harta berwujud bangunan dikelompokkan menurut masa manfaatnya sebagai


berikut:

Kelompok Bangunan

Masa manfaat

Bangunan Permanen

20 tahun

Bangunan Tidak Permanen

10 tahun

Mulai tahun 1995 Wajib Pajak diperkenankan untuk memilih metode


penyusutan fiskal untuk aset tetap berwujud bukan bangunan, yaitu metode
saldo menurun ganda atau metode garis lurus. Metode mana yang akan
dipakai bergantung pada Wajib Pajak, sepanjang dilaksanakan dengan taat
asas. Satu yang perlu dicatat adalah bahwa metode yang dipilih harus
diterapkan terhadap seluruh kelompok harta.
Maksudnya, Wajib Pajak tidak dapat menggunakan metode saldo menurun
terhadap kelompok yang satu dan menerapkan metode garis lurus terhadap
kelompok lainnya.
TARIF PENYUSUTAN UNTUK ASET TETAP BUKAN BANGUNAN
Kelompok Bukan

Tarif Penyusutan

Metode Garis
Bangunan
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4

Lurus
25,00 %
12,50 %
6,25 %
5,00 %

Metode Saldo
Menurun
50,00%
25,00%
12,50%
10,00%

TARIF PENYUSUTAN UNTUK ASET TETAP BERUPA BANGUNAN

Kelompok Bangunan
Bangunan Permanen
Bangunan Tidak Permanen

Tarif Penyusutan (Metode


Garis Lurus )
5%
10%

D. PENYUSUTAN BEDASARKAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN


Aset tetap dan akuntansi penyusutan diatur dalam Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) didalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor
16 tentang Aset Tetap dan Aset Lain-lain, PSAK Nomor 17 tentang Akuntansi
Penyusutan.
a) Biaya Perolehan
Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau
nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aset pada
saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aset tersebut dalam kondisi
dan tempat yang siap digunakan.
Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri atas harga belinya, termasuk
biaya impor dan PPN masukan tidak boleh direstitusikan (nonrefundable),
dan setiap biaya yang dapat di atribusikan secara langsung dalam
membawa aset ke kondisi yang membuat aset tersebut dapat bekerja untuk
penggunaan yang dimaksudkan, setiap potongan dagang dan rabat
dikurangkan dari pembelian. Contoh dari biaya yang dapat diartibusikan
secara langsung adalah sebagai berikut.

1. Biaya persiapan tempat


2. Biaya pengiriman awal (initial delivery), biaya simpan, dan biaya
bongkar muat (handling cost).
3. Biaya pemasangan (installation cost)
4. Biaya profesional seperti arsitek dan insinyur.
b) Kriteria Aset yang Dapat Disusutkan
Kriteria aset yang dapat disusutkan adalah sebagai berikut.
1. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi.
2. Memiliki suatu masa maanfaat yang terbatas.
3. Ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau
memasok barang dan jasa, untuk disewakan, atau untuk tujuan
administrasi.
c) Masa Manfaat
Pengertian masa manfaat sebagai berikut.
1. Periode suatu aset diharapkan digunakan oleh perusahaan.
2. Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aset
oleh perusahaan.
d) Metode Penyusutan
Penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat
dikelompokkan menurut criteria berikut ini.
1. Berdasarkan waktu
a. Metode garis lurus (straight line method)
b. Metode penambahan menurun
1.) Metode jumlah angka tahun (sum of the years digit method)
2.) Metode saldo menurun/saldo menurun ganda (declining/double
declining balance method)
2. Berdasarkan penggunaan
a. Metode jam jasa (service hours method)
b. Metode jumlah unit produksi (productive output method)
3. Berdasarkan criteria lain
a. Metode berdasarka jenis dan kelompok (group and composite
method)
b. Matode anuitas (annuity method)
c. Sistem persediaan (inventory system)
e) Penyusutan Kelompok dan Gabungan
Untuk memudahkan kegiatan administrasi, ada kalanya perusahaan
memilih cara penhyusutan dengan mengelompokkan aset ke dalam
beberapa kelompok. Dalam ketentuan fiskal disebut dengan golongan

harta. Besarnya penyusutan dihitung dengan cara mengalikan tarif ke nilai


seluruh aset yang sejenis
f) Saat Dimulainya Penyusutan
Pada umumnya penyusutan dimulai pada tahun pengeluaran. Untuk aset
tetap yang masih dalam proses pengerjaan, penyusutan dimulai pada tahun
selesainya pengerjaan tersebut.
g) Dasar Penyusutan
Dasar penyusutan yang digunakan adalah boaya perolehan awal, baik
melalui pembelian maupun pendirian, penambahan, dan perbaikan.
Apabila perusahaan melakukan penilaian kembali (revaluasi) maka dasar
penyusutanny adalah setelah nilai revaluasi.
h) Pengungkapan
Pemilihan suatu metode alokasi dan estimasi masa menfaat suatu aset
merupakan masalah pertimbangan. Pengungkapan metode yang digunakan
dan estimasi masa manfaat atau tingkat penyusutan yang digunakan
menyediakan bagi para pengguna laporan informasi yang membuat
mereka menelaah kebijakan yang dipilih manajemen dan dapat membuat
perbandingan dengan perusahaan lain.
i) Persamaan Akuntasi Komersial dan Akuntansi Fiskal
1. Aset/harta yang memberikan manfaat lebih dari satu periode tidak
boleh langsung dibebankan pada tahun pengeluarannya tetapi harus
dikapitalisir dan disusutkan sesuai dengan masa manfaatnya.
2. Aset/harta yang dapat disusutkan adalah aset tetap, baik bangunan
maupun bukan bangunan
3. Tanag pada prinsipnya tidak disusutkan, kecuali jika tanah tersebut
memiliki masa manfaat terbatas.
E. PERENCANAAN PAJAK UNTUK PENYUSUTAN
Penetuan metode penyusutan secara tepat penting untuk dilakukan dalam
perencanaan pajak, terutama untuk perusahaan-perusahaan yang padat modal.
Berdasarkan pasal 11 Undang-Undang Pajak Penghasilan merode penyusutan yang

dapat digunakan untuk melakukan penyusutan terhadap aset tetap bukan bangunan
adalah metode garis lurus atau saldo menurun.
Contoh :
PT. Abadi membeli aset tetap berupa mesin, dengan harga perolehan Rp
1.000.000.000,00. Mesin tersebut dalam aset tetap kelompok 1. Besarnya beban
penyusutan dapat dilihat pada tabel berikut :

Metode Penyusutan
Tahun
Garis Lurus

Saldo Menurun

250.000.000

500.000.000

250.000.000

250.000.000

250.000.000

125.000.000

250.000.000

125.000.000

1.000.000.000

1.000.000.000

Akum. Penyusutan

Dari diatas dapat dilihat bahwa besarnya beban penyusutan per tahun berbeda-beda
tetapi pada akhir masa manfaat (tahun ke-4) jumlah akumulasi penyusutan adalah
sama. Sehingga dalam perpajakan perbedaan besarnya beban penyusutan ini dikenal
dengan istilah beda waktu/beda sementara (timing difference/temporary difference).
Walaupun berdasarkan nilai nominal pada akhir masa manfaat besarnya akumulasi

10

beban penyusutan sama, namun jika ditinjau dari nilai tunai (present value)
jumlahnya akan menjadi berbeda.
Dalam contoh ini, untuk mengetahui nilai tunai (present value) tingkat diskon yang
digunakan adalah 20%. (Lihat tabel).

Metode Penyusutan
Tahun

Garis Lurus

Saldo Menurun

Nominal PV

PV

Nominal PV

250.000.000

208.333.333,30

250.000.000

173.611.111,10

250.000.000

144.675.925,90

250.000.000

120.563.271,60

1.000.000.000

647.183.642

PV

500.000.000,00

416.666.667

250.000.000,00

173.611.111

125.000.000,00

72.337.963

125.000.000,00

60.281.636

1.000.000.000,00

722.897.377

Tingkat
Diskon
(20%)

0,833333

0,694444

0,578703

0,482253

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa mesin yang pada saat perolehannya sebesar Rp
1.000.000.000,00 dan pada akhir masa manfaat (tahun ke-4) dengan discount factor
20% jumlah nilai tunai (present value) dari akumulasi beban penyusutan mesin
11

dengan menggunakan metode garis lurus sebesar Rp 647.183.642,00 dan


menggunakan metode saldo menurun sebesar Rp 722.897.76,50
Tabel (Perbandingan besar penghematan pajak antara metode garis lurus dan metode
saldo menurun dengan tingkat diskonto 20%).

Garis Lurus

Saldo Menurun

Keterangan
Nominal PV

PV

Nominal PV

PV

Harga Perolehan

1.000.000.000,00

1.000.000.000,00

500.000.000

416.666.666,70

Biaya Penyusutan

1.000.000.000,00

647.183.641,98

1.000.000.000

722.897.376,54

300.000.000,00

194.115.092,59

300.000.000

216.869.212,96

PPh 30%

Penghematan Pajak = 216.869.212,96 194.155.092,59 = 22.714.120,37


Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh besarnya penghematan pajak yang dapat
dilakukan jika perusahaan memilih metode saldo menurun dalam menghitung
besarnya beban peyusutan. Tarif pajak yang digunakan adalah tarif pajak tertinggi
yaitu 30% karena diasumsikan bahwa perusahaan telah mencapai laba di atas Rp

12

100.000.000. Dengan tingkat diskon 20% besar penghematan pajak adalah Rp


216.869.212,96 Rp 194.115.092,59 = Rp 22.714.120,37.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan sepanjang
masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan perlu dilakukan karena manfaat yang
diberikan dari aset tersebut semakin berkurang. Pengurangan nilai aset dibebankan
secara bertahap. Kebijakan pajak untuk penyusutan harus mempertimbangkan tiga hal
yaitu keadilan pajak, kebijakan ekonomi dan administrasi.

13

14

Anda mungkin juga menyukai