Kafeina
Nama IUPAC[sembunyikan]
1,3,7-trimetil- 1H-purina- 2,6(3H,7H)-dion
Nama lain[sembunyikan]
1,3,7-trimetilksantina, trimetilksantina,
teina, metilteobromina
Identifikasi
Nomor CAS
[58-08-2]
Nomor RTECS EV6475000
C[n]1cnc2N(C)C(=O)N(C)C(=O)c12
SMILES
Sifat
Rumus molekul C8H10N4O2
Massa molar
194,19 gmol1
Penampilan
bubuk putih tidak berbau
Densitas
1,2 gcm3, padat
Titik lebur
Titik didih
178 C (menyublim)
22 mgmL1 (25 C)
Kelarutan dalam
180 mgmL1 (80 C)
air
670 mgmL1 (100 C)
Keasaman (pKa) 0,13 1,22[1]
Momen dipol
3,64 D (terhitung)
Bahaya
MSDS
Bahaya utama
External MSDS
Berakibat fatal apabila terhirup, tertelan
ataupun terserap melalui kulit.
1
2
0
NFPA 704
Titik nyala
LD50
N/A
192 mg/kg (tikus, oral)[2]
Kecuali dinyatakan sebaliknya, data di atas berlaku
pada temperatur dan tekanan standar (25C, 100 kPa)
Sangkalan dan referensi
Kafeina[3][4], atau lebih populernya kafein, ialah senyawa alkaloid xantina berbentuk kristal
dan berasa pahit yang bekerja sebagai obat perangsang psikoaktif dan diuretik ringan[5].
Kafeina ditemukan oleh seorang kimiawan Jerman, Friedrich Ferdinand Runge, pada tahun
1819. Ia menciptakan istilah "kaffein" untuk merujuk pada senyawa kimia pada kopi.[6]
Kafeina juga disebut guaranina ketika ditemukan pada guarana, mateina ketika ditemukan
pada mate, dan teina ketika ditemukan pada teh. Semua istilah tersebut sama-sama merujuk
pada senyawa kimia yang sama.
Kafeina dijumpai secara alami pada bahan pangan seperti biji kopi, daun teh, buah kola,
guarana, dan mat. Pada tumbuhan, ia berperan sebagai pestisida alami yang melumpuhkan
dan mematikan serangga-serangga tertentu yang memakan tanaman tersebut. Ia umumnya
dikonsumsi oleh manusia dengan mengekstraksinya dari biji kopi dan daun teh.
Kafeina merupakan obat perangsang sistem pusat saraf pada manusia dan dapat mengusir
rasa kantuk secara sementara. Minuman yang mengandung kafeina, seperti kopi, teh, dan
minuman ringan, sangat digemari. Kafeina merupakan zat psikoaktif yang paling banyak
dikonsumsi di dunia. Tidak seperti zat psikoaktif lainnya, kafeina legal dan tidak diatur oleh
hukum di hampir seluruh yuridiksi dunia. Di Amerika Utara, 90% orang dewasa
mengonsumsi kafeina setiap hari.[7]
Daftar isi
1 Keberadaan
2 Sejarah
5 Referensi
Keberadaan
air teh bukanlah indikator yang baik untuk menentukan kandungan kafeina.[19] Sebagai
contoh, teh seperti teh hijau Jepang gyokuro yang berwarna lebih pucat mengandung jauh
lebih banyak kafeina daripada teh lapsang souchong yang berwarna lebih gelap.
Kafeina juga terkandung dalam sejumlah minuman ringan seperti kola. Minuman ringan
biasanya mengandung sekitar 10 sampai 50 miligram kafeina per sajian. Kafeina pada
minuman jenis ini berasal dapat berasal dari bahan ramuan minuman itu sendiri ataunya dari
bahan aditif yang didapatkan dari proses dekafeinasi. Guarana, bahan utama pembuatan
minuman energi, mengandung sejumlah besar kafeina dengan jumlah teobromina dan
teofilina yang kecil.[20]
Coklat yang didapatkan dari biji kakao mengandung sejumlah kecil kafeina. Efek rangsangan
yang dihasilkan oleh coklat berasal dari efek kombinasi teobromina, teofilina, dan kafeina.[21]
Coklat mengandung jumlah kafeina yang sangat sedikit untuk mengakibatkan rangsangan
yang setara dengan kopi. 28 g sajian coklat susu batangan mengandung kadar kafeina yang
setara dengan secangkir kopi yang didekafeinasi.
Akhir-akhir ini, berbagai pengusaha pabrik mulai menambahkan kafeina ke dalam produkproduk mandi mereka (sampo dan sabun), mengklaim bahwa kafeina dapat diserap melalui
kulit.[22] Namun, efektivitas produk-produk seperti itu belumlah dibuktikan, karena kafeina
tidak akan dengan mudah terserap melalui kulit.[23]
Sejarah
[25]
Shennong juga disebut-sebut dalam karya Lu Yu, Cha Jing, mengenai teh.[26] Sejarah kopi
pun telah tercatat sejak abad ke-9. Pada saat itu, biji kopi hanya tersedia dari habitat aslinya
saja, Etiopia. Legenda populer menceritakan penemuan kopi oleh seorang penggembala
kambing bernama Kaldi yang memantau bahwa kambing-kambingnya menjadi lebih aktif
dan tidak tidur pada malam hari setelah merumputi semak-semak kopi. Setelah ia mencoba
buah kopi yang dimakan oleh kambingnya, ia juga mendapatkan khasiat yang sama. Literatur
paling awal yang menyebutkan adanya kopi kemungkinan adalah sebuah referensi mengenai
Bunchum dalam karya seorang Persia al-Razi. Pada tahun 1587, Malaye Jaziri menyusun
suatu karya yang menilik sejarah dan kontroversi hukum kopi berjudul "Undat al safwa fi hill
al-qahwa". Dalam karyanya ini, Jaziri mencatat bahwa seorang Sheikh, Jamal-al-Din alDhabhani, mufti Aden, adalah yang pertama menggunakan kopi pada tahun 1454, dan pada
abad ke-15, para Sufi Yaman secara rutin menggunakan kopi untuk terus terbangun selama
berdoa.