Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH
NAMA
: ANNIS SEPTIDIANI
NIM
: 14312244001
KELAS
: IPA A 2014
A. JUDUL
Identifikasi Mineral dan Batuan
B. TUJUAN
1. Mengidentifikasi ciri-ciri beberapa sampel mineral dan batuan
2. Mengidentifikasi beberapa sampel mineral dan batuan berdasarkan indikator sampel
C. HIPOTESIS
Jenis batuan dapat diidentifikasi dengan melihat ciri-ciri fisik yaitu goresan, kilap,
kekerasan, dan patahan.
D. DASAR TEORI
1. Mineral
Mineral adalah zat padat anorganik yang mempunyai komposisi kimia tertentu
dengan susunan atom yang teratur, yang terjadi tidak dengan perantara manusia dan
tidak berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan, dan dibentuk oleh alam (Warsito
Kusumoyudo, 1986). Kristal adalah zat padat yang mempunyai bentuk bangun yang
beraturan yang terdiri dari atam-atom dengan susunan yang teratur.
Penentuan nama mineral dapat dilakukan dengan membandingkan sifat-sifat
fisik mineral, antara mineral satu dengan mineral yang lainnya. Sifat-sifat fisik mineral
tersebut meliputi : warna, kilap (luster), kekerasan (hardness), gores (steak), belahan
(cleavage), pecahan (fracture), dan berat jenis.
a. Warna
Adalah kesan mineral jika terkena cahaya. Warna mineral dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu idiokromatik dan alokromatik. Warna mineral yang tetap dan
tertentu karena elemen-elemen utama pada mineral disebut dengan nama
Idiokromatik (Idiochromatic). Misal : sulfur berwarna kuning,pyrite berwarna
kuning loyang, magnetite berwarna hitam.
Sedangkan warna akibat adanya campuran atau pengotor dengan unsur lain,
sehngga memberikan warna yang berubah-ubah tergantung dari pengotornya,
disebut dengan nama Alokromatik (Allochromatic).Misal : halite, warna dapat
berubah-ubah, seperti abu-abu, biru bervariasi, kuning, coklat gelap, merah muda.
Kuarsa tak berwarna, tetapi karena ada campuran/pengotoran, warna berubah-ubah
menjadi violet, merah muda, coklat-hitam. Kehadiran kelompok ion asing yang
dapat memberikan warna tertentu pada mineral disebut nama Chromophores.
Misal : Ion-ion Cu yang terkena proses hidrasi merupakan Chromophores dalam
mieral Cu sekunder ,maka akan memberikan warna hijau dan biru.
Warna
Putih
Jenis Mineral
Kaolin (Al2O3.2SiO2.2H2O), Gypsum
(CaSO4.H2O), Milky Kwartz (Kuarsa Susu)
Kuning
Hijau
(SiO2)
Belerang (S)
Klorit ((Mg.Fe)5 Al(AlSiO3O10) (OH)),
4
5
Emas
Biru
6
7
8
9
Merah
Coklat
Abu-abu
Hitam
(Si6O18))
Jasper, Hematit (Fe2O3)
Garnet, Limonite (Fe2O3)
Galena (PbS)
Biotit (K2(MgFe)2(OH)2(AlSi3O10)), Grafit
2
3
(C), Augit
b. Kilap
Kilap ditimbulkan oleh cahaya yang dipantulkan dari permukaan sebuah
mineral, yang erat hubungannya dengan sifat pemantulan (refleksi) dan
pembiasan (refraksi). Intensitas kilap tergantung dari indeks bias dari mineral,
yang apabila makin besar indeks bias mineral, makin besar pula jumlah cahaya
yang dipantulkan.
c. Kekerasan
Adalah ketahanan mineral terhadap sutu goresan. Secara relatif sifat fisik
ini ditentukan dengan menggunakan skala Mohs (1773-1839), yang dimulai dari
skala 1 yang paling lunak hingga skala 10 untuk kineral yang paling keras.
Masing-masing mineral dapat menggores mineral lain yang bernomor lebih kecil
dan dapat digores oleh mineral yang bernomor lebih besar. Dengan kata lain Skala
Mohs adalah skala relatif.
Untuk pengukuran kekerasan ini, dapat digunakan alat sederhana seperti kuku,
tangan, pisau baja dan lain-lain seperti terlihat pada tabel :
The Scale of
Hardness
Mineral
Chemical Formula
Talc
H2Mg3 (SiO3)4
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Gypsum
Calcite
Fluorite
Apatite
Orthoklase
Quartz
Topaz
Corundum
Diamond
CaSO4. 2H2O
CaCO3
CaF2
CaF2Ca3 (PO4)2
KAlSi3O8
SiO2
Al2SiO3O8
Al2O3
C
Untuk perbandingan dari skala mohs, kekerasan dibawah ini diberikan alat
uji standar :
Tools testers
Human Nails
Copper Wire
Nail/Spike
Broken Glass
Knife Steel
The Steel - fisted
Quartz
d. Gores
Gores merupakan warna asli dari mineral apabila mineral tersebut
ditumbuk sampai halus. Gores ini dapat lebih dipertanggungjawabkan karena stabil
dan penting untuk membedakan 2 mineral yang warnanya sama tetapi goresnya
berbeda. Gores ini diperoleh dengan cara menggorekan mineral pada permukaan
keping porselin, tetapi apabila mineral mempunyai kekerasan lebih dari 6, maka
dapat dicari dengan cara menumbuk sampai halus menjadi berupa tepung.Cerat
dapat sama dengan warna asli mineral, dapat pula berbeda. Warna cerat untuk
mineral tertentu umumnya tetap walaupun warna mineralnya berubah-ubah.
Mineral yang berwarna terang biasanya mempunyai gores berwarna putih.
Mineral bukan logam ( non metalic mineral ) dan berwarna gelap akan memberikan
gores yang lebh terang daripada warna mineralnya sendiri. Mineral yang
mempunyai kilap metallic kadang-kadang mempunyai warna gores yang lebih
gelap dari warna mineralnya sendiri. Pada beberapa mineral, warna dan gores
sering menunjukkan warna yang sama. Warna serbuk, lebih khas dibandingkan
dengan warna mineral secara keseluruhan, sehingga dapat dipergunakan untuk
mengidentifikasi mineral (Sapiie, 2006).
e. Belahan
Belahan merupakan kecenderungan mineral untuk membelah diri pada satu
atau lebih arah tertentu. Belahan merupakan salah satu sifat fisik mineral yang
mampu membelah yang oleh sini adalah bila mineral kita pukul dan tidak hancur,
tetapi terbelah-belah menjadi bidang belahan yang licin. Tidak semua mineral
mempunyai sifa ini, sehingga dapat dipakai istilah seperti mudah terbakar dan
sukar dibelah atau tidak dapa dibelah. Tenaga pengikat atom di dalam di dalam
sruktur kritsal tidak seragam ke segala arah, oleh sebab itu bila terdapat ikatan yang
lemah melalui suatu bidang, maka mineral akan cenderung membelah melalui
suatu bidang, maka mineral akan cenderung membelah melalui bidang-bidang
tersebut. Karena keteraturan sifat dalam mineral, maka belahan akan nampak
berjajar dan teratur (Danisworo, 1994).
f. Pecahan
Pecahan adalah kecenderungan mineral untuk terpisah-pisah dalam arah
yang tidak teratur apabila mineral dikenai gaya. Perbedaan pecahan dengan
belahan dapat dilihat dari sifat permukaan mineral apabila memantulkan sinar.
Permukaan bidang belah akan nampak halus dan dapat memantulkan sinar seperti
cermin datar, sedang bidang pecahan memantulkan sinar ke segala arah dengan
tidak teratur (Danisworo, 1994).
Pecahan mineral ada beberapa macam, yaitu:
1. Concoidal: bila memperhatikan gelombang yang melengkung di permukaan
pecahan, seperti kenampakan kulit kerang atau pecahan botol. Contoh Kuarsa.
2. Splintery/fibrous: Bila menunjukkan gejala seperti serat, misalnya asbestos,
augit, hipersten.
3. Even(pecahan rata): Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang
pecahan halus, contoh pada kelompok mineral lempung.
4. Uneven(pecahan tidak rata): Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan
bidang pecahan yang kasar, contoh: magnetit, hematite, kalkopirite, garnet.
2. Batuan
Batuan adalah benda alam yang menjadi penyusun utama bumi.
Kebanyakan batuan merupakan campuran mineral yang tergabung secara fisik satu
sama lain. Beberapa batuan terutama
sebagian kecil lagi dibentuk oleh gabungan mineral bahan organic serta bahan-bahan
vulkanik.
Pengertian batuan secara geologi:
Merupakan bagian yang padat, yang terdiri dari mineral-mineral yang belum
Adalah semua material yang membentuk kulit bumi, yang terbagi atas : batuan
yang terkonsolidasi (consolidated rock), dan batuan yang tidak terkonsolidasi
(unconsolidated rock).
Berdasarkan kejadiannya (genesa), tekstur dan komposisi mineralnya dapat
Hari, tanggal
: Kamis, 29 Oktober 2015
Pukul
: 07.30-09.10 WIB
Tempat
: Laboratorium IPA 2 FMIPA UNY
2. Alat dan Bahan
a. Beberapa batuan indikator
b. Beberapa sampel batuan acak
c. Kaca pembesar (LUP)
d. Neraca digital
e. Gelas ukur
f. Benang
g. Air
h. Larutan HCl
i. Pipet
j. Alat penggores (plat tipis)
3. Langkah Kerja
Kegiatan 1
Kegiatan 2
Mengambil batuan acak yang telah diidentifikasi ciri-ciri fisik tadi
Ciri-ciri fisik
pel
Go-
batu- Warna
resan
Kilap
Keke-
Pata-
rasan
han
Mas-
Vol-
Massa-
Reak-si
jenis
de-ngan
sa (g) (ml)
HCl
an
1.
Hitam
Ada
2.
Coklat
Ada
3.
Putih
Tidak
ada
7.46
+++
Ada
7.46
++
Ada
7.96
++
Tidak
+ +
ada
11.10
asap
3.98
4.
Abu-
abu
Tidak
ada
Ada
Ada
Ada
Ada
+++
Tidak
ada
5.43
Kegiatan 2
No
1
2
3
4
Sampel Batuan
Batuan A
Batuan B
Batuan C
Batuan D
Batuan Indikator
Batu Basa Lava
Batu Orcer
Batu Barit
Batu Pasir
Keluar
Tidak ada
perubahan
3.70
Ada
5.43
gelembung
Tidak ada
perubahan
G. ANALISIS DATA
Sampel Batuan A
Diketahui :
m = 7.46 gram ;
v = 1 ml
Sampel Batuan B
Diketahui :
m = 7.96 gram ;
v = 2 ml
= 7.46 gr/1ml
= 7.46 gram/ml
= 7.96 gr/2ml
= 3.98 gram/ml
Sampel Batuan C
Diketahui :
m = 11.10 gram ;
v = 3 ml
Sampel Batuan D
Diketahui :
m = 5.43 gram ;
v = 1 ml
=11.10gr/3ml
= 3.70 gram/ml
=5.43 gr/1ml
= 5.43 gram/ml
H. PEMBAHASAN
Percobaan yang berjudul Identifikasi Mineral dan Batuan memiliki tujuan
untuk mengidentifikasi ciri-ciri beberapa sampel mineral dan batuan
dan
digunakan untuk mengukur volume batuan, benang digunakan untuk mengikat batuan
yang akan diukur volume nya kedalam gelas ukur yang berisi air.
Terdapat 2 bagian pengamatan, yang pertama adalah mengidentifikasi
sampel
yaitu langkah awal dengan mengambil batuan secara acak kemudian mengidentifikasi
batuan tersebut dengan ciri-ciri fisik yaitu warna, goresan, kilap, kekerasan, dan
patahan. Setelah itu menimbang massa masing-masing sampel batuan, kemudian
mengukur volume masing-masing sampel batuan lalu mengukur massa jenis masingmasing sampel batuan dengan persamaan = m/v. Setelah itu memberi perlakuan
penetesan HCl terhadap masing-masing sampel batuan tersebut dan melihat
perubahan apa yang terjadi kemudian mencatat hasilnya. Untuk kegiatan kedua yaitu
dengan cara mengambil sampel batuan acak yang telah diidentifikasi ciri-ciri fisiknya
tadi kemudian mengklasifikasikan batuan tersebut dengan batuan indicator (secara
teori). Dengan kegiatan menggolongkan tersebut, praktikan dapat mengetahui jenis
batuan sampel yang telah diamatinya. Mineral kadang-kadang ditemukan sebagai
gumpalan yang tidak berbentuk, disebut masif. Tetapi mineral juga dapat tersusun
dalam bentuk yang khusus yang dapat membantu kita untuk mengenalinya (Mart,
2005: 82). Oleh karena itu, melalui pengamatan kali ini, diharapkan mahasiwa tidak
hanya bisa mengobservasi tetapi juga dapat menggolongkannya ke dalam jenis batuan
tertentu.
Berikut hasil identifikasi dari sampel batuan yang diambil secara acak:
A. Kegiatan 1
1.
Sampel Batuan A
pembiasan (refraksi). Intensitas kilap tergantung dari indeks bias dari mineral,
yang apabila makin besar indeks bias mineral, makin besar pula jumlah cahaya
yang dipantulkan. Yang selanjutnya yaitu ciri fisik kekerasan. Untuk sample
batuan A ini tingkat kekerasan disimbolkan dengan (+ + +) karena pada ciri
kekerasan ini praktikan mengidentifikasi dengan cara melepaskan sampel batuan
dari ketinggian tertentu bukan dari alat ukur kekerasan. Kemudian untuk ciri fisik
selanjutnya yaitu patahan. Pada sampel batuan A terdapat patahan ketika
diidentifikasi dengan menggunakan kaca pembesar atau LUP. Dari hasil
identifikas dari sampel batuan A memiliki massa 7.46 gram, volume dari
batuannya adalah 1 mL. Dari hasil yang diperoleh berupa massa batuan dan
volume batuan, praktikan dapat mentukan besarnya massa jenis batuan sebesar
7.46 gr/mL. Massa jenis batuan ini akan menunjukkan jenis batuan sampel
tersebut, sehingga akan mempermudah pengklasifikasian batuan sampel A. Massa
jenis mineral adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk analisa
mineral baik secara fisik maupun secara kimia.
Selanjutnya yaitu ciri-ciri fisik yang diberi perlakuan penetesan HCl.
sehingga kurang akurat untuk menunjukkan tingkat kekerasan batuan pada sampel
ini. Kemudian ciri yang lain adalah ada atau tidaknya patahan pada sampel ini.
Untuk sampel batuan C ini tidak terdapat patahan ketika dilihat menggunakan
LUP.
Dari hasil identifikasi dari sampel batuan C memiliki massa 11.10 gram,
volume dari batuannya adalah 3 mL. Dari hasil yang diperoleh berupa massa
batuan dan volume batuan, praktikan dapat mentukan besarnya massa jenis batuan
sebesar 3.70 gr/mL. Massa jenis batuan ini akan menunjukkan jenis batuan sampel
tersebut, sehingga akan mempermudah pengklasifikasian batuan sampel C. Massa
jenis mineral adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk analisa
mineral baik secara fisik maupun secara kimia. Selanjutnya yaitu ciri-ciri fisik
yang diberi perlakuan penetesan HCl.
gelembung
pada
permukaan
batuan.
Gelembung
tersebut
menunjukkan adanya mineral karbonat seperti pada kalsit (kapur) atau dolomite.
Adanya reaksi dengan HCl menandakan bahwa sampel batuan C bersifat asam.
4. Sampel Batuan D
I. KESIMPULAN
Berdasar hasil pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Mengidentifikasi ciri-ciri beberapa sampel mineral dan batuan
SamNo.
Ciri-ciri fisik
pel
batu- Warna
Goresan
Kilap
Keke-
Pata-
rasan
han
Mas-
Vol-
Massa-
Reak-si
jenis
de-ngan
sa (g) (ml)
HCl
an
1.
Hitam
Ada
Tidak
ada
7.46
+++
Ada
7.46
asap
3.98
2.
Coklat
Ada
Ada
++
Ada
7.96
Keluar
Tidak ada
perubahan
3.
4.
Putih
Abuabu
Tidak
ada
Ada
Ada
Ada
++
Tidak
+ +
ada
+++
Tidak
ada
11.10
5.43
3.70
Ada
5.43
gelembung
Tidak ada
perubahan
J. DAFTAR PUSTAKA
Danisworo, dkk.1994.Penuntun Praktikum Kristalografi dan Mineralogi.Yogyakarta :
UPN.
Isbandi, Djoko. 2000. Mineralogi. Yogyakarta: Nur Cahaya.
Sapiie, B., N. A. Magetsari, A. H. Harsolumakso, C. I. Abdullah. 2006. Geologi Fisik.
Bandung : ITB.
Siegesmund, Siegfriend. 2011. Stone in Architecture. Gerany: Springer.
Warsito, Kusumoyudo.1986.Mineralogi Dasar.Bandung : Bina Cipta
K. JAWABAN PERTANYAAN
1. Analisislah hasil pengukuran perhitungan massa jenis batuan!
Jawab :
Sampel Batuan A
Diketahui :
m = 7.46 gram ;
v = 1 ml
Sampel Batuan B
Diketahui :
m = 7.96 gram ;
v = 2 ml
= 7.46 gr/1ml
= 7.46 gram/ml
= 7.96 gr/2ml
= 3.98 gram/ml
Sampel Batuan C
Diketahui :
m = 11.10 gram ;
v = 3 ml
Sampel Batuan D
Diketahui :
m = 5.43 gram ;
v = 1 ml
=11.10gr/3ml
= 3.70 gram/ml
=5.43 gr/1ml
= 5.43 gram/ml
tergantung dari indeks bias dari mineral, yang apabila makin besar indeks bias
mineral, makin besar pula jumlah cahaya yang dipantulkan. Yang selanjutnya
yaitu ciri fisik kekerasan. Untuk sample batuan A ini tingkat kekerasan
disimbolkan dengan (+ + +) karena pada ciri kekerasan ini praktikan
mengidentifikasi dengan cara melepaskan sampel batuan dari ketinggian
tertentu bukan dari alat ukur kekerasan. Kemudian untuk ciri fisik selanjutnya
yaitu patahan. Pada sampel batuan A terdapat patahan ketika diidentifikasi
dengan menggunakan kaca pembesar atau LUP. Dari hasil identifikas dari
sampel batuan A memiliki massa 7.46 gram, volume dari batuannya adalah 1
mL. Dari hasil yang diperoleh berupa massa batuan dan volume batuan,
praktikan dapat mentukan besarnya massa jenis batuan sebesar 7.46 gr/mL.
Dari sampel batuan A tidak mengalami reaksi pada saat penetesan HCl.
Hal ini ditandai dengan tidak adanya gelembung pada saat terjadi reaksi. Akan
tetapi pada saat penetesan timbul sedikit asap. Larutan HCl digunakan untuk
menguji mineral karbonat (CO32-). Sampel A tidak bereaksi dengan HCl hal
tersebut menandakan bahwa sampel A tidak mengandung karbonat.
2. Sampel Batuan B
Pada sampel batuan B memiliki ciri fisik yang pertama adalah warna yaitu
coklat. Ciri yang kedua yaitu goresan. Sampel batu B memiliki goresan ketika
digores dengan plat tipis. Kemudian ciri selanjutnya yaitu kilap, pada sampel
batuan ini terdapat adanya kilapan ketika disinari. Kilap ditimbulkan oleh
cahaya yang dipantulkan dari permukaan
3. Sampel Batuan C
Pada sampel batuan C memiliki ciri fisik yang pertama adalah warna yaitu
putih. Ciri yang kedua yaitu goresan. Sampel batu C tidak memiliki goresan
ketika digores dengan plat tipis. Kemudian ciri selanjutnya yaitu kilap, pada
sampel batuan ini terdapat adanya kilapan ketika disinari. Kilap ditimbulkan
oleh cahaya yang dipantulkan dari permukaan
patahan pada sampel ini. Untuk sampel batuan D ini tidak terdapat patahan
ketika dilihat menggunakan LUP.
Dari hasil identifikasi dari sampel batuan D memiliki massa 5.43 gram,
volume dari batuannya adalah 1 mL. Dari hasil yang diperoleh berupa massa
batuan dan volume batuan, praktikan dapat mentukan besarnya massa jenis
batuan sebesar 5.43 gr/mL. Massa jenis batuan ini akan menunjukkan jenis
batuan sampel tersebut, sehingga akan mempermudah pengklasifikasian
batuan sampel D.
Dari sampel batuan D tidak mengalami reaksi. Hal ini ditandai dengan
tidak adanya gelembung pada saat terjadi reaksi. Larutan HCl digunakan untuk
menguji mineral karbonat. Sampel D tidak bereaksi dengan HCl hal tersebut
menandakan bahwa sampel D tidak mengandung karbonat. Dan dapat
dikatakan sampel batuan D ini bersifat basa.
B. Kegiatan 2
1. Sampel Batuan A
Sampel batuan A memiliki warna hitam. Berdasarkan batuan indikator,
sampel batuan A termasuk jenis batuan beku lebih tepatnya yaitu batu BasaLava
yang ditemukan didaerah Cimande, Jawa Barat. Batuan beku adalah batuan yang
berasal dari cairan magma yang membeku akibat mengalami pendinginan.
Menurut ilmu petrologi semua bahan beku terbentuk dari magma karena
membekunya lelehan silikat yang cair dan pijar. Magma yang cair dan pijar itu
berada didalam bumi dan oleh kekuatan gas yang larut di dalamnya naik ke atas
mencari tempat-tempat yang lemah dalam kerak bumi seperti daerah
patahan/rekahan. Magma akan keluar mencapai permukaan bumi melalui pipa
gunung api dan disebut lava, akan tetapi ada pula magma yang membeku jauh di
dalm bumi dan dikenal dengan nama batuan beku dalam. Berdasarkan literature,
batuan Basa Lava adalah tebentuk dari magma basaltik mengandung Fe dan Mg
tinggi.
2. Sampel Batuan B
Sampel batuan B memiliki warna coklat. Berdasarkan batuan indikator,
sampel batuan B termasuk jenis mineral yaitu batu orcer yang ditemukan
didaerah Ciater, Jawa Barat. Batuan ini termasuk mineral. Menurut literatur
Mineral adalah zat non-organik padat yang terbentuk secara alamiah, terdiri
atas unsur atau senyawa unsur-unsur yang mempunyai susunan kimia tertentu
dan struktur internal kristal beraturan.
3. Sampel Batuan C
Sampel batuan C memiliki warna putih. Berdasarkan indicator sampel
batuan C termasuk jenis mineral barit. Barit merupakan salah satu komponen
lumpur pemboran (drilling fluids) sangat penting. Batu ini ditemukan didaerah
Karang Bolong, Jawa Tengah.
4. Sampel Batuan D
Sampel batuan D memiliki warna abu-abu. Berdasarkan batuan indicator,
sampel batuan D termasuk batu pasir. Menurut literatur batu pasir adalah
batuan endapan yang terutama terdiri dari mineral berukuran pasir atau butiran
batuan. Sebagian besar batu pasir terbentuk oleh kuarsa atau feldspar karena
mineral-mineral tersebut paling banyak terdapat di kulit bumi. Seperti halnya
pasir, batu pasir dapat memiliki berbagai jenis warna, dengan warna umum
adalah coklat muda, coklat, kuning, merah, abu-abu dan putih.
L. LAMPIRAN
Gambar 4. Tali
Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 5. LUP
Sumber : Dokumen Pribadi