Anda di halaman 1dari 2

KISAH SUKSES AHYADI, PENGUSAHA PEMILIK 1.

800
KAMBING

Jelang Idul Adha, pedagang hewan kurban menjamur di berbagai


sudut Jakarta. Trotoar pun disulap jadi kandang dadakan. Salah seorang
pedagang hewan kurban di RT 014 RW 07 Kelurahan Duri Pulo,
KecamatanGambir, Jakarta Pusat, Ahyadi (57) bercerita banyak mengenai
usaha yang sudah 40 tahun dia geluti itu.
Lahir dari keluarga yang gemar beternak kambing, Ahyadi
mengenang awal mula bisnis kambingnya di mulai dari pemberian satu
ekor kambing oleh kakeknya saat ia berusia remaja. Bermodal
kepercayaan itu, dia nekat meneruskan hobinya dengan tekun dan terus
belajar mengembangkan usahanya itu.
"Saya ingat, dulu engkong saya cuma ngasih satu kambing. Tapi
engkong yakin saya yang bisa ngembangin bisnis beginian," ujarnya,
dikutip Kompas.com.
Seperti orang yang berbisnis dari nol, Ahyadi mengaku awal
mengembangkan usahanya sangat sulit. Namun ia tak pernah putus asa
dan menikmati setiap kesulitan yang ditemuinya. Butuh waktu beberapa
tahun untuk mulai terbiasa dengan pengembangbiakan kambing.
Setelah mengembangbiakan kambingnya, Ahyadi mulai beralih
melebarkan sayap usahanya dengan menjadi pedagang hewan kurban
mulai tahun 80-an. Tak ia sangka, berjualan hewan menjelang Idul Adha
selalu menguntungkannya, meski ia segan menyebutkan besarannya, tapi
ia mengaku bisa pergi haji dua kali di akhir tahun 80-an tersebut.
Bahkan, katanya, dulu setiap setelah Idul Adha, dia selalu mampu
membeli satu rumah. Ahyadi butuh waktu lama memang untuk sampai

dalam posisi saat ini. Beberapa permintaan hewan kurban pun dia penuhi,
bahkan ia juga memasok hewan kurban baik sapi mau pun kambing ke
berbagai perusahaan.

Saat ini Ahyadi mengaku punya 1.800 ekor kambing yang


dikembangkan di Cianjur Jawa Barat. Namun, sukses usahanya itu bukan
tanpa halangan. Ia mengaku pernah terpuruk karena bisnis hewan sangat
rentan dengan serangan penyakit diantaranya yang paling parah yaitu
antraks. Tak hanya itu, Ahyadi benar-benar dihantam masalah pada tahun
2007. Saat Jakarta dikepung banjir besar tahun itu, kambingnya pun tak
mendapatkan pasokan makanan.
Ia mengaku sangat sulit membiarkan hewan-hewannya itu mati
kelaparan. Akhirnya, dia mengambil keputusan yang besar dalam
hidupnya, yaitu merelakan puluhan kambingnya dipotong dan dagingnya
diberikan kepada warga yang membutuhkan pasokan makanan saat
bencana banjir melanda Jakarta.
"Orang bilang kok saya begitu sampe rugi Rp 800 jutaan, tapi saya
bilang mau gimana lagi. Tapi alhamdulillah itu barokah," ucap pria paruh
baya itu sambil tersenyum.
Saat ini, setelah 40 tahun menggeluti bisnis jual kambing,
keuntungan setiap kali Idul Adha tiba bisa mencapai Rp 60 juta. Namun
pria Betawi itu menyadari, umurnya sudah tidak muda lagi. Untuk tetap
mewarikan bisnis kambing itu, ia pun melibatkan anak dan cucu-cucunya
untuk membantunya merawat hewan yang menjadi hobinya itu. (bn)

Anda mungkin juga menyukai