Pengukuran Gizi

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 17

1

Urutanya : Hani Annisa Ropiah, Devi Ratnasari, Mila Karmila, Jujun


Zakiatunnisa, Rima Dea Lestari, , Desi Fitriah,
A. Pengertian Pengukuran Gizi
Akhmad Nugraha (2006:44) menyatakan bahwa,
Gizi adalah elemen atau unsur yang terkandung dalam makanan, dimana
unsur-unsur itu dapat memberikan manfaat secara langsung bagi tubuh yang
mengkonsumsinya menjadi sehat.
Menurut Rossi, Wright, & Anderson (dalam Wisnu Wardhono, 2005:
14) menyatakan bahwa
Measurement is the assignment of numbers to observed phenomena
according to certain roles.
Dapat disimpulkan bahwa pengukuran gizi adalah suatu tugas untuk
mengukur elemen atau unsur yang dapat memberikan manfaat bagi tubuh yang
mengkonsumsinya. Dengan adanya pengukuran gizi maka orang tua dapat
memantau perkembangan anak dan mendeteksi gejala yang memungkinkan
akan menghambat perkembangan dan pertumbuhan anak.
B. Macam-Macam Gizi
1. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan salah satu utama sumber energi. Dimana
peran karbohidrat adalah sebagai energi yang dihasilkan dari berbagai
sumber makanan. Sumber utama karbohidrat didalam makanan berasal dari
tumbuhan, dan hanya sedikit saja yang termasuk bahan hewani.
Karbohidrat nabati didalam makanan manusia berasal biji-bijian, batang
dan akar. Sedangkan karbohidrat hewani yang berbentuk glikogen,
terutama terdapat didalam otot (daging) dan hati
Sunita Almatsier (2009:44) karbohidrat berfungsi sebagai sumber
energi yang sanagt membantu dalam berbagai segala aktivitas. Dalam hal
makanan karbohidrat berfungsi sebagai pemberi rasa manis. Untuk
penderita diabetes melitus disarankan agar mengkonsumsi karbohidrat
secara tidak berlebih. Selain itu, karbohidrat menjadi penghemat protein
dimana bila karbohidrat makanan tidak mencukupi, maka protein akan

digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi, dengan mengalahkan fungsi


utamanya sebagai zat pembangun. Sebaliknya, bila karbohidrat makanan
mencukupi, protein akan dipergunakan sebagai zat pembangun.
Achmad Djaeni Sediaoetama (2006:44) kebutuhan akan karbohidrat
diperhitungkan fungsinya akan energi. Dimana karbohidrat yang digunakan
oleh tubuh diperhitungkan dari jumlah energi yang diperlukan oleh tubuh.
Penggunaan karbohidrat yang diperlukan tergantung pada bagaimana suatu
wilayah memungkinkan adanya suatu pertanian dan peternakan. Misal
didaerah kutub sebagian besar sumber energinya berasal dari hewani,
karena tidak bisanya diterapkan suatu pertanian, dinegara yang mata
pencahariannya peternak, sebagian besar energi yang dihasilkan sebagian
besar dari protein dan lemak. Di Indonesia sendiri penggunaan karbohidrat
itu sekitar 80 % penggunaan dari bagaimana seseorang melakukan suatu
aktivitas, baik itu aktivitas yang membutuhkan energi yang lebih baik
aktivitas yang membutuhkan aktivitas yang sediit. Sedangkan di negaranegara lain mencapai 40-50 % yang berasal dari karbohidrat.
Namun menurut WHO (dalam Sunita Almatsier, 2009:44) untuk
memelihara kesehatan dianjurkan agar 50-65 % konsusmsi energi total
berasal dari karbohidrat kompleks dan paling banyak hanya 10 % berasaal
dari gula sederhana.
2. Lemak
Achmad Djaeni Sediaoetama (2006:92) menurut sumbernya lemak
dibedakan menjadi dua yaitu lemak nabati dan lemak hewani. Lemak
nabati berasal dari bahan makanan tumbuh-tumbuhan yang mengandung
asam lemak tak jenuh yang disebut minyak. Lemak hewani mengandung
asam lemak jenuh yang disebut lemak atau gaji.
Sunita Almatsier (2009:60) fungsi dari lemak yaitu sumber energi
dimana lemak dan minyak merupakan sumber energi paling padat yang
menghasilkan 9 kalori untuk tiap gram nya yaitu 2 kali lebih besar yang
dihasilkan oleh karbohidrat dan protein dalam jumlah yang sama. Selain
itu, lemak memberikan rasa kenyang dan kelezatan, lemak juga berfungsi
memelihara suhu tubuh dimana lapisan lemak dibawah kulit mengisolasi

tubuh mencegah kehilangan panas tubuh secara cepat, dengan demikian


lemak berfungsi juga dalam memelihara suhu tubuh.
Achmad Djaeni Sediaoetama (2006:102) Penggunaan lemak sendiri
didalam suatu hidangan haruslah ditentukan dengan jelas, sehingga
kebutuhan lemak dapat dihitung dengan jelas. Sekitar 15-20 % dari jumlah
kalori total. Selain itu lemak nabati pada umumnya kaya akan PUFA,
dengan jumlah lemak yang dianjurkan untuk dikonsumsi di indonesia, dan
mengingat lemak di dalam hidangan untuk sebagian besar lemak nabati,
maka kebutuhan akan PUFA akan cukup terpenuhi. Lemak seperti yang
dikonsumsi didalam hidangan di Indonesia tidak cukup untuk meneyerap
vitamin-vitamin yang larut dalam lemak. Jumlah yang dianjurkan akan
memenuhi kebutuhan lemak sebagai pelarut vitamin-vitamin tersebut.
Menurut WHO (dalam Sunita Almatsier, 2009:72) kebutuhan akan
lemak dianjurkan mengkonsumsi lemak sebanyak 20-30 % kebutuhan
energi total yang dianggap baik bagi kesehatan. Diantara lemak yang
dikonsumsi sehari dianjurkan paling banyak 8 % dan kebutuhan energi total
berasal dari lemak jenuh dan 3-7 % berasal dari lemak tak jenuh-ganda.
Konsumsi kolesterol uang dianjurkan adalah 300 mg sehari.
3. Protein
Achmad Djaeni Sediaoetama (2006:61) berdasarkan sumbernya
memiliki dua klasifikasi yaitu protein hewani, dan protein nabati. Sumber
protein hewani berbentuk daging dan alat-alat dalam seperti hati, jeroan
dan sebagainya. Selain itu susu dan telur merupakan kualitas sumber
protein yang berkualitas tinggi. Sedangkan sumber protein nabati terdapat
pada kacang-kacangan seperti pada tahu, tempe.
4. Vitamin
a. Vitamin A
Achmad Djaeni Sediaoetama (2006:111) Vitamin A menjadi salah satu
zat yang diperlukan oleh tubuh dimana terdapat beberapa fungsi yaitu
sebagai membantu dan menjaga proses penglihatan agar tetap baik.
Selain itu vitamin A juga dapat membantu metabolisme umum, seperti
pertumbuhan gigi, pertumbuhan. Kebutuhan akan vitamin A dinyatakan

dengan satuan internasional. Satu SI vitamin A setara dengan kegiatan


0,300 ug retinol atau 0,6 ug all trans betakarotin atau 1,0 mg karotin
total (campuran) di dalam bahan makanan nabati.
Menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (dalam Sunita
Almatsier, 2009:161) angka kecukupan Vitamin A yang dianjurkan
untuk anak usia dini dapat dilihat pada tabel 1 :
Tabel I Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan untuk Vitamin A
Golongan
Umur
0-6 bulan

AKA*
(RE)
375

7-11 bulan

400

1-3 tahun

400

4-6 tahun

450

Sumber : Sunita Almatsier (2009)


*Angka kecukupan Vitamin A
b. Vitamin D
Didalam proses pertumbuhan khususnya pertumbuhan tulang dapat
diperoleh tubuh melalui sinar matahari dan makanan hewani. (Sunita
Almatsier,

2009:170)

vitamin

berfungsi

untuk

membantu

pembentukan dan pemeliharaan tulang, membantu pengerasan tulang.


Menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (dalam Sunita
Almatsier, 2009:171) angka kecukupan Vitamin D yang dianjurkan
untuk anak usia dini dapat dilihat pada tabel 2 :
Tabel 2 Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan untuk Vitamin D
Golongan
Umur
0-6 bulan

AKD*
(g)
5

7-11 bulan

1-3 tahun

4-6 tahun

Sumber : Sunita Almatsier (2009)


*Angka kecukupan Vitamin D
c. Vitamin E

Achmad Djaeni Sediaoetama (2006:126)Vitamin E sangat dibutuhkan


bagi penderita diabetes miletus dan jantung karena dapat meringankan
gejala-gejala sampingan dari penyakit tersebut, meskipun tidak dapat
menyembuhkan penyakit tersebut.
Sunita Alamitser (2009:178) vitamin E banyak terdapat pada berbagai
bahan makanan, mislanya pada tumbuh tumbuhan, terutama kecambah,
gandum, biji-bijian, daging, unggas, ikan, dan kacang-kacangan.
Menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (dalam Sunita
Almatsier, 2009:177) angka kecukupan Vitamin E yang dianjurkan
untuk anak usia dini dapat dilihat pada tabel 3 :
Tabel 3 Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan untuk Vitamin E
Golongan
Umur
0-6 bulan

AKE*
(mg)
4

7-11 bulan

1-3 tahun

4-6 tahun

Sumber : Sunita Almatsier (2009)


*Angka kecukupan Vitamin E
d. Vitamin K
Sunita almatsier (2009:181) Vitamin K berfungsi di dalam proses
sintesa prothrombine yang diperlukan dalam pembekuan darah. Selain
untuk pembekuan darah vitamin K merupakan paktor enzim
karboksilase yang merubah residu protein berupa asam glutamat
menjadi menjadi gama-karboksiglutamat . Enzim ini terdapat pada
membran hati dan tulang yang dapat mengikat ion kalsium.
Sunita almatsier (2009:183) Sumber utama Vitamin K adalah hati,
sayuran daun berwarna hijau, kacang buncis, kol, dan brokoli. Selain itu
daging, Susu, buah-buahan juga mengandung Vitamin K tetapi dalam
jumlah kecil.
Menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (dalam Sunita
Almatsier, 2009:177) angka kecukupan Vitamin K yang dianjurkan
untuk anak usia dini dapat dilihat pada tabel 4 :

Tabel 4 Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan untuk Vitamin K


Golongan
Umur
0-6 bulan

AKE*
(mg)
5

7-11 bulan

10

1-3 tahun

15

4-6 tahun

20

Sumber : Sunita Almatsier (2009)


*Angka kecukupan Vitamin K
e. Vitamin C
Achmad Djaeni Sediaoetama (2006:128) Fungsi vitamin C di dalam
tubuh bersangkutan dengan sifat alamiahnya sebagai antioksidan
dimana diperlukan untuk pertumbuhan tulang dan gigi, penurun kadar
kolesterol, mekanisme imunitas dalam rangka daya tahan tubuh
terhadap berbagai serangan penyakit dan toksin.
Menurut Sunita Almatsier (2009:189) vitamin C pada umumnya
terdapat didalam pangan nabati, yaitu sayur dan buah terutama yang
asam, seperti jeruk, nanas, rambutan, pepaya, tomat dan sebagainya.
Menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (dalam Sunita
Almatsier, 2009:189) angka kecukupan Vitamin E yang dianjurkan
untuk anak usia dini dapat dilihat pada tabel 5 :
Tabel 5 Angka Kecukupan Vitamin C
Golongan
Umur
0-6 bulan

AKC*
(mg)
40

7-11 bulan

40

1-3 tahun

40

4-6 tahun

45

Sumber : Sunita Almatsier (2009)


*Angka kecukupan Vitamin C
f. Vitamin B1
Sunita Almatsier (2009:192) vitamin B1 berfungsi sebagai koenzim
yang didalam tubuh berkaitan dengan metabolisme karbohidrat dalam

menghasilkan energi. Karena itu kebutuhan tubuh akan vitamin B1


dikaitkan dengan jumlah total energi yang dikonsumsi. Dari berbagai
penelitian diperkirakan MDR untuk vitamin B1 adalah 0,2 sampai 0,3
mg untuk setiap 1000 kalori. Jadi anjuran kebutuhan tubuh akan
vitamin B1 adalah tergantung dari RDA untuk kalorinya.
Sunita Almatsier (2009:193) sumber utama vitamin B1 adalah kacangkacangan, semua daging organ, dan kuning telur .
Menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (dalam Sunita
Almatsier, 2009:192) angka kecukupan Vitamin E yang dianjurkan
untuk anak usia dini dapat dilihat pada tabel 6 :
Tabel 6 Angka Kecukupan B1(tiamin) yang dianjurkan
Golongan
Umur
0-6 bulan

AKT*
(mg)
0,3

7-11 bulan

0,4

1-3 tahun

0,5

4-6 tahun

0,8

Sumber : Sunita Almatsier (2009)


*Angka kecukupan Vitamin B1 (tiamin)
g. Vitamin B2
Sunita Almatsier (2009:196) vitamin B2 (Riboflafin) memiliki fungsi
mengikat asam fosfat dan koenzim. Yang dapat diperoleh dari yang
terdapat didalam makanan hewani dan nabati, yaitu didalam susu, keju,
hati, daging dan sayuran berwarna hijau.
Menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (dalam Sunita
Almatsier, 2009:196) angka kecukupan Vitamin E yang dianjurkan
untuk anak usia dini dapat dilihat pada tabel 7 :

Tabel 7 Angka Kecukupan B2 (Riboflafin) yang dianjurkan


Golongan
Umur

AKR*
(mg)

0-6 bulan

0,3

7-11 bulan

0,4

1-3 tahun

0,5

4-6 tahun

0,6

Sumber : Sunita Almatsier (2009)


*Angka kecukupan Vitamin B2 (Riboflafin)
h. Vitamin B6
Sunita Almatsier (2009:) vitamin B6 berperan dalam bentuk fosforilasi
PLP, berfungsi sebagai koenzim dalam transaminasi, dekarboksilasi,
reaksi lain yang berkaitan dengan metabolisme protein.
Vitamin B6 banyak terdapat dalam khamir, kecambah gandum, hati,
ginjal, serealia.
Menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (dalam Sunita
Almatsier, 2009:207) angka kecukupan Vitamin E yang dianjurkan
untuk anak usia dini dapat dilihat pada tabel 8 :
Tabel 8 Angka Kecukupan Vitamin B6 (Pridoksin) yang dianjurkan
Golongan
Umur
0-6 bulan

AKP*
(mg)
0,1

7-11 bulan

0,3

1-3 tahun

0,5

4-6 tahun

0,6

Sumber : Sunita Almatsier (2009)


*Angka kecukupan Vitamin B2 (Riboflafin)
i. Vitamin B12
Diperlukan untuk mengubah folat menjadi bentuk aktif dan dalam
fungsi normal metabolisme sel terutama sel-sel saluran cerna, sumsum
tulang, dan jaringan syaraf.
Menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (dalam Sunita
Almatsier, 2009:216) angka kecukupan Vitamin E yang dianjurkan
untuk anak usia dini dapat dilihat pada tabel 9 :
Tabel 9 Angka Kecukupan Vitamin B12 (Pridoksin) yang dianjurkan
Golongan
Umur

AKB*
(mcg)

0-6 bulan

0,4

7-11 bulan

0,5

1-3 tahun

0,9

4-6 tahun

1,2

Sumber : Sunita Almatsier (2009)


*Angka kecukupan Vitamin B12
C. Angka Kecukupan Gizi di Indonesia
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
tahun 2013 tentang angka kecukupan gizi yang dianjurkan bagi bangsa
indonesia adalah sebagai berikut.
Tabel 10 Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, Serat dan Air
yang dianjurkan untuk orang Indonesia (perorang perhari)
Kelompok
umur

BB
(kg
)

TB
(cm)

Energi
(kkal)

Prot
ein
(g)

Lemak (g)

Tota
l

n-6

n-3

Karbohidra
t
(g)

Ser
at
(g)

Air
(mL)

06
6
61
550
12
34
4,4 0,5
58
0
bulan
7 11
9
71
725
18
36
4,4 0,5
82
10 800
Bulan
1-3
120
13
91
1125
26
44
7
0,7
155
16
Tahun
0
4-6
150
19 112
1600
35
62
10 0,9
220
22
Tahun
0
Tabel 11 Angka Kecukupan Vitamin yang dianjurkan untuk orang Indonesia
(perorang perhari)
Kelom
pok
umur
06
bulan
711
bulan
1-3
tahun

Vita
min
A
(mc
g)

Vitami
nD
(mcg)

Vita
min
E
(mg)

Vita
min
E
(mcg
)

Vita
min
B1
(mg)

Vita
min
B2
(mg)

Vita
min
B3
(mg)

Vita
min
B5
(mg)

375

0,3

0,3

1,7

0,1

65

400

10

0,4

0,4

1,8

0,3

80

400

15

15

0,6

0,7

0,5

160

Vita
Fola
min
t
B6
(mg)

Tabel 12 Angka Kecukupan Mineral yang dianjurkan untuk orang


Indonesia (perorang perhari)

10

Kelom
pok
umur
Bayi/A
nak
06
bulan
7 11
bulan
1-3
tahun

Kalsi
um
(mg)

Fos
for
(mg
)

Magn
esium
(mg)

Natri
um
(mg)

200

100

30

120

250

250

55

200

650

500

60

1000

Kal
iu Man Temb
m gan
aga
(m (mg) (mcg)
g)
50
0
70
0
30
00

Bes
Kromiu
i
m
(mg
(mcg)
)

(mc
g)

200

90

0,6

220

120

1,2

340

11

120

Tingkat kesehatan gizi sesuai dengan tingkat konsumsi yang


menyebabkan tercapainya kesehatan yang sangat baik. Tingkat kesehatan gizi
yang baik ialah pemberian gizi yang diberikan sangatlah optimum. Dimana
kondisi ini ditandai dengan asupan semua aspek gizi yang diberikan. Selain itu,
tubuh terbebas dari berbagai penyakit juga memiliki dayan tubuh yang sangat
baik.
Jika seorang individu diberikan gizi yang sangat kurang maka akan
berakibat kekurangan gizi dapat menyebabkan gangguan pada proses
pertumbuhan dan perkembangan (Sunita Almatsier, 2009:11). Dimana
kekurangan gizi ini tergantung pada bagaimana pemberian makanan yang
diberikan. Dibawah ini ada beberapa akibat dari kekurangan gizi, yaitu :
1. Pertumbuhan
Anak-anak tidak tumbuh menurut potensialnya. Protein digunakan sebagai
zat pembakar, sehingga otot-otot menjadi lembek dan rambut mudah rontok.
Anak-anak yang berasal dari tingkat sosial ekonomi menengah ke atas ratarata lebih tinggi daripada yang berasal dari keadaan sosial ekonomi rendah.
2. Produksi Tenaga
Kekurangan energi berasal dari makanan, menyebabkan seseorang
kekuranagn tenaga untuk bergerak, bekerja, dan melakukan aktivitas. Orang
menjadi malas, merasa lemah, dan produktivitas kerja menurun
3. Pertahanan Tubuh

Iodi
um

11

Daya tahan terhadap tekanan atau stress menurun. Sistem imunitas dan
antibodi berkurang, sehingga orang mudah terserang infeksi seperti pilek,
batuk, dan diare. Pada anak-anak ini dapat membawa kematian
4. Struktur dan Fungsi Otak
Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan
mental, dengan demikian kemampuan berpikir. Otak mencapai bentuk
maksimal pada usia dua tahun. Kekuranagn gizi dapat berakibat
terganggunya fungsi otak secara permanen.
5. Perilaku
Bagi anak-anak maupun dewasa yang kurang gizi menunjukan perilaku
tidak tenang. Mereka mudah tersinggung, cengeng, dan apatis.
(Sunita Almatsier, 2009:12) gizi lebih menyebabkan kegemukan atau
obesitas. Kelebihan energi yang dikonsumsi disimpan di dalam jaringan dalam
bentuk lemak. Kegemukan merupakan salah satu faktor risiko dalam terjadinya
berbagai penyakit degeneratif, seperti hipertensi atau tekanan darah tinggi,
penyakit diabetes, jantung koroner, hati, dan kantung empedu.
Menurut I Made Purnadhibrata (2011:2) Pada saat ini di Indonesia
terdapat masalah gizi ganda, yaitu gizi lebih dan gizi kurang. Empat masalah
utama gizi kurang meliputi Kurang Energi dan Protein (KEP), Gangguan
akibat kekurangan lodium(GAKI), Anemia Gizi Besi (AGB), dan Kurang
Vitamin A (KVA).

Kekurangan

gizi berdampak terhadap kualitas sumber

daya manusia. Anak-anak yang kekurangan gizi akan mengalami gangguan


pertumbuhan fisik, mental dan intelektual. Gangguan tersebut menyebabkan
tingginya angka kematian dan kesakitan, serta berkurangnya potensi belajar,
daya tahan tubuh dan produktivitas kerja.
D. Pengukuran dan Penilaian Status Gizi
Akhmad Nugraha (2016: 36) Status gizi dapat diukur dengan metode
antropometri. Ukuran antropometri yang bermanfaat dan sering dipakai adalah:
1. Berat badan
Ukuran ini merupakan yang terpenting, dipakai pada setiap
kesempaan pemeriksaan kesehatan anak pada setiap kelompok umur. Berat
badan merupakan hasil peningkatan seluruh jaringan tulang, otot, lemak,

12

cairan tubuh, dan lainnya. Ukuran ini merupakan indikator tunggal yang
terbaik pada waktu ini untuk keadaan gizi dan keadaan tumbuh kembang.
2. Tinggi badan
Perlu dietahui bahwa nilai tin ggi badan meningkat terus, walaupun
laju tumbuh berubah dari pesat pada masa bayi muda kemudian melambat
dan menjadi pesat lagi pada masa remaja. Tinggi badan hanya menyusut
pada usia lanjut. Oleh karena itu, nilai tinggi badan dipakai untuk dasar
perbandingan terhadap perubahan relatif, seperti nilai berat dan perubahan
lingkaran lengan atas.
3. Lingkar kepala
Ukuran ini dipakai untuk mengevaluasi pertumbuhan otak dan
karena laju tumbuh pesatnya pada saat berusia tiga tahun hanya 1cm dan
hanya meningkat 5cm sampai usia remaja atau dewasamaka dapat
dikatakan bahwa manfaat pen gukuran lingkaran kepala ini hanyalah
terbatas sampai usia tiga tahun kecuali untuk kasus tertentu.
4. Lingkaran lengan atas
Ukuran ini mencerminkan tumbuh kembang jaringan lengan otot
yang tidak terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh bila
dibandingkan dengan berat badan. Ukuran ini dapat dipakai untuk menilai
keadaan tumbuh kembang pada kelompok usia pra sekolah
5. Lipatan kulit
Ukuran tebalnya kulit pada daerah triceps dan subskapuler
merupakan refleksi tumbuh kembang jaringan lemak bawah kulit yang
mencerminkan kecukupan energi. Dalam keadaan definisi,lipatan kulit
menipis dan sebaliknya menebal jika masukan energi berlebihan. Tebal
lipatan kulit dimanfaatkan untuk menilai terdapatnya keadaan gizi lebih,
khususnya pada kasus obesitas, pemeriksaan fisik ini dapat dilakukan
dengan cara:
a. Keseluruhan fisik: dilihat bentuk tubuh, perbandingan bagian kepala,
tubuh, anggota.
b. Jaringan otot: diperiksa dengan bagian lengan atas, pantat, dan paha
dengan cara cubit tebal.

13

c. Jaringan lemak: diperiksa pada kulit dibawah triceps dan subskapuler


dengan cara cubitan tipis
d. Rambut: diperiksa tubuh, warna, diameter (tebal atau tipis) sifat (lurus
atau keriting), dan akar rambut (mudah dicabut atau tidak).
Kelima jenis ukuran antropometri ini dapat dilengkapi dengan ukuran
yang lain yaitu untuk kasus-kasus khusus, seperti kasus kelainan bawaan atau
menentukan jenis perawakan dengan melakukan pengukuran lingkaran dada,
perut, leher dan lainnya.
1. Pengukuran Berat Badan
(Akhmad Nugraha, 2016:38) Alat yang digunakan untuk mengukur
berat badan adalah timbangan. Berdasarkan alat ukur penunjukan meteran,
timbangan dapat dibedakan menjadi tiga.
a.

Timbangan digital
Timbangan digital biasanya memiliki ukuran yang peka dan kisaran
angka yang ditunjukan ada sampai per 10gram

b.

Timbangan pegas
Timbangan ini sangat banyak sekali digunakan dipasaran, angka yang
ditunjukan merupakan akibat injakan terhadap pegas yang ada
dibawah permukaan atas timbangan, timbangan ini perlu selalu
diperhatikan ringkat ketelitiannya setelah menimbang 5-10 anak.

c.

Timbangan menggunakan dacin


Timbanagn dacin banyak kita lihat dipasar. Posyandu banyak
menggunakan timbangan ini untuk mengukur berat badan. Timbangan
dacin pasar ini lebih teliti dibanding timbangan pegas namun perlu
membuat anak tenang sebelum dibaca.
(Akhmad Nugraha, 2016:38) Adapun terdapat dua jenis timbangan

menurut umur anak usia dini yang akan ditimbang yaitu:


a. Timbangan Tidur
Timbangan ini biasanya diperuntukan bagi bayi.
b. Timbangan Tidur-Duduk

14

Dilapangan terdapat modifikasi penimbangan. Misalnya seperti yang


biasa kita lihat di posyandu. Timbangan dacin ini dilengkapi dengan
kain atau kotak timbang. Sehingga anak dapat ditimbangkan dengan
merasa nyaman dalam keadaan tidur atau duduk
c. Timbangan Berdiri
Timbangan ini diperuntukan bagi anak yang sudah dapat berdiri.
Kadangkala timbangan ini juga menjadi penyelamat bagi anak yang
tidak mau ditimbang sendiri sehingga anak ditimbang dengan cara
menimbang ibu bersama anak dalam gendongan bantuan ibunya.
2. Cara Menimbang Anak Usia 2-6 Tahun
Akhmad Nugraha (2016: 39) Agar memperoleh timbangan yang
tepat maka perlu memperhatikan ketelitian alat timbangan dengan
memeriksa sebelum dan sesudah menimbang beberapa anak, ketelitian
pelaksanaan yang menimbang dan keadaan anak yang ditimbang
diupayakan berpakaian harus seminim mungkin. Adapun tahap-tahap
penimbangan adalah:
1.

Timbangan diletakkan pada tempat yang datar

2.

Pastikan jarum timbangan berada pada titik nol

3.

Siapkan form atau kartu pencatatan atau rapot gizi sebelum


penimbangan dimulai. Pada waktu penimbangan, sebaiknya ada
petugas khusus yang mencatat berat badan anak

4.

Penimbangan anak

laki-laki

sebaiknya

dipisah

dengan

anak

perempuan
5.

Bukalah baju anak sampai seminim smungkin

6.

Buatlah anak senyaman mungkin pada saat ditimbang

7.

Libatkan anak untuk mengetahui berat badannya dengan meminta


anak yang menyebutkan angka petunjuk berat badannya

8.

Jika anak menangis karena tidak mau ditimbang, tenaga pendidik bisa
menimbang anak dalam dendongannya (BB anak = jumlah berat
tenaga pendidik dan anak dikurangi dengan berat badan pendidik)

9.

Cek kembali posisi jarum timbangan setelah menimbang 7 sampai 10


anak

15

3. Pengukuran Tinggi Badan


Akhmad Nugraha (2016: 39) Pengukuran tinggi badan menurut
umur anak yang ditimbang dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Bayi (0-2 tahun) diukur dengan cara berbaring dan hasil ukurannya
disebut panjang badan. Alat ukur tinggi badan yang digunakan adalah
alat ukur panjang badan
b. Anak (2-6 tahun) diukur dengan cara berdiri dan hasil ukurannya disebut
tinggi badan. Jika memungkinkan alat ukur yang digunakan adalah
microtoise, berupa papan vertikan dengan ukuran tertera secara vertikal
dan papan vertikal ini dihubungkan dengan papan horizontal yang dapat
digeser-geser sampai mencapai titik atas kepala anak.
Nugraha, Akhmad (2016: 40) Adapun cara pengukuran tinggi badan
dengan alat ukur tinggi badan tempel yaitu:
a.

Lihatlah ukuran yang tertera pada bagian bawah alat pengukur tinggi
badan. Biasanya angka yang paling rendah adalah 70cm. Tandai
dinding untuk menunjukkan batas bawah dengan cara mengukur
dinding dari dasar lantai setinggi 70cm.

b.

Tempelkan alat pada lantai dan dinding datar dengan menggantungkan


alat tersebut dengan jarak 70cm dari lantai (sesuai dengan ukuran yang
tertera pada alat).

c.

Minta anak berdiri diatas lantai tanpa alas kaki dan topi atau penutup
kepala.

d.

Posisi badan membelakangi alat ukur.

e.

Punggung menempel pada alat ukur (tapi tidak bersandar) dan kepala
tegak.

f.

Gunakan penggaris untuk menghitung tinggi anak agar sesuai dengan


ukuran yang tertera pada alat ukur.

g.

Agar ukuran yang dibaca tidak bias, maka posisi tenaga pendidik yang
mengukur memandang lurus ke alat ukur yang ada di dinding (bisa
dengan posisi jongkok).

h.

Catat hasil pengukuran dibuku evaluasi gizi anak.

16

E. Cara Penilaian Hasil Pengukuran


1. Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Akhmad Nugraha (2016: 41) Indeks berat badan menurut umur
(BB/U) mencerminkan keadaan berat badan anak menurut umurnya saat
penimbanagan terhadap standar NCHS-WHO.Adapun cara penilaiannya
yaitu dengan cara:
a. Ukuran berat badan anak
b. Tentukan umur anak yang ditimbang dan jenis kelaminnya
c. Lihat tabel standar NCHS-WHO berat badan menurut umur dan
jenis kelamin tersebut. Catat berapa berat badan median untuk umur
jenis kelamin yang sesuai
d. Bandingkan berat badan anak dengan berat badan median untuk
umur dan jenis kelamin yang sesuai lalu dikali 100%. Hasil
teresebut diinterpretasikan menurut kriteria yaitu status gizi baik
jika nilainya lebih dari 80%, status gizi sedang jika nilainya antara
70-80%, status gizi kurang jika nilai antara 60-70% status gizi
buruk jika nilainya berada kurang dari 60%.
2. Indeks Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Akhmad Nugraha (2016:41) Indeks tinggi badan menurut umur
(TB/U) mencerminkan keadaan tinggi badan menurut umurnya terhadap
standar NCHS-WHO. Adapun cara penilaiannya yaitu:
a. Ukuran panjang/tinggi badan anak
b. Tentukan umur anak yang ditimbang dan jenis kelaminnya
c. Lihat tabel standar NCHS-WHO tinggi badan menurut umur dan jenis
kelamin tersebut. Catat berapa panjang atau tinggi badan median untuk
umur jenis kelamin ynag sesuai
d. Bandingkan tinggi badan anak dengan tinggi badan median untuk umur
dan jenis kelamin yang sesuai lalu dikali 100 %. Hasil tersebut
diinterpretasikan menurut kriteria yaitu status gizi baik jika nilainya
lebih dari 90%, status gizi sedang jika nilainyaantara 90-95%, status
gizi kurang (stunting) jika nilai antara 85-95%, dan status gizi buruk
(stunting berat) jika nilainya berada kurang dari 85%

17

3. Indeks Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)


Akhmad Nugraha (2016: 42) Indeks berat badan menurut tinggi
badan (BB.TB) mencerminkan proporsi berat badan relatif terhadap tinggi
badan yang dibanding terhadap standard NCHS-WHO. Adapun cara
menilainya yaitu dengan cara
a. Ukur berat dan panjang. Tinggi badan anak
b. Lihat tabel standar NCHS-WHO BB/TB. Catat median berat badan
untuk tinggi badan anak
c. Bandingkan berat badan anak tersebut dengan berat badan median
untuk tinggi badan anak tersebut lalu dikali 100%. Hasil tersebut
diinterpretasikan menurut kriteria berikut yaitu status gizi aik jika
nilainya lebih dari 90 %, status gizi sedang jika nilainya antara 80-90%,
status gizi kurang jika nilainya antara 70-80%, dan status gizi buruk
jika nilainya kurang dari 70%.
4. Indeks Gabung Antara BB/U, TB/U, dan BB/TB
Akhmad

Nugraha

(2016:42)

Penilaian

status

gizi

dengan

menggabungkan 3 (tiga) indikator (BB/U. TB/U, dan BB/TB) sekaligus


lebih baik dibandingkan hanya melihat satu indikator saja. Interpretasi
dapat dilakukan dengan mengacu pada tabel indikator dan interpretasi.

Anda mungkin juga menyukai