Mikology Medik
Mikology Medik
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Mikologi Medik adalah ilmu yang mempelajari jamur dan penyakit pada
manusia. Jamur termasuk golongan yang di maksudkan dalam fillum Thallopyta, yaitu
tumbuhan yang tidak mempunyai akar, batang, dan daun sejati. Jamur tidak
mempunyai klorofil, sehinga tidak dapat membentuk makanan sendiri untuk
kelangsungan hidupnya. Jamur dikelompokan kedalam organisme yang bersifat
heterotrofik.
Sifat ketergantungan ini dapat berupa saprofit (bila tidak merugikan hospes
yang di tumpanginya) atau parasitik (bila merugikan hospes yang di tumpanginya).
Di dalam alam ini terdapat kurang lebih 200.000 spesies jamur dari jumlah
tersebut yang telah diketahui patogen pada manusia ialah 100 spesis dan dikenal hanya
50 spesies, yaitu 20 spesies menyerang kulit, 12 spesies menyerang jaringan di bawah
kulit (sub kutan) dan 18 menyerang alat-alat dalam (sistemik).
Jamur yang bersifat oportunistik yaitu apabila ada faktor predisposisi tertentu
jamur tersebut mampu menimbulkan penyakit atau kelainan-kelainan.
Peran jamur dalam kehidupan sehari-hari dapat bersifat buruk atau
menguntungkan. Buruk apabila merusak barang yang ada di sekitar kita, misalnya :
makanan, pakaian, sepatu. Menguntungkan apabila dapat dipergunakan untuk
menunjang kesejahtraan manusia. Misalnya dalam bidang industri makanan, minuman,
obat-obatan dan lain sebagainya.
Beberapa jamur dapat membentuk racun, contoh : Aspergilus flavus, jamur
ini membentuk aflatoksin, yaitu sejenis mikotoksin.
Jamur hidup hampir pada semua tempat dan tidak memerlukan makanan
kusus, faktor yang mempengaruhi terhadap pertumbuhan jamur meliputi : suhu,
kelembapan, zat organik, dan kebutuhan oksigen.
Walaupun koloni bercak-bercak jamur dapat dilihat secara makroskopis dan
mikroskopis. Jamur tersusun atas benang-benang sel yang panjang dan saling
berhubungan dari ujung ke ujung, benang ini disebut hifa.
Banyak anggota jamur yang hifanya dibatasi oleh dinding penyekat yang
disebut septa sehinga disebut hifa bersepta. Tetapi dari beberapa kelas terdapat juga
struktur hifanya tidak bersepta sehingga tampak sebagai satu sel yang memanjang dan
terdapat nukleus dalam jumlah yang banyak, hifa semacam ini disebut hifa senositik.
Apabila benang-benang hifa ini bercabang dan membentuk anyaman disebut miselium.
Hifa pada umumnya bersepta, tetapi adapula dari satu spora jamur membentuk hifa
gabungan dari sel-sel yang tidak melekat, hifa ini disebut hifa semu. Sebagai contoh
dapat ditemukan pada sel-sel ragi (yeast) pada salah satu sisinya membentuk tonjolan
yang lebih besar, sehingga tampak menyerupai hifa, sedangkan anyaman dari hifa
semu itu sendiri disebut misellium semu.
Ukuran sel yang menyusun hifa berbeda dari satu jamur ke jamur yang lain
berbeda. Pada anggota jamur yang besar, ada yang memiliki garis tengah (10 20 ).
Hal ini berbeda sekali dengan sel bakteri yang rata-rata selnya hanya mempunyai garis
tengah 1 . Panjang hifa juga berbeda-beda, tergantung bagaimana jamur itu
ditumbuhkan. Dalam pemeriksaan menggunakan mikroskop kadang-kadang mengalami
kesulitan, hal ini karena sifat dari hifa yang lentur dan mudah patah, sehingga hifa
tampak memendek dan mengalami perubahan bentuk (struktur).
Alat reproduksi jamur disebut spora. Spora dapat dibentuk dalam hifa sendiri
atau dalam alat-alat kusus dari jamur. Biasanya besar antara 1 3 , yang bentuknya
bisa bulat, segi empat, kerucut atau lonjong. Dalam pertumbuhannya semakin hari
semakin bertambah besar.
Untuk mendeterminasi dan mengidentifikasi jenis jamur dapat dilakukan
1.2.
albicans, Criptoccocus
2) Artrospora, adalah spora yang dibentuk karena tempat septasinya terputus sehingga
bekas septa dindingnya menebal, kadang-kadang berbentuk bulat atau persegi
sehingga tampak beruas-ruas. Misalnya : Getricum sp, Coccidioides immitis.
3) Klamidiospora, adalah spora yang dibentuk karena hifa pada tempat-tempat tertentu
membesar, bulat, dan menebal dindingnya. Letak klamidiospora bisa di terminal,
lateral, dan intercalary. Misalnya : Hians,Clsdoporiumstoplasma capsentulatum, Candida
albicans, Cladiosporium wernecii, Blastomices dermatidis.
4) Konidiospora, adalah spora yang dibentuk langsung oleh hifa pada bagian ujung, yang
bagian ujung yang bentuknya bermacam-macam tergantung dari spesiesnya. Variasi
konidiospora dapat meliputi :
a) Ukuran kecil disebut makrokonidia (pada umumnya uniseluler) sedangkan yang besar
disebut makrokonidia (pada umumnya multiseluler)
b) Bentuk ada yang bulat, lonjong, dan kumparan
c) Septa ada yang transversal, longitudinal, dan ada yang transversal dan longitudinal
d) Lokasi dan kedudukan:
1.
2.
5) Sporangiospora adalah spora yang dibentuk di dalam suatu kantung yang dinamakan
sporangiospora. Misalnya : Mucor sp, Rhizopus sp, Rhinosporium sceberi.
b. Spora Seksual
Spora Seksual meliputi :
1) Askospora, ialah spora yang dibentuk secara endogen dalam suatu kantung yang
dinamakan askus yang berisi 2, 4, atau 8 spora (tergantung dari spesiesnya)
2) Basidiospora, adalah spora yang dibentuk secara eksogen dalam kantung yang disebut
basidium, biasanya berisi 4 spora. Misalnya : Volvariella volvaciae
3) Zigospora, adalah spora yang dibentuk oleh 2 hifa yang sebelumnya sudah bergantung
atau dibentuk oleh dua sel yang sama bentuknya. Misalnya Muccor sp, Rhizopus sp
4) Ospora, adalah spora yang dibentuk dari hasil peleburan (fusi) dua inti yang bentuk dan
jenis kelaminnya berbeda atau dibentuk oleh dua sel yang berbeda bentuknya misalnya
1.3.
2) Hifa udara
Menuju kearah yang bertentangan dengan hifa vegetatif yaitu ke arah udara (ke atas)
berfungsi untuk mengambil oksigen
3) Hifa generatif
Merupakan hifa yang arahnya bertentangan juga dengan hifa vegetatif, fungsinya
membentuk alat-alat reproduksi (spora)
b. Menurut bentuknya hifa terbagi atas 3 bagian yaitu :
1) Hifa bersepta
Merupakan bentuk benang yang dibatasi oleh dinding pemisah sehingga hifa terpisahpisah menjadi banyak sel-sel.
2) Hifa tidak bersepta
Merupakan benang yang di dalamnya tidak dipisahkan oleh dinding (septa) sehingga
tampak adanya sel-sel yang memanjang seperti pipa.
3) Hifa semu (pseudohifa)
Merupakan bentuk hifa yang seakan-akan menyerupai rangkaian sel-sel, tetapi
rangkaian sel-sel tersebut sewaktu-waktu akan berubah.
c. Menurut warnanya :
Hifa dalam penampilannya ada yang tampak berwarna ada yang tidak berwarna. Warna
pada hifa terjadi pada pigmen spora, semakin spora masak maka warnanya semakin
kelihatan. Jamur yang termasuk yang termasuk famili Dematiaceae hifanya berwarna
hitam atau tengguli tua, sedangkan jamur yang termasuk famlliMoniliaceae biasanya
tidak berwarna. Kumpulan hifa yang bercabang-cabang disebut miselium. Warna
miselium bisa putih, kuning sampai jingga misalnya (Penisilium sp), hijau, biru sampai
hitam misalnya (Aspergillus sp), putih abu-abu sampai coklat (Sportichum sp).
1.4.
Macam Koloni
Koloni adalah kumpulan jamur sejenis terdapat dalam ruangan yang sama.
Koloni jamur dapat dipergunakan untuk membantu dalam mengidentifikasi karena
memiliki bentuk, warna, dan sifat yang berlainan antara satu sama yang lain. Dikenal 3
BAB II
DASAR TEORI
2.1.
Morfologi Jamur
Jamur merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk dunia
jamur atau regnum fungi. Jamur pada umumnya multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri
jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh,
Panjang hifa juga berbeda beda, tergantung bagaimana jamur itu ditumbuhkan. Dalam
pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop kadang kadang mengalami banyak
kesulitan, hal ini karena sifat hifa yang mudah lentur dan patah, sehingga hifa tadi
tampak memendek dan mengalami perubahan bentuk ( struktur ).
b. Habitat jamur
Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme lainnya,
jamur tidak memangsa dan mencernakan makanan. Clntuk memperoleh makanan,
jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian
menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan konsumen maka
jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan
senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya. Sebagai makhluk
heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit.
1) Parasit obligat
Merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya, sedangkan di luar
inangnya tidak dapat hidup. Misalnya, Pneumonia carinii (khamir yang menginfeksi
paru-paru penderita AIDS).
2) Parasit fakultatif
Adalah jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan inang yang sesuai, tetapi bersifat
saprofit jika tidak mendapatkan inang yang cocok.
3) Saprofit
Merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang mati. Jamur
saprofit menyerap makanannya dari organisme yang telah mati seperti kayu tumbang
dan buah jatuh. Sebagian besar jamur saprofit mengeluarkan enzim hidrolase pada
substrat makanan untuk mendekomposisi molekul kompleks menjadi molekul sederhana
sehingga mudah diserap oleh hifa. Selain itu, hifa dapat juga langsung menyerap
bahanbahan organik dalam bentuk sederhana yang dikeluarkan oleh inangnya.
Cara hidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis mutualisme. Jamur yang
hidup bersimbiosis, selain menyerap makanan dari organisme lain juga menghasilkan
zat tertentu yang bermanfaat bagi simbionnya. Simbiosis mutualisme jamur dengan
tanaman dapat dilihat pada mikoriza, yaitu jamur yang hidup di akar tanaman kacangkacangan atau pada liken.
Jamur berhabitat pada bermacammacam lingkungan dan berasosiasi dengan
banyak organisme. Meskipun kebanyakan hidup di darat, beberapa jamur ada yang
hidup di air dan berasosiasi dengan organisme air. Jamur yang hidup di air biasanya
bersifat parasit atau saprofit, dan kebanyakan dari kelas Oomycetes.
c.
Bentuk jamur
Bentuk jamur secara garis besar terdiri atas tiga bentuk,yaitu :
1)
Yeast
3)
Dimorfik
Merupakan jamur yang mempunyai dua bentuk yaitu : Yeast dan Mold. Berbentuk Yeast
jika berada di dalam inang / host atau pada suhu inkubasi 37 derajat C, dan berbentuk
mold
jika
berada
diluar
inangnya
atau
pada
suhu
inkubasi
suhu
secara
seksual
pada
jamur
melalui kontak
beberapa tahun. Akhimya inti sel melebur membentuk sel diploid yang segera
melakukan pembelahan meiosis.
2.2.
a.
1)
Jamur yang tersebar luas,yang dapat menyerang seluruh permukaan bumi, misalnya :
Trikopitosis dan Histoplasmosis
2)
Berdasarkan etiologi
Pembagian ini sukar karena kita harus sampai pada spesies jamur penyebab
penyakitnya, misalnya :
1) Trikopitosis : penyebab Trichophyton
2)
3)
Dermatofitosis, terdiri dari : Tinea kapitis, Tinea kruris, Tinea korporis, Tinea pedis atau
manus, Tinea ungunium (onikomikosis), Tinea interdigitalis, Tinea favosa, dan Tinea
barbae.
b) Non dermatofitosis, terdiri dari : Tinea versikolor, Piedra hitam, dan Piedra putih.
Perbedaan antara dermatofitosis dan non dermatofitosis terletak pada infeksi di kulit.
Golongan dermatofitosis menyerang atau menimbulkan kelainan didalam epidermis,
mulai dari stratum korneum sampai stratum basalis, sedangkan golongan non
dermatofitosis mempunyai afnitas terhadap keratin yang terdapat pada epidermis,
rambut, dan kuku infeksinya lebih dalam.
2) Mikosis intermediet
Yaitu jamur jamur yang menyerang kulit, mukosa, sub kutis dan alat alat dalam,
terutama yang disebabkan oleh spesies candida sehingga penyakitnya disebut
kandiidasis, seperti : Candida albicans
3) Mikosis dalam
Yaitu jamur jamur yang menyerang sub kutis dan alat alat dalam. Adapun jamur
yang termasuk dalam golongan ini, yaitu : Aktinomikosis, Nokardiosis, Kriptokokosis,
2.3.
a.
Pemeriksaan langsung
Untuk melihat apakah adanya infeksi jamur perlu dibuat preparat langsung dari kerokan
kulit, rambut, atau kuku. Sediaan ditetesi dengan larutan KOH 10 40 % dengan
maksud melarutkan keratin kulit atau kuku sehingga akan tinggal kelompok hifa.
Sesudah 15 menit atau sesudah dipanasi di atas api kecil, jangan sampai menguap
kemudian di lihat di bawah mikroskop.
Reaksi imunologis
Dengan menyuntikkan secara intrakutan semacam antigen yang dibuat dari koloni
Reaksi trikofitin
Antigen yang dibuat dari pembiakan schenkii. Kalau (+) berarti ada infeksi Trikopiton
3)
Reaksi sporotrikin
Antigen dibuat dari koloni Sporotricium schenkii. Kalau (+) berarti infeksi oleh spesies
Sporotrikum
d. Biopsi atau pemeriksaan histopatologi
Khusus dilakukan untuk pemeriksaan penyakit jamur golongan mikosis dalam. Dengan
pewarnaan khusus dari suatu jaringan biopsy, dapat dicari elemen jamur dalam jaringan
tersebut. Pewarnaan khusus seperti pewarnaan Gram, HE, dan PAS dapat mewarnai
elemen jamur dalam jaringan sehingga tampak jelas. Selain itu, pemeriksaan
e.
histopatologi sangat penting untuk melihat reaksi jaringan akibat infeksi jamur.
Pemeriksaan dengan sinar wood
Sinar Wood adalah sinar ultraviolet yang setelah melewati suatu jaringan wood, sinar
yang tadinya polikromatis menjadi monokromatis dengan panjang gelombang 3600 A.
Sinar ini tidak dapat dilihat. Bila sinar ini diarahkan ke kulit atau rambut yang
mengalami infeksi oleh jamur jamur tertentu, sinar ini akan berubah menjadi warna
yang kehijau hijauan atau flouresensi. Apabila pemeriksaan dengan cara ini member
flouresensi, pemeriksaan sinar wood disebut positif, dan apabila tidak ada flouresensi
disebut negative. Jamur jamur yang memberikaan flouresensi adalah Microsporum
lanosum, Microsporum audouinii, Microsporum canis, dan Malssezia furtur (penyebab
tinea versikolor).
BAB III
MIKOSIS
3.1.
Definisi
Tinea versikolor/Pityriasis versikolor adalah infeksi ringan yang sering terjadi disebabkan
oleh Malasezia furfur. Penyakit jamur kulit ini adalah penyakit yang kronik dan
asimtomatik ditandai oleh bercak putih sampai coklat yang bersisik. Kelainan ini
umumnya menyerang badan dan kadang- kadang terlihat di ketiak, sela paha,tungkai
atas, leher, muka dan kulit kepala.
2. Morfologi
Pertumbuhannya pada kulit (stratum korneum) berupa kelompok sel-sel bulat, bertunas,
berdinding tebal dan memiliki hifa yang berbatang pendek dan bengkok, biasanya tidak
menyebabkan tanda-tanda patologik selain sisik halus sampai kasar. Bentuk lesi tidak
teratur, berbatas tegas sampai difus dan ukuran lesi dapat milier,lentikuler, numuler
a.
Patogenesis
Mallasezia furfur, merupakan organisme saprofit pada kulit normal. Bagaimana
perubahan dari saprofit menjadi patogen belum diketahui. Organisme ini merupakan
"lipid dependent yeast". Timbulnya penyakit ini juga dipengaruhi oleh faktor hormonal,
ras, matahari,peradangan kulit dan efek primer pytorosporum terhadap melanosit.
4.
Gambaran klinis
Timbul bercak putih atau kecoklatan yang kadang-kadang gatal bila,berkeringat. Bisa
pula tanpa keluhan gatal sama sekali, tetapi penderita mengeluh karena malu oleh
adanya bercak tersebut. Pada orang kulit berwarna, lesi yang terjadi tampak sebagai
bercak hipopigmentasi, tetapi pada orang yang berkulit pucat maka lesi bisa berwarna
kecoklatan ataupun kemerahan. Di atas lesi terdapat sisik halus.
a.
Folikulitis
Merupakan bentuk klinis yang lebih berat, Malasezia furfur dapat tumbuh dalam jumlah
banyak pada folikel rambut dan kelenjar sebasea. Pada pemeriksaan histologis
organisme tersebut terlihat dilobang folikel bagian infudibulum saluran sebasea dan
sering disekitar dermis. Folikel berdilatasi akibat sumbatan dan terdiri dari debris keratin
Secara klinis lesi terlihat eritem, papula folikular atau pustula dengan ukuran 2-4 mm,
distribusinya dipunggung, dada kadang-kadang dibahu, dengan leher dan rusuk.
Bentuknya yang lebih berat disebut Acneifonn folliculitis
b. Dacriosis obstructif
Malasezia furfur dapat membentuk koloni pada kelenjar lakrimalis, menyebabkan
pembengkakan dan obstruksi. Pada beberapa kasus terbentuk dakriolit, terjadi inflamasi
dan mengganggu produksi air mata.
5.
Selain mengenal kelainan-kelainan yang khas yang disebabkan oleh Melasezia fulfur
diagnosa pitiriasis versikolor harus dibantu dengan pemeriksaan-pemeriksaan sebagai
a.
berikut :
Pemeriksaan langsung dengan KOH 10%
Bahan-bahan kerokan kulit di ambil dengan cara mengerok bagian kulit yang
mengalami lesi. Sebelumnya kulit dibersihkan dengan kapas alkohol 70%, lalu dikerok
dengan skalpel steril dan jatuhannya ditampung dalam lempeng-lempeng steril pula.
Sebagian dari bahan tersebut diperiksa langsung dengan KOH% yang diberi tinta Parker
Biru Hitam, Dipanaskan sebentar, ditutup dengan gelas penutup dan diperiksa di bawah
mikroskop. Bila penyebabnya memang jamur, maka kelihatan garis yang memiliki
indeks bias lain dari sekitarnya dan jarakjarak tertentu dipisahkan oleh sekat-sekat atau
seperti butir-butiir yang bersambung seperti kalung. Pada pitiriasis versikolor hifa
tampak pendek-pendek, lurus atau bengkok dengan disana sini banyak butiran-butiran
kecil bergerombol.
b. Pembiakan
Organisme penyebab Tinea versikolor belum dapat dibiakkan pada media buatan.
c.
6.
Pengobatan
Tinea versikolor dapat diobati dengan berbagai obat yang manjur pakaian, kain sprei,
handuk harus dicuci dengan air panas. Kebanyakan pengobatan akan menghilangkan
bukti infeksi aktif (skuama) dalam waktu beberapa hari, tetapi untuk menjamin
pengobatan yang tuntas pengobatan ketat ini harus dilanjutkan beberapa minggu.
Perubahan pigmen lebih lambat hilangnya. Daerah hipopigmentasi belum akan tampak
normal sampai daerah itu menjadi coklat kembali. Sesudah terkena sinar matahari lebih
lama daerah-daerah yang hipopigmentasi akan coklat kembali. Meskipun terapi nampak
sudah cukup, bila kambuh atau kena infeksi lagi merupakan hal biasa, tetapi selalu ada
respon terhadap pengobatan kembali. Tinea versikolor tidak memberi respon yang
baikterhadap pengobatan dengan griseofulvin. Obat-obat anti jamur yang dapat
menolong misalnya salep whitfield, salep salisil sulfur (salep 2/4), salisil spiritus,
tiosulfatnatrikus (25%). Obat-obat baru seperti selenium sulfida 2% dalam shampo,
derivatimidasol seperti ketokonasol, isokonasol, toksilat dalam bentuk krim atau larutan
dengan konsentrasi 1-2% sangat berkhasiat baik.
B.
Piedra
Merupakan infeksi jamur pada rambut sepanjang corong rambut yang memberikan
benjolan-benjolan di luar permukaan rambut tersebut. Ada dua macam :
d) Gambaran klinis
Adanya benjolan warna tengguli pada rambut, kumis, jenggot, kepala, umumnya tidak
memberikan gejala-gejala keluhan.
e) Cara menegakkan diagnosis
Diagnosa ditegakkan atas dasar :
1. gejala kllinis
2. pemeriksaan laboratorium dengan KOH dan kultur pada agar Sabauroud.
f) Pengobatan
Rambut dicukur atau dikeramas dengan sublimat 1/2000 (5 %0) dalam spiritus dilutus.
Morfologi
Askospora berbentuk seperti pisang. Askospora tersebut dibentuk dalam suatu kantung
yang disebut askus. Askus-askus bersama dengan anyaman hifa yang padat
membentuk benjolan hitam yang keras dibagian luar rambut. Dari rambut yang ada
benjolan, tampak hifa endotrik (dalam rambut) sampai ektotrik (diluar rambut) yang
besarnya 4-8 um berwarna tengguli dan ditemukan spora yang besarnya 1-2 um.
c)
Gambaran klinis
Pada rambut kepala, janggut, kumis akan tampak benjolan atau penebalan yang keras
warna hitam. Penebalan ini sukar dilepaskan dari corong rambut tersebut. Umumnya
rambut lebih suram, bila disisir sering memberikan bunyi seperti logam. Biasanya
penyakit ini mengenai rambut dengan kontak langsung atau tidak langsung.
Langsung dengan KOH 10-20% dari rambut yang ada benjolan tampak hifa endotrik
(dalam rambut pada lapisan kortek) sampai ektotrik (di luar rambut) yang besar 4-8 mu
b. Pemeriksaan laboratorium
1) Preparat langsung: Skuama dari kerokan kulit Jiang telinga diperiksa dengan KOH 10%
akan tampak hifa-hifa lebar, berseptum dan kadang-kadang dapat ditemukan sporaspora kecil dengan diameter 2-3 u.
2) Pembiakan: Skuama dibiak pada media Sabauroud dekst ditemukan dekstrosa agar dan
dikeram pada temperatur kamar. Koloni akan tumbuh dalam satu minggu berupa koloni
filamen berwarna putih. Dengan mikroskop tampak hifa-hifa lebar dan pada ujung-ujung
hifa dapat ditemukan sterigma dan spora berjejer melekat pada permukaannya.
3.
Pengobatan
Pengobatan ditujukan menjaga agar liang telinga tetap kering jangan lembab dan
jangan mengorek-ngorek telinga dengan barang-barang yang kotor seperti korek api,
garukan telinga atau kapas. Kotoran- kotoran telinga harus selalu dibersihkan. Larutan
timol 2% dalam spiritus dilutus (alkohol 70%) atau meneteskan larutan burowi 5% satu
atau dua tetes dan selanjutnya dibersihkan dengan desinfektan biasanya memberi hasil
pengobatan yang memuaskan. Neosporin dan larutan gentien violet 1-2% juga dapat
menolong.
D. Tinea Nigra
1.
Definisi
Tinea nigra ialah infeksi jamur superfisialis yang biasanya menyerang kulit telapak kaki
dan tangan dengan memberikan warna hitam sampai coklat pada kulit yang terserang.
Makula yang terjadi tidak menonjol pada permukaan kulit, tidak terasa sakit dan tidak
ada tanda-tanda radang. Kadang-kadang makula ini dapat meluas sampai ke punggung,
kaki dan punggung tangan, bahkan dapat menyebar sampai dileher, dada dan
muka.Gambaran efloresensi ini dapat berupa polosiklis, arsiner dengan warna hitam
atau coklat hampir sama seperti setetes nitras argenti yang diteteskan pada kulit.
Penyebabnya adalah Kladosporium wemeki dan jamur ini banyak menyerang anak-anak
dengan higiene kurang baik dan orang-orang yang banyak berkeringat.
2.
a.
b. Pemeriksaan laboratorium
1) Preparat langsung : kerokan kulit dengan KOH 10% akan menunjukkan adanya hifa dan
spora yang tersebar di dalam gel-gel epitel, besar hifa berkisar 3-5 u dan spora berkisar
1-2u.
2) Pembiakan : Pembiakan skuama pada media Sabauroud glukosa agar (SGA), dikeram
pada temperatur kamar. Dalam 1-2 minggu akan tumbuh koloni menyerupai ragi,
berwarna hijau dan pada bagian tepinya tumbuh daerah yang filamentous berwarna
coklat. Pada pemerikasaan mikroskopis tampak hifa halus bercabang, mengkilat dan
spora-spora yang lonjong.
3.
Pengobatan
Pengobatan dengan obat-obat anti jamur banyak menolong. Salep whitfield I dan II atau
salep sulfursalisil juga dapat menolong. Obat-obat anti jamur, preparat-preparat
imidazol seperti isokotonasol, bifonasol, klotrirnasol juga berkhasiat baik.
T.gourvili,
Morfologi
Trichophyton
Trichophyton adalah suatu dermatofita yang hidup di tanah, binatang atau manusia.
Berdasarkan tempat tinggal terdiri atas anthropophilic, zoophilic, dan geophilic.
b. Microsporum
Microsporum adalah kelompok dermatofita yang bersifat keratofilik, hidup pada tubuh
manusia (antropofilik) atau pada hewan (zoofilik). Merupakan bentuk aseksual dari
jamur.
Koloni mikrosporum adalah glabrous, serbuk halus, seperti wool atau powder.
Pertumbuhan pada agar Sabouraud dextrose pada 25C mungkin melambat atau sedikit
cepat dan diameter dari koloni bervariasi 1- 9 cm setelah 7 hari pengeraman. Warna
dari koloni bervariasi tergantung pada jenis itu. Mungkinsaja putih seperti wol halus
yang masih putih atau menguning sampai cinnamon.
3. Patogenesis
Cara penularan jamur dapat secara langsung dan secara tidak langsung. Penularan
langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut-rambut yang mengandung jamur baik
dari manusia, binatang atau dari tanah. Penularan tak langsung dapat melalui tanaman,
kayu yang dihinggapi jamur, barang-barang atau pakaian, debu atau air.
4.
Gambaran klinis
Penyakit ini sering
terjadi
pada
anak-anak,
yang
dapat
ditularkan
dari
binatang peliharaan misalnya anjing dan kucing. Keluhan penderita berupa bercak pada
kepala,gatal dan sering disertai rontoknya rambut di tempat lesi tersebut.Ada 3 bentuk
klinis dari tinea kapitis, yakni :
a. Grey patch ringworm
Merupakan Tinea kapitis yang biasanya disebabkan oleh genus Microsporum dan
ditemukan pada anak-anak. Penyakit ini biasanya dimulai dengan timbulnya papula
merah kecil di sekitar folikelrambut. Papula ini kemudian melebar dan membentuk
bercak pucat karena adanya sisik. Penderita mengeluh gatal, warna rambut menjadi
abu-abu, tidak berkilat lagi. Rambut menjadi mudah patah dan juga mudah terlepas
dari akarnya. Pada daerah yang terserang oleh jamur terbentuk alopesia setempatdan
terlihat sebagai grey patch. B e rc a k a b u - a b u i n i s u l i t t e r l i h a t b a t a s - batasnya
dengan pasti, bila tidak menggunakan lampu Wood. Pemeriksaandengan lampu Wood
memberikan fluoresensi kehijau-hijauan sehingga batas- batas yang sakit dapat terlihat
jelas.
b. Kerion
Merupakan Tinea kapitis yang disertai dengan reaksi peradangan yanghebat. Lesi
berupa pembengkakan menyerupai sarang lebah, dengan serbukans e l r a d a n g
d i s e k i t a r n y a . Ke l a i n a n i n i m e n i m b u l k a n
Biasanya disebabkan jamur zoofilik dan geofilik.
c.
jaringan
parut
y a n g menetap.
terlihat
spora
di
luar
rambut(ectotrics) atau
di
dalam
Pengobatan
Pengobatan pada anak biasanya diberikan per oral dengan griseofulvin 10-25mg/kg
berat badan per hari selama 6 minggu. Dosis pada orang dewasa adalah
500mg/hari selama 6 minggu. Penggunaan antijamur topikal dapat mengurangi
penularan pada orang yang ada di sekitarnya.Selain antijamur, pada bentuk kerion
dapat diberikan kortikosteroid dalam jangka pendek, misalnya prednison 20
mg /hari selama 5 hari.
7.
Trichophyton sp.
Microsporum sp.
B. Tinea favosa
1.
Definisi
Tinea favosa adalah infeksi jamur kronis, terutama oleh T.schoenleini,T.violaceum dan
M.gypseum.Penyakit ini merupakan bentuk lain tinea kapitis, yangditandai oleh
skutula berwarna kekuningan dan bau seperti tikus ( mousy odor ) pada kulit
Trichophyton
Trichophyton adalah suatu dermatofita yang hidup di tanah, binatang atau manusia.
Berdasarkan tempat tinggal terdiri atas anthropophilic, zoophilic, dan geophilic.
b. Microsporum
Microsporum adalah kelompok dermatofita yang bersifat keratofilik, hidup pada tubuh
manusia (antropofilik) atau pada hewan (zoofilik). Merupakan bentuk aseksual dari
jamur.
Koloni mikrosporum adalah glabrous, serbuk halus, seperti wool atau powder.
Pertumbuhan pada agar Sabouraud dextrose pada 25C mungkin melambat atau sedikit
cepat dan diameter dari koloni bervariasi 1- 9 cm setelah 7 hari pengeraman. Warna
dari koloni bervariasi tergantung pada jenis itu. Mungkinsaja putih seperti wol halus
yang masih putih atau menguning sampai cinnamon
3.
Patogenesis
Cara penularan jamur dapat secara langsung dan secara tidak langsung. Penularan
langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut-rambut yang mengandung jamur baik
dari manusia, binatang atau dari tanah. Penularan tak langsung dapat melalui tanaman,
4.
kayu yang dihinggapi jamur, barang-barang atau pakaian, debu atau air.
Gambaran klinis
Gambaran klinis mulai dari gambaran ringan, berupa kemerahan pada kulitkepala dan
terkenanya folikel rambut tanpa kerontokan, hingga skutula dankerontokan rambut,
serta lesi menjadi lebih merah dan lebih luas. Setelah itu, terjadi kerontokan rambut
luas, kulit mengalami atrofi dan sembuh dengan jaringan parut permanen tinea favosa
pada anak-anak .
5.
dan
pemeriksaan
mikroskopis
langsung,
Pengobatan
Prinsip pengobatan sama dengan tinea kapitis. Untuk menghilangkan skutula dan
debris, higiene harus dijaga dengan baik. Pengobatan pada anak biasanya diberikan per
oral dengan griseofulvin 10-25mg/kg berat badan per hari selama 6 minggu. Dosis
T. schoenleini
T. violaceum
M.gypseum
C. Tinea korporis
1.
Definisi
Tinea korporis adalah infeksi jamur dermatofita pada kulit tidak berambut(glaborous
skin) di daerah muka, badan, lengan dan tungkai. Penyebab tersering penyakit ini
adalah T.rubrum danT.mentagrophytes.
2.
Morfologi
Trichophyton adalah suatu dermatofita yang hidup di tanah, binatang atau manusia.
Gambaran klinis
Bentuk klinis biasanya berupa lesi yang terdiri atas bermacam-macameflorosensi kulit,
berbatas tegas dengan konfigurasi anular, arsinar atau polisiklik.Bagian tepi lebih aktif
dengan tanda perdangan yang lebih jelas. Daerah sentral biasanya menipis dan terjadi
penyembuhan, sementara di tepi lesi makin meluas ke perifer. Kadang-kadang bagian
tengahnya tidak menyembuh, tetapi tetap meninggidan tertutup skuama sehingga
menjadi bercak yang besar.Tinea korporis yang menahun ditandai dengan sifat kronik.
Lesi tidak menunjukkan tanda-tanda radang yang akut. Kelainan ini biasanya terjadi
pada bagiantubuh dan tidak jarang bersama-sama dengan tinea kruris. Bentuk kronik
yangdisebabkan oleh T.rubrum kadang-kadang terlihat bersama dengan tinea unguium
dan tinea korporis pada punggung dan lengan.
5.
gambaran
klinis
dan
lokalisasinya,
serta pemeriksaan kerokan kulit dan larutan KOH 10-20 % dengan mikroskop
untuk melihat hifa atau spora jamur.
6.
Pengobatan
Pengobatan sistemik berupa griseofulvin dosis 500 mg/hari selama 3-4minggu; dapat
juga ketokonazol 200 mg/hari selama 3-4 minggu; itrakonazol 100mg/hari selama 2
minggu; atau terbinafin 250 mg/hari selama 2 minggu. Pengobatandengan salep
Whitfeld masih cukup baik hasilnya. Dapat juga diberikan tolnaftat,tolsiklat, haloprogin,
siklopiroksolamin, derivat azol, dan naftifin HCl.
7.
T. mentagrophytes
T. rubrum
D. Tinea imbrikata
1.
Definisi
Tinea imbrikata adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita yang
memberikan gambaran khas berupa kulit bersisik dengan sisik yangmelingkarlingkar dan terasa gatal.Penyakit ini disebabkan jamur dermatofita T.concentricum.
2. Morfologi
Tinea imbrikata atau Tokelau adalah mikosis superfisial disebabkan oleh Trichophyton
concentricum, sebuah dermatofit antropofilik. Dermatofita dibagi menjadi genera Microsporum,
Trichophyton dan Epidermophyton.Pada Trichophyton secara mikroskopik ditemukan hifa
bersepta / bersekat,hifa spiral, ditemukan makrokonidia berbentuk gada berdinding tipis terdiri dari
6- 12sel juga ditemukan mikrokonidia yang bentuknya seperti tetes air. Secara
makroskopik ditemukan koloni yang kasar berserbuk / radier pada bagian tengah menonjol. Contoh
:Trichophyton
mentagropytes,
Trichophyton
rubrum,
concentricum adalah jamur
antropofilik
yang
pertumbuhannya
Trichophyton
lambat
dan
menyebabkan penyakit kulit kronis, luas, non-inflamasi. Tinea corporis dikenal sebagai tinea
imbrikata karena cincin konsentris dari skuama yang dihasilkannya.
Pada agar dextrose Sabouraud itu, koloni yang lambat tumbuh, mengangkat dan
melipat, gundul menjadi suede-seperti, sebagian besar putih krem, tapi kadang-kadang
oranye berwarna coklat, seringkali sangat dilipat ke dalam agar-agar yang dapat
menghasilkan pemecahan media dalam beberapa kebudayaan. Reverse penyuka
kuning-coklat sampai berwarna coklat. Budaya terdiri dari luas, banyak-bercabang, tidak
teratur, sering hifa tersegmentasi, septate yang mungkin "tanduk" tips
menyerupai T. schoenleinii. Chlamydoconidia sering hadir dalam budaya yang lebih tua.
Microconidia dan macroconidia biasanya tidak diproduksi, meskipun beberapa isolat
akan menghasilkan clavate sesekali pyriform microconidia. Perhatikan segmen hifa
artifisial mungkin mirip macroconidia
3.
Patogenesis
Lingkungan kulit
yang
sesuai merupakan
faktor
penting
dalam
perkembangan
klinis
dermatofitosis.Infeksi alami disebabkan oleh deposisi langsung spora atau hifa pada permukaan
kulityang mudah dimasuki dan umumnya tinggal di stratum korneum, dengan bantuan
panas,kelembaban dan kondisi lain yang mendukung seperti trauma, keringat yang berlebihdan
maserasi juga berpengaruh. Pemakaian bahan yang tidak berpori akan meningkatkan temperatur
dan keringatsehingga mengganggu fungsi barier stratum korneum. Infeksi dapat ditularkan
melaluikontak langsung dengan individu atau hewan yang terinfeksi, benda-benda sepertipakaian,
alat-alat dan lain-lain. Infeksi dimulai dari terjadinya kolonisasi hifa ataucabang-cabangnya dalam
jaringan keratin yang mati. Hifa ini memproduksi enzimkeratolitik yang mengadakan difusi ke dalam
jaringan epidermis dan merusak keratinosit. Setelah masa perkembangannya (inkubasi) sekitar 13 minggu respon jaringanterhadap infeksi semakin jelas dan meninggi yang disebut ringworm, yang
menginvasibagian perifer kulit. Respon terhadap infeksi, dimana bagian aktif akan
meningkatkanproses proliferasi sel epidermis dan menghasilkan skuama. Banyak individu
dalampopulasi yang terinfeksi menunjukkan agen T-cell spesifik yang hiporeaktif dari jamur. Itu juga
telah mengasumsikan bahwa kerentanan dalam populasi ini dapat diwariskansebagai sifat resesif
autosomal.Pada masa inkubasi, dermatofit tumbuh dalam stratum korneum, kadang-kadangdisertai
tanda klinis yang minimal. Pada carier, dermatofit pada kulit yang normal dapatdiketahui dengan
pemeriksaan KOH atau kultur
4.
Gambaran klinis
Penyakit ini dapat
menyerang
seluruh
permukaan
kulit
yang
tidak
konsentris.
6. Pengobatan
Pengobatan sistemik griseofulvin dengan dosis 500 mg/hari selama 4 minggu.Sering
terjadi kambuh setelah pengobatan, sehingga memerlukan pengobatan
ulangyang lebih lama. Obat sistemik lain adalah ketokonazol 200 mg/hari, itrakonazol
100mg/hari dan terbinafin 250 mg/hari selama 4 minggu.Pengobatan topikal tidak
begitu efektif karena daerah yang terserang luas. Dapat diberikan preparat yang
mengandung keratolitik kuat dan antimikotik, misalnya salep Whitfeld , Castellani paint ,
atau campuran salisilat 5 % dan sulfur presipitatum 5%, serta obat-obat antimikotik
berspektrum luas.
7.
T. concentricum
E. Tinea kruris
1. Definisi
Tinea kruris adalah penyakit infeksi jamur dermatofita di daerah lipat paha,genitalia,
dan sekitar anus, yang dapat meluas ke bokong dan perut bagian bawah. Penyebab
umumnya adalah E.floccosum, kadang-kadang dapat jugadisebabkan olehT.rubrum.
Keluhan penderita adalah rasa gatal di daerah lipat paha sekitar anogenital.
2.
Morfologi
3.
Patogenesis
Cara penularan jamur dapat secara langsung maupun tidak langsung. Penularan
langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut yang mengandung jamur baik dari
manusia, binatang, atau tanah. Penularan tidak langsung dapat melalui tanaman, kayu
yang dihinggapi jamur, pakaian debu. Agen penyebabjuga dapat ditularkan melalui
kontaminasi dengan pakaian, handuk atau sprei penderita atau autoinokulasi dari tinea
pedis, tinea inguium, dan tinea manum. Jamur ini menghasilkan keratinase yang
mencerna keratin, sehingga dapat memudahkan invasi ke stratum korneum. Infeksi
dimulai dengan kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya didalam jaringan keratin yang
mati. Hifa ini menghasilkan enzim keratolitik yang berdifusi ke jaringan epidermis dan
menimbulkan reaksi peradangan. Pertumbuhannya dengan pola radial di stratum
korneum menyebabkan timbulnya lesi kulit dengan batas yang jelas dan meninggi
(ringworm). Reaksi kulit semula berbentuk papula yang berkembang menjadi suatu
reaksi peradangan.
4.
Gambaran klinis
Gambaran klinis biasanya berupa lesi simetris di lipat paha kanan dan kiri,namun dapat
juga unilateral. Mula-mula lesi ini berupa bercak eritematosa dan gatal,yang lama
kelamaan meluas hingga skrotum, pubis, glutea, bahkan sampai seluruh p a h a . Tepi
lesi aktif, polisiklik, ditutupi skuama dan terkadang disertai banyak vesikel-vesikel kecil.
5.
KOH 10-20%.
6. Pengobatan
Pengobatan sistemik menggunakan griseofulvin 500 mg/hari selama 3-4minggu. Obat
lain adalah ketokonazol. Pengobatan topikal memakai salep Whitfeld,tolnaftat, tolsiklat,
haloprogin, siklopiroksolamin, derivat azol dan naftifin HCl.
7. Gambar jamur penyebab Tinea kruris
E.floccosum
F. Tinea manus et pedis
1.
Definisi
Tinea manus
et
pedis
merupakan
penyakit
yang
disebabkan
oleh
infeksi
jamur dermatofi ta di daerah kulit telapak tangan dan kaki, punggung tangan
dan kaki, jari- jari tangan dan kaki, serta daerah interdigital. Penyebab tersering
adalah T.rubrum, T. mentagrophytes dan E.floccosum.
2. Morfologi
a.
Trichophyton adalah suatu dermatofita yang hidup di tanah, binatang atau manusia.
Berdasarkan tempat tinggal terdiri atas anthropophilic, zoophilic, dan geophilic.
b. Epidermophyton
Jenis Epidermophyton
terdiri
dari
dua
jenis;
Epidermophyton
floccosum
dan
4.
Gambaran klinis
Penyakit ini sering terjadi pada orang dewasa yang setiap hari harus memakaisepatu
tertutup dan pada orang yang sering bekerja di tempat yang basah, mencuci, b e ke r j a
d i s a w a h d a n s e b a g a i n y a . Ke l u h a n p e n d e r i t a b e r v a r i a s i m u l a i d a r i
t a n p a keluhan sampai mengeluh sangat gatal dan nyeri karena terjadinya infeksi
sekunder dan peradangan. Dikenal 3 bentuk klinis yang sering dijumpai, yaitu :
a. Bentuk intertriginosa
Manifestasi kliniknya berupa maserasi, deskuamasidan erosi pada sela jari. Tampak
warna keputihan basah dan dapat terjadifisura yang terasa nyeri bila tersentuh. Infeksi
sekunder oleh bakteri dapatmenyertai fisura tersebut dan lesi dapat meluas sampai ke
kuku dan kulit jari.
b. Bentuk vesikular akut
Penyakit ini ditandai terbentuknya vesikel-vesikeldan bula yang terletak agak dalam di
bawah kulit dan sangat gatal. Lokasiyang sering adalah telapak kaki bagian tengah dan
kemudian melebar sertavesikelnya memecah. Infeksi sekunder dapat memperburuk
keadaan ini.
c. Bentuk moccasin foot
Pada bentuk ini seluruh kaki dari telapak, tepi, sampai punggung kaki terlihat kulit
menebal dan berskuama. Eritem biasanya ringan,terutama terlihat pada bagian tepi
lesi.
5.
6.
Pengobatan
Pengobatan pada umumnya cukup topikal saja dengan obat-obat antijamur untuk
bentuk interdigital dan vesikular. Lama pengobatan 4-6 minggu. Bentuk moccasin
foot yang kronik memerlukan pengobatan yang lebih lama, paling sedikit 6minggu dan
kadang-kadang memerlukan antijamur per oral, misalnya griseofulvin,itrakonazol, atau
terbenafin.
7.
T. mentagrophytes
T. rubrum
E. floccosum
G. Tinea unguium
1. Definisi
Tinea unguium adalah kelainan kuku yang disebabkan oleh infeksi jamur golongan
dermatofita.Penyebab penyakit yang sering adalah T.mentagrophytes dan T.rubrum.
2.
Morfologi
Trichophyton adalah suatu dermatofita yang hidup di tanah, binatang atau manusia.
gambaran klinis
Dikenal 3 bentuk gejala klinis, yaitu :
a.
Bentuk ini berupa bercak keputihan di permukaan kuku yang dapat dikerok untuk
membuktikan adanyaelemen jamur.
c.
Pengobatan
Pengobatan penyakit ini memakan waktu yang lama. Pemberian griseofulvin 500
mg/hari selama 3-6 bulan untuk kuku jari tangan dan 9-12 bulan untuk kuku jari kaki
merupakan pengobatan standar. Pemberian itrakonazol atau terbenafin per oralselama
3-6 bulan juga memberikan hasil yang baik. Bedah skalpel tidak dianjurkanterutama
untuk kuku jari kaki, karena jika residif akan menggangu pengobatan berikutnya. Obat
topikal dapat diberikan dalam bentuk losio atau kombinasi krim bifonazol dengan
urea 40%.
7.
T. mentagrophytes
T. rubrum
3.3. Profunda Subcutis
Mikosis profunda adalah penyakit jamur yang mengenai alat dalam.Pnyakit ini
dapat terjadi karena jamur langsung masuk ke alat dalam(misalnya Paru) melalui luka ,
atau menyebar dari permukan kulit atau alat dalam lain.
Ditinjau dari penyakit jamur subkutan yang dijumpai di Indonesia:Misetoma,
Sporotrikosis,Kromomikosis, Zigomikosis, Fikomikosis, Mukormikosi
A. Misetoma
1.
Definisi
Pengobatan
Pengobatan misetoma biasanya harus disertai reseksi radikal, bahkan amputasikadangkadang perlu dipertimbangkan. Obat-obat misalnya kombinasi kotrimoksazoldengan
streptomisin
dapat
bermanfaat,
bila
penyakit
yang
dihadapi
adalah
misetomaaktinomikotik, tetapi pengobatan memerlukan waktu lama (9 bulan- 1tahun)
dan bilakelainan belum meluas benar. Obat-obat baru antifungal misalnya itrakonazol
dapatdipertimbangkan untuk misetoma maduromikotik.
B.
Sporotrikosis
1.
Definisi
Sporotrikosis adalah infeksi kronis yang disebabkan oleh Sporotrichium schenkii dan
ditandai dengan pembesaran kelenjar getah bening. Kulit dan jaringan subkutis diatas
nodus bening sering melunak dan pecah membentuk ulkus yang indolen. Penyebab :
Sporotrichum schenckii
2. Gambaran klinis
Gejala awal berupa benjolan ( nodul) dibawah kulit kemudian membesar, merah,
meradang, proses nekrosis kemudian terbentuk ulkus. Nodula yang sama terjadi
sepanjang pembuluh limpha regional dan terjadi ulkus-ulkus berikutnya.
3. Cara menegakkan diagnosis
Umumnya mudah dibuat berdasarkan kelainan kulit yang multiple yang umunya khas.
Penyakit ini umumnya ditemukan pada pekjerja hutan maupun petani.Selain gejala
klinis, yang dapat menyokong diagnosis adalah pembiakan terutama pada mencit atau
tikus dan pemeriksaan histopatologik.
4.
Pengobatan
Pengobatan yang biasanya dengan pemberian larutan kaliumIodida jenuh oral. Dalam
Definisi
Kromikosis atau Kromoblastomikosis atau dermatitis verukosa adalah penyakit jamur
Pengobatan
Obat-obatan biasanya memberikan hasil yang kurang memuaskan dan harus diberikan
dalam waktu yang lama.Hasil pengobatan yang baik dicapai dengan kombinasi
amfoterisin B dan5-fluorositosin. Itrakonazol pada akhir-akhir ini memberikan harapan
baru pada penyakit ini terutama bila penyebabnya adalah Cl adosporium carrionii.
D. Zigomikosis, Fikomikosis, Mukormikosis
1.
Definisi
Penyakit jamur ini terdiri atas berbagai infeksi yang disebabkan oleh bermacam-macam
jamur pula yang taksonominya dan peranannya masih didiskusikan.Zygomycetes
meliputi banyak genera yaitu:Mucor, Rhizopus, Absidia,Mortierella, dan Cunninghamella.
Penyakit ini disebabkan oleh jamur yang padadasarnya oportunistik, maka pada orang
Pengobatan
Sebagai terapi fikomikosis subkutan dapat diberikan larutan jenuh kalium Iodida.Mulai
dari 10-15 tetes 3 kali sehari dan perlahan-lahan dinaikkan sampai timbul
gejalaintoksikasi, penderita mual dan muntah. Kemudian dosis diturunkan 1-2 tetes
dandipertahankan terus menerus sampai tumor menghilang. Itrakonazol berhasil
mengatasifikomikosis subkutan dengan baik. Prognosis bentuk klinis ini umumnya baik
3.4.
Profunda Sistemik
Adalah infeksi jamur yang mengenai organ internal dan jaringan sebelah
dalam.Seringkali tempat infeksi awal adalah paru-paru, kemudian menyebar melalui
darah.Masing-masing jamur cenderung menyerang organ tertentu. Semua jamur
bersifatdimorfik, artinya mempunyai daya adaptasi morfologik yang unik terhadap
pertumbuhandalam jaringan atau pertumbuhan pada suhu 37 oC. Mikosis subkutan akut
kerapkali juga berdampak pada terjadinya mikosis sistemik melalui terjadinya infeksi
skunder.
Penyakit Yang termasuk profunda sistemik ada 2 yaitu :
A. Infeksi sistemik primer
1. Nokardiosis sistemik
a.
Definisi
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Nocardia asteroides, infeksi terjadi melalui inhalasi.
Kelainan primer terjadi pada paru paru menyebar melalui darah dapat menginfeksi
ginjal dan otak.
b. Morfologi
Hifa halus dengan diameter 0,5-1 mikron pada biakan aerob, gram positif tahan asam.
c.
Patogenesis
Kelainan paru-paru mirip dengan TBC . gejala dapat pula menyerupai pneumonia
Nocardiosis sistemik.
2.
Kriptokokosis
a.
Definisi
Merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur Cryptococcus neoformans . Jamur ini
hidup ditanah yang mengandung kotoran burung merpati, menyebabkan penyakit
Meningitis
b. Morfologi
Biakan pada media Sabaroud agar tampak koloni berwarna krem, konsistensi mucoid
(berlendir)
c. Patogenesis
Infeksi berupa infeksi subklinik. Cryptococcus neoformans mampu tumbuh dengan
optimal pada suhu 370C berbeda dangan spesies cryptococcus yang non patogen
d. Gambaran klinis
Gejala
klinis
pada
kucing
berupa
infeksi
pada
rongga
hidung,
g.
Gambar
3.
a.
Histoplasmosis
Definisi
Merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur Histoplasma capsulatum yang bersifat
dimorfik dan menyebabkan penyakit histoplasmosis
b. Morfologi
Histoplasma
capsulatum
membentuk
sel-sel
lonjong
bertunas
uninukleat
yang
ukurannya 2-4 m dalam sel-sel fagosit dan pada agar miring darah glukosa-sistein
c. Patogenesis
Infeksi terjadi jika spora masuk melalui inhalasi pada paru-paru dan menimbulkan
peradarangan setempat, diikuti dengan pembesaran kelenjar limfe regional
d. Gambaran klinis
Dengan foto Rontgen tampak gambaran menyerupai tuberculosis paru. Jika infeksi
dibiarkan maka akan menimbulkan penyakit yang lebih parah lagi menyebar ke seluruh
organ dalam dan dapat menimbulkan kematian.
e.
f.
Pengobatan
Pengobatan pertama dari beberapa macam penyakit adalah dengan amphotericin B,
diikuti itraconazole oral. Dari beberapa kasus ringan, itraconazole ringan cukup optimal.
Penyakit tanpa simpton yang khas tidak diobati. Pengobatan anti jamur sering
4.
Blastomikosis
a.
Definisi
suatu penyakit granulomatosa kronik yang di sebabkan oleh suatu fungi dimorfik yang
tumbuh dalam jaringan mamalia sebagai sel-sel bertunas dan dalam biakan pada suhu
20C sebagai fungi.
b. Morfologi
jamur tampak sebagai sel ragi bertunas tunggal dengan basis lebar . sel ragi berdinding
tebal sehingga tampak sebagai berdinding rangkap. Tergolong jamur dimorfik.
c. Patogenesis
Lesi primer terjadi pada paru-paru dal dapat menjalar ke alat alat dalam (inhalasi
spora)
d. Gambaran klinis
Ada 3 macam gambaran klinis :
1) Blastomikosis paru
2) Blastomikosis diseminata
3) Blastomikosis kulit primer dan skunder
e.
g.
Gambar
B. Infeksi oportunis
1. Kandidiasis
a.
Definisi
Merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur Candida.
b. Morfologi
Tampak sporangium ,dalam berbagai stadium.sporangium matang berisi spora,hifa
mengalami fragmentasi membebtuk antrospora.
c.
Patogenesis
Candida yang paling patogen adalah Candida albicans dan paling sering ditemukan .
Genus ini hidup sebagai saprofit dan merupakan flora normal kulit dan selaput mukosa,
saluran pencernaan, vagina dialam ditemukan pada air , tanah.Infeksi terjadi melalui
kontak, tertelan,dan lesi/ traumatic
d. Gambaran klinis
Sindroma penyakitnya : san joaquin valley fever. Menyebabkan koksidioidomikosis
primer dan koksidioidomikosis progresif, infeksi melalui inhalasi spora.
e. Cara menegakkan diagnosis
Bahan pemeriksaan berasal dari swab vagina, sputum, LCS, sekret mata, mukosa
mulut. Pemeriksaan langsung dengan pulasan gram dan KOH 10 %. Secara mikroskopik
tampak spora yang berbentuk oval, pada pulasan gram bersifat gram positip.
Ditemukan blastospora, klamidospora, pseudohifa.
f.
Pengobatan
koksidioidomikosis primer sembuh sendiri. koksidioidomikosis progresif amfoterisin B
intravena.
g. Gambar
2.
Aspergilosis
a.
Definisi
Merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur Aspergillus. Jamur ini terdapat dialam
bebas, sehingga sporanya sering diisolasi dari udara. Aspergilus termasuk jamur
kontaminan.
b. Morfologi
Pada media Sabaroud agar dapat tumbuh cepat pada suhu ruang membentuk koloni
mold yang granuler, berserabut dengan beberapa warna sebagai salah satu ciri
identifikasi.
Aspergilus fumigatuskoloni berwarna hijau, Aspergilus niger koloni
berwarna hitam dan Aspergilus flavus koloni berwarna putih atau kuning.
Mikroskopik
dari Aspergillus
fumigatus memiliki
tangkai
tangkai
panjang
(conidiophores) yang mendukung kepalan ya yang besar (vesicle). Di kepala ini terdapat
spora yang membangkitkan sel hasil dari rantai panjang spora. Jamur ini mampu
tumbuh pada suhu 37C /99F (suhu tubuh normal manusia), dan dapat tumbuh pada
suhu sampai 50C/122F, dengan konidia bertahan hidup pada suhu 70C/158F. Kondisi
itu pertemuan secara teratur dalam tumpukan kompos pemanasan sendiri. Pada rumput
kering Aspergillus fumigatus dapat tumbuh pada suhu di atas 50 oC.
c.
Patogenesis
Infeksi tergantung lokasi yang diinfeksi ada beberapa bentuk yaitu : Aspergilosis
kulit, Aspergilosis sinus, Aspergilosis paru, Aspergilosis sistemik.
d. Gambaran klinis
Penyebaran Melalui inhalasi konidia yang ada di udara
e.
f.
sterigmata
Pengobatan
Prinsip pengobatan yang disebabkan oleh jamur Aspergillus fumigatus adalah dengan
menghilangkan jamur dan sporanya yang terdapat dalam tubuh. ABPA diobati dengan
corticosteroid suppression namun dengan oral, bukan lagi inhalasi dan biasanya
membutuhkan terapi yang lama. Reseksi bedah, jika memungkinkan, adalah
pengobatan paling tepat untuk aspergilloma. Amphotericin B (Fungizone atau formasi
lipid) IV dapat digunakan untuk infeksi jaringan bentuk invasif. Pemberian Itraconazole
bermanfaat bagi penderita yang perkembangannya lebih lambat dan untuk penderita
yang mempunyai masalah kekebalan. Terapi imunosupresif harus dihentikan atau
dikurangi sebisa mungkin. Kolonisasi endobronkial harus diobati sedemikian rupa untuk
memperbaiki drainase bronkopulmoner. ABPA yang berbarengan dengan sinusitis
alergik fungal memerlukan tindakan operasi jika terdapat polip obstruktif. Kadangkadang dapat juga dibilas dengan amfoterisin untuk mempercepat peyembuhan.
Pengobatan CNPA terdiri dari terapi dengan voriconazole, atau bisa juga dengan
itraconazole, caspofungin, atau keluarga amfoterisin. Jika respon antijamur sangat
kurang, terapi CNPA ialah dengan pembedahan paru. Pembedahan ini ditujukan untuk
lesi yang terlokalisasi yang tidak respon dengan antijamur, apalagi jika telah dibarengi
dengan hemoptisis dan sumbatan mukus.
g.
3.5.
A.
Gambar
Mikosis Intermedial
Penyakit yang termasuk mikosis intermedial
Mikosis intermediate adalah penyakit jamur yang mengenai lapisan kulit (stratum
korneum, rambut, dan kuku ), dan alat-alat dalam.
Kandidosis adalah penyakit jamur yang bersifat akut, sub akut disebabkan oleh spesies
candida yang menyerang mulut, vagina, kulit, kuku, bronkus, atau paru.
Kandidosis dibedakan secara klinik:
1.
a.
b. Perleche Vulvovaginitis
c. Balanitis atau balano postitis
d. Kandidosis mukokutan kronik
2. Kandidosis kutis
Kandidosis intertriginosa
B. Definisi
Penyakit jamur yang disebabkan candida menyerang pada mukosa, mulut, dan vagina.
Contoh penyakit: candida albica
C. Morfologi
Jamur, Suhu kelembaban, Faktor lingkungan, kontak langsung dengan binatang, tanah
yang terdapat jamur (manusia dengan manusia, tanah dengan manusia,binatang
dengan manusia), kebersihan diri.
D. Patogenesis
Sumber
berkolonisasi Faktor
BAB IV
METODE KERJA
4.1.
A.
B.
Pewarnaan LPCB
Komposisi :
Phenol
Lactid Acid
: 20 gram
: 20 ml
Glycerol
Cotton Blue
: 40 gram
: 0,05 gram alum
: 1000ml
:1 gram
: 50 gram
:1 gram
: 50 gram
: 1 gram
:2 gram
:10 cc
Norit
Akuades
:0,5 gram
E. Pewarnaan GMS
Komposisi :
Choromic Acid
Sodium Bisulfite
:5 %
:1 %
Gold Chloride
Sodium Thiosulfate
:0,1 %
:2 %
Light Green
Akuades dan Akuabidest
F. Pewarnaan Gomori Methenamine Silver- Haematoxylin dan eosin (GMS H dan E )
Komposisi :
Chromic Acid
Sodium Bisulfite
:5%
:1 %
Gold Chloride
Sodium Thiosulfate
: 0,1 %
:2%
Alkohol
Alkoholik Eosin
: 70 %
:1%
Amonia Water
Akuades dan akuabidest
4.2.
Gills Haematoxylin
Media Jamur
Media Sabaroud agar (SDA)
Komposisi :
Pepton (Difco)
Dacto Dextrose
Bacto Agar
Akuades
4.3.
: 10 gram
: 40 gram
: 15 gram
: 1 liter
Praktikum
Akuades
d. Media SDA
e. Antibiotika : Amoksilin dan Cloramphenicol
f. Autoclave
3. Cara kerja
a. Siapkan tabung dan petridish yang akan digunakan
b. Sterilisasi
c.
Timbang media sabaroud dextrose agar (SDA) beberapa gram sesuai dengan yang
dibutuhkan (lihat petunjuk dalam etiket botol)
g.
Tuang kedalam petridish steril sebanyak 15 ml dan kedalam tabung steril sebanyak
8 ml kemudian miringkan.
masing
Prinsip
Plate yang telah berisi media SDA di buka selama 15 menit di suatu tempat kemudian di
inkubasikan dengan suhu 370c selama 7 hari ,amati pertumbuhan koloni jamurnya
secara makroskopis dan mikroskopis.
3.
a.
b. Media SDA
c. Ose jarum yang ujungnya bengkok
d. Objek gelas
e. Cover glass
f. Mikroskop
4. Cara kerja
a. Ambil media SDA yang sudah jadi (dalam petridish )
b. Buka tutup petridish selama 15 menit ,kemudian tutup kembali
c. Diamkan selama satu minggu pada suhu kamar (25- 300C )
d. Amati secara makaroskopis
e. Sterilisasi 2 ose jarum yang ujungnya di bengkokkan
f. Siapkan objek glass yang bersih dan kering kemudian teteskan larutan lactophenol
cotton blue secukupnya ( 1-2 tetes )
g. Dengan menggunakan ose yang telah di steril ambil sedikit koloni jamur pada media
sabaroud dextrose agar (SDA)
h. Uraikan jamur tersebut dengan ose yang lain secara hati- hati (hindarkan jangan
sampai bagianjamur yang akan di periksa rusak atau terputus putus )
i.
j.
Tutup sediaan dengan cover glass jangan sampai terjadi gelembung udara
Periksa dibawah mikroskop dengan pembesaran lensa objektif 10x
5.
a.
Hasil
Makroskopis
1) Laboratorium :
Bentuk koloni : bulat,tidak beraturan
warna kolini
jenis kolini
2) Ruang Kelas :
bentuk koloni : bulat tidak beraturan
warna koloni
jenis koloni
3) Ruang Makan :
bentuk koloni : bulat ,tak beraturan
warna koloni
Jenis koloni
b. Mikroskopis
1) Laboratorium :
Gambar
Keterangan
a . Aspergilus fumigatus
:
ciri-ciri :
1
.memiliki
tangkai
yang panjang
2. terdapat spora di
bagian kepala
3. hifa bersepta.
2) Ruang kelas :
Gambar.
Keterangan.
b.
Trichophyton
Mentagrophytes
Ciri ciri :
1.Hifa bersepta.
2.berbentuk seperti
anggur.
3) Ruang makan :
Gambar.
Keterangan.
c.Cladosporium
Trichoides
Ciri ciri :
1.Hifa bersepta .
2.
Mempunyai
konidiospora .
6.
Pembahasan
Dari hasil pengamatan identifikasi jamur kontaminan pada petridish yang berisi media
SDA yang di diamkan selama satu minggu pada suhu kamar (250C -300C ) di dapatkan
atau di di perolah hasil yang menunjukkan adanya jamur kontaminan pada masing
masing petridish . Di mana petridish yang di simpan pada ruangan laboratorium adalah
jamur Aspergilus Sp . Pada petridish yang disimpan pada ruang kelas adalah jamur
Trichophyton Sp, sedangkan pada petridisch yang disimpan pada ruang makan adalah
jamur Clasdoporium Sp. Secara umum jamur hidup di semua tempat .Karena jamur
tidak memerlukan makanan khusus .Faktor terpenting dalam menunjang pertumbuhan
jamur adalah tersedianya zat organik dan ketersediaan oksgen , Di samping itu ada juga
faktor lain yaitu suhu dan kelembapan.
7.
Kesimpulan
Dari hasil praktikum di atas dapat di simpulkan bahwa :
Tujuan
Untuk mengidentifikasi adanya jamur Rizhopus Sp pada bahan yaitu Tempe
2.
Prinsip
Tabung yang berisi media kultur SDA yang telah di ambil menggunakan ose steril
kemudian di campur pada objek glass yang sudah di tetesi larutan Lactho phenol Cotton
Blue kemudian di tutupi dengan cover glass dan amati pada mikroskop
3. Alat dan bahan
a. Larutan lacto phenol cotton blue
b. Ose jarum yang ujungnya bengkok
c. Objeck dan cover glass
d. Mikroskop
4.
a.
Cara kerja
ambil media SDA yang sudah jadi
b. Dengan ose yang sudah steril ambil sedikit koloni jamur pada tempe kemudian tanam
pada maedia Sabaroud Dextrose Agar (SDA )
c. Inkubasi pada suhu kamar (25 -300C ) selama dua hari
d. Amati secara makroskopis
e. Sterilisasi 2 ose jarum yang ujungnya di bengkokkan
f. siapkan objeck glass yang bersih dan kering kemudian teteskan larutan LPCB
secukupnya ( 1-2 tetes )
g. Dengan menggunakanose yang telah di steril ambil sedikit koloni jamur pada tempe
atau media Sabaroud Dextrose Agar ( SDA )
h. Uraikan jamur tersebut dengan ose yang lain secara hati hati ( hindarkan jangan
i.
sampai bagian jamur yang akan di periksa rusak atau terputus putus
Tutup sediaan dengan cover glass ( jangan sampai terjadi gelembung udara )
5.
a.
Hasil
Makroskopis :
Bentuk koloni
Warna koloni
Jenis koloni
: Seperti kapas
: putih
: Putih keabu abuan ,ada bintik bintik hitam
b. Mikroskopis :
Gambar
Keterangan
a.Rizhopus Oryzae
Ciri ciri :
1.Terdapat hifa tak bersekat.
2.Stolon halus.
3.spora bulat oval.
4.Dinding sel tersusun dari kitin
5.Sporangia berwarna coklat
gelap
6.
Pembahasan
Jamur Rizhopus Sp, merupakan jamur yang sering di gunakan dalam industri
makanan.salah satu contohnya adalah jamur Rizhopus Oryzae, jamur ini di guanakan
dalam pembuatan tempe.Jamur ini aman di konsumsi karena tidak mengandung toksin
atau racun.Habitat jamur Rizhopus Sp yaitu tempat yang lembab.Hidup sebagai saprofit
pada organisme mati, misalnya pada bahan makanan seperti roti,kedelai , buah
buahan (anggur ,stroberi, dan tomat ). Pada pengamatan identifikasi jamur Rizophus
Sp,pada sampel tempe di lakukan pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis,
dimana pada pengamatan makroskopis koloni jamur pada media SDA tampak terlihat
seperti kapas,berwarna putih keabu abuan dan jenisnya filamen.Dan pengamatan
secara mikroskopis.
Dilakukan pewarnaan LPCB
spesies Rizophus Oryzae
7.
tampak
terlihat
koloni
jamur
Rizophus
dengan
Kesimpulan
Dari hasil pengamatan pada pemeriksaan identifikasi jamur Rizophus Sp , pada tempe
Tujuan
Mengidentifikasi dan mengamati jamur Saccaromyces pada tape
2.
Prinsip
sedikit tape di biarkan pada media SDA, lalu di inkubasi selama 7 hari pada suhu
Cara kerja
Ambil media sabaroud dextrose agar (SDA ) yang sudah jadi
b. Dengan ose yang telah disteril ambil sedikit koloni jamur pada tempe kemudian tanam
pada media SDA
c. Inkubasi pada suhu kamar (25 300C ) selama 2 hari
d. amati secara makroskopis
e. Sterilisasi 2 ose jarum yang ujungnya di bengkokkan
f. Siapkan objeck glass yang bersih dan kering ,kemudian teteskan larutan LPCB
secukupnya(1-2 tetes )
g. Dengan menggunakan ose yang telah di steril ambil sedikit koloni jamur pada tempe
atau media SDA
h. Uraikan jamur tersebut dengan ose yang lain secara hati hati
i.
5.
Tutup sediaan dengan cover glass ( jangan sampai terjadi gelembung udara )
Hasil
a.
Makroskopis :
Bentuk koloni : memenuhi cawan petri (media ) seperti kapas,bulat tidak beraturan
warna koloni : putih ,hitam ,abu abu,kuning
Jenis koloni
: Filamen
b. Mikroskopis :
Gambar.
Keterangan.
a.
6.
Saccharamyces
Ciri ciri :
sel ragi (yeastcell )
blastospora
Pembahasan
Dalam praktikum ini koloni seharusnya terlihat berwarna putih dan berbentuk filamen
,jamur ini di gunakan dalam pembuatan tape ,karena dapat menfermentasi
karbohidrat menjadi CO2 dan Alkohol. Jamur ini juga bisa di manfaatkan untuk
pembuatan roti dan pembuatan alkohol karena bisa melakukan fermentasi .hal yang
dapat mempengaruhi identifikasi jamur Saccharomyces cerevisiae adalah kontaminasi
jamur lain pada media sehingga yang terlihat bukan lagi jamur Saccharomyces
Cerevisiae
7.
Kesimpulan
Pada pemeriksaan di atas menunjukkan ciri ciri jamur yang ada pada tape. Hal ini di
tunjukkan dengan adanya koloni putih kuning ,filamen ,ada sel ragi blastospora dan
adalah
jamur
mikosis
superficial
dengan
menggunakan
Lampu spritus
Mikroskop
k.
l.
Kerokan kulit
Petridish
m. Incubator
n. SDA
o. Laktophenol cotton blue (LPCB)
4. Cara kerja
a. Cara pengambilan sampel kulit
1) Hapus beberapa kali bagian kulit yang akan dikerok dengan kas yang telah dibasahi
alcohol 70%.
2) Bagian kulit yang dikerok, sebaiknya bagian pinggir lesi yang aktif dan tertutup dengan
sisik
3) Perlahan-lahan keroklah bagian tersebut dengan menggunakan scalpel
4) Kerokan kulit ditampung didalam petridish steril
b. Cara membuat Sediaan Langsung Kerokan kulit
1)
2)
5)
6)
Diamkan 10 menit atau lewatkan sediaan tersebut beberapa kali diatas nyala api
Periksa dibawah microscop dengan pembesaran objektif 10x untuk mencari bagian kulit
yang akan diperiksa, kemudian pembesaran 45x untuk mencari adanya hifa dan spora
c. Cara Membuat Biakan Jamur
1)
2)
pelan-pelan
3) Ambil kerokan kulit dengan ose steril dan pindahkan (goresan) pada permukaan agar.
4)
Tutup Petridis perlahan-lahan dan lewatkan kembali pada bagian pinggirannya diatas
nyala api
5)
6)
5.
a.
Hasil
Makroskopis :
Bentuk koloni
Warna koloni
Jenis Koloni
: Filamen
b. Mikroskopis :
Gambar
Keterangan
Trychopyton
Menthagropytus
Cirri-ciri :
a. Hifa bersepta
b. Micromedia
:
Spora
Axesual pada Hita yang
6.
Pembahasan
Dalam praktikum sampel yang ditanam atau dibiarkan berusal dari kerokan kulit, dan
kulit kepala dan kulit kaki. Spesimen akan sampel ini kemudian ditanam pada SDA, lalu
diinkubasi. Selama 7 hari, setelah itu baru diidentifikasi.
Hasil identifikasi dari ke-3 sampel yang ada menunjuk pada 1 genus jamur saja yaitu :
trichopyton, khusunya spesies Thychopyton Menthagropytus dan Thychopyton Rubius.
Genus trichopyton mempunyai ciri-ciri antara lain yaitu memiliki makrokomedia dan
juga microkomidia. Microkomidia selalu tumbuh pada bagian lateral dengan ukuran 4-88 x 50 mm. microkomidiaanya tumbuh pada bagian perifer dengan ukuran 2 x 3 2 x 4
mm.
7. Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan, teridentifikasi : Trychopyton Menthagropytus
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
A. Penyakit yang termasuk Super Fisialis NON-DERMATOFITOSIS
1.
2.
Tinea Versicolor
Piedra : hitam dan putih
3. Otomikosis
B. Penyakit yang termasuk Super Fisialis DERMATOFITOSIS
1.
2.
3.
Tinea kruris : bila menyerang kulit lipat paha, perineum, sekitar anus dapat meluas
sampai ke daerah gluteus, perot bagian bawah dan ketiak atau aksila
4.
Tinea manus dan tinea pedis : Bila menyerang daerah kaki dan tangan, terutama
telapak tangan dan kaki serta sela-selajari.
5.
6.
7.
Tinea Imbrikata : bila menyerang seluruh tubuh dengan memberi gambaran klinik yang
khas.
Sporotrikosis
Kromomikosis
Kriptokokosis
Histoplasmosis
4.
Blastomikosis
Infeksi Oportunitis :
1. Kanididiasis
E. Penyakit yang termasuk Mikosis Intermedial
1.
2.
Kandidosis
Kandidosis kutis; Kandidosis intertriginosa
ditemukan
jamur Mucor
sp,
Trichophyton
Identifikasi jamur Saccharomyces pada tape ditemukan jamur Rizhopus spp, karena
adanya kontaminan pada sampel atau terjadi kontaminan saat penanaman
4.
penanaman.
5.2. Saran
A.
Lakukan pemeriksaan secara aseptik agar didapatkan hasil yang baik dan tidak
terkontaminasi dengan jamur yang lain.
B.
Gunakan Alat pelindung diri (APD), agar terhindar dari kontaminasi dengan bahan yang
digunakan.
C. Dalam melakukan praktikum, lakukan sesuai dengan prosedur agar diperoleh hasil
yang sesuai dengan yang diinginkan.