Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
240210140088
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Praktikum kali ini membahas mengenai percobaan titrasi pengendapan.
Metode titrasi pengendapan yang digunakan pada praktikum kali ini adala metode
mohr dan metode volhard. Adapun percobaan yang dilakukan pada praktikum ini
adalah standarisasi larutan AgNO3 terhadap KCl dengan metode mohr,
standarisasi larutan AgNO3 terhadap NH4CNS dengan metode volhard, serta
penentuan kadar NaCl pada sampel telur asin dengan metode mohr.
4.1.
Metode Mohr
4.1.1. Standardisasi AgNO3 terhadap KCl 0,1 N
Praktikum ini menggunakan larutan klorida KCl 0,1 N untuk standarisasi
larutan AgNO3. Kalium klorida (KCl) adalah garam logam halida yang terdiri dari
kalium dan klor dalam keadaan murni. Berdasarkan MSDS (Material Safety Data
Sheet), KCl memiliki kenampakan solid berwarna putih dan berbau. Rasa KCl
adalah rasa garam dengan berat molekul 74,55 gram/mold. KCl mendidih pada
suhu
1420 C
dan
meleleh
pada
suhu
770 C.
KCl
kelarutan:
Larut dalam air dingin, air panas. Sangat sedikit larut dalam metanol, n-oktanol.
Berdasarkan MSDS (Material Safety Data Sheet), AgNO3 memiliki
kenampakan yang transparan, kristal tidak berwarna dan tidak berbau. Berat Jenis
AgNO3 adalah 4.352 dengan kelarutan dalam air sebesar 219 gram/100 gram di
suhu 200 C. AgNO3 memiliki pH 6 dan mendidih pada suhu 4440C dan meleleh
pada suhu 2120C. Densitas AgNO3 adalah sebesar 4.4. Karena AgNO3 mempunyai
kemurnian yang tinggi maka garam tersebut dapat digunakan sebagailarutan
standar primer (Harizul, Rivai, 1995). Larutan AgNO 3 ini sangat peka terhadap
cahaya maka selama praktikum larutan ini harus berada didalam botol gelap atau
buret gelap.
Prosedur yang dilakukan pada praktikum ini adalah pertama larutan KCl
dimasukkan ke dalam erlenmeyer sebanyak 10 ml kemudian dimasukkan akuades
sebanyak 15 ml. Penambahan 15 ml akuades pada NaCl adalah untuk
mempertegas titik akhir titrasi dengan menambah volume larutan. Setelah itu
larutan ditambah indikator K2Cr2O4 sebanyak 0,5 ml. Penambahan indikator ini
bertujuan untuk mempertegas titik akhir titrasi dengan adanya perubahan warna.
Kemudian larutan tersebut dititrasi dengan larutan AgNO 3 dengan menggunakan
Cara Mohr
V AgNO3 (ml)
9,8
9,8
10,2
10
9,8
10,4
9,8
9,9
9,8
10
N AgNO3 (N)
0,102
0,102
0,098
0,1
0,102
0,096
0,102
0,101
0,102
0,1
merah
Metode Volhard
Percobaan ini membahas mengenai standardisasi AgNO3 terhadap NH4CNS
Cara Volhard
V NH4CNS (ml)
10,3
10,1
10,7
N NH4CNS (N)
0,097
0,099
0,0953
++CNS
Ag
2+ merah
FeCNS
3++CNS
Fe
10 0,1
10,1
N 1=0,099 N
Rata-rata normalitas yang diperoleh dari larutan AgNO 3 hampir mendekati
0,1. Hal ini dapat disebabkan karena larutan yang dibuat baru dan disimpan dalam
labu uKur yang gelap. Larutan AgNO3 tidak dibiarkan lama dan tidak terkena
cahaya langsung, sehingga AgNO3 tidak terdekomposisi dan kandungan perak
nitrat dalam larutan ini belum berkurang. Salah satu pengaplikasian metode
Volhard ini adalah dalam penentuan kadar NaCl pada telur atau ikan asin, kadar
NaCl dalam garam dapur, dan penentuan konsentrasi klorida dalam air laut.
4.3
asin dengan metode mohr. Sampel telur asin yang digunakan ada 5 sampel yaitu
sampel A,B,C,D dan E masing-masing diuji secara duplo. Bagian telur asin yang
akan diuji kadar NaCl nya adalah bagian putih telur dan bagian kuning telur.
Prosedur yang pertama dilakukan adalah mengambil cuplikan sampel dari
beberapa sisi sebanyak 1 gram. Kemudian cuplikan sampel tersebut dihaluskan
agar mudah dilarutkan dan dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml lalu
dimasukkan akuades hingga tanda batas. Kemudian dihomogenkan agar seluruh
sampel terlarut dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer dengan disaring
menggunakan kertas saring. Penyaringan bertujuan untuk menghindari adanya
padatan telur asin yang masuk. Lalu pipet sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke
dalam erlenmeyer untuk dititrasi dengan AgNO3. Setelah itu, teteskan indikator
K2CrO4 sebanyak 10 tetes. Ketika NaCl ditambahkan dengan indikator K2CrO4,
warna larutan berubah dari tidak berwarna menjadi kuning mengikuti warna
K2CrO4. Kemudian saat larutan dititrasi dengan K 2CrO4 terbentuk endapan putih.
Endapan putih ini merupakan AgCl seperti yang terlihat pada persamaan reaksi di
V . N ( AgNO 3 ) x Be NaCl
V sampel
Kadar NaCl =
W NaCl x 10 6 x FP
W sampel
4,040 x 106 X 10
1,0073
Sampel
A
B
C
D
E
A
B
Sampel
C
D
E
W sampel
1,0002 g
1,0001 g
1,0001 g
1,0001 g
1,0032 g
1,0002 g
1,0006 g
W sampel
1,0001 g
1,0001 g
1,0032 g
V AgNO3
0,3 ml
0,5 ml
0,5 ml
0,5 ml
0,5 ml
0,3 ml
0,5 ml
V AgNO3
0,5 ml
0,5 ml
0,5 ml
W NaCl
1,755 g
2,925 g
2,925 g
2,925 g
2,925 g
1,755 g
2,925 g
W NaCl
2,925 g
2,925 g
2,925 g
Kadar NaCl
1,7546 x 104 ppm
2,9247 x 104 ppm
2,9247 x 104 ppm
2,9247 x 104 ppm
2,9157 x 104 ppm
1,7546 x 104 ppm
2,9232 x 104 ppm
Kadar NaCl
2,9247 x 104 ppm
2,9247 x 104 ppm
2,9157 x 104 ppm
Sampel
11
12
13
14
15
16
17
18
A
B
C
D
E
A
B
C
W sampel
(g)
1,0002
1,0095
0,9923
0,9990
1,0073
1,0046
1,0096
1,0020
V AgNO3(ml)
W NaCl (g)
0,7
0,7
0,7
2,4
0,8
0,7
0,7
0,7
4,095
4,095
4,095
4,095
4,040
4,68
4,095
4,095
Kadar
NaCl
(ppm)
4,094 x 104
4,056 x 104
4,126 x 104
14,054 x 104
4,646 x 104
4,076 x 104
4,056 x 104
4,087 x 104
D
E
1,0009
1,0014
1,5
0,8
8,775
4,680
8,767 x 104
4,673 x 104
Menurut
SNI
kadar NaCl yang seharusnya ada pada telur asin adalah lebih dari 2%. Semua
sampel baik putih telur maupun kuning telur asin telah memenuhi kadar NaCl
sesuai SNI kecuali pada sampel kuning telur sampel A dengan kadar NaCl 1754,6
x 104 ppm atau setara dengan 1,75%.
Tabel 5. Syarat Mutu Telur Asin Menurut (SNI 01-4277-1996)
No
1
Jenis Uji
Keadaan :
Bau
Warna
Rasa
Kenampakan
Satuan
Persyaratan
Normal
Normal
Normal
Normal
Garam
Cemaran Mikroba:
Salmonella
Staphyloccocus
b/b %
Min. 2,0
koloni /25 gr
koloni/gr
Negatif
< 10
(Sumber : kemdiknas.go.id)
Menurut Suprapti (2002), garam merupakan faktor utama dalam proses
pengasinan telur berfungsi sebagai bahan pengawet untuk mencegah pembusukan
telur, sehingga meningkatkan daya simpannya. Semakin tinggi kadar garam yang
diberikan dalam proses pengasinan telur maka semakin meningkatkan daya
simpannya2 . Namun, tingginya kadar garam yang digunakan akan menyebabkan
banyaknya jumlah garam yang masuk ke dalam isi telur. Hal ini ditandai semakin
asinnya telur yang diberikan jumlah garam yang tinggi dalam proses pengasinan.
Secara umum, telur asin dibuat dengan cara merendam telur dalam larutan
garam dan sodium nitrit (Metoda basah) ataupun dengan membalut/ membungkus
telur dengan adonan garam, batubata dan abu (Metoda kering) (Idris, 1984). Dari
kedua metoda pengasinan tersebut, masing-masing mempunyai kelebihan. Pada
metoda basah, kemampuan penetrasi garam kedalam telur berlangsung lebih cepat
akan tetapi kendala pada internal telur (albumen) relative lebih basah. Sebaliknya
metoda kering, penetrasi garam lebih lambat akan tetapi albumen telur lebih
padat/kompak. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap karakteristik telur asin
yang dihasilkan nantinya. Inovasi cara pemasakan telur yang lain salah satunya
dengan pengasapan. Permasalahan yang dihadapi adalah cara dan lama
pengasapan masih perlu dikaji untuk menghasilkan produk telur asin yang baik
dalam gizi dan organoleptik, karena setiap jenis pemasakan mempunyai kelebihan
dan kekurangan.
Perbedaan konsentrasi
5.2 Saran
Sebaiknya praktikan lebih berhati-hati dalam melihat volume buret.
Sebaiknya pengambilan cuplikan sampel dari berbagai sisi bagian.
DAFTAR PUSTAKA
Gandjar, I. G., dan Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Cetakan II.
Yogyakarta: Pustaka pelajar. Halaman 249.
Harizul, Rivai. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta : UI Press 22
Idris, S. 1984. Pengawetan Telur. Kerjasama Unversitas Brawijaya dengan
NUFFIC Belanda
John C. Kotz, Paul M. Treichel, John R. Towsend, and David A. Treichel.
Chemistry and Chamical Reactivity. Cengage Learning : USA
Khopkhar, SM. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press
Morie, Indigo. 2009. Titrasi Pengendapan Argentometri. Available online at
http://kimiaanalisa.web.id ( diakses pada tanggal 23 Oktober 2015 ).
R.A. Day, A. l. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga : Jakarta
Rumah
Belajar.
2012.
Pembuatan
Telur
Asin.
Available
at:
http://belajar.kemdiknas.go.id. diakses pada 23 Oktober 2015
Stadelman WJ, Cotterill SW. Egg Science and Technology: The AVI Publishing,
Inc. Westport. Connecticut
Sukarti, Tati. 2008. Kimia Analitik. Penerbit Widya Padjadjaran, Bandung
Suprapti ML. Pengawetan Telur. Yogyakarta: Kanisius; 2002.