Anda di halaman 1dari 7

ANTIFUNGI

Obat anti jamur (Antifungi) adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan penyakit
yang disebabkan oleh jamur. Antifungi dapat diklasifikasikan berdasarkan cara kerjanya
ataupun strukrur kimiawinya. Golongan polien adalah amfoterisin B dan nistatin yang bekerja
mengikat ergosterol pada dinding sel jamur. Terikatnya ergosterol oleh polien menyebabkan
membrane sel jamur bocor dan lisis.
Membran sel manusia tidak mengandung ergosterol melainkan kolesterol
sehingga antifungi golongan polien tidak dapat merusaknya. Inilah yang menyebabkan
toksisitas selektif dari antifungi. Struktur kimia polien mirip dengan ergosterol atau asam lemak
penyusun membrane sel. inilah yang menyebabkan dapat berikatan dengan dinding sel jamur.
Obat-obat antijamur diklasifikasikan menjadi beberapa golongan (Tripathi M.D 2001),
yaitu :
1. Antibiotik
1) Polyenes :amfotericin B, Nystatin, Hamycin, Nalamycin
2) Heterocyclicbenzofuran : griseofulvin
2. Antimetabolite: Flucytosine (5 Fe)
3. Azoles
1) Imidazole (topical): clotrimazol, Econazol, miconazol (sistemik) : ketoconazole
2) Triazoles (sistemik) : Flukonazole, Itrakonazole
4. Allylamine Terbinafine
5. Antijamur lainnya : tolnaftate, benzoic acid, sodiumtiosulfat.
Dari beberapa golongan antijamur tersebut diatas, yang efektif untuk kasuskasus pada rongga
mulut, sering digunakan antara lain amfotericine B, nystatin, miconazole, clotrimazole,
ketokonazole, itrakonazole dan flukonazole. (Mc cullough, 2005).
Mekanisme kerja dari obat antifungal terangkum dalam gambar berikut :

Gambar : Mekanisme Kerja obat Antifungi


Sumber : sheerazgul.wordpress.com
Kandidiasis pada rongga mulut umumnya ditanggulangi dengan menggunakan obat
antijamur,dengan memperhatikan factor predisposisinya atau penyakit yang menyertainya,hal
tersebut berpengaruh terhadap keberhasilan pengobatan atau penyembuhan.(Mc Cullough
2005,Silverman 2001).

1.

Nistatin
Nistatin merupakan obat yang tergolong kelompok antijamur. Nistatin adalah antibiotik

makrolida polyene dari Streptomyces noursei. Struktur nistatin mirip dengan struktur amfoterisin
B. nistati relative tidak larut pada air dan tidak stabil kecuali sebagai bubuk kering. (Yagiela.
2010)

a.

b.

Gambar : a. Struktur Kimia Nistatin : C47H75NO17 b. Kemasan Nystatin Oral Suspension


Sumber : Yagiela, 2004. Pharmacology and Therapeutics for Dentistry
Pengobatan oral nistatin dalam bentuk cair sering digunakan untuk merawat infeksi jamur
di mulut. Bentuk tablet dan cair digunakan untuk merawat infeksi di saluran cerna yang dikenal
sebagai kandidiasis. Ini terjadi ketika jamur yang dikenal sebagai Candida albicans tumbuh
berlebih di saluran cerna akibat dari penggunaan antibiotik atau kortikosteroid. Bentuk krem dan
ointment digunakan pada kulit untuk merawat infeksi jamur kulit. Bentuk vaginal cream dan
vaginal tablets digunakan untuk merawat infeksi pada vagina yang disebabkan oleh Candida
albicans.
Untuk pengobatan spesies kandida, nistatin dapat digunakan secara topikal pada kulit
atau membran mukosa (rongga mulut, vagina) dan dapat juga diberikan secara oral untuk
pengobatan kandidiasis gastrointestinal. Nistatin biasanya tidak bersifat toksik tetapi kadangkadang dapat timbul mual, muntah, dan diare jika diberikan dengan dosis tinggi.

2. Farmakodinamik Nistatin
Sama seperti Ampotericin B, nistatin juga memiliki sifat fungistatik dan fungisidal
tergantung pada konsentrasi obat, pH yang medium, dan lingkungan yang mempengaruhi
organisme. (Yagiela. 2010)

Nistatin memiliki aktivitas spectrum yang sedikit lebih kecil dibandingkan dengan
amphocetirin B tapi bagaimanapun juga aktif melawan beberapa spesies Candida,
histoplasma, Cryptococcus, Blastomyces, dan dermatofites, Epidermophyton, trichopyton,
dan Mycrosporum. (Yagiela. 2010)
Nistatin merupakan antijamur yang bekerja lokal, tidak diabsorpsi sistemik, diisolasi
dari bakteri Streptomyces noursei pada tahun 1950. Nistatin bekerja dengan mengikat
ergosterol yang merupakan komponen utama dinding sel jamur. Pada konsentrasi yang
cukup, akan membentuk pori pada membran sel jamur yang menyebabkan kebocoran kalium
dan kematian sel jamur (Kicklighter, 2002). Pemberian nistatin oral bertujuan menurunkan
kolonisasi jamur di saluran cerna.

Nystatin

Gambar : Farmakodinamik (Mekanisme kerja) Nistatin


Sumber : powersite3.com

Nistatin oral menjadi pilihan alternatif utama sebagai profilaksis infeksi jamur sistemik
karena sifat yang dimiliki yaitu bereaksi lokal dan tidak diabsorpsi (sistemik), murah, mudah
diberikan, dan aman, meskipun pemakaiannya sebagai prosedur rutin masih memerlukan uji

klinis lebih lanjut. Dosis yang dianjurkan untuk profilaksis 3x1 ml (100.000 IU/ml)
(Kaufman, 2008).
3. Farmakokinetik Nistatin
Nistatin adalah antibiotik makrolida polene dari Streptomyces noursei. Struktur nistatin
mirip dengan struktur amfoterisin B. Nistatin tidak diserap di membran mukosa atau kulit.
Obat ini terlalu toksik untuk pemberian parenteral. Bila diberikan per oral, absorpsinya
sedikit sekali dan kemudian diekskresi melalui feses. Spektrum antijamurnya sebenarnya
juga mencakup jamur-jamur sistemik, namun karena toksisitasnya, nistatin hanya digunakan
untuk terapi infeksi kandida pada kulit, membran mukosa dan saluran cerna. Nistatin efektif
untuk kandidiasis oral, kandidiasis vaginal dan esofagitis karena kandida. Nistatin terdapat
dalam sediaan obat tetes atau suspensi, tablet oral, tablet vagina, dan suppositoria. (Yagiela.
2010)
Sediaan Oral
1) Absorpsi
Ada penyerapan langsung di mukosa sehingga terdapat paparan sistemik terhadap
nistatin. Penyerapan langsung yang terbatas tersebut tidak cukup untuk menghasilkan
efek baik efek kemoterapi sistemik atau toksisitas apapun. Interaksi nistatin dan polene
lain dengan garam empedu yang menyebabkan bioavailabilitas oral yang buruk untuk
senyawa ini.
2) Distribusi
Paparan sistemik setelah pemberian oral adalah minimal sebagaimana dibuktikan oleh
pemulihan sangat rendah di urin 1,0% pada 24 jam (dosis tidak diberikan), dan
konsentrasi rendah dan tidak menentu dalam serum.

3) Metabolisme
Konsentrasi nistatin bertahan dalam air liur selama kurang lebih 2 jam setelah mulai
larutnya 400.000 unit nistatin secara langsung. Belum ada systemic review yang
dilakukan terhadap metabolisme nistatin.
4) Ekskresi
Proporsi nistatin lebih tinggi di feses dan ini adalah kasus dalam penelitian yang
dilaporkan oleh Drouhet; 32% dari dosis nistatin itu dalam tinja dan <1,0% dalam urin.
Dalam penelitian in vitro,

ditunjukkan

bahwa nistatin kehilangan aktivitas dalam

plasma, darah dan larutan air.


5) Interaksi Obat
Nistatin bersinergi dengan antibiotik lain seperti tetrasiklin tetapi mekanisme yang
mendasari masih belum jelas, mungkin sebagian disebabkan oleh peningkatan
permeabilitas membran yang disebabkan oleh polene. Hal tersebut mendukung
pandangan bahwa tidak ada efek merusak yang diharapkan jika agen terapi itu harus
dipakai bersamaan dengan nistatin.

Kaufman D. 2008. Prevention of invasive Candida infections inmpreterm infants: the time is
now. Expert Rev Anti Infect Ther;6:393-9.
Kicklighter SD. 2002. Antifungal agents and fungal prophylaxis in the neonate.
NeoReviews;3:e249-54.
Yagiela, John A, Dowd, Frank J and Neidle, Enid A (2004) Pharmacology and Therapeutics

for Dentistry, Mosby


Tripathi.K.D. ,2001, Essential of Medical Pharmacologi, Jaypee Brothers, h771-2, 775 8.
Mc Cullough, Savage ,N.W.,2005, Autralia Dent. J. Medication Suplement, 50;4

Anda mungkin juga menyukai