Negara hukum adalah negara dalam aspek kehidupan bermasyrakat, berbangsa,dan bernegara
termasuk dalam penyelenggaraan pemerintahan harus berdasarkan hukum dan asa-asas umum
pemerintahan yang baik yang bertujuan meningkatkan kehidupan demokratis, sejahtera,
berkeadlian dan beratanggung jawab .
Ciri-ciri negara hukum (F. C. Stahl) :
1. Pengakuan terhadap HAM
2. Pemisahan kekuasaan negara
3. Pemerintahan berdasarkan Undang-undang
4. Adanya peradilan administrasi
Ciri-ciri negara hukum (A. V. Dicey)
1. Adanya supremasi hukum
2. Kedudukan yang sama di muka hukum
3. terjaminnya HAM
Konsep negara hukum , diantaranya :
* Nomokrasi Islam, yang ditarapkan di negara-negara islam
* Rechstaat, yang diterapkan di negara Eropa Continental
* Rule of law, yang diterapkan di negara-negara anglo saxion
* Sosialis Egalite, yang diterapkan di negara komunis
* Negara hukum pancasila, diterapkan di Indonesia
Asas-asas dalam PTUN, antara lain :
1. Praduga rechmatig, setiap mtindakan pemerintah selalu dianggap sah,
sampai ada pembatalannya
2. pembuktian bebas, hakim bebas menetukkan apa yang harus
dibuktikan, bebas menetukkan beban pembuktian, dan sahnya
pembuktian minimal dua alat bukti.
2.
Keterangan ahli
3.
Keterangan saksi
4.
5.
Pengetahuan hakim
Berikut penjelasannya :
1)
Sedangkan menurut UU No.5 / 1986 pasal 101, alat bukti sebagai berikut :
Akta otentik, yaitu surat yang dibuat oleh atau dihadapan seorang
(1)
Aspek / unsur
Ambtelijk Akten
Inisiatif dari
Pejabat yang bersang-kutan Para
Isi akta
arena jabatannya
kepentingannya
Ditentukan oleh pejabat yang Ditentukan oleh para pihak
Ditanda
bersangkutan ber-dasarkan UU
Pejabat itu sendiri tanpa pihak Para
pihak
tangani oleh
lain
bersangkutan
yang
dapat
digugat
dinyatakan palsu
(2)
Partij Akten
pihak
karena
dan
saksi-saksi
kecuali Dapat
digugat
pejabat
serta
dengan
pembuktian sebaliknya
Akta dibawah tangan, yaitu surat yang dibuat dan ditanda tangani oleh
pihak-pihak yang bersangkutan dengan maksud untuk dapat dijadikan
sebagai alat bukti tentang peristiwa atau peristiwa hukum yang tercantum di
dalamnya.
(3)
putusan
akhir
mengenai
nilai
pembuktiannya.
Apabila
dalam
pemeriksaan persidangan ternyata ada alat bukti tertulis tersebut ada pada
badan atau pejabat TUN, maka hakim dapat memerintahkan badan atau
pejabat TUN tersebut untuk segera menyediakan alat bukti tersebut. Masingmasing alat bukti yang berupa surat atau tulisan itu mempunyai bobot
kekuatan pembuktian sendiri-sendiri dan hakim yang akan menentukan
bobot atau nilai pembuktian tersebut.
Pada prinsipnya, kekuatan bukti suatu alat bukti surat terletak pada
akta aslinya. Tindasan, foto copy, dan salinan akta yang aslinya masih ada,
hanya dapat dipercaya apabila tindasan, foto copy dan salinan itu sesuai
dengan aslinya. Dalam hubungan ini, hakim dapat memerintahkan kepada
para pihak agar memperlihatkan aslinya sebagai bahan perbandingan, tetapi
apabila lawan mengakui atau tidak membantahnya maka tindasan, foto
copy, dan salinan akta tersebut mempunyai kekuatan pembukti seperti yang
asli.
2)
Keterangan ahli
Berdasarkan UU No.5/1986 pasal 102, keterangan ahli adalah pendapat
orang yang diberikan di bawah sumpah dalam persidangan tentang hal yang
ia ketahui menurut pengalaman dan pengetahuannya. Kehadiran seorang
ahli di persidangan adalah atas permintaan kedua belah pihak atau salah
satu pihak atau karena jabatannya. Hakim ketua sidang dapat menunjuk
seseorang atau beberapa orang ahli untuk memberikan keterangan baik
dengan surat maupun tulisan, yang dikuatkan dengan sumpah atau janji
menurut kebenaran sepanjang pengetahuan dan pengalamannya (pasal 103
UPTUN). Keterangan ahli diperlukan untuk menambah keyakinan hakim
mengenai suatu persoalan di bidang tertentu, yang memang hanya bisa
dijelaskan oleh ahli di bidang yang bersangkutan, umpamanya ahli di bidang
perbankan, ahli di bidang komputer, ahl balistik dan lain-lain. Dalam hal ini
keterangan juru taksir dapat digolongkan sebagai keterangan ahli. Tetapi
mereka yang tidak dapat didengar sebagai saksi (pasal 88 UPTUN) dalam
perkara itu, juga tidak dapat diangkat sebagai ahli.
3)
Keterangan saksi
keadaan
tersebut.[9]Setiap
orang
pada
prinsipnya
wajib
untuk
Saudara laki-laki dan perempuan, ipar laki-laki dan perempuan salah satu
pihak
b.
(beberapa)
saksi
di
panggil
kemuka
pengadilan
untuk
(beberapa)
mengemukakan
saksi
keterangan
ahli
dipanggil
berdasarkan
kemuka
pengadilan
keahliannya
terhadap
untuk
suatu
peristiwa
2.
3.
Kedudukan seorang ahli dapat diganti dengan ahli yang lain yang sesuai
dengan keahliannya.
4.
4)
Pengakuan
yang
diberikan
di
luar
persidangan,
nilai
pembuktiannya
diluar
persidangan
merupakan
alat
bukti
bebas
dan
konsekuensinya hakim leluasa untuk menilai alat bukti tersebut, atau bisa
juga hakim hanya menganggap hal itu sebagai alat bukti permulaan saja.
Terserah kepada hakim untuk menerima atau tidak menerimanya.
5)
Pengetahuan hakim
Pengetahuan hakim adalah hal yang olehnya diketahui dan diyakini
kebenarannya.[16] Melihat pada pengertian ini maka pengetahuan hakim
dapat juga diartikan sebagai apa yang dilihat, didengar dan disaksikan oleh
hakim dalam persidangan. Misalnya : sikap, perilaku, emosional dan tindakan
para pihak dalam memutus perkara. Tetapi pengetahuan hakim mengenai
para pihak yang diperoleh di luar persidangan tidak dapat dijadikan bukti
dalam memutus perkara.
dipergunakan dalam
pembuktian
4. Kekuatan pembuktian bukti yang telah diajukan
Umumnya, sistem pembuktian yang dianut dalam hukum acara TUN adalah
sistem Vrij bewijsleer, yakni suatu ajaran pembuktian bebas dalam rangka
memperoleh kebenaran materiil.
kuasa
merupakan
suatu
persetujuan
dengan
mana
seseorang
memberikan kuasa pada orang lain, yang menerimanya untuk atas namanya
menyelenggarakan suatu urusan. Didalam surat kuasa terdapat unsur
pemberian
kewenangan
kepada
seorang
atau
beberapa
orang,
baik
surat
kuasa
yang
sifatnya
umum)
atau
secara
lisan
dipersidangan. Jika surat kuasa diberikan secara tertulis, maka surat kuasa
wajib dilampirkan dalam surat gugatan atau diserahkan dalam persidangan.
Apabila tindakan penerima kuasa telah melampaui batas kewenangan yang
dikuasakan kepadanya, maka pemberi kuasa dapat mengajukan pembatalan
kepada Hakim atas tindakan tersebut dan untuk selanjutnya tindakan kuasa
hukum tersebut dicoret dari Berita Acara Persidangan.
Adapun elemen dari Surat Kuasa adalah sebagai berikut:
Judul
Kompetensi relative;
ditempeli materai.
Suatu surat gugat harus memenuhi dua syarat, yaitu:
1. Syarat Formil
Gugatan harus memuat nama, kewarganegaraan, tempat tinngal, pekerjaan
penggugat maupun kuasanya (termasuk melampirkan surat kuasa jika
memakai
kuasa)
dan
nama
jabatan
(3)Gugatan sedapat mungkin juga disertai Keputusan Tata Usaha Negara. yang
disengketakan oleh penggugat.
Alasan gugatan sebagaimana diatur dalam UU No.5 Th. 1986 diatur dalam
Pasal 53ayat (2), yaitu:
a)
b)
c)
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara pada waktu mengeluarkan atau
tidak
mengeluarkan
keputusan
setelah
mempertimbangkan
semua
b)
Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan asasasas umum pemerintahan yang baik.
Dalam penjelasan Pasal 53 ayat (2) dijelaskan, bahwa yang dimaksud
dengan .asas-asas umum pemerintahan yang baik. adalah meliputi asas:
kepastian
hukum;
proporsionalitas;
tertib
penyelenggaraan
profesionalitas;
akuntabilitas,
negara;
keterbukaan;
sebagaimana
dimaksud
yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Dengan
penafsiran otentik sebagaimana Penjelasan Pasal 53 tersebut, sebenarnya
dapat timbul beberapa pertanyaan mendasar, yaitu: pertama, bagaimanakah
kedudukan AUPB doktrinal dalam kaitannya dengan alasan gugatan, kedua,
mengapa dalam penjelasan tersebut hanya diuraikan 6 asas, padahal UU
No.28 Tahun 1999 menyebutkan 7 asas.
Dalam pada itu, untuk menganalisa apakah suatu KTUN itu bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dapat digunakan
ukuran dibawah ini. Pejabat Tata Usaha Negara dikatakan telah melanggar
peraturan perundang-undangan, jika Keputusan yang diterbitkan:
(1) Bertentangan dengan ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan
yang bersifat prosedural/formal;
(2) Bertentangan dengan ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan
yang bersifat materiil/Subtansial;
(3) Dikeluarkan oleh Badan/Pejabat tata usaha negara yang tidak berwenang,
dalam hal keputusan dikeluarkan oleh:
a.
b.
c.