Anda di halaman 1dari 4

Konservasi keanekaragaman Hayati di Cagar Alam Nusakambangan Barat

Restorasi Dipterocarpus littoralis


Plahrar (Dipterocarpus littoralis) merupakan spesies endemik yang hingga saat ini
diketahui hanya tumbuh alami di pulau Nusakambangan. Pusat Studi lingkungan Universitas
Sanata Dharma dengan pihak-pihak terkait seperti BKSDA beserta Fauna dan Flora Indonseia
(FFI) bekerjasama dalam usaha konservasi dan Restorasi Plahrar (Dipterocarpus littoralis)
yang telah dinyatakan langka. Konservasi adalah pengelolaan biosfer secara aktif yang
bertujuan untuk menjaga kelangsungan keanekaragaman spesies dan pemeliharaan
keragaman genetik dalam satu spesies sedangkan Restorasi adalah pengembalian atau
pemulihan pada keadaan semula. Plahrar kini langka karena adanya faktor ekonomis yang
tinggi terkait dengan kualitas kayu yang kuat, lurus dan awet sehingga cocok untuk
pembuatan bahan bangunan dan perahu, hal tersebut yang mengakibatkan plahrar ditebang
oleh para pembalak liar setempat. Plahrar juga langka dikarenakan penyebarannya yang
sangat terbatas dan daya regenerasi yang lambat oleh karena itu Plahrar digolongkan Kritis
Punah oleh IUCN. Untuk saat ini Plahrar masih bisa ditemukan dikawasan Nusakambangan
Barat dengan jumlah yang sedikit.
Dalam video tersebut dibuka dengan perkenalan dari bapak Dedi Rusyanto sebagai
Polisi Hutan BKSDA Jateng Resort Cilacap. Di Cilacap terdapat beberapa kawasan
konservasi, kawasan tersebut yaitu Taman Wisata Alam Gunung Selo, Cagar Alam Nusa
Kambangan Barat, Cagar Alam Nusa Kambangan Timur, Cagar Alam Karang Bolong dan
Cagar alam WijayaKusuma. Sebelum adanya penelitian dari PSL USD , lebih dahulu
penelitian dilakukan oleh LIPI dan LITBANG yang memberikan berbagai informasi
mengenai nama ilmiah dan jenis-jenis Flora maupun Fauna di Cagar alam Nusakambangan
kepada para Polisi Hutan. Bapak Sulistyono sebagai ahli ekologi mengawali kegiatan
konservasi di Nusakambangan dengan materi reproduksi tanaman dari contoh tanamantanaman yang ada disekitar Nusakambangan Barat.
Didalam video tersebut juga mengangkat metode ANR (Assited Natural
Regeneration) sebagai metode yang dipilih untuk restorasi Plahrar. Metode ANR sendiri ialah
metode yang meningkatkan pembentukan hutan sekunder dari lahan kritis yang ditumbuhi
rerumputan dan vegetasi semak belukar dengan cara melindungi dan merawat pohon pionir
serta anakan alami yang ada dikawasan tersebut. Jika tanaman tersebut telah tumbuh dari biji
yang berasal dari induk maka tanaman tersebut sudah dapat bertahan hidup kemudian
langkah selanjutnya ialah merawat anakan tersebut hingga dapat tumbuh dewasa. Metode ini
dilakukan 2 kali dalam setahun . Metode ini juga dilakukan untuk meminimalisir gangguan
dalam pertumbuhan bibit Plahrar, jika bibit tersebut tumbuh dewasa maka dipastikan tanaman
tersebut lebih kuat dan lebih mampu untuk hidup. Metode ANR sendiri belum banyak
dilakukan di Indonesia , diketahui restorasi yang biasa dilakukan hanya dengan melakukan
penanaman saja , ketika dilakukan penanaman maka bibit diambil dari habitat asli kemudian
dipindahkan ketempat yang lain dengan tujuan disemaikan hingga keadaan tertentu setelah
mencapai ukuran yang diinginkan maka bibit kembali ditanam pada tempat pengambilan dari
habitat asli yang dahulu , dengan begitu cara ini hanya akan mengulangi pekerjaan dua kali.

Resikopun timbul dari restorasi dengan metode planting, salah satunya bibit yang
diambil bisa saja mati sehingga dapat mengurangi populasi dialam. Dalam konservasi dan
restorasi yang dilakukan tidak melulu hanya perangkat pemerintah ataupun peneliti yang
harus melakukannya ,namun masyarakat sekitarpun diajak untuk ikut andil dalam pelestarian
kondisi hutan , hal tersebut pun tidak luput dari peraturan UUD nomor 41 tahun 1999
tentang kehutanan Pasal 69 yang menyatakan bahwa Masyarakat berkewajiban untuk ikut
serta memelihara dan mejaga kawasan hutan dari gangguan dan perusakan. Dalam
melaksanakan rehabilitasi hutan, masyarakat dapat meminta pendampingan, pelayanan dan
dukungan kepada lembaga swadaya masyarakat, pihak lain atau pemerintah.
Kemudian dalam kelanjutan video tersebut oleh bapak Sulis memberikan materi
lanjutan berupa strukur pada bunga seperti tangkai dan bakal buah bertujuan untuk lebih
mematangkan pengetahuan warga mengenai konservasi dan restorasi tidak lupa dijelaskan
bagaimana cara perbanyakan pada tanaman. Pak Dedi juga memaparkan beberapa tugas dan
tanggung jawabnya terkait dengan pengamanan kawasan hutan baik insitu ataupun exsitu
dengan dasar tetap terjaganya kondisi kawasan dengan prinsip konservasi yaitu 3P
(Perlindungan,Pengawetan dan Pemanfaatan) , berbeda dengan Cagar Alam (CA) , Taman
Wisata Alam (TWA) lebih dikuhusukan untuk wisata.
Bapak Kristio sebagai ahli botani memaparkan bahwa Konservasi yang dilakukan di
Nusakambangan mencoba untuk meneliti kembali aspek-aspek biologi dari keberadaan
Plahrar, karena setelah ditelusuri catatan-catatan mengenai aspek-aspek biologi dari
keberadaan Plahrar tidak ditemukan kecuali dua penelitian sebelumnya oleh LIPI terkait
dengan keanekaragaman genetik pohon Plahrar baik di Cagar alam Nusakambangan Timur
dan di Cagar alam Nusakambangan Barat. Bapak Gatot sebagai iktiologi juga menambahkan
bahwa pada pohon Plahrar memilki sesuatu hal yang menarik pada daerah pasang surut
Nusakambangan bagian barat , diduga ada jenis lain seperti biota laut yang khas yang
kemudian memanfaatkan keberadaan Plahrar pada saat terendam air pasang. Diketahui untuk
penelitan Plahrar sendiri kebanyakan berfokus pada distribusi serta kemelimpahannya dan
belum sampai kepada penelitian jenis-jenis lain yang bergantung pada keberadaan Plahrar.
Keanakeragaman genetik dari setiap tegakan yang dijumpai mulai dari sampling sampai
dengan pohon Plahrar sangat kecil hal itu menunjukkan terjadinya penyerbukan antar induk
yang sama, hal ini tentu sangat mengancam keberadaan Plahrar dari sisi keanekeragaman
genetiknya.
Pada saat ini Plahrar menghadapi ancaman jenis invasif spesies seperti jenis langkap,
salah satu jenis tanaman yang cepat tumbuh dan sangat adaftif pada lingkungan sekitarnya ,
ancaman yang lain berupa tumbuhan membelit yang mampu membunuh jenis tanaman yang
lain. Pada tahun 1800-1900an dijaman kolonial ,banyak ditemukan berbagai spesies ikan
seperti contoh ikan kodok yang pertama kali ditemukan dikawasan Nusakambangan bagian
Barat.
Pohon Plahrar menujukkan keberadaannya yang mengelompok dibeberapa lokasi ,
kemudian dilakukanlah penelitian aspek biologi dari sisi dispersal pohon Plahrar untuk
menggambarkan sebab pohon plahrar berdistribusi mengelompok , penelitian dilakukan

mulai dengan penghitungan populasi , perkiraan suitable habitat dengan metode pencitraan
satelit dan sistem dispersal dari pohon Plahrar ,dari ketiga penelitian tersebut menunjukkan
bahwa Nusakambangan Barat memiliki distribusi mengelompok membujur dari sisi selatan
kearah sisi utara dan cenderung mengelompok di arah barat, sisi timur tidak banyak dijumpai
karena terdapat banyak pegunungan kapur yang tidak mendukung habitat dari Plahrar itu
sendiri .
Masyarakat Desa-desa yang dekat dengan Nusakambangan Barat seperti desa
Klaces,Mutean, Karanganyar kecamatan kampung laut yang sangat jelas sekali terlihat
kebutuhannya akan air tawar, dimana satu satunya sumber mata air yang ada ialah
Nusakambangan , untuk itu masyarakat diminta turut serta dalam konservasi
Nusakambangan. Dengan adanya konservasi Plahrar di Nusakambangan diharapkan dapat
ditemukan potensi lain untuk didalami dan diteliti lebih jauh karena kemungkinan bahwa
Plahrar tumbuh ditempat air pasang itu ada , dimana jika hal tersebut benar maka seperti yang
dikatakan diatas bahwa ada jenis biota laut yang bergantung pada Plahrar , kita tahu bahwa
pada daerah pasang surut merupakan tempat yang sangat baik digunakan untuk pemijahan
dan berkembang biak pada ikan atau biota laut lainnya.
Hal yang penting saat ini adalah menjaga keadaan bibit Plahrar untuk bisa tumbuh
dengan baik , masalah-masalah yang kemudian dihadapi adalah rayap dan juga invasi spesies
.Pengembangan populasi dengan hewan polinator dapat dilakukan, namun dengan riset
terlebih dahulu dengan mengetahui serangga polinator, pola pembungaan dan ketahanan biji
Plahrar pada habitatnya. Intervensi benang lahan sangat riskan dan membutuhkan biaya yang
sangat besar. Gambaran ideal pengelolaan Nusakambangan Barat ialah mensinergikan
masyarakat disekitar kawasan, BKSDA dan pihak lain yang peduli pada konservasi sehingga
membentuk pola kerjasama, kerjasama dalam hal ini ialah pengelolaan Plahrar dapat juga
dengan model Adopsi . Sebagai pemangku kepentingan hutan dan pemangku sumberdaya
Plahrar untu memulihkan kembali keanekragaman genetik melalui berbagai macam teknologi
baik bioteknologi maupun konvensional. Hal penting dalam konservasi Plahrar yaitu
sentuhan kultur demitologi menjadi langkah depan yang mendorong kepedulian sosial untuk
memperhatikan nilai-nilai yang bukan hanya unsur ekonomi dan bukan hanya unsur
taksonomi keanekragaman hayati pohon Plahrar namun juga unsur kultural yang juga
menimbulkan sebuah spritualitas baru dalam sebuah gerakan konservasi, hal ini akan menjadi
jaminan gerakan konservasi berjangka panjang sehingga keberadaan pohon Plahrar tetap
dapat dilihat dan dipelajari oleh generasi mendatang.

Konservasi
Konservasi keanekaragaman Hayati di Cagar Alam Nusakambangan Barat
Restorasi Dipterocarpus littoralis

Disusun oleh
Krista Putri Pangaribuan ( 141434033 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016

Anda mungkin juga menyukai