PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita menemukan permasalahan dalam berinteraksi dan
berkomunikasi dengan orang lain. Permasalahan ini akibat dari logika bahasa yang sering kali
salah. Akibatnya pesan komunikasi tidak tersampaikan bahkan bisa berakibat fatal.
Misperseptions. Pertanyaannya kemudia adalah, bagiamanakab kita berinteraksi yang baik dan
benar? Tentunya kita sebagai mahkluk yang berfikir,Hayawanu al-natiq, bisa menggunakan
potensi akal. Diantaranya adalah menggunakan logika.
Berangkat dari permasalahan diatas,kami mencoba menjelaskan salah satu komponen ilmu
logika yaitu Analogi sebagaimana akan dijelaskan pada bab selanjutnya.
1. Pengetian Analogi
Analogi dalam bahasa indonesia ialah kias (Arab: qasa = mengukur, membandingkan).
Berbicara tentang analogi adalah berbicara tentang dua hal yang berlainan, yang satu bukan yang
lain, dan dua hal yang berlainan itu dibandingkan yang satu dengan yang lain. Dalam
mengadakan perbandingan, orang mencari persamaan dan perbedaan di antara hal-hal yang
diperbandingkan.
Contoh kalau lembu dibandingkan dengan kerbau, maka kedua-keduanya adalah binatang, akan
tetapi yang satu berbeda dengan yang lain mengenai besarnya, warnanya dan sebagainya. Sarno
dan sarni adalah kedua-keduanya adalah anak pak sastro, akan tetapi sarno laki-laki, sarni
perempuan, sarno berumur 16 tahun, sarni 10 tahun dan seterusnya. Kalau dalam perbandingan
itu orang hanya memperhatikan persamaannya saja, tanpa melihat perbedaannya, timbbullah
analogi, persamaan di antara dua hal yang berbeda
.
Analogi dapat dimanfaatkan sebagai penjelasan atau sebagai dasar penalaran. Sebagi
penjelasan biasanya disebut perumpamaan atau persamaan.
Tumbuh-tumbuhan berbunga dan bunga itu merupakan perhiasan baginya. Bangsa itu bukan
tumbuh-tumbuhan dan juga tidak berbunga, akan tetapi pejuang yang gugur dalam membela
bangsanya, menjadi perhiasan bagi bangsanya, sehingga secara analogi dikatakan bahwa pejuang
itu gugur sebagai kusuma bangsa .
Analogi kadang-kadang disebut juga analogi induktif yaitu proses penalaran dari satu fenomena
menuju fenomena lain yang sejenis kemudian disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada
fenomena yang pertama akan terjadi juga pada fenomena yang lain; demikian pengertian analogi
jika kita hendak memformulasikan dalam suatu batasan. Dengan demikian dalam setiap tindakan
penyimpulan analogik terdapat tiga unsure yaitu: peristiwa pokok yang menjadi dasar analogi,
persamaan prinsipal yang menjadi pengikat bdan ketiga fenomena yang hendak kita analogikan.
Sebagian besar pengetahuan kita disamping didapat dengan generalisasi didapat dengan
penalaran analogi.
Contoh: Jika kita membeli sepasang sepatu (peristiwa) dan kita berkeyakinan bahwa sepatu itu
akan enak dan awet dipakai (fenomena yang dianalogikan), Karena sepatu yang dulu dibeli di
toko yang sama (persamaan prinsip) awet dan enak dipakai maka penyimpulan serupa adalah
penalaran analogi. Begitu pula jika berkeyakinan bahwa buku yang baru saja kita beli adalah
buku yang menarik karena kita pernah membeli buku dari pengarang yang sama yang ternyata
menarik.
Contoh lain dari penyimpulan analogi adalah:
Kita mengetahui betapa kemiripan yang terdapat antara bumi yang kita tempati ini dengan
planet-planet lain, seperti Saturnus, Mars, Yupiter, Venus dan Mercurius. Planet-planet ini
kesemuanya mengelilingi matahari sebagaimana bumi. Planet-planet itu berputar pada porosnya
sebagaimana bumi, sehingga padanya juga berlaku pergantian siang dan malam. Sebagiannya
mempunyai bulan yang memberikan sinar manakala matahari tidak muncul dan bulan-bulan ini
meminjam sinar matahari sebagaimana bulan pada bumi. Merka semua sama, merupakan subyek
dari hukum gravitasi sebagaimana bumi. Atas dasar persamaan yang sangat dekat antara bumi
dengan planet-planet tersebut maka kita tidak salah menyimpulkan bahwa kemungkinan besar
planet-planet tersebut dihuni oleh berbagai jenis makhluk hidup.
2.Macam-macam Analogi
Macam analogi yang belah kita bicarakan diatas adalah analogi induktif yaitu analogi yang
disusun berdasarkan persamaan principal yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada
fenomena kedua. Bentuk argument ini sebagaimana generalisasi tidak pernah menghasilkan
kebenaran mutlak.
Analogi disamping fungsi utamanya sebagai cara berargumentasi, sering benar dipakai dalam
bentuk non-argurmen, yaitu sebagai penjelas. Analogi ini disebut analogi deklaratif atau analogi
penjelas.
Analogi deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum
diketahui atau masih samar , dengan sesuatu yang sudah dikenal. Sejak zeman dahulu analogi
deklaratif merupakan cara yang amat bermanfaat untuk menjelaskan masalah yang hendak
diterangkan. Para penulis dapat dengan tepat mengemukakan isi hatinya dalam menekankan
pengertian sesuatu.
Contoh analogi deklaratif adalah:
Ilmu pengetahuan itu dibangun oleh fakta-fakta sebagai
Kedua kalimat diatas mempunyai pola yang sama yaitu hanyayang,namun analogi diatas
bukan merupakan analogi induktif, karena kesimpulannya tidak bersifat empiris.
Artinya kesimpulan dari analogi noninduktif tidak dapat dikonfirmasi atau disangkal oleh buktibukti empiris Namun analogi tersebut juga bukan analogi deduktif, karena argument deduktif
dapat dinilai benar salahnya dengan mengacu paada bentuk logis tertentu atau definisi istilah
yang digunakan. Oleh karena itu analogi ini dapat disebut analogi logis non induktif tapi juga
nondeduktif .
hal-hal khusus yang tidak cukup, atau karena tidak memakai batasan (seperti: banyak, sering,
kadang-kadang, jarang, hampir, selalu, didalam keadaan tertentu, beberapa, kebanyakan,
sebagian besar, sejumlah kecil, dan lain sebagainya)
.
Sebagian orang (mungkin juga banyak jumlahnya), misalnya, mengatakan bahwa semua
pegawai negeri malas. Berhubung pegawai negeri banyak, dan diantara mereka memang juga
ada yang berpembawaan pemalas, maka banyak orang mungkin mempunyai kesan bahwa
pegawai negeri malas. Tetapi, apabila orang-orang tersebut bersedia meneliti lebih seksama,
maka mereka akan bersedia meralat ucapannya: semua pegawai negeri malas menjadi,
mislanya, kebanyakan pegawai negeri malas , karena ternyata, menurut pengamatan, terdapat
juga pegawi negeri yang tidak malas.
Generalisasi tergesa-gesa terjadi karena kecerobohan, tidak mempunyai dasar induktif yang
sehat. Misalnya, ucapan atau ungkapan sebagai berikut:
1. Para mahasiswa menolak NKK beserta BKK-nya.
2. Guru-guru tidak sadar akan masalah-masalah yang paling mendesak dari murid-muridnya.
3. Kejahatan-kejahatan yang terjadi akhir-akhir ini berlatar belakang politik.
4. Semua oran inggris kaku.
5. Tokoh-tokoh buruh menggunakan taktik penipuan dalam menarik anggota baru.
Jadi, analogi dalam bahasa indonesia ialah kias (Arab: qasa = mengukur, membandingkan).
Berbicara tentang analogi adalah berbicara tentang dua hal yang berlainan, yang satu bukan yang
lain, dan dua hal yang berlainan itu dibandingkan yang satu dengan yang lain.
Analogi kadang-kadang disebut juga analogi induktif yaitu proses penalaran dari satu fenomena
menuju fenomena lain yang sejenis kemudian disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada
fenomena yang pertama akan terjadi juga pada fenomena yang lain; demikian pengertian analogi
jika kita hendak memformulasikan dalam suatu batasan.
Macam-macam analogi dibedakan menjadi dua yaitu;
1. Analogi induktif
2. Analogi deduktif
3. Analogi Noninduktif
Cara penilaian analogi generalisasi yaitu;
a. Sedikit banyaknya peristiwa sejenis yang dianalogikan, semakin besar pula kepercayaan
b. Sedikit banyaknya aspek-aspek yang menjadi dasar analogi
c. Mempertimbangkan ada tidaknya unsur-unsur yang berbeda pada peristiwa yang
dianalogikan Semakain banyak pertimbangan atas unsur-unsurnya yang berbeda semakin kuat
kepercayaan analoginya
d. Relevan atau tidaknya masalah yang dianalogikan. Bila tidak relevan sudah barang tentu