Anda di halaman 1dari 4

PANGAN FUNGSIONAL

I.

Pengertian konsep pangan fungsional dari berbagai sumber dalam dan


luar negeri.
Muchtadi (2012), mendefinisikan pangan fungsional adalah makanan
atau minuman yang dikonsumsi sebagai bagian dari pangan sehari-hari dan
mempunyai fungsi tertentu pada waktu dicerna atau memberikan peran
tertentu selama proses metabolisme di dalam tubuh karena mengandung
komponen bioaktif.
Wildman (2001) menjelaskan pangan fungsional sebagai pangan alami
(contoh, buah-buahan

dan sayur-sayuran)

atau

pangan

olahan

yang

mengandung komponen bioaktif sehingga dapat memberikan dampak positif


pada fungsi metabolisme manusia. Definisi lain yang dijelasakan oleh
Wildman(2001) yaitu pangan fungsional merupakan pangan olahan yang
mengandung bahan-bahan yang berdasarkan kajian ilmiah mempunyai fungsi
fisiologis tertentu, tidak membahayakan, dan bermanfaat bagi kesehatan.
Di dalam The First Internasional Conferensi East- West Perspective
on Fungsional Foods tahun 1996, terdapat definisi lain tentang pangan
fungsional, yaitu pangan yang karena kandungan komponen aktifnya dapat
memberikan manfaat bagi kesehatan, diluar manfaat yang diberikan oleh zatzat gizi yang terkandung di dalammya. Badan POM (2001) menjelaskan
pangan fungsional sebagai pangan yang secara alamiah maupun telah melalui
proses, mengandung satu atau lebih senyawa yang berdasarkan kajian-kajian
ilmiah dianggap mempunyai fungsi-fungsi

fisiologis

tertentu

yang

bermanfaat bagi kesehatan.


American Dietetic Association (ADA, 2009) menyatakan yang
termasuk pangan fungsional tidak hanya pangan alamiah tetapi juga pangan
yang telah difortifikasi atau diperkaya dan memberikan efek potensial yang
bermanfaat untuk kesehatan jika dikonsumsi sebagai bagian dari menu
pangan yang bervariasi secara teratur pada dosis yang efektif. Berdasarkan
definisi tersebut makanan dan minuman dinyatakan sebagai pangan

fungsional apabila memiliki syarata sebagia pangan fungsional. Syarat


pangan fungsional, yaitu :
1. Sensory (warna dan penampilannya yang menarik dan cita rasanya yang
enak),
2. nutritional (bernilai gizi tinggi), dan
3. physiological (memberikan pengaruh fisiologis yang menguntungkan
bagi tubuh).
II.

Rumusan pengertian lengkap tentang konsep pangan fungsional dengan


bahasa baku dan gaya sendiri.
Pangan fungsional ialah pangan alami maupun pangan olahan yang
mengandung komponen aktif sehingga dapat memberikan efek sehat bagi
tubuh apabila dikonsumsi setiap hari dalam jumlah tertentu. Efek sehat yang
dimiliki oleh pangan fungsional harus diuji dan dibuktikan secara ilmiah, baik
melalui uji coba di laboratorium maupun uji klinis. Walaupun memiliki efek
sehat bagi tubuh akan tetapi pangan fungsional bukan merupakan makanan
yang dikonsumsi untuk pengobatan, sehingga efek sehat yang ditimbulkan
akan diperoleh apabila dikonsumsi secara teratur dan dalam jumlah tertentu
baik dalam keadaan sehat maupun sakit.

III.

Persamaan dan perbedaan secara antagonis dan sinergis dengan konsep


berikut:
a. Suplemen pangan
BPOM (1996) mendefinisikan suplemen makanan sebagai produk
jadi yang dikonsumsi untuk melengkapi makanan sehari-hari. Suplemen
makanan mengandung satu atau lebih komponen nutrisi, yaitu vitamin,
mineral, asam amino, bahan yang digunakan untuk meningkatkan Angka
Kecukupan Gizi (AKG), atau konsentrat, metabolit, konstituen, ekstrak,
atau kombinasi dari beberapabahan sebagaimana tercantum dalam butir
dalam. Suplemen merupakan makanan pendamping bukan pengganti
makanan. Suplemen makanan pada umumnya mengandung vitamin dan
mineral

yang

tidak

dapat

diproduksi

oleh

tubuh.

Dari

segi

penggelompokkannya, suplemen tersebut adalah vitamin, mineral, asam

amino, enzim, hormon, antioksidan, herba, probiotik. Tersedia dalam


bentuk sediaan tunggal atau kombinasi untuk mendapatkan pengobatan
tertentu.
b. Obat Herbal
Obat herbal adalah obat-obat yang dibuat dari bahan alami seperti
tumbuhan yang sudah dibudidayakan maupun tumbuhan liar. Selain itu,
obat herbal juga bisa terdiri dari obat yang berasal dari sumber hewani,
mineral atau gabungan antara ketiganya (Mangan, 2003).
c. Nutraceuticals
De Felice (1989) mendefinisikan nutraceutical sebagai makanan
(atau bagian darimakanan) yang memberikan manfaat medis atau
kesehatan, termasuk pencegahan dan/atau pengobatan suatu penyakit.
Trottier, el al (2010) membedakan istilah nutraceutical dengan pangan
fungsional. Ketika pangan fungsional digunakan dalam pencegahan
dan/atau pengobatan penyakit dan/atau gangguan selain anemia, itu
disebut nutraceutical.
Dalam penelitian terdahulu oleh Broer (1998) beberapa zat yang
terkandung di dalam makanan alami seperti vitamin E, selenium, vitamin
D, teh hijau, kedelai, dan likopen adalah contoh dari nutraceuticals yang
telah dipelajari secara luas dalam kesehatan manusia. Karla (2003) juga
menjelaskan perbedaan nutraceuticals dengan suplemen, ditinjau dari
aspek berikut: (1) nutraceuticals tidak hanya harus melengkapi fungsi diet
tetapi juga harus membantu dalam pencegahan dan/ataupengobatan
penyakit dan/atau gangguan kesehatan; dan (2) nutraceuticals digunakan
sebagai makanan konvensional atau sebagai item tunggal makan. Laparra
dan Sanz (2010) menambahkan bahwa komponen tersebut memainkan
peran yang bermanfaat di luar gizi dasar, yang mengarah ke
pengembangan dari konsep pangan fungsional dan nutraceuticals.
De Felice (1989) suatu definisi mengenai nutraceutical yaitu suatu
substansi yang berasal dari makanan atau bagian dari makanan yang
memiliki efektifitas dalam pengobatan atau kesehatan, termasuk untuk
pencegahan

dan

mengobati

penyakit.

Produk-produk

merupakan

nutraceutical isolate nutrisi, supplement food, dan makanan yang diproses


dengan teknologi. Produk nutraceutical dibagi dalam dua tipe yaitu;
Potent ial Nutraceutical (belum didukung oleh data klinis) dan
Established Nutraceutical (telah didukung oleh data klinis yang terbukti
efektif untuk kesehatan). Pembuatan produk nutraceutical menggunakan
bahan dasar makanan sehingga aman untuk tubuh manusia dan
melalui proses pembuatan seperti produk farmasi/obat yaitu melalui
tahapan yang panjang yaitu uji pra klinis, uji klinis (4 tahap) dan uji
pascapemasaran yang dapat membuktikan efikasi atau efektifitasnya.
d. Medical Food
Medical food adalah makanan yang diformulasikan dengan
penyediaan dukungan gizi untuk individu yang tidak dapat mengkonsumsi
makanan dalam jumlah yang cukup dalam bentuk biasa, atau dengan
penyediaan dukungan gizi khusus bagi pasien yang perlu kebutuhan
fisiologis dan gizi yang khusus (Godberg, 1994).
Berdasarkan uraian tentang pangan fungsional, suplemen pangan, obat
herbal, nutraceuticals, dan medical food, dapat disimpulkan bahwa kelima
produk tersebut memiliki efek sehat untuk tubuh karena kendungan
komponen bioaktif didalamnya.

Anda mungkin juga menyukai