Makalah Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar
Makalah Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar
MASYARAKAT MAJEMUK
DI INDONESIA
Memahami dan Mengkaji Masyarakat Majemuk
Disusun Oleh :
KELOMPOK I
ARIFUDDIN
1110102010011
GHINA SALSABILA
1404104010088
IQBAL PERDANA
1003101020204
M. ALFARIS
1403101010187
MUHAMMAD ICHSAN
1110102010006
2016
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Hampir tidak dapat diprediksi, kapan tepatnya Indonesia memulai seluruh keragaman
yang tercipta di negeri ini, mulai dari hal-hal dasar seperti warna kulit, ras, suku dan ciri fisik
lainnya hingga hal-hal halus dan abstrak seperti cara pandang, agama, dan sebagainya.
Seluruhnya seolah terlahir begitu saja dan menjadi ciri bagi bangsa Indonesia sendiri.
Keragaman ini seolah tak terelakkan, mau tidak mau, suka tidak suka, kita adalah bangsa
yang besar dengan keberagaman yang besar pula.
Demikian halnya, setiap yang terjadi pasti memiliki sisi baik maupun sisi buruknya,
termasuk keberagaman. Wujud masyarakat plural negeri ini pun kaya akan kedua hal itu.
Masyarakat majemuk memang dipandang sebagai sebuah karakteristik yang seolah memberi
identitas, begitu pun dengan semangat gotong-royong, saling bekerjasama dan bahumembahu dalam membangun bangsa ini di dalam perbedaan-perbedaan. Namun, di satu sisi,
perpecahan, saling menghina, perasaan dianak-tirikan bagi sebagian pihak justru menjadi
sisi kelam bagi masyarakat majemuk Indonesia. Untuk itu sangat penting untuk mendalami
lebih lanjut mengenai masyarakat majemuk dan segala problemanya.
TUJUAN
Tujuan dari pembahasan makalah ini adalah untuk :
1. Memaparkan definisi dan kajian teoritis mengenai masyarakat majemuk beserta
ruang lingkupnya
2. Memberikan gambaran mengenai problema dan kondisi yang terjadi pada kajian
masyarakat majemuk di Indonesia
3. Memberikan solusi argumentatif terhadap problema masyarakat majemuk
Indonesia
4. Memenuhi tugas mata kuliah umum ISBD
MANFAAT
Manfaat dari pembahasan makalah ini adalah untuk memahami dengan baik hal-hal
yang menyangkut masyarakat majemuk di Indonesia sehingga segala problema yang terjadi
dapat disikapi dengan baik pula.
PEMBAHASAN
PENGERTIAN MASYARAKAT
Menurut Horton dan Hunt, dalam Sumaatmadja, 1998, masyarakat adalah selompok
manusia yang sedikit banyak mempunyai kebebasan yang menempati suatu wilayah,
memiliki kebudayaan, dan memiliki hubungan dalam kelompok yang bersangkutan.
Sedangkan menurut Krech, Cruchfield, Ballachey, 1975, masyarakat adalah kolektifitas
interaksi manusia terorganisasi yang kegiatannya terarah pada sejumlah tujuan yang sama,
dan berkecenderungan memberikan keyakinan, sikap, dan bentuk tindakan yang sama.
Namun, menurut Fairchild, dalam Sumaatmadja, 1998, masyarakat adalah kelompok
manusia yang memadukan diri berlandaskan kepentingan utama antara lain pertahanan diri
dan keutuhan diri, adanya hubungan sesama manusia yang berkesinambungan.
Salah satu contoh negara bermasyarakat majemuk adalah Indonesia, Swiss dan Amerika
Serikat. Indonesia disebut masyarakat majemuk karena Indonesia memiliki banyak perbedaan
yang khas. Di antaranya adalah adanya perbedaan suku bangsa, adat, budaya dan kedaerahan.
3. Kurang mengembangkan konsensus diantara para anggota-anggotanya terhadap nilainilai yang bersifat dasar
4. Secara relatif, integrasi sosial tumbuh di atas paksaan (coercion) dan saling
ketergantungan dalam bidang ekonomi
5. Secara relatif seringkali mengalami konflik di antara kelompok yang satu dengan
kelompok yang lain
6. Terjadi segmentasi ke dalam bentuk-bentuk kelompok sub-kebudayaan yang berbeda
satu dengan yang lain
Setelah merdeka, banyak muncul pemberontakan-pemberontakan kesukubangsaankeyakinan keagamaan terhadap pemerintah nasional, seperti yang dilakukan DI/TII, RMS,
dan PRRI, disertai berbagai upaya untuk memisahkan diri dari Indonesia seperti yang terjadi
di Aceh, Riau, dan Papua yang akhirnya harus diredam secara militer.
Yang dimaksud kelompok minoritas di sini adalah orang-orang yang karena ciri-ciri
fisik tubuh atau asal-usul keturunannya atau kebudayaannya dipisahkan dari orang-orang
lainnya dan diperlakukan secara tidak sederajad atau tidak adil dalam masyarakat dimana
mereka itu hidup.
Para kaum minoritas ini diperlakukan sebagai orang luar, dijadikan sasaran olok-olok
dan ejekan dalam masyarakat, mereka juga menduduki posisi yang tidak menguntungkan
dalam kehidupan sosial masyarakat, karena mereka dibatasi dalam sejumlah kesempatan
sosial, ekonomi, dan politik. Posisi mereka yang rendah juga termanifestasi dalam bentuk
akses yang terbatas terhdap kesempatan pendidikan dan keterbatasan dalam kemajuan kerja
dan profesi. Sedangkan kaum dominan atau mayoritas adalah mereka yang menikmati status
sosial tinggi dan sejumlah keistimewaan yang banyak.
Konsep diskriminasi digunakan untuk mengacu dalam tindakan-tindakan dan perlakuan
yang berbeda dan merugikan mereka yang berbeda secara akriptif dengan golongan dominan.
Yang termasuk golongan sosial askriptif adalah suku bangsa (termasuk golongan ras,
kebudayaan sukubangsa, dan keyakinan beragama), gender atau golongan jenis kelamin, dan
umur.
2. Masyarakat indonesia disebut daerah tropis dimana mereka yang menguasai dan yang
dikuasai memiliki perbedaan ras
3. Tidak adanya permintaan sosial yang dihayati bersama oleh seluruh elemen
masyarakat.
4. Tidak adanya kehendak bersama dalam kehidupan politik (common will) sebab
mereka mempertahankan atau memelihara pola- pola pikiran dan cara hidup masingmasing
Menurut analisa JS. Furnivall, kemajemukan masyarakat indonesia terjadi pada masa
kolonial hindia-belanda, dimana masyarakat terbagi ke dalam tiga kelas yaitu :
kelas eropa/belanda sebagai kelas atas/kelas penguasa
orangorang tionghoa dan timur asing sebagai kelas menengah
orangorang indonesia pribumi sebagai kelas tiga
Dimana ketiga kelas tersebut dalam hal ekonomi, politik, kebudayaan, agama, dan
bahasa tidak berbaur, karena masingmasing mempertahankan dan memelihara pola atau
caranya masingmasing, tanpa ada kehendak bersama untuk membentuk sistem nilai
masyarakat sebagai keseluruhan.
Sedangkan menurut analisa Pieree L. Van Den Berghe, kemajemukan indonesia sebagai
suatu masyarakat yang terbagi ke dalam kelompokkelompok namun berdasarkan garis
keturunan tunggal.
Kelompokkelompok tersebut mulai berinteraksi dalam kehidupan politik dan ekonomi
namun tanpa didasari konsensus bersama terhadap nilainilai yang bersifat dasar, sehingga
relatif terjadi konflik, dominasi suatu kelompok terhadap kelompok lain dan integrasi tumbuh
diatas paksaan.
Suku Aceh, Batak, Melayu, Minangkabau, Sunda, Betawi, Jawa, Bali, Ambon, Dayak,
Sasak, Toraja, Bugis , dll
4. Pluralitas Bahasa
Keanekaragaman bahasa daerah
5. Pluralitas adat
Masing masing memiki adat istiadat yang berbeda- beda
hal-hal
negatif
pada
masyarakat
majemuk
Indonesia,
berikut
beberapa
cara
mengintegrasikannya yaitu :
1.
2.
3.
4.
masyarakat
5. mempertahankan pancasila dan Bhineka tunggal ika sebagai konsensus nasional dan
landasan filosofis, yuridis dan sosiologis
PERBEDAAN
MASYARAKAT
MAJEMUK
&
MASYARAKAT
MULTIKULTUR
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa masyarakat majemuk sering juga
disebut sebagai masyarakat plural. Namun ada pula yang membedakan keduanya.
Perbedaannya adalah, dalam pandangan ini, masyarakat majemuk diartikan sebagai suatu
kondisi di masyarakat yang terdiri dari berbagai perbedaan (diferensiasi sosial) yang terdiri
dari berbagai strata, ekonomi, ras, suku bangsa, agama dan budaya yang berjalan dengan apa
adanya. Masyarakat majemuk masih seperti masyarakat pada umumnya dengan berbagai
realitas sosial, masih terdapat konflik, pertentangan dan realitas sosial lainnya.
Sedangkan masyarakat multikultur adalah suatu kondisi masyarakat yang majemuk
yang telah tercapai sebuah keteraturan dan keharmonisan dalam masyarakat. Pada
masyarakat ini, dengan banyaknya
PENUTUP
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan seluruhnya adalah :
Masyarakat majemuk (plural society) merupakan suatu masyarakat yang terdiri dari dua atau
lebih elemen dan tatanan sosial yang hidup berdampingan, tetapi tidak terintegrasi dalam satu
kesatuan politik.
Ada tiga faktor yang melatarbelakangi terbentuknya masyarakat majemuk, yaitu latar
(common will) sebab mereka mempertahankan atau memelihara pola- pola pikiran dan cara