Anda di halaman 1dari 14

PERCEPATAN DURASI PROYEK MENGGUNAKAN JAM KERJA SISTEM

SHIFT, ANALISIS MENGGUNAKAN PRECEDENCE DIAGRAM METHOD


(PDM)
(Studi Kasus pada Proyek Pembangunan Perumahan Green Hills, Yogyakarta)
Abdul Hakim Fadhillah1, Fitri Nugraheni2
1

Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Universitas Islam Indonesia
Email: abdulhakimfadhillah@gmail.com

Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Universitas Islam Indonesia
Email: fitri.nugraheni@gmail.com

Abstrak : Seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan rumah dan tempat tinggal,
perkembangan bisnis properti khususnya bidang perumahan juga semakin meningkat. Hal ini
disebabkan oleh tingginya kebutuhan rumah di Indonesia sementara jumlah pembangunan rumah
pertahunnya belum mampu untuk mengatasi kebutuhan rumah tersebut (backlog). Proyek
perumahan merupakan proyek konstruksi yang memerlukan manajerial yang baik agar
pelakasanaannya berjalan sesuai rencana. Umumnya setiap proyek mempunyai deadline atau batas
waktu akhir proyek tersebut dapat diselesaikan. Namun banyak faktor yang dapat menghambat
selesainya durasi proyek sehingga proyek menjadi tidak on schedule, diantara faktornya ialah
cuaca, peralatan, bahan dan tenaga kerja. Bila proyek terlambat, maka perlu dilakukan percepatan.
Salah satu metode percepatan yang dilakukan adalah dengan sistem shift. Tugas Akhir ini
bertujuan untuk melakukan percepatan terhadap durasi proyek dengan menggunakan jam kerja
sistem shift dan dampaknya terhadap biaya proyek.
Diharapkan dengan jam kerja sistem shift ini durasi proyek dapat dipercepat, dengan biaya
seminimal mungkin. Percepatan yang dilakukan hanya pada kegiatan-kegiatan kritis yang didapat
dari hasil network diagram pada microsoft project.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa durasi awal proyek yang semula 171 hari mampu
dipercepat (crashing) menjadi 105 hari, atau lebih cepat 38,6% dari durasi awal. Percepatan ini
menyebabkan biaya langsung proyek meningkat, yang semula Rp346.661.948,93 menjadi
Rp349.820.635,73 naik sebesar 0,91%. Namun karena durasi proyek setelah crashing lebih
singkat dari durasi normal, biaya tidak langsung menjadi turun yang semula Rp51.999.292,34
menjadi Rp31.929.390,03 turun sebesar 38,59%, sehingga biaya total proyek setelah crashing
menjadi Rp381.750.025,76 yang semula Rp398,661,241.27 turun sebesar 4,2%.
Kata kunci: Backlog, Percepatan (Crashing), Shift, Biaya

I. PENDAHULULAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kebutuhan rumah di Indonesia masih
cukup tinggi, berdasarkan data yang
dirilis Kementrian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR) pada tanggal
26 Maret 2015, kebutuhan rumah di
Indonesia mencapai 13,5 juta rumah,
sementara
angka
pertumbuhan
kebutuhan rumah per tahun di Indonesia
diperkirakan mencapai 800.000 rumah.
Untuk memenuhi kebutuhan rumah
tersebut, maka perlu dibangun rumah
dengan jumlah yang besar dan

menjadikan suatu kawasan tertentu


untuk dialih fungsikan menjadi kawasan
baru
atau
kawasan
perumahan.
Membangun suatu kawasan untuk
dijadikan kawasan perumahan baru
tidaklah
mudah,
perlu
upaya
perencanaan yang baik agar pelaksanaan
mega proyek tersebut dapat terlaksana.
Menurut Nugraheni (2009), proyek
konstruksi ialah rangkaian kegiatan yang
mempunyai jangka waktu tertentu
dengan memanfaatkan sumber daya
(manusia, uang, alat & material) yang
tersedia, untuk mencapai suatu tujuan
mewujudkan
bangunan.
Bangunan

sebagai tujuan proyek bersifat unik


(unique), yang berarti hanya ada satu.
Menurut Winarno (2008), proyek adalah
kegiatan sementara yang berlangsung
dalam jangka waktu terbatas, dengan
alokasi sumber daya tertentu, dan
dimaksudkan untuk melaksanakan tugas
yang sasarannya telah digariskan dengan
jelas.
Artinya setiap proyek mempunyai
batasan waktu yang harus diselesaikan
(deadline). Proyek dikatakan berhasil
atau sukses apabila biaya pengerjaan
atau pelaksanaannya tidak lebih besar
dari yang telah dianggarkan, waktu
pengerjaannya tidak melebihi waktu
yang telah direncanakan dalam time
schedule atau kontrak dan spesfikasinya
sesuai dengan rencana atau desain.
Proyek yang baik ialah proyek yang
pengerjaannya sesuai spesifikasi yang
telah ditentukan dan selesai tepat waktu
atau bahkan lebih cepat dari target yang
telah direncanakan. Pada kenyataannya
ada beberapa faktor yang menghambat
jalannya
pengerjaannya
proyek
diantaranya faktor cuaca, tenaga kerja,
keterlambatan material dan alat yang
mendukung pekerjaan.
Keterlambatan pekerjaan proyek dapat
diatasi dengan melakukan percepatan
pada pelaksanaannya agar proyek dapat
selesai sesuai target yang direncanakan,
namun juga harus tetap memperhatikan
faktor biaya karena faktor biaya, mutu
dan waktu saling berkaitan sehingga
akan saling mempengaruhi satu dengan
yang lainnya.

Umumnya
pada
proyek
pembangunan
gedung
lamanya
durasi pembangunan sekitar 6
sampai 12 bulan, namun pada proyek
perumahan ini, periode kontraknya
selama 10 bulan, sementara periode
konstruksi sekitar 7 bulan, sehingga
perlu penelitian lebih lanjut,
mengenai
durasi
pembangunan
proyek tersebut apakah layak sebuah
rumah type 90 dibangun selama 7
bulan, upaya crashing ini dilakukan

untuk menghemat waktu pelaksanaan


agar tidak terlalu lama.
Dalam penelitian ini akan dianalisis
dampak percepatan durasi proyek
perumahan green hills tipe 90 terhadap
biaya proyek. Percepatan
ini akan
dilakukan dengan membandingkan jam
kerja normal dengan jam kerja sistem
shift (shift pagi dan shift malam).
Percepatan durasi (crash program)
bertujuan untuk memperpendek jadwal
penyelesaian kegiatan atau proyek
dengan kenaikan biaya yang minimal
(Suharto, 1995).
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berapa total waktu pada biaya setelah
adanya percepatan pada proyek yang
akan dianalisis?
Bagaimana dampak perubahan waktu
terhadap biaya?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah : Untuk
mengetahui total waktu dan biaya
setelah adanya percepatan pada proyek
tersebut dan mengetahui dampak
perubahan waktu terhadap biaya.
II. STUDI PUSTAKA
2.1 PENELITIAN SEBELUMNYA
Sebagai bahan referensi pada penelitian
ini, maka pada bab ini akan dipaparkan
beberapa penelitan sejenis yang sudah
pernah
dilakukan
beserta
hasil
penelitiannya.
Adapun
penelitian
tersebut adalah sebagai berikut:
2.1.1 Analisa pertukaran waktu dan
biaya dengan metode time cost
trade off (tcto) pada proyek
pembangunan rumah susun
sederhana dan sewa (rusunawa)
- Surabaya
Penelitian
ini
dilakukan
oleh
Febriatmoko (2010) dengan kesimpulan
sebagai berikut:
Percepatan dilakukan dengan beberapa
alternative
yaitu
dengan
cara
penambahan
tenaga
kerja
dan
penambahan grup kerja. Penambahan
tenaga kerja pada proyek pembangunan

struktur Rumah Susun Sederhana dan


Sewa,
Penjaringan
Surabaya
mengakibatkan biaya langung proyek
mengalami kenaikan dan biaya tidak
langsungnya mengalami penurunan,
namun total biaya proyek mengalami
kenaikan dari
Rp4.997.122.370.54
menjadi
Rp5.030.043.004.75.
Sedangkan dengan cara penambahan
grup kerja pada proyek pembangunan
struktur Rumah Susun Sederhana dan
Sewa,
Penjaringan
Surabaya
menyebabkan kenaikan biaya langsung
dan penurunan pada biaya tidak
langsung sehingga mengakibatkan biaya
total proyek berubah dan mengalami
penurunan dari Rp4.997.122.370.54
menjadi Rp4.963.532.926.84.
2.1.2

Optimalisasi
pelaksanaan
proyek dengan metode pert dan
cpm (Studi Kasus Twin Tower
Building Pasca Sarjana Undip)
Penelitian ini dilakukan oleh Dannyanti
(2010) dengan kesimpulan sebagai
berikut:
Percepatan dilakukan dengan beberapa
alternative diantaranya dengan cara
penambahan tenaga kerja, kerja lembur,
dan subkontrak. Penambahan tenaga
kerja dan jam kerja lembur bisa
mempercepat durasi proyek namun
biaya total proyek mengalami kenaikan,
untuk penambahan tenaga kerja
mengalami kenaikan biaya sebesar
0,08% dari total biaya proyek normal,
sedangkan dengan jam kerja lembur
kenaikan biaya mencapai 0,15% dari
total biaya proyek normal. Sementara itu
percepatan
dengan
alternative
subkontrak percepatan proyek tetap bisa
dilakukan dengan percepatan selama 25
hari, sama dengan percepatan pada
penambahan tenaga kerja dan jam kerja
lembur, namun tidak ada kenaikan
biaya, biaya total percepatan sama
dengan rencana anggaran biaya yaitu
sebesar Rp21.086.217.63,82.
2.1.3

Analisis percepatan jadwal


pembangunan proyek rumah
dengan kerja
lembur (Studi
Kasus
Rumah
Tipe
36,

Perumahan
Griya
Maliyan,
Magelang)
Penelitian ini dilakukan oleh Sari (2013)
dengan keismpulan sebagai berikut:
1. Proyek pembangunan rumah tipe 36
yang awalnya dikerjakan dengan
waktu 105 hari ternyata hanya dapat
dipercepat 2,587% menjadi 102 hari
untuk penambahan 1 jam lembur
dan dipercepat 5,714% menjadi 99
hari untuk penambahan 2 jam, 3
jam, dan 4 jam lembur. Dengan kata
lain percepatan hanya dilakukan
maksimal 5,714% dari durasi
normal dan menimbulkan jalur kritis
baru.
2. Penambahan jam kerja selama 1
jam, 2 jam, 3 jam, dan 4 jam
berturut
turut
menyebabkan
penambahan biaya sebesar 0,468%
atau Rp348.182,00 , 1,657% atau
Rp1.232.524,00,
2,902%
atau
Rp2.158.671,00, dan 4,681% atau
Rp3.482.424,00.
2.2 PERBEDAAN PENELITIAN
Berdasarkan uraian ketiga penelitian
diatas dapat disimpulkan perbedaan
penelitan yang akan diteliti dengan
penelitian sebelumnya adalah terletak
pada subjek dan objek penelitian,
penelitian yang akan diteliti ini akan
menganalisis dampak percepatan durasi
proyek dengan cara jam kerja sistem
shift (bergantian), sementara objek
penelitiannya yaitu
pada proyek
pembangunan perumahan Green Hills di
Yogyakarta.
III.

LANDASAN TEORI

3.1 PROYEK PERUMAHAN


Proyek perumahan ialah Suatu kegiatan
yang dilakukan untuk membangun
sekelompok rumah pada kawasan
tertentu dengan waktu mutu dan biaya
yang telah ditetapkan.

3.2 BIAYA PROYEK


1. Biaya langsung (Direct cost)

Biaya langsung adalah biaya untuk


segala sesuatu yang akan menjadi
komponen permanen hasil akhir
proyek.
2. Biaya tidak langsung (Indirect cost)
Biaya tidak langsung adalah
pengeluarann untuk menajemen,
supervise, dan pembayaran material
serta jasa untuk pengadaan bagian
proyek yang tidak akan menjadi
instalasi atau produk permanen,
tetapi diperlukan dalam rangka
proses pembangunan proyek.
3.3.RENCANA ANGGARAN (RAB)
Komponen-komponen
yang
perlu
dihitung dalam RAB suatu konstruksi
bangunan rumah ialah :

didapatkan
ukuran,
bentuk,
spesifikasi material yang akan
digunakan, nantinya akan digunakan
untuk
mempermudah
dalam
menghitung volume pekerjaan.
2. Menghitung Volume
Menghitung volume
pekerjaan
berdasarkan gambar kerja yang telah
diberikan.
3. Membuat Harga Satuan Pekerjaan
(HSP)
Untuk menghitung Harga Satuan
Pekerjaan yang perlu dipersiapkan
ialah :

1. Biaya pokok yang berhubungan


dengan material, upah kerja dan
perlatan.

a. Indeks
(koefisien)
pekerjaan

2. Biaya operasional termasuk biaya


perizinan, fasilitas atau sarana .

b. Harga
satuan

Dalam perhitungan RAB suatu


bangunan rumah, semua komponen
yang diperlukan dalam pekerjaan hingga
selesai harus diperhitungkan mulai dari
awal pekerjaan sampai selesainya
seluruh aktifitas pekerjaan. Adapun
langkah-langkah menghitung RAB
sebagai berikut:

c. Harga upah tenaga kerja per


hari, termasuk mandor, kepala
tukang, tukang dan pekerja.

1. Persiapan dan pengecekkan gambar


kerja
Gambar kerja adalah dasar untuk
menentukan pekerjaan apa saja yang
ada dalam bengunan rumah yang
akan dikerjakan, dari gambar akan

material/bahan

analisa

sesuai

Untuk
indeks
atau
koefisen
pekerjaan
dapat
menggunakan
koefisien resmi yang dikeluarkan
pemerintah, dapat melihatnya pada
SNI 2013 yang sudah ada untuk
masing-masing item pekerjaan.
Dalam
analisa
harga
satuan
pekerjaan ini juga ditambahkan
biaya overhead dan profit yang
besarnya 15% dari jumlah biaya
bahan
ditambah
tenaga
dan
peralatan

Gambar 3.1 Contoh tabel Analisa Harga


Pekerjaan
(Sumber : Balitbang PU, 2013)

4. Perhitungan biaya tiap pekerjaan


Setelah didapatkan volume
pekerjaan dan harga satuan
pekerjaan, maka selanjutnya ialah
mengalikan volume pekerjaan
dengan harga satuan pekerjaan,
sehingga didapat biaya untuk tiap
pekerjaan.
5. Rekapitulasi
Rekapitulasi adalah jumlah masingmasing sub item pekerjaan dan
kemudian ditotalkan sehingga
didapatkan total biaya pekerjaan.

3.4 BIAYA TOTAL PROYEK


Biaya total proyek adalah jumlah biaya
langsung ditambah biaya tidak langsung.
Kedua-duanya berubah sesuai dengan
waktu dan kemajuan proyek. Meskipun
tidak dapat diperhitungkan dengan
rumus tertentu, tapi pada umumnya
makin lama proyek berjalan maka makin
tinggi kumulatif biaya tidak langsung
yang diperlukan. ( Soeharto, 1995)
3.5 PERCEPATAN DURASI
PROYEK
Menurut Syah (2004) crash program
atau percepatan pelaksanaan pekerjaan
berarti
memperpendek
umur

(pelaksanaan) proyek. Besarnya/jumlah


umur
proyek
sama
dengan
besarnya/jumlah waktu yang ada pada
suatu lintasan kritis. Percepatan
pelaksanaan pekerjaan berarti upaya
memperpendek lintasan kritis pada
jaringan
rencana
kerja
yang
bersangkutan.
Untuk menganalisis lebih lanjut
hubungan antara waktu dan biaya suatu
kegiatan, maka dipakai definisi sebagai
berikut (Soeharto, 1995):
1. Kurun waktu normal
Adalah
kurun
waktu
yang
diperlukan
untuk
melakukan
kegiatan sampai selesai, dengan cara
yang
efisien
tetapi
diluar
pertimbangan adanya kerja lembur
dan usaha khusus lainnya, seperti
menyewa peralatan yang lebih
canggih.
2. Biaya normal
Adalah biaya langsung yang
diperlukan untuk menyelesaikan
kegiatan dengan kurun waktu
normal.
3. Kurun waktu dipersingkat (crash
time)
Adalah waktu tersingkat untuk
menyelesaikan suatu kegiatan yang
secara teknis masih mungkin. Disini
dianggap sumber daya bukan
merupakan hambatan.
4. Biaya untuk waktu dipersingkat
(crash cost)

Adalah jumlah biaya langsung untuk


menyelesaikan pekerjaan dengan
kurun waktu tersingkat.

3.5.1 Cost Slope


Dengan adanya percepatan durasi
pelaksanaan pada aktivitas tertentu,
maka akan terjadi pertambahan biaya
akibat percepatan durasi tersebut.
Pertambahan biaya percepatan tersebut
tergantung besarnya durasi percepatan
yang direncanakan serta total biaya
setelah percepatan.
Cost slope (slope biaya) adalah
pertambahan biaya langsung untuk
mempercepat suatu aktivitas persatuan
waktu. (Soeharto, 1995)
Cost slope (slope biaya)
=

Biaya dipersingkatbiayanormal
waktu normalwaktu dipersingkat

.. (3.1)
3.6 HUBUNGAN ANTARA BIAYA
DAN WAKTU
Biaya total proyek merupakan hasil dari
penjumlahan biaya langsung dan tak
langsung yang digunakan selama
kegiatan proyek berlangsung. Besarnya
biaya proyek yang keluar sangat
tergantung
pada
waktu
(durasi)
penyelesain proyek. Pada umumnya
semakin
lama
kegiatan
proyek
berlangsung maka semakin banyak pula
biaya yang harus dikeluarkan. Meskipun
tidak dapat diperhitungkan dengan
dengan rumus tertentu, tapi pada
umumnya semakin lama proyek berjalan

Gambar 3.2 Hubungan waktu-biaya


normal dan dipersingkat untuk satu
kegiatan.
(Sumber : Iman Soeharto, 1995)

makin tinggi komulatif biaya tidak


langsung yang diperlukan (Soeharto,
1995). Hubungan biaya langsung, biaya
tidak langsung dan biaya total akan
ditunjukkan pada suatu grafik.

Gambar 3.3 Grafik hubungan waktu dan


biaya total
(Sumber: Soeharto, 1995)
3.7 JAM KERJA SISTEM SHIFT
Sistem shift adalah suatu sistem
pengaturan kerja yang memberi peluang
untuk memanfaatkan keseluruhan waktu
yang tersedia untuk mengoperasikan
pekerjaan (Muchinsky, 1997). Sistem
shift digunakan sebagai suatu cara yang
paling mungkin untuk memenuhi
tuntutan akan kecenderungan semakin
meningkatnya
permintaan
barangbarang produksi. Sistem ini dipandang
akan mampu meningkat produktivitas
suatu
perusahaan
yang
mengggunakannya.
Di Indonesia, sistem shift yang banyak
digunakan adalah sistem shift dengan
pengaturan jam kerja secara bergilir
mengikuti pola 5-5-5 yaitu lima hari
shift pagi (08.00-16.00), lima hari shift
sore (16.00-24.00) dan lima hari shift

malam (24.00-08.00) diikuti dengan dua


hari libur pada setiap akhir shift (Kyla,
2008).
IV. METODOLOGI PENELITIAN
4.1
OBJEK
DAN
SUBJEK
PENELITIAN
Objek
pada
penelitian
adalah
Pembangunan Perumahan Green Hills,
Yogyakrta.
Sementara
subjek
penelitiannya adalah analisis percepatan
durasi proyek dengan melakukan jam
kerja sistem shift.
4.2 DATA
Data Primer (primary data): Data primer
adalah data yang dikumpulkan sendiri
oleh perorangan/suatu organisasi secara
langsung dari objek yang diteliti dan
untuk
kepentingan
studi
yang
bersangkutan yang dapat berupa
interview, observasi. Adapun data
4.3 ANALISIS DATA
Dalam melakukan percepatan terhadap
durasi proyek dilakukan dengan cara
membuat jam kerja sistem shift (shift
pagi dan malam), sehingga diharapkan
dalam sehari volume pekerjaan yang
dihasilkan lebih besar. Penerapan Time
Cost Trade Off ini memerlukan
perhitungan crash duration (durasi
setelah percepatan)
dan crash cost
(biaya setelah percepatan), instrumen
pada penelitian ini menggunakan
Precedence Diagram Method (PDM)
dengan bantuan Microsoft Project 2013
untuk mengetahui lintasan kritis pada
proyek pembangunan perumahan, yang
selanjutnya akan dilakukan perhitungan
percepatan proyek (proyek crashing)
pada kegiatan-kegiatan yang kritis.
4.4 TAHAPAN PENELITIAN
Adapun tahapan tahapan yang perlu
dilakukan dalam penelitin ini adalah
sebagai berikut:
1. Pengumpulan data primer dan data
sekunder.

primer pada penelitian ini ialah


Produktivitas pekerja atau durasi
pekerjaan, volume pekerjaan, urutan
pekerjaan proyek, data biaya dan upah
tenaga kerja, hubungan keterkaitan antar
aktifitas pekerjaan
Data Sekunder (secondary data): Data
sekunder adalah data yang diperoleh/
dikumpulkan dan disatukan oleh studistudi sebelumnya atau yang diterbitkan
oleh
berbagai instansi lain. Biasanya
sumber tidak langsung berupa data
dokumentasi dan arsip-arsip resmi.
Adapun data sekunder pada penelitian
ini adalah: Time schedule proyek,
Rencana Anggaran Biaya (RAB)
proyek,
Gambar
dan
Desain
perencanaan proyek.
(sumber:
http://www.pengertianahli.com).

a. Data Primer, dilakukan dengan


wawancara dan observasi, data
primer pada penelitian ini
diantaranya adalah Produktivitas
pekerja atau durasi pekerjaan,
volume
pekerjaan,
urutan
pekerjaan proyek, data biaya dan
upah tenaga kerja, hubungan
keterkaitan
antar
aktifitas
pekerjaan
b. Data Sekunder, dikumpulkan
berdasarkan data yang telah ada
atau dari orang lain yang telah
dikumpulkan, data sekunder
pada penelitian ini berupa:
Time schedule proyek, Rencana
Anggaran Biaya (RAB) proyek,
Gambar dan Desain perencanaan
proyek
2. Penyusunan Network Diagram
Penyusunan ini berdasarkan durasi
tiap pekerjaan, analisis durasi dapat
dihitung dari produktivitas tenaga
kerja.
Langkah

langkah
penyusunan network diagram ialah:
a. Menentukan / menguraikan
setiap item pekerjaan

b. Menentukan
kegiatan
yang
saling berkaitan, kegiatan yang
mendahului
kegiatan
yang
lainnya (predecessors)
c. Menyusun durasi tiap tiap item
pekerjaan berdasarkan data
penjadwalan
masing-masing
kegiatan
d. Menentukan lintasan kritis
3. Menghitung biaya normal masing
masing kegiatan
4. Menerapkan Skenario Crashing
Perhitungan crash cost dan crash
duration menggunakan alternative
percepatan yang telah dipilih yaitu
jam kerja sistem shift . Dari
alternative tersebut maka akan
didapat waktu dan biaya setelah
adanya
percepatan
selanjutnya
dibandingkan dengan biaya dan
waktu normal.
V. ANALISIS, HASIL DAN
PEMBAHASAN
5.1
PERHITUNGAN
BIAYA
NORMAL (NORMAL COST)
Normal cost merupakan biaya total dari
masing-masing aktivitas pekerjaan, yang
terdiri dari normal cost bahan dan
normal cost upah. Normal cost dapat
diambil dari RAB yang digunakan.
Perhitungan normal cost dalam Tugas
Akhir ini dibedakan menjadi 2, yaitu:
normal cost untuk bahan dan normal
cost untuk upah.
1. Contoh pada pekerjaan pengukuran
dan pemasangan bowplank
a. Perhitungan normal cost bahan
Contoh pada pekerjaan analisa
1m pekerjaan pengukuran dan
pemasangan bowplank:

Dibawah ini ditampilkan Harga Satuan


Pekerjaan pengukuran dan pemasangan
bowplank.

Untuk harga material dan upah tenaga


kerja didapat dari hasil wawancara
dengan pihak pelaksana proyek.
a) Volume pekerjaan =
38,50
m
didapat dari data proyek, dapat
dilihat pada lampiran 2.
b) Biaya bahan = Rp48.693,33
Didapat dari harga bahan dikalikan
koefisien pada SNI 2013
c) Biaya bahan dan upah= Rp63.593,33
Didapat dari penjumlahan biaya
bahan dan upah
d) Nilai HSP = Rp73.132,33
Didapat dari biaya bahan dan upah
ditambah overhead dan profit
Koefisien bahan

Biaya bahan
Biaya bahan dan upah

Rp48.693,33
Rp63.593,33

= 0,77

Dari contoh perhitungan dapat


diketahui bahwa biaya langsung sebesar
Rp63.593,33 dan harga satuan pekerjaan
sebesar Rp73.132,33 maka bobot biaya
langsung sebesar :
Bobot

biaya

Rp63.593,33
Rp73.132,33

langsung

x 100% = 87%

Maka, bobot biaya tidak langsung


= 100% - 87% = 13% dari RAB
= Koef. Bahan x Normal cost x Volume
pekerjaan
= 0,77 x Rp63.593,33 x 38,50
= Rp1.885.224,30
b. Perhitungan normal cost upah
Contoh pada pekerjaan analisa 1m
pekerjaan
pengukuran
dan
pemasangan bowplank:

a) Volume pekerjaan

= 38,50
m didapat dari data proyek,
b) Biaya upah
= Rp14.900,00
Didapat
dari
harga
upah
dikalikan koefisien pada SNI
2013
c) Biaya bahan dan upah=
Rp63.593,33
Didapat dari penjumlahan biaya
bahan dan upah
d) Nilai HSP
= Rp73.132,33
Didapat dari biaya bahan dan
upah ditambah overhead dan
profit
Koefisien upah =

Biaya Upah
Biaya bahan dan upah
Rp14.900,00
Rp63.593,33

= 0,23

Total normal cost upah pekerjaan


pengukuran dan pemasangan bowplank
= Koef. Upah x Normal cost x
Volume pekerjaan
= 0,23 x Rp63.593,33 x 38,50
= Rp563.118,95
Berdasarkan
contoh
dari
ketiga
perhitungan tersebut, pada penelitian ini
untuk koefisien bahan diambil angka
rata-rata dari 0,77 , 0,70 , 0,76 didapat
nilai rata-rata sebesar 0.745 diambil
angka sebesar 0,75 dari harga pekerjaan,
dan untuk koefisien upah diambil angka
rata-rata dari 0,23 , 0,30 , 0.24 didapat
nilai rata-rata sebesar 0.25 dan diambil
angka sebesar 0,25 dari harga pekerjaan.
Hal ini juga didukung oleh data hasil
wawancara dengan pihak pelaksana
proyek yang mengatakan bahwa untuk
biaya bahan biasanya diambil sebesar
75% dari harga pekerjaan, dan biaya
upah sebesar 25%.
Dengan demikian biaya normal untuk
pekerjaan pengukuran dan pemasangan
bowplank menjadi :
Total normal cost bahan pekerjaan
pemasangan dan pengukuran bowplank :
= Koef. Bahan x Normal cost x Volume
pekerjaan
= 0,75 x Rp63.593,33 x 38,50

= Rp1.836.257,43
Total normal cost upah pekerjaan
pengukuran dan pemasangan bowplank
= Koef. Upah x Normal cost x Volume
pekerjaan
= 0,25x Rp63.593,33 x 38,50 =
Rp612.085,81
Perhitungan yang sama berlaku untuk
pekerjaan pasangan 1m3 pondasi 1sp:8ps
dan 1m3 beton bertulang 1pc:2ps:3kr.
Untuk melihat perhitungan biaya normal
bahan dan upah semua pekerjaan dapat
dilihat pada lampiran 3.

berada pada lintasan kritis inilah yang


akan dilakukan crashing (percepatan).

Dari contoh perhitungan diatas dapat


digunakan untuk menghitung biaya
bahan dan upah setiap pekerjaan. Pada
penelitian ini total biaya bahannya
sebesar Rp259.996.461,70 dan biaya
upah sebesar Rp86.665.487,23 kedua
kompenen biaya tersebut termasuk
kedalam biaya langsung (direct cost).
Biaya
total
proyek
merupakan
penjumlahan biaya langsung ditambah
biaya tidak langsung. Pada proyek ini
nilai RAB sebesar Rp398.661.241,27
dapat dilihat pada lampiran 2, sehingga
untuk biaya overhead dan profit sebesar
nilai RAB dikurangi biaya langsung
yaitu
Rp398.661.241,27

Rp346.661.948,93
yaitu
sebesar
Rp51.999.292,34 atau sekitar 13% dari
nilai RAB.

Percepatan durasi proyek yang dilakukan


pada Tugas Akhir ini adalah dengan
menambahkan jam kerja sistem shift,
diharapkan dengan dibuatnya jam kerja
sistem shift ini produktivitas pekerjaan
yang dihasilkan bisa dua kali lebih besar,
sehingga waktu pengerjaannya menjadi
lebih cepat, khususnya pada kegiatankegiatan kritis.

5.2 PENJADWALAN DAN


PENENTUAN KEGIATAN KRITIS
Pada tahap penjadwalan ini terlebih
dahulu mengetahui durasi tiap-tiap
pekerjaan, dalam Tugas Akhir ini untuk
mengetahui durasi tiap pekerjaan
dilakukan dengan metode observasi yaitu
wawancara kepada pengawas proyek.
Setelah durasi tiap pekerjaan diketahui
selanjutnya menentukan hubungan tiap
pekerjaan
atau
pekerjaan
yang
mendahului dari setiap pekerjaan yang
ditinjau dalam kondisi normal, setelah
jaringan kerja tiap-tiap pekerjaan
tersebut selesai dimodelkan kedalam
microsoft project 2013 maka didapatkan
beberapa item pekerjaan yang berada
pada lintasan kritis, pekerjaan yang

5.3

PERHITUNGAN BIAYA DAN

DURASI PERCEPATAN
Biaya upah untuk shift pagi dan malam
dianggap sama, karena pada penelitian
ini shift malam bukan dianggap lembur,
melainkan tenaga kerja baru yang
dipekerjakan pada malam hari, sehingga
untuk upahnya sama dengan yang
bekerja pada pagi hari.

Setelah mengetahui kegiatan kritis yang


akan dilakukan maka selanjutnya
menghitung biaya tambahan yang
diperlukan untuk mempercepat durasi
proyek.
Percepatan ini dilakukan dengan jam
kerja sistem shift, maka perlu biaya
tambahan untuk penerangan, yang
perhitungannya berdasarkan asumsiasumsi. Berikut dibawah ini perhitungan
untuk tambahan biaya penerangan.
Untuk harga lampu penerangan didapat
berdasarkan hasil wawancara dengan
kontraktor
pelaksana,
sementara
perlengkapan diambil sebesar 6% dari
biaya alat atau Lampu LED hal ini
mengikuti panduan SNI-2013 untuk
perhitungan Rencana Anggaran Biaya,
yang umumnya biaya perlengkapan
diambil sebesar 6% dari biaya pokok
material, sementara untuk biaya upah
diambil sebesar 25% dari biaya material
dan perlengkapan, ini saya dapat dari
hasil wawancara dengan direktur
pelaksana yang mengatakan untuk
pekerjaan
yang
analisa
harga
pekerjaannya tidak ada di SNI 2013,
biaya upah atau tenaga dapat diambil

sekitar 25%
perlengkapan.

dari

biaya

alat

dan

Tabel 5.1 Harga alat untuk penerangan

Biaya
Bahan
(75% x
direct

Untuk biaya listrik, berdasarkan sumber


dari pln.co.id per januari 2016 tarif dasar
listrik sebesar Rp1.409,16 per Kwh
Tabel 5.2 Biaya untuk listrik selama
masa percepatan

Biaya total untuk penerangan didapat


dari penjumlahan biaya alat untuk
penerangan ditambah biaya listrik selama
masa percepatan, sehingga biaya total
penerangan menjadi Rp3.158.686,80
Total biaya tambahan yang dibutuhkan
untuk mempercepat durasi proyek
dengan sistem shift ialah sebesar
Rp3.158.686,80 didapat dari biaya untuk
penerangan. Tambahan biaya ini
menyebabkan biaya langsung proyek
semakin besar, akan tetapi karena durasi
proyeknya
semakin
singkat
menyebabkan biaya tidak langsungnya
menurun, selanjutnya akan dibahas pada
subbab pembahasan.
5.4 PEMBAHASAN
Setelah
dilakukan
percepatan
menggunakan jam kerja sistem shift pada
kegiatan-kegiatan kritis maka biaya
langsungnya akan mengalami kenaikan
sementara terjadi penurunan terhadap
biaya tidak langsung. Pada penelitian ini
besarnya overhead dan profit diambil
sebesar 15% dari RAB, dari sini maka
kita akan mendapatkan biaya overhead
perhari. Adapun perhitungan selisih
biaya antara keadaan normal dan setelah
percpatan adalah sebagai berikut :
Nilai RAB
= Rp398.661.241,37
Overhead dan Profit= Rp51.999.292,34
Besarnya biaya langsung
= Rp398.661.241,37 Rp51.999.292,34
= Rp346.661.948,93

cost)
= 75% x Rp346.661.948,93
= Rp259.996.461,70
Biaya Upah (25% x direct cost) = 25%
x Rp346.661.948,93 = Rp86.665.487,23
Durasi Proyek normal = 171 hari kerja
Biaya overhead perhari
=
Rp51.991.291,34
/
171
=
Rp304.089,43 perhari
Biaya proyek pada kondisi normal
= Biaya langsung + Biaya tidak langsung
Biaya langsung meliputi :
Biaya Bahan = Rp259.996.461,70
Biaya upah = Rp86.665.487,23
Biaya tidak langsung :
Overhead= 171 x Rp304.089,43
Total biaya proyek pada kondisi normal
=
Rp398.661.241,37
Biaya proyek pada kondisi percepatan
Durasi proyek setelah percepatan
= 171 hari 66 hari = 105 hari
Biaya langsung meliputi :
1. Biaya bahan = Rp259.996.461,70
2. Biaya upah = Rp86.665.487,23
3. Biaya tambahan karena shift
= Rp3.158.686,80
Total biaya langsung percepatan
= Rp349.820.635,73
Biaya tidak langsung meliputi :
1. Overhead dan profit (105 x
Rp304.089,43)= Rp31.929.390,03
Total biaya proyek setelah crashing=
Rp349.820.635,73+ Rp31.929.390,03
= Rp381.750.025,76
Berikut dibawah ini tabel rakapitulasi
perbandingan durasi dan biaya antara

proyek normal dan


dilakukan percepatan.

proyek

yang

2. Pengaruh durasi proyek terhadap


Biaya tidak langsung (Indirect cost)

Tabel 5.3 Rekapitulasi perbandingan


durasi dan biaya proyek normal dan
proyek dipercepat.
Dari hasil analisis crash program yang
dilakukan dengan jam kerja sistem shift,
ternyata proyek dapat dipercepat selama
66 hari kerja, sehingga durasi proyek
yang semula 171 hari kerja menjadi 105
hari kerja, atau turun sebesar 38,6% dari
durasi awal, namun akibat percepatan ini
menyebabkan naiknya biaya langsung
proyek
yang
semula
hanya
Rp346.661.948,93
menjadi
Rp349.820.635,73 atau naik sebesar
0,91%, karena durasi proyek setelah
crashing lebih singkat menyebabkan
turunnya biaya tidak langsung proyek
yang semula Rp51.999.292,34 menjadi
Rp31.929.390,03 atau turun sebesar
38,59%, sehingga berpengaruh terhadap
biaya total proyek, yang semula biaya
total proyek sebesar Rp398.661.241,37
menjadi Rp381.750.025,76 terdapat
selisih Rp16.911.215,51 dari proyek
normal atau turun sebesar 4.2%.
Berikut dibawah ini ditampilkan grafik
pengaruh durasi proyek terhadap biaya
langsung (direct cost), biaya tidak
langsung (indirect cost) dan biaya total
proyek.
1. Pengaruh

durasi

terhadap

biaya

Gambar 5.2 Pengaruh durasi terhadap


biaya tidak langsung (Indirect cost)
(Sumber : Analisis data, 2016)
3. Pengaruh durasi proyek terhadap
biaya total setelah crashing

Gambar 5.3 Pengaruh durasi terhadap


biaya total
(Sumber : Analisis data, 2016)
4. Rekapitulasi pengarah durasi
terhadap biaya

langsung (Direct cost)

Gambar 5.1 Pengaruh durasi terhadap


Biaya langsung (Direct cost) (Sumber :
Analisis data, 2016)

Gambar 5.4 Pengaruh durasi terhadap


biaya
(Sumber : Analisis data, 2016)

VI.

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 SIMPULAN
Setelah dilakukanan pengolahan data,
analisis data, dan pembahasan dari hasil
penilitian Tugas Akhir ini, telah
diperoleh beberapa kesimpulan dan
untuk menjawab tujuan penelitian,
adapun kesimpulannya sebagai berikut :
1. Total waktu proyek yang dibutuhkan
setelah dilakukan crashing ialah
selama 105 hari kerja dengan biaya
total
proyek
sebesar
Rp381.750.025,76 atau turun sebesar
4.2% dari biaya proyek awal atau
kondisi normal yaitu sebesar
Rp398,661,241.37.
2. Dampak yang ditimbulkan akibat
perubahan waktu terhadap biaya ini
ialah naiknya jumlah biaya langsung
(direct cost) yang semula berjumlah
Rp346.661.948,93
menjadi
Rp349.820.635,73 , naik sebesar
Rp3,158,686.80 atau sebesar 0.91%,
sementara itu karena durasi proyek
setelah dilakukan crashing menjadi
singkat menyebabkan turunnya biaya
tidak langsung (indirecct cost) yang
semula Rp51.999.292,34 menjadi
Rp31.929.390,03 ada selisih sebesar
Rp20.069.902,31 atau turun sebesar
38.59%.
Bertambahnya
biaya
langsung dan turunnya biaya tidak
langsung ini menyebabkan biaya
total proyek juga berubah, yang
semula Rp398,661,241.37 menjadi
Rp381.750.025,76 turun sebesar
4.2% setelah dilakukan crashing
(percepatan).
6.2 SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan dan kesimpulan diatas, penulis
memberikan saran sebagai berikut:
1. Agar suatu proyek dapat berjalan
sesuai rencana dan on schedule
sebaiknya
dilakukan
tracking
terhadap tiap tiap pekerjaannya,
terutama pada pekerjaan yang berada
pada lintasan kritis.

2. Jika terjadi keterlambatan sebaiknya


dilakukan
percepatan
dengan
mempercepat pekerjaan yang berada
dilintasan kritis agar lebih efisien.
Percepatan
dapat
berupa
penambahan jam kerja lembur,
penambahan
tenaga
kerja,
penambahan alat, penambahan grup
kerja, atau dengan shift.
3. Untuk penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan percepatan durasi
proyek menggunakan jam kerja
sistem shift, perlu dilakukan
penelitian yang lebih detil, apakah
memungkinkan shift yang lakukan
hanya pada kegiatan kritis atau
sebaiknya dilakukan dari awal
pekerjaan termasuk pekerjaan yang
berada pada kegiatan non kritis.
4. Untuk
penelitian
selanjutnya
sebaiknya
dihitung
indeks
produktivitas pekerja apabila bekerja
pada malam hari, apakah bisa
dianggap sama dengan bekerja pada
pagi
hari,
karena
perbedaan
produktivitas juga akan berdampak
pada biaya.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifuddin.,1997, Metodologi
Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Dannyanti, Eka., 2010, Optimalisasi
Pelaksanaan Proyek dengan Metode
PERT-CPM. (http://eprints.undip.ac.id,
Diakses pada 23 November 2015)
Ervianto, Wulfram I.,2009, Manajemen
Proyek Konstruksi (Edisi Revisi), Andi,
Yogyakarta.
Febriatmoko,Aditya., 2010, Analisa
Pertukaran Waktu dan Biaya dengan
Metode Time Cost Trade Off (TCTO)
pada
Proyek
Pembangunan
RUSUNAWA-Surabaya.
(http://digilib.its.ac.id, Diakses pada 23
November 2015)
http://library.binus.ac.id/, Diakses pada
27 November 2015

http://www.landasanteori.com/2015/09/p
engertian-shift-work-definisipengaruh.html , diakses pada 16 juni
2016
http://www.pengertianahli.com, Diakses
pada 25 November 2015
Husen,Abrar., 2010, Manajemen Proyek
Edisi Revisi, Andi, Yogyakarta.
Nugraheni, Fitri.,2009, Manajemen
Proyek, Universitas Islam Indonesia,
Yogyakarta.
Rakhman, Rifky H., 2014, Pengaruh
Penambahan Jam Lembur Kerja
Terhadap Biaya dan Waktu Percepatan
Proyek dengan Time Cost Trade Off pada
Pembangunan Proyek Bangunan Baru
Clothing Shop, Tugas Akhir, Universitas
Islam Indonesia, Yogyakarta.
Ratna, Nyoman K.,2010,Metodologi
Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Sari, Galih E., 2013, Analisis Percepatan
Jadwal Pembangunan Proyek Rumah

dengan Kerja Lembur, Tugas Akhir.


Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Soeharto, Iman., 1995,
Proyek, Erlangga, Jakarta.

Manajemen

Syah, Mahendra S., 2004, Manajemen


Proyek, Gramedia, Jakarta.
Wahyuni, Fitri.,2013, Pengaruh
Profitabilitas Terhadap Harga Saham,
Tugas Akhir. Universitas Pendidikan
Indonesia, Bandung.
Wardhana, Ibnu A., 2014, Analisis
Perencanaan dan Penjadwalan Proyek
dalam Pendekatan Manajemen Proyek,
Tugas Akhir. Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta.
Winarno, Setya., 2008, Manajemen
Proyek, Universitas Islam Indonesia,
Yogyakarta.
www.elisa.ugm.ac.id, Diakses pada 27
november 2015
www.lontar.ui.ac.id, Diakses pada 27
November 2015

Anda mungkin juga menyukai