DEFINISI
Dislokasi adalah perpindahan suatu bagian. Dislokasi sendi atau disebut juga luksasio
adalah tergesernya permukaan tulang yang membentuk persendian terhadap tulang
lainnya. Dislokasi dapat berupa lepas komplet atau parsial , atau subluksasio.
B. ANATOMI SENDI
Tempat pertemuan dua tulang atau lebih, baik terjadi pergerakan atau tidak terjadi
pergerakan disebut sendi (junctura). Sendi dikelompokkan menurut jaringan yang
terdapat di antara tulang-tulang: junctura fibrosa, junctura cartilaginea, dan junctura
synovialis.
1. Junctura fibrosa
Permukaan tulang yang bersendi dihubungkan oleh jaringan fibrosa sehingga
kemungkinan geraknya sangat sedikit. Sutura tengkorak dan articulation
tibiofibularis inferior merupakan contoh junctura fibrosa.
2. Junctura cartilaginea
Junctura cartilaginea dapat dibagi menjadi dua tipe:
Junctura cartilaginea primer adalah junctura cartilaginea yang tulangtulangnya disatukan oleh selempeng atau sebatang cartilage hialin.
yang
lainnya.
Contoh
sendi
plana
adalah
articulatio
talocruralis.
Articulatio trochoidea (sendi pasak): Pada sendi in, terdapat pasak tulang
yang dikelilingi oleh cincin ligamentum-bertulang. Hanya mungkin
dilakukan gerakan rotasi. Contoh yang baik dari sendi ini adalah
articulatio atlantoaxialis dan articulatio radioulnaris superior.
2
tonus otot yang biasanya menyokong lengkung kaki terganggu akibat kelelahan,
ligamentum akan meregang dan lengkung kaki akan turun sehingga terjadi kaki
datar.
Sebaliknya, ligamentum elastika akan kembali ke panjang semula sesudah
meregang. Ligamentum elastika tulang-tulang pendengaran memegang peranan
aktif dalam menyokong sendi dan membantu mengembalikan tulang-tulang pada
posisi semula setelah melakukan pergerakan.
Tonus Otot
Pada kebanyakan sendi, tonus otot merupakan factor utama yang mengatur
stabilitas sendi, misalnya tonus otot-otot pendek di sekitar articulation humeri
mempertahankan caput humeri yang berbentuk setengah bulat pada cavitas
glenoidalis scapulae. Tanpa kerja otot-otot ini, hanya dibutuhkan sedikit tenaga
untuk menyebabkan terjadinya dislokasio sendi. Articulatio genus merupakan
sendi yang sangat tidak stabil tanpa aktivitas tonus musculus quadriceps femoris.
Sendi antara tulang-tulang kecil yang membentuk lengkung kaki sebagian besar
disokong oleh tonus otot-otot tungkai bawah, yang tendonya berinsersio pada
tulang-tulang kaki.
C. EPIDEMIOLOGI
Dari beberapa penelitian diperkirakan sekitar 42.1 kejadian dislokasi dari 100.000
orang dan penyebab tersering adalah akibat kecelakaan lalu-lintas (57.4%) diikuti dengan
terjatuh (27.5%). Dislokasi yang paling sering terjadi adalah dislokasi sendi bahu dan
lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan pada perempuan. Berdasarkan data
penelitian National Electronic Injury Surveillance System, dari 8,940 kejadian dislokasi
sendi bahu, diketahui terjadi 23.9 kejadian tiap tahunnya dengan faktor risiko terjadinya
dislokasi sendi bahu yaitu usia muda dan jenis kelamin laki-laki.
D. ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO
Dislokasi dapat disebabkan oleh :
1. Trauma : jika disertai fraktur, keadaan ini disebut fraktur dislokasi.
bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bola paling
sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak
3. Patologis
Akibat destruksi tulang, misalnya tuberculosis tulang belakang. Dimana patologis:
terjadinya tear ligament dan kapsul articular yang merupakan komponen vital
penghubung tulang.
Faktor Resiko dari Dislokasi
1. Kemungkinan untuk terjatuh
Ketika seseorang terjatuh maka terjadi peningkatan akan faktor resiko dari dislokasi,
jika seseorang menggunakan tangannya untuk menahan tubuh ketika terjatuh atau
bagian dari tubuh seseorang mengalami benturan keras saat terjatuh seperti panggul
dan bahu.
2. Keturunan
Beberapa orang dapat terlahir dengan ligamen yang jauh lebih longgar sehingga lebih
meningkatkan faktor resiko dari dislokasi ketika terluka.
3. Berolahraga
Dislokasi sering terjadi ketika seseorang melakukan olahraga dimana banyak terjadi
kontak antar pemain atau high impact sports seperti sepak bola, basket, hoki, dan
gulat (wrestling).
4. Kecelakaan ketika berkendara
Hal ini yang paling sering menyebabkan dari dislokasi panggul atau hip dislocation
E. MANIFESTASI KLINIS
Adanya mati rasa atau tebal dan kesemutan pada daerah persendian
Adanya rasa nyeri terutama bila sendi tersebut digunakan atau diberikan beban
Pergerakan dari sendi yang menjadi sangat terbatas
Terdapat bengkak dan kebiruan atau memar pada daerah persendian.
Sendi terlihat tidak pada posisi sebenarnya, adanya perubahan warna maupun bentuk
(adanya deformitas yaitu hilangnya tonjolan tulang yang normal)
F. PATOFISIOLOGI
Cedera akibat olahraga dikarenakan beberapa hal seperti tidak melakukan
pemanasan yang benar sebelum melakukan olahraga sehingga dapat memicu terjadinya
dislokasi, yaitu cedera olahraga yang dapat menyebabkan terlepasnya kompresi jaringan
tulang dari kesatuan sendi sehingga struktur sendi dan ligamen menjadi rusak. Keadaan
selanjutnya terjadinya kompresi jaringan tulang yang terdorong ke depan sehingga
merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid menjadi teravulsi akibatnya tulang
berpindah dari posisi yang normal. Keadaan tersebut dikatakan sebagai dislokasi.
Begitu pula dengan trauma kecelakaan karena kurang tidak hati-hati dalam
melakukan suatu tindakan atau saat sedang berkendara dimana tidak menggunakan helm
atau
sabuk
pengaman
memungkinkan
terjadi
dislokasi.
Trauma
kecelakaan
mengkompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi sehingga dapat merusak struktur sendi
dan ligamen. Keadaan selanjutnya yaitu terjadinya penekanan pada jaringan tulang yang
terdorong ke depan sehingga merobek kapsul sehingga tulang dapat berpindah dari posisi
normal dan menyebabkan dislokasi.
G. KLASIFIKASI DISLOKASI
Klasifikasi dislokasi menurut penyebabnya adalah:
1.
Dislokasi kongenital
Hal ini terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan seseorang, paling sering
terlihat pada daerah panggul (hip).
2.
3.
Dislokasi traumatik
Dislokasi traumatik adalah suatu kedaruratan ortopedi, yang memerlukan
pertolongan segera. Hal ini membuat sistem vaskularisasi terganggu, susunan
saraf rusak dan serta kematian dari jaringan. Trauma yang kuat membuat tulang
keluar dari posisi anatomisnya dan mengganggu jaringan lain seperti merusak
struktur sendi, ligamen, saraf, dan sistem vaskular. Seringkali terjadi pada orang
dewasa. Bila tidak ditangani dengan segera dapat terjadi nekrosis avaskuler
(kematian jaringan akibat anoksia dan hilangnya pasokan darah) dan paralisis
saraf.
Dislokasi berdasarkan tipe kliniknya dapat dibagi menjadi :
1.
Dislokasi Akut
Umumnya dapat terjadi pada bagian bahu, siku tangan dan panggul. Dislokasi ini
dapat juga disertai nyeri akut serta pembengkakan di sekitar sendi.
2.
Dislokasi Kronis
Dislokasi kronis dapat dibedakan menjadi dislokasi rekuren, berkepanjangan atau
Prolonged dan kebiasaan atau Habitual. Pada dislokasi rekuren penderita sering
mengalami dislokasi namun tidak dapat mereposisi sendiri. Pada dislokasi
berkepanjangan dapat timbul bila dislokasi akut didiamkan saja tanpa diberikan
perawatan selama berminggu-minggu, sedangkan untuk dislokasi kebiasaan atau
habitual dislocation penderita dapat berulang-ulang mengalami dislokasi dan
9
dapat mereposisi sendi tersebut sendiri. Pada dislokasi rekuren dan kebiasaan
umumnya sudah terjadi perubahan bentuk kapsul maupun ligamennya maka dari
3.
10
11
Dislokasi sendi panggul terbagi menjadi dua yaitu dislokasi anterior dan dislokasi
posterior tergantung berat atau tidaknya trauma tersebut.
13
daerah sendi dalam hal ini. Mati rasa atau kebas dan kesemutan juga dapat dirasakan
pada bagian
6. Dislokasi sendi-sendi kecil
H. PEMERIKSAAN
1. Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan mengenai adanya riwayat trauma, bagaimana
mekanisme terjadinya trauma, apakah terasa ada sendi yang keluar, bila trauma
minimal, hal ini dapat terjadi pada dislokasi rekuren atau habitual.
2. Pemeriksaan Fisik
Look
a) Tampak adanya perubahan kontur sendi pada ekstremitas yang mengalami
dislokasi
b) Tampak perubahan panjang ekstremitas pada daerah yang mengalami dislokasi
c) Tampak adanya perubahan warna (lebam) pada daerah yang mengalami dislokasi
sendi
Feel
Didapatkan nyeri tekan pada daerah sendi yang cedera.
Move
Akan terlihat keterbatasan pada pergerakan sendi baik pada pergerakan sendi secara
aktif maupun pasif serta ketidakstabilan pada pergerakan pasien serta dinilainya
kekuatan otot pada daerah persendian.
Selain itu, perlu juga dilakukan pemeriksaan neurologis pada daerah persendian yang
mengalami cedera untuk mengetahui apakah terdapat cedera persarafan pada daerah
tersebut yang dapat menjadi komplikasi dini dari dislokasi.
3. Pemeriksaan Penunjang
a) X-Ray : dilakukan pemeriksaan berupa foto rontgen pada daerah dari persendian
yang mengalami cedera, hal ini juga dilakukan guna memastikan apakah terdapat
fraktur juga pada tulang di daerah persendian. Bisa juga dilakukan pemeriksaan
radiologi melalui CT Scan ataupun MRI.
15
I. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada seseorang dengan dislokasi diantaranya
1)
Cedera pada saraf yang dapat menyebabkan kelemahan pada daerah otot yang
2)
dipersarafi.
Cedera pada pembuluh darah di tulang, bahkan dapat menyebabkan avaskuler
3)
nekrosis (osteonekrosis).
Fraktur dislokasi, yang akan semakin memperburuk keadaan dari pasien
J. PENATALAKSANAAN
1. Relokasi : Penanganan yang dilakukan pada saat terjadi dislokasi adalah melakukan
reduksi ringan dengan cara menarik persendian yang bersangkutan pada sumbu
memanjang. Tindakan reposisi ini dapat dilakukan di tempat kejadian tanpa
anastesi. Namun tindakan reposisi tidak bisa dilakukan dengan reduksi ringan,
maka diperlukan reposisi dengan anastesi lokal dan obat obat penahan rasa sakit.
Reposisi tidak dapat dilakukan jika penderita mengalami rasa nyeri yang hebat,
disamping tindakan tersebut tidak nyaman terhadap penderita bahkan dapat
menyebabkan syok neurogenik, ataupun
16
dasar misalnya dislokasi sendi panggul memerlukan anestesi umum terlebih dahulu
sebelum direposisi.
2. Imobilisasi : sendi diimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan dijaga
agar tetap dalam posisi stabil, beberapa hari beberapa minggu setelah reduksi
gerakan aktif lembut tiga sampai empat kali sehari dapat mengembalikan kisaran
sendi, sendi tetap disangga saat latihan.
3. Dirujuk : Dislokasi yang kadang disertai oleh cederanya ligamen bahkan fraktur
pada tulang yang dapat semakin memperparah hal tersebut, maka untuk mencegah
hal tersebut setelah dilakukan pemeriksaan dan penanangan awal maka perlu
dilakukan rujukan segera kepada spesialis ortopedi sehingga dapat diperiksa dan
ditangani lebih lanjut (dapat dilakukannya operasi atau tindakan pembedahan)
K. PROGNOSIS
Prognosis dislokasi sendi pada umumnya baik apabila tidak terdapat komplikasi lebih
lanjut, dimana hal tersebut didukung dengan dilakukannya fisioterapi yang rutin pada
daerah persendian tersebut sehingga fungsi dari sendi dapat kembali normal dalam
beberapa bulan.
17
DAFTAR PUSTAKA
2014.
Available
from
from
18