Anda di halaman 1dari 25

1

ANTIBIOTIK GOLONGAN AMINOGLIKOSIDA DAN GOLONGAN


MAKROLIDE
1. Aminoglycoside
Aminoglikosida adalah golongan antibiotika bakterisidal yang
dikenal toksik terhadap saraf otal VIII komponen vestibular maupun
akustik (ototoksik) dan terhadap ginjal (nefrotoksik) (fkui). Aminoglikosida
berasal dari berbagai spesies Streptomyces atau fungus lainnya. Obat-obat
yang termasuk dalam golongan aminoglikosida antara lain
streptomisin,

neomisin,

kanamisin,

amikasin,

gentamisin,

tobramisin, sisomisin, netilmisin, dan lain-lain (Katzung, 1997).

Farmakodinamik
Aminoglikosid berdifusi lewat kanal air yang dibentuk oleh
porin proteins pada membran luar dari bakteri gram-negatif
masuk ke ruang periplasmik. Sedangkan transport melalui
membran dalam sitoplasma membutuhkan energi. Fase transport
yang dependen energi ini bersifat rate limiting, dapat diblok oleh
Ca++

dan

anaerobiosis.

Mg++,hiperosmolaritas,
Hal

ini

menerangkan

penurunan

pH,

penurunan

dan

aktivitas

aminoglikosid pada lingkungan anaerobik suatu abses atau urin


asam

yang

bersifat

hiperosmolar.

Setelah

masuk

sel,

aminoglikosid terikat pada ribosom 30S dan menghambat sintesis


protein. Terikatnya aminoglikosid pada ribosom ini mempercepat
transport aminoglikosid ke dalam sel, diikuti dengan kerusakan
membran sitoplasma, disusul kematian sel. Diduga terjadi ialah
salah baca (misreading) kode genetik yang mengakibatkan
terganggunya sintesis protein. Dalam hal ini, jenis asam amino
yang salah (berbeda dari yang seharusnya) disambung pada
rantai polipeptida, sehingga terbentuk jenis protein yang salah.
Streptomisin menghambat proses normal polimerisasi asam
amino setelah terbentuk kompleks awal peptida. Ketergantungan
mikroba terhadap streptomisin, diduga pula berhubungan dengan

salah baca kode tersebut yang mengakibatkan fungsi ribosom


berubah (Istiantoro & Gan, 2009) .
Aminoglikosid bersifat bakterisidal

cepat.

Pengaruh

aminoglikosid menghambat sintesis protein dan menyebabkan


salah baca dalam penerjemahan mRNA, tidak menjelaskan efek
letalnya yang cepat. Diperkirakan aminoglikosid menimbulkan
pula berbagai efek sekunder lain terhadap fungsi sel mikroba,
yaitu terhadap respirasi, adaptasi enzim, keutuhan membran,
dan keutuhan RNA (Istiantoro & Gan, 2009).

Berdasarkan penggunaan empiris, obat golongan ini terutama efektif


pada bakteri basil gram negative yang aerobik. Aktivitas aminoglikosid
terhadap mikroorganisme yang anaerob sangat rendah. Hal ini dapat
dijelaskan karena transport aktif dari aminoglikosid ke dalam sel
memerlukan oksigen. Sedangkan aktivitasnya terhadap bakteri gram positif
sangat terbatas (Istiantoro & Gan, 2009).
Berbagai mekanisme dapat menyebabkan resistensi pada obat
golongan ini. Terdapat 3 mekanisme resistensi yang telah diketahui :
a.
Adanya enzim yag menginaktifasikan aminogycoside dengan
b.

adenilasasi, asetilasi, dan fosforilasi.


Perubahan permeabilitasPerubahan reseptor di ribosom

Farmakokinetik
Absorbsi
Aminoglikosid sebagai polikation bersifat sangat polar,
sehingga sangat sukar diabsorbsi melalui saluran cerna. Kurang
dari 1 % dosis yang diberikan di absorbsi lewat saluran cerna.
Pemberian per oral hanya dimaksudkan untuk mendapatkan efek
lokal dalam saluran cerna saja, misalnya pada persiapan pra
bedah usus. Untuk mendapatkan kadar sistemik yang efektif
aminoglikosid perlu diberikan secara parenteral. Neomisin dan
paromomisin tidak dianjurkan untuk penggunaan sistemik karena
sifatnya terlalu toksik (Istiantoro & Gan, 2009).
Aminoglikosid dalam bentuk garam sulfat yang diberikan
Intramuskular baik sekali absorbsinya. Kadar puncak dalam darah

dicapai dalam waktu rata-rata sampai 2 jam (Istiantoro & Gan,


2009).
Distribusi
Sifat polarnya menyebabkan aminoglikosid sukar masuk
sel. Kadar dalam sekret dan jaringan rendah; kadar tinggi dalam
korteks ginjal, endolimf, dan perilimf telinga, menerangkan
toksisitasnya terhadap alat tersebut. Penetrasi ke sekret saluran
nafas buruk. Difusi ke cairan pleura dan sinovium lambat tetapi
mencapai

keseimbangan

dengan

kadar

plasma

setelah

pemberian berulang. Penetrasi ke dalam mata demikian buruk


sehingga diperlukan pemberian secara periokular untuk terapi
endoptalmis. Distribusi aminoglikosid ke dalam cairan otak pada
meningen normal sangat terbatas (Istiantoro & Gan, 2009).
Metabolisme
Tidak ada penghancuran metabolik yang bermakna melalui
metabolisme

oleh

mekanisme

individu

yang

menerima

aminoglikosida (Katzung, 1997).


Ekskresi
Ekskresi aminoglikosid berlangsung melalui ginjal terutama
dengan filtrasi glomerulus. Karena ekskresi hampir seluruhnya
berlangsung melalui ginjal, maka keadaan ini menunjukan
adanya sekuestrasi ke dalam jaringan. Sebagian besar ekskresi
terjadi dalam 12 jam setelah obat diberikan (Istiantoro & Gan,
2009).
Neomisin yang tidak diabsorbsi di usus, akan keluar dalam
bentuk utuh bersama tinja (Istiantoro & Gan, 2009).

Kegunaan Klinik
a. Streptomisin
Infeksi Mikobakteria : Streptomisin jarang digunakan
sebagai terapi permulaan tuberkulosa. Pada tuberkulosa
lanjut, penyebaran milier, meningitis atau infeksi berat
pada organ-organ, streptomisin dalam dosis 0,5 - 1 g

(30 mg/kg/hari) dapat disuntikkan intramuskular dalam


kombinasi dengan obat antibakteri lain. Kombinasi ini
dilanjutkan

berminggu-minggu

atau

berbulan-bulan,

mula-mula setiap hari kemudian 2 kali seminggu

(Katzung,1997).
Infeksi Nontuberkulosa : Pada pes, tularemia, dan
bruselosis,

streptomisin

intramuskular
sedangkan

(15

gr/hari,

mg/kgBB/hari

tetrasiklin

dapat

(Katzung,1998).
Pengobatan Kombinasi

disuntikkan

untuk

anak-anak),

diberikan

Pada

per

infeksi

oral

tertentu,

penggunaan kombinasi penisilin bersama aminoglikosida


dapat membunuh bakteri dan memungkinkan eradikasi
organisme. Contoh endokarditis infektif yang disebabkan
Streptokokus

fekalis

(enterokokus)

atau

Streptokokus

viridans dan bakteremia oleh beberapa bakteri aerobik


gram negatif, misalnya Pseudomonas sp, terutama pada
individu yang kurang imun (Katzung,1997).
b. Gentamisin
Gentamisin
merupakan
antibiotika

derivat

aminoglikosida dengan spektrum yang luas dan aktif untuk


melawan

organisme

Gram

positif

dan

Gram

negatif

termasuk Pseudomonas sp., Proteus sp. dan Staphylococcus


sp. Pemberian jangka pendek

gentamisin 0,3% secara

tunggal tanpa kombinasi di samping

biayanya murah juga

sangat efektif untuk melawan organisme berspektrum luas


terutama Pseudomonas aeruginosa (Istiantoro & Gan, 2009).
Pada saat ini, gentamisin dan tobramisin digunakan
terutama

pada

infeksi

berat

(misalnya,

sepsis

dan

pneumonia) yang disebabkan oleh bakteri gram negatif yang


mungkin telah resisten terhadap obat-obat lain, terutama
Pseudomonas,

Serratia,

Proteus,

Acinetobacter,

dan

Klebsiella. Pasien dengan infeksi kuman-kuman ini sering


kurang memiliki daya imunitas, dan kerja gabungan antara

aminoglikosida dengan sefalosporin atau penisilin dapat


menyelamatkan jiwa mereka. Gentamisin atau tobramisin
juga digunakan bersama-sama dengan penisislin G untuk
aktivitas bakterisidal pada endokarditis yang disebabkan oleh
Streptokokus

viridans

atau

Streptococcus

faecalis

(Katzung,1997).
Krim, obat salep, atau larutan yang mengandung 0,1 0,3 % gentamisin sulfat telah digunakan pada luka bakar
yang terinfeksi, luka, atau lesi kulit dan pencegahan infeksi
pada

kateter

intravena.

Gentamisin

topikal

sebagian

diinaktifkan oleh eksudat yang purulen. Namun, penggunaan


topikal harus dibatasi di rumah sakit untuk mencegah
timbulnya bakteri yang resisten. Sepuluh miligram dapat
disuntikkan secara subkonjungtiva untuk infeksi mata yang
berat (Katzung,1997).
c. Tobramisin
Tobramisin tidak

jauh

berbeda

sifatnya

dengan

gentamisin, karena itu tobramisin dapat digunakan sebagai


pengganti gentamisin. Aktivitas tobramisin yang superior
terhadap Ps. aeruginosa dibanding gentamisin menyebabkan
obat ini terpilih untuk mengatasi infeksi oleh kuman tersebut
(Istiantoro & Gan, 2009).
d. Amikasin
Amikasin sangat berguna untuk infeksi gram-negatif,
terutama yang telah resisten terhadap gentamisin. Terhadap
infeksi berat oleh kuman gram-negatif, amikasin sekurangkurangnya sama efektif dengan gentamisin (Istiantoro & Gan,
2009).
e. Netilmisin
Netilmisin dikatakan memperlihatkan efek sama dengan
gentamisin.

Obat

ini

dikembangkan

untuk

mengatasi

masalah resistensi terhadap gentamisin atau tobramisin


f.

(Istiantoro & Gan, 2009).


Neomisin

Obat-obat kelompok neomisin aktif terhadap bakteri


gram

positif

dan

negatif

serta

(Katzung,1997).
Karena toksisitasnya,
neomisin

secara

beberapa

pemberian

parenteral

telah

di

mikobakteria

kanamisin

dan

tinggalkan,karena

sifatnya terlalu toksik dibandingkan dengan aminoglikosida


lainnya.dan sekarang hanya di gunakan untuk pemakaian
topikal atau oral saja (Katzung,1997).
Kanamisin dan neomisin digunakan oral dalam berbagai
keadaan. Penggunaan dengan tujuan membersihkan lumen
usus sebagai persiapan prabedah usus, membawa resiko
superinfeksi. Penekanan flora usus dengan neomisisn oral,
bermanfaat

dalam

terapi

koma-hepatik;

dalam

hal

ini

kanamisin digunakan sebagai obat tambahan. Penggunaan


kanamisin

oral

tidak

terbukti

dapat

mempercepat

sembuhnya gastroenteritis E. Coli enteropatogenik. Neomisin


banyak digunakan topikal, baik untuk infeksi kulit maupun
untuk

infeksi

mukosa

oleh

kuman

yang

sensitif

(Katzung,1997).
g. Kanamisin
Kanamisin adalah antibiotik yang digunakan untuk
perawatan jangka pendek terhadap infeksi bakteri tertentu.
Kanamisin

bekerja

membunuh

bakteri

dengan

cara

menghentikan produksi protein esensial yang dibutuhkan


oleh bakteri untuk bertahan hidup. Obat ini digunakan untuk
menyembuhkan penyakit infeksi atau peradangan yang
disebabkan oleh kuman atau bakteri seperti: Staphylococcus
aureus,

proteus,

Escherichia

coli,

Mycobacterium

tubercolosis dan lain-lain. penyakit yang dapat ditimbulkan


oleh bakteri atau kuman tersebut ialah mestitis, keracunan
darah, radang pinggang, radang paru-paru, entritis (radang
usus disertai memar), infeksi action bacillus, TBC, dan lainlain. Kanamisin termasuk golongan antibiotik aminoglikosida

yang diproduksi oleh Streptomyces kanamyceticus (Istiantoro


& Gan, 2009).
Kanamisin
sintesis

bersifat bakterisid

protein

mikroba.

Efeknya

dengan
pada

menghambat

Mycobacterium

tuberculosis hanya bersifat supresif (Istiantoro & Gan, 2009).


Karena toksisitasnya, pemberian kanamisin dan
neomisin

secara

parenteral

telah

di

tinggalkan,karena

sifatnya terlalu toksik dibandingkan dengan aminoglikosida


lainnya dan sekarang hanya di gunakan untuk pemakaian
topikal atau oral saja (Katzung,1997).

Berdasarkan rumus kimianya, golongan ini dibagi menjadi :


N
GENERIK
O
1 Streptomisin
.

NAMA
DAGANG

Streptomicyn
(Streptomisin
Sulfat 1g/5g)

Diagon Stop
(Sreptomisin
Sulfat 65 mg,
ftalilsulfatiazol
, 250 mg, CaPantotenat 50
mg, kliokinol
100mg)
Kaolana

SEDIAAN

FUNGSI

DOSIS

Injeksi: Vial
(1g dan 5g)

Untuk mengobati
infeksi karena
Microbacterium
tuberculosis,
H.influenzae

Tuberkulosis sehari
1g dosis tunggal atau
dalam 2 dosis
terbagi, selama 6-12
atau lebih.
Meningitis atau
nefritik tuberkulosis
sehari 2 g dosis
tunggal datau dalam
dosis terbagi secara
terus menerus tanpa
interval

Sirup (60
mL)

Antiefektikum
saluran cerna

Botol (60
mL)

Pengobatan
penyakit infeksi
usus, termasuk diare
pada bayi maupun
diare karena infeksi
yag disebabkan oleh
mikroorganisme
yang peka atau zat

Bayi: sehari 3-4 x 1


sendok the, anak:
sehari 4-6 x 1
sendok teh, dewasa:
sehari 6x 2 sendok
teh

2
.

Neomisyn

Entromix

Botol (60
mL)

Viostreptin

Botol (60
mL)

Bevalex
(Betametason
17 Valerat
0,1%,
Neomisin
Sulfat 0,5%)

Krim tube 5
g

Neocenta
(Neomisin
Sulfat 0,5%,
Ekstrak
Plasenta 10%)

Krim tube
15 g

Neosinol
(Neomisin
Sulfat 5mg,
Fluosinolon
asetonida 0,25
mg per g)
Nabacetin
Serbuk
(Neomisin
sulfat 5 mg,
basitrasin 250
UI per g)
NB Topical
(Neomisisn
sulfat 5 mg, Zn
Basitrasin 500
UI per g)

beracun
Gastroenteritis
disebabkan kuman
yang pake obat ini
dan berbagai toksin
Semua bentuk diare
basiler despeptik
enteritis
Untuk mengobati
inflamasi dari
dermatosis responsif
terhadap
kortikosteroid bila
terkomplikasi
dengan infeksi
sekunder
disebabkan
organisme rentan
terhadap neomisin
Untuk mengobati
terapi luka bakar,
Ulkus kronik, ulkus
dekubital, eksim
pioderma, impetigo,
furunkulosis dan
penyakit kulit
lainnya

Dewasa 6 x sehari
10 mL, anak 6 x
sehari 5 mL, bayi 4
x sehari 5 mL
Dewasa 1-2 sendok
takar 3 x sehari;
anak-anak 1 sendok
takar 2-3 x sehari

Oleskan pada tempat


yang sakit sehari 2-3
x

Oleskan pada daerah


yang sakit sehari 4-6
x

Krim tube
10 g

Untuk mengobati
dermatitis yang
terinfeksi oleh
kuman yang peka
terhadap neomisin

Oleskan tipis sehari


2-3 x

Botol 5 g
serbuk

Untuk pencegahan
dan pengobatan
infeksi lokal pada
kulit dan mukosa

Sehari beberapa kali,


taburkan pada
bagian yang sakit

Salep 5g

Untuk mengobati
impetigo, terbakar,
pioderma, folikulitis
barbae, furunkolitis,
akne nekrotika, ulse
dekubitus, eksema
disertai infeksi

Oleskan langsung
pada daerah lesi

3
.

Kanamisyn

Kanabiotic
(Kanamisin
sulfat 1000
mg/vial)

Kanamycin
INJ MEIJI
(Kanamisin
500 mg, 1g,
2g)

Kanamycin
Meiji
(Kanamisin
Monosulfat
250 mg, 50
mg/ml)

Kanarco
(Kanamisin
sulfat 1g)

Kanoxin
(Kanamisin
sulfat 1g)

Injeksi Dus
10 Vial

Injeksi: Vial

10 x 10
kaplet, 60
mL sirup

Injeksi: Vial

Injeksi: Vial

Infeksi kuman peka


kanamisisn atau
kuman yang resisren
terhadap antibiotik
lain
Infeksi saluran
nafas, TB, ISK, GO
dan supuratif,
petusis, disentri
basiler, diare akut,
adnektisis, peny.
Weil, profilaksis
infeksi paska
operasi

Supresi Bakteri usus


sebelum operasi
usus, terapi
tambahan pada
koma hepatika,
disentri basiler,
diare akut dan
infeksi lainnya pada
usus

Infeksi saluran
nafas, taringtis,
bronkitis
bronkopneumonia,
ISK, sistitis, GO,
uretritis, otitis
media, osteomielitis
dan karbunkel
ISK, saluran nafas,
TBC paru, infeksi
bakteri supuratif dan
pencegah infeksi
setelah operasi

Sehari 15 mg/KgBB
dalam 2-4 dosis

Infeksi akut: Sehari


1-2 g, TB: Seminggu
sehari 3 x 1 g atau
semingggu sehari 2x
2 g, Go: Dosis
tunggal
Sterillasi usus:
dewasa 1g per jam
selama 4 jam,
kemudian 1 g tiap 6
jam selama 36-72
jam, anak dan bayi
150250mg/kgBB/hari
dalam dosis terbagi
tiap jam selama 6
jam. Terapi
tambahan pada
koma hepatika:
Dewasa: sehari 812g dalam dois
terbagi. Diberikan
sehari 4x 20 kg: 510 mL 10kg: 2,55mL 8kgg: 2-4 mal
4 kg:1-2 mL

10mg / kgBB / hari


terbagi dalam 2
dosis

Dewasa: IM sehari
1-2 g dalam dosis;
anak, Im, 10-30
mg/kgBB/hari dalam
2 dosis ; gonore, IM
2 g, TBC paru, IM

10

seminggu 2x 2 g
dalam 2 dosis

4
.

Gentamisyn

Garamycin
(Gentamisin
Sulfat 1 mg/g
krim

Tube 5g dan
15g Krim,
Tube 5 g dan
15 g salep

Digenta
(Gentamisin 1
mg,
betametason
0,5 mg)

Tube 10 g
krim

Sagestam Tts
Telinga
(Gentamisin 3
mg/ml)

Botol 5 mL

Derticort
(Gentamisin
sulfat,
betametason
diproprionat

Tube 5 g
Krim dan 10
g

Sagestam Tts
Mata
(Gentamisin 3
mg/ml)

5
.

Framisetyn

Sofra Tulle

Botol 5 mL
tetes mata

Kasa Steril
(Pak 10
lembar)

Untuk infeksi kulit


primer dan sekunder
karenna bakteri
yang rentan
Dermatitis atopik,
dermatitis kontak,
dermatitis statis,
dermtitis eksfoliatif,
neurodermatitis,
linchen planus,
eksim, intertigo,
psoriasis, pruritus
anogenital dan
senilis
Pengobtan infeksi
telinga luar (otitis
eksternal) yang di
sebabkan oleh
organisme yang
senssitif gentamisin
Terapi inflamasi
kulit yang resposif
terhadap
kortikosteroid
dengan infeksi
sekunder oleh
organisme yang
sensitif terhadap
gentamisin sulfat
Pengobatan infeksi
pada bagian luar
bola mata dan
adneksanya yang
disebbakan oleh
organisme yang
sensitif terhadap
gentamisin
Luka bakar,
traumatik, ulcratif,
electif, infeksi kulit
sekunder

Oleskan tipis pada


bagian yang sakit
sehari 3-4 x

Oleskan tiap hari 2-3


x

Sehari 3-4 x 2-4


tetes pada telinga
yang sakit pada
malam hari

Oleskan tipis dan


merata pada bagian
yang sakit

Sehari 6x 1-2 tetes


pada mata yang
sakit, infesi berat,
dosis awal 1 atau 2
tetes setiap 15 atau
20 menit, frekuensi
dikurangi secara
bertahap agar infeksi
terkontrol
Gunakan selapis
pada luka dengan
pembalut yang
sesuai untuk luka
yang mengeluarka
eksudat, ganti
pembalut sehari 1x

11

Daryant Tulle

Blecidex
(Framisetin
sulfat 5 mg,
gramisidin
0,05 mg,
deksametason
0,5 mg/ml
Sofradex
(Framisetin
sulfat 5 mg,
gramisidin
0,05 mg,
deksametason
0,5 mg/ml
Topifram
(Gramisisdina
0,25 mg,
desoksimeton
2,5 mg,
framisetina 7,5
mg)
6
.

Kasa
Pembalut
(Dus 10
Pembalut)

Luka bakar, luka


infeksi sekunder,
tukak dan setelah
operasi

Potong ukuran yang


sesuai, letakkan pada
luka

Botol tetes 5
mL

Mata, pengobatan
jangka pendek yang
memerlukan steroid.
Telinga otitis
ekstrena akut dan
kronis

Tetes mata: 1-2


tetes, teteskan pada
amta yang sakit tiap
1-2 jam selama 2-3
hri, lanjutkan sehari
3-4 x 1-2 tetes. Tetes
telinga sehari 1-4 x
2-3 tetes, teteskan
dala telinga yang
sakit

Botol Tetes
mata dan
telinga 8 mL

Pengobatan jangka
pendek, inflamasi
infeksi okular
disebabkan
organisme yang
sensitif

Mata, teteskan 1-2


tetes sampai 6x
sehari atau lebih bila
diperlukan. Telinga,
teteskan sehari 3-4 x
2-3 tetes

Krim

Eksem, Dermatitis,
epidermatitis, luka
bakar,
fotosensitisasi yang
terinfksi bakteri

1-4 x sehari oleskan


paa bagian yang
sakit

Tobramisyn
Bralifex
(Tobramisin 3
mg/mL)

Botol 5 mL
tetes mata

Nebcin
(Tobramisin
sulfat 60
mg/1,5 mL

Amp 1,5
mL/60 mg;
vial 2
mL/80 mg

Terapi infeksi
bagian luar mata
dan adneksanya
disebabkan bakteri
yang peka
Septikimia, sepsis
neonatus, infeksi
pernapasan bawah
dan
gastrointestinum
salurran kemih,
kulitt, tulang,
jaringan lunak
terutama oleh
Pseudomonas
aeruginosa E.Coli,
Klebsiela,
Streptococcus
faecalis,
staphylococcus;

Ringan atau sedang


1-2 tete setiap 4 jam;
berat: 2 tts setiap
jam hingga sembuh
Infeksi sedang, 2-3
mg/kgBB/hari;
infeksi berat 3
mg/kgBB/hari;
Infeksi paling berat:
> 5 mg/KgBB/hari

12

aereus
Tobryne
(Trobramisisn
sulfat
40mg/mL)

7
.

Injeksi: Dus
1 Vial

Bralifex plus
(Tobramisisn 3
mg,
deksametason
1 mg/mL)

Botol 5 mL
tetes mata

Tobradex
(Tobramisin
0,3%,
deksametason
0,1%)

Salep

Infeksi gigi T,
peritinitis, Infeksi
saluran nafas
bawah, kulit, tulang
dan jaringan lunak
Infeksi mata bakteri
superfisial atau
adanya resiko
infeksi bakteri yang
membuttuhkan
kortikosteroida,
uveitis anterior
kronik, luka pada
kornea karena zat
kimia, radiasi,
terbakar karena
panas atau karena
penetrasi zat asing
Infeksi mata

Amikasyn

Alostil
(Amikasin
Sulfat 500 mg)

Amikin
(Amikasin
Sulfat 250 mg,
500 mg dan
1g)

Injeksi: Vial
500 mg

Injeksi: Vial

Infeksi kuman gram


negatif pada intra
abdominal, jaringan
lunak, combustio,
jaringan tulang dan
sendi. Saluran nafas
bawah, saluran
kemih, paska
operasi.

Terapi pendek
infeksi parah
disebabkan kuman
gram negatif yang
peka termasuk

3-5mg/kgBB/hari
dalam 3 dosis
terbagi; anak-anak
1,5-1,9 mg/kgBB
tiap 12 jam

1-2 tetes diteteskan


pada kantung
konjungtiva setiap 46 jam selama 24-48
jam pertama, dosis
harus ditingkatkan
menjadi 1-2 tetes
setiap 2 jam

IM: 15mg/kgBB/hari
dibagi 2 dosis.
Neonatus dan
prematur: Dosis
Awal
10mg/kgBB/hari
dilanjtkan 15
mg/kgBB/hari dibagi
2 dosis. IV: 500 mg
alostin dilarutkan
dalam
NaCl/dekstrosa 5%
Dewasa/anak: IV
dalam 1-2 jam.
Dosis maksimal
sehari 1,5 g,
pengobatan jangan
lebih dari 10 hari
Sehari 15mg/kgBB
dibagi dalm 2 dosis.
Bayi baru lahir atau
byi prematur. Dosis
awal:

13

spesies
pseudomonas,
E.Coli, Proteus Sp,
Providencia,
Klebsiella,
Enterobacter
serratia, sp, dan
acinobacter sp

Mikasin
(Amikasin
sulfat 250 mg,
500 mg)

8
.

Netilmisyn

Netromycin

Injeksi: Vial

Bakteremia,
septikemia, infeksi
saluran nafas, tulang
dan sendi berat,
infeksi SSP, kulit,
intraabdominal, luka
bakar terinfeksi,
infeksi paska OP,
ISK dengan
komplikasi dan ISK
berulang

Injeksi: Vial

Infeksi bakteri
serius karena strain
yang resisten
gentamisin

Sirup dan
tablet

Diare yang
disebabkan amuba
baik akut maupun
kronik, terapi
penunjang pada
kasus koma
hepatikum

9 Paromomycin
.
Gabbroral
(Paromomisin
sulfat 250mg,
125mg/5mL

Gabbryl

Tablet dan
sirup

Terapi amebiasis
intestinal ringan
sampai sedang yang
disebabkan
entamoeba
histolytica. Terapi
penunjang untuk
koma hepatikum.

10mg/kgBB/hari
diikuti dengan sehari
15mg/kgBB dibagi
dalam 2 dosis
Dewasa, anak dan
bayi yang lebih
besar: 7,5 mg/kgBB
tiap 12 jam atau 5
mg/kgBB tiap 8 jam,
bayi baru lahir:
10mg/kgBB/hari
kemudian 7,5
mg/kgBB tiap 12
jam. Maksimal 15
mg/kgBB/ hari.
Lama terapi 7-10
hari; ISK: sehari 2x
250mg
BB> 50 kg, Sehari:
2x150mg atau sehari
1 x 300mg,
BB<50kg sehari:
2x100mg atau sehari
1x200 mg. Dosis
rata-rata 4-6
mg/kgBB/hari
Amubiasis:
dewasa/anak:2535mg/kgBB/hari,
tebagi dalam 3 dosis
selama 5-10 hari.
Manajemen pada
koma hepatikum:;
4g sehari dalam
dosis terbagi, 5-6
hari
Amubiasis intestinal,
dewasa dan anak 2535 mg/kgBB/hai
terbagi dalam 3
dosis, selama 7-10
hari. Tetapi dapat
diulangi dengan
interval 2 minggu.

14

Oma hepatikum
sehari 4g dalam
dosis terbagi.
Selama 5-6 hari

2. Macrolides
Makrolid adalah suatu kelompok antibiotk dengan struktrur
makrosiklik lactone yang berikatan dengan gula-gula deoxy. Obat-obat
yang termasuk golongan ini adalah Eritromisin, Claritromisin, Azitromisin
dan Telitromisin.
Eritromisin dihasilkan oelh suatu strain Streptomyces erythreus. Zat
ini berupa kristal berwarna kekuningan, larut dalam air sebanyak 2mg/mL.
Eritromisin larut lebih baik dalam etanol atau pelarut organic. Antibiotik ini
tidak stabil dalam suasana asam, kurang stabil pada suhu kamar tetapi
cukup stabil pada suhu rendah. Larutan netral eritromisin yang disimpan
pada suhu kamar akan menurun potensinya dalam bebrapa hari, tetapi bila
disimpan pada suhu 5oC bisanya tahan sampai beberapa minggu.
Golongan makrolid menghambat sintesis protein kuman dengan jalan
berkaitan secara reversible dengan ribosom subunit 50S, dan umumnya
bersifat bakteriostatik dan terkadang bakterisid untuk kuman yang peka.
Secara in vitro efek terbesar eritromisn terhadap kokus gram positif
seperti S. pyogenes dan S. pneumonia. S. viridans mempunyai kepekaan
yang bervariasi terhadap eritromisin. S. aureus hanya sebagian yang peka
terhadap obat ini. Strain S. aureus yang resisten terhadap eritromisin sering
dijumpai di rumah sakit (strain nosocomial).
Bakteri batang gram positif yang peka terhadap eritromisin ialah C.
perfringens, C. diphteriae dan L. monocytogenes.
Golongan antibiotik ini sebagian besar didapatkan dari berbagai
spesies Streptomyces. Secara kimiawi, semua antibiotik di golongan ini
diklasifikasikan sebagai lakton makrosiklik, mempunyai 12-20 atom
karbon pada struktur cincin lakton. Berbagai kombinasi gula deoxy terikat

15

pada cincin lakton dihubungkan oleh glicosidic linkage (Papich dan


Riviere, 2009).

Gambar 1. Struktur kimia erythromycin (atas) dan tylosin (bawah).

16

Mekanisme obat
Makrolid bekerja menghambat sintesis protein dengan mengikat
pada subunit ribosom 50S organisme prokariot. Letak ikatan pada ribosom
dekat dengan kloramfenikol dan dapat terjadi efek antagonis ketika di
berikan

bersamaan

dengan

kloramfenikol.

Makrolid

menghambat

translokasi tRNA dari asam amino penerima, mengganggu pembentukan


ikatan peptida baru sehingga mencegah sintesis protein baru dalam sel
mikroba. Makrolid dapat terikat ke ribosom mitokondria tetapi tidak dapat
melewati membrane mitokondria, sehingga tidak dapat mengakibatkan
terjadinya bone marrow suppression pada mamalia. Makrolid pada
umumnya tidak terikat pada ribosom mamalia, menjadikan grup antibiotik
ini aman untuk digunakan pada hewan (Papich dan Riviere, 2009).
Mekanisme resistensi
Resistensi terhadap makrolid biasanya dimediasi oleh plasmid, tetapi
modifikasi ribosom mungkin terjadi melalui mutasi kromosom. Resistensi
dapat terjadi karena berkurangnya entri ke bakteria (sering terjadi pada
bakteri gram negative), sistesis enzim bakteri yang menghidrolisis obat,
dan modifikasi target (dalam hal ini contohnya ribosom). Pelemahan
ribosom melibatkan metilasi lokasi reseptor obat 50S. Resistensi ini dapat
mengakibatkan resistensi silang terhadap antibiotik lain, seperti antibiotik
golongan makrolid yang lain dan linkosamid (Papich dan Riviere, 2009).
Spektrum aktifitas
Erythromycin efektif terhadap organisme gram positif seperti
streptococci, staphylococci, termasuk staphylococci yang resisten terhadap
-laktam karena sintesis -laktamase atau modifikasi penicillin-binding
protein target. Organisme lain yang menunjukkan kerentanan in-vitro
termasuk Mycoplasma, Arcanobacterium, Erysipelothrix, dan Bartonella.

17

Meskipun sprektrum aktifitasnya lebih tertuju pada bakteri gram negatif,


beberapa bakteri gram negatif juga rentan terhadap antibiotik golongan ini,
terutama Pasteurella spp. Antibiotik kelompok ini mempunyai efek
aktifitas sedang terhadap bakteri anaerobik. Bakteri gram negatif anaerobik
sering kali resisten. Kebanyakan bakteri gram negatif, seperti Enterobakter
atau Pseudomonas spp., resisten terhadap antibiotik golongan ini (Papich
dan Riviere, 2009).
Farmako kinetik
Erythromycin oral dapat diserap dengan baik, namuk inaktifasi
erythromycin karena keasaman lambung sangat normal untuk formulasi
dasar erythromycin, dan digunakan untuk alasan dasar bagi formulasi lain
seperti erythromycin estolate, formulasi stearate atau formulasi entericcoated erythromycin. Adanya makanan di dalam lambung sering
menyebabkan turunnya absorbsi erythromycin pada kebanyakan spesies,
termasuk

anjing.

Garam

erythromycin

(erythromycin-stearate

dan

erythromycin-phospate) terdisosiasi di dalam usus dan diabsorbsi sebagai


obat

bebas.

Erythromycin

ester

(erythromycin-ethylsuccinate

dan

erythromycin-estolate) lebih disukai untuk administrasi oral (Papich dan


Riviere, 2009).
Erythromycin ketika diinjeksikan secara IM atau SC dapat
menyebabkan rasa sakit, maka dari itu rute per oral lebih disukai kapanpun
memungkinkan untuk digunakan. Formulasi yang dapat diberikan rute IV
adalah bentuk glucoptate dan lactobionate, karena hanya dua bentuk ini
yang dapat larut dalam larutan encer (Papich dan Riviere, 2009).
Makrolid sering kali terkonsentrasi pada beberapa sel dikarenakan
dasar obatnya terjebak dalam sel yang lebih asam daripada plasma.
Konsentrasi jaringan untuk erythromycin, tylosin dan tilmicosin lebih
tinggi daripada konsentrasi serum, terutama di paru-paru. Konsentrasi
tilmicosin di paru-paru sangat tinggi dan bertahan paling tidak 72 jam

18

setelah administrasi satu dosis. Tulathromycin bertahan lebih lama di


jaringan paru-paru daripada di plasma (184 jam half-life di paru-paru dan
58-99 jam di plasma). Konsentrasi erythromycin juga sama tinggi atau
lebih tinggi dari konsentrasi plasma pada beberapa cairan tubuh seperti
cairan empedu dan cairan prostat, seminal, pleural dan cairan peritonel, dan
juga pada beberapa jaringan seperti hati, limpa, jantung dan ginjal.
Erythromycin tidak dapat melewati blood-brain barrier pada konsentrasi
yang cukup tinggi untuk menjadi terapeutik, namun dapat melewati
plasenta dan dapat mencapai konsentrasi terapeutik pada fetus (Papich dan
Riviere, 2009).
Metabolisme dan ekskresi
Metabolisme

erythromycin

melalui

enzim

mikrosom

hati,

menyebabkan demetilasi salah satu bagian gula desosamin molekul


erythromycin. Sedikit aksi antimikrobial tertinggal setelah demetilasi oleh
enzim-enzim

ini.

Enzim

metabolis

ini

dapat

diinduksi

dengan

phenobarbital, oleh karena itu pasien yang diberikan phenobarbital dan


erythromycin secara bersamaan dapat mengalami kegagalan pengobatan
antimikrobial karena meningkatnya metabolisme. Kebanyakan obat di
empedu dalam betuk termetabolisasi. Beberapa erythromycin aktif
ditemukan diekskresikan ke urin, dengan konsentrasi yang lebih tinggi
pada urin setelah administrasi IV (Papich dan Riviere, 2009).
Efek merugikan dan pencegahan
Efek samping dilaporkan lebih sering pada manusia daripada hewan.
Manusia yang diobati dengan makrolid (khususnya erythromycin)
mengalami mual dan muntah, demam, iritasi kulit, hepatitis kolestatis,
aspartat aminotransferase serum menaik, gangguan epigastrium, dan
gangguan pendengaran sementara, dan gangguan-gangguan lainnya.
Hepatitis kolestatis seringkali dihubungkan dengan estolate ester, sering

19

kali ditemukan, dengan gejala bermula antara 10-20 hari setelah terapi
dimulai dan berhenti beberapa hari setelah terapi dihentikan. Kolestatis
yang berhubungan dengan penggunaan erythromycin pada manusia dinilai
sebagai reaksi hipersensitifitas. Pada hewan, beberapa dari efek samping
tersebut diobservasi, belum ada laporan mengenai hepatitis. Tetapi,
regurgitasi dan muntah sudah banyak dilaporkan pada hewan kecil,
terutama anjing setelah administrasi oral erythromycin. Pada kuda,
erythromycin menginduksi diare, yang kemudian berhenti setelah
pengobatan di hentikan dan umumnya tidak fatal. Hipertermia (febrile
syndrome) juga telah terobservasi pada foals yang diberi erythromycin,
diikuti dengan diare dan gangguan pernafasan (Papich dan Riviere, 2009).
Interaksi obat
Erythromycin

dikenal

sebagai

inhibitor

enzim

mikrosom.

Erythromycin adalah substrat dan inhibitor untuk enzim cytochrome P450,


sistem enzin yang sering terlibat dalam metabolisme obat. Sebagai
inhibitor enzim cytochrome P450, erythromycin dapat menghambat
metabolisme obat seperti theophylline, cyclosporine, digoxin dan warfarin.
Konsentrasi obat-obat ini dapat menaik ketika hewan diberikan
erythromycin, menyebabkan efek farmakologik atau keracunan lebih
berpotensi (Papich dan Riviere, 2009).
Penggunaan klinis
Erythromycin digunakan untuk mengobati infeksi oleh organisme
gram positif. Karena distribusi yang tinggi pada jaringan dan persistensi
pada beberapa sel, makrolid sangat berguna untuk mengobati beberapa
infeksi yang disebabkan oleh bakteri berpolar banyak. Erythromycin dan
antibiotik makrolid lain terkadang digunakan sebagai alternatif dari
penicillin ketika penicillin gagal atau adanya alergi terhadap penicillin.
Infeksi yang dapat diobati olah erythromycin antara lain yang disebabkan

20

oleh Staphylococcus spp., Streptococcus spp., Arcanobacterium spp.,


Clostridium spp., Listeria spp., Bacillus spp., Erysipelothrix spp.,
Histophilus, Brucella spp., Fusobacterium spp., Pasteurella spp., Borrelia
spp., dan Mycoplasma spp. Pada hewan kecil, erythromycin digunakan
untuk mengobati pyoderma yang disebabkan oleh staphylococci, infeksi
pernafasan yang disebabkan oleh Mycoplasma, dan diare yang disebabkan
oleh organisme Campylobacter. Infeksi pernafasan terkadang diobati
dengan

erythromycin,

bahkan

ketika

organisme

kausatif

belum

teridentifikasi karena erythromycin melewati blood-bronchus barrier dan


mencapai

konsentrasi

yang

baik

di

sekresi

saluran

pernafasan.

Erythromycin juga digunakan sebagai pengobatan untuk penyakit


pernafasan pada sapi, infeksi Erysipelothrix pada babi dan infeksi
pernafasan yang disebabkan oleh Streptococcus dan Pasteurella pada babi.
Pada ayam, erythromycin digunakan untuk pengobatan infeksi pernafasan
yang disebabkan oleh Mycoplasma. Pada foal, erythromycin digunakan
dengan kombinasi rifampin untuk pengobatan pneumonia yang disebabkan
oleh Rhodococus equi (Papich dan Riviere, 2009).
Tylosin
Tylosin digunakan secara terapeutik untuk mengobati pinkeye
(Moraxella bovis) pada ternak, infeksi saluran pernafasan, disenteri babi,
pleuropneumonia yang disebabkan oleh Haemophilus parahemolyticus,
dan infeksi lain pada kucing, ayam, puyuh, dan kalkun. Tylosin digunakan
lebih luas sebagai feed additive untuk mendorong pertumbuhan pada
hewan pedaging seperti babi, sapi, dan ayam. Setelah administrasi tylosin
mempunyai withdrawal time 21 hari pada sapi dan 14 hari pada babi
(Papich dan Riviere, 2009).
Tilmicosin

21

Tilmicosin phosphate (Micotil 300) efektif digunakan untuk


mengobati penyakit pernafasan sapi. Dilaporkan 90% Mannheimia
haemolytica dan Pasteurella multocida sensitif terhadap tilmicosin pada
konsentrasi 6.25 g/ml, dan obat ini juga aktif terhadap Mycoplasma,
termasuk dari isolat sapi. Organisme lain dengan kerentanan in vitro
terhadap tilmicosin termasuk staphylococci dan streptococci. Kebanyakan
organisme gram negatif selain yang menyebabkan penyakit pernafasan sapi
seringkali resisten (Papich dan Riviere, 2009).
Tilmicosin yang diadministrasikan pada anak sapi yang menderita
pneumonia ditemukan memberi respon lebih baik ketika di obati dengan 10
mg/kg SC tilmicosin daripada dengan 20 mg/kg IM oxytetracycline.
Tilmicosin phosphate diakui untuk pengobatan penyakit pernafasan pada
babi

yang

disebabkan

oleh

Actinobacillus

pleuropneumonia

dan

Pasteurella multocida. Bentuk ini (Pulmotil) diadministrasikan sebagai


feed additive dan menunjukkan hasil yang efektif untuk mengontrol
pneumonia pada babi. Tilmicosin juga digunakan untuk pengobatan
pasterellosis pada kelinci, dengan dosis 25 mg/kg SC (Papich dan Riviere,
2009).
Tulathromycin
Tulathromycin adalah derivat azalid dari erythromycin, dengan
ditambahkan tiga grup nitrogen. Tulathromycin mempunyai aktifitas
terhadap gram negatif lebih baik daripada obat lain dalam grup ini, yang
berarti nilai MIC lebih rendah untuk patogen pernafasan pada babi dan
anjing (contohnya Pasteurella, Manheimia, Histophillus, dan lain lain) dan
aktifitas bakterisidal untuk banyak patogen (Papich dan Riviere, 2009).
Claritrhomycin
Clarithromycin digunakan utamanya pada manusia karena lebih
ditoleransi daripada erythromycin, mempunyai spektrum yang lebih luas,

22

dan terkonsentrasi di leukosit. Clarythromycin dikombinasikan dengan


ranitidine dan bismuth digunakan untuk mengobati infeksi Helicobacter
pylori pada manusia. Pada anjing, clarithromycin tidak memiliki
farmakokinetik yang disukai seperti yang dimiliki oleh azitrhomycin
(paruh waktu nya tidak lama) (Papich dan Riviere, 2009).

Azithromycin
Azithromycin adalah obat pertama dari kelas azalid yang diakui
untuk digunakan pada manusia, dan sering digunakan pada hewan kecil,
hewan eksotis, dan kuda. Azalid adalah derivat dari erythromycin dan
mempunyai mekanisme yang mirip. Azithromycin mempunyai absorbsi
oral yang lebih baik, lebih ditoleransi, paruh waktu yang lebih lama
(terutama di jaringan), dan mempunyai spektrum aktifitas yang lebih luas
daripada erythromycin (Papich dan Riviere, 2009).
Azithromycin

aktif

terhadap

bakteri

aerob

gram

positif

(staphylococci dan streptococci) dan anaerob. Tetapi aktifitas terhadap


staphylococci tidak sebaik erythromycin. Mempunyai aktifitas terhadap
bakteri gram negatif seperti Haemophilus tetapi tidak terhadap organisme
gram negatif enteris atau Pseudomonas, aktif terhadap organisme intrasel
termasuk Chlamydophilia dan Toxoplasma, dan juga aktif terhadap
mycobacteria dan Mycoplasma (Papich dan Riviere, 2009).
Azithromycin umumnya ditoleransi dengan baik. Pada manusia,
gangguan pencernaan adalah efek samping yang biasa (mual, muntah,
diare, sakit perut). Pada anjing, dosis tinggi dapat menyebabkan muntah
(Papich dan Riviere, 2009).

23

24

Golong
an
antibio
tik
Golong
an
Makroli
da

Nama
antibioti
k

Indikasi

Erytromyc
in

Infeksi
bakteri
S.pneumoni
ae, S.
aureus, M.
pneumonia
e,
Legionella
pneumophil
a,
N.gonorrho
eae, infeksi
mata,
infeksi kulit
(jerawat),
syphilis

Dosis

Obat mata :
2-6 x sehari
untuk infeksi
berat
Topikal : 2x
sehari
IV. dewasa :
15-20
mg/kg/hari
dalam dosis
terbagi tiap
6 jam atau
500 mg
hingga 1 g
tiap 6 jam
IV anak :
15-50
mg/kg/hari
dalam dosis
terbagi tiap
6 jam
Oral :
250-500 mg
tiap 6-12

sediaan

Kapsul
250mg
Sediaan
topikal 2%
(30 g, 60 g)
Oral suspensi
200 mg/5 mL
(100 mL, 200
mL)
Salep mata
0.5% (1 g,
3.5 g)
Serbuk untuk
injeksi 500
mg, 1 g
Tablet 250
mg, 500 mg

ADR

Keamanan

Stabilitas

Kejang,
anoreksia,
mual,
muntah,
lemas,
tromboplebitis
, reaksi alergi,
reaksi
hipersensitif,
urtikaria,
anafilaksis,
erytema

Faktor resiko
pada ibu
hamil : B

Larutan akan
stabil selama 2
minggu dalam
lemari pendingin
dan stabil selama
8 jam pada suhu
kamar.

Injeksi stabil
dalam suhu
kamar (25C) dan
lemari pendingin
(4C) selama 24
jam.

Tablet & kapsul


disimpan pada
suhu <30C.

Sedian topikal &


mata : simpan
pada suhu kamar

25

jam atau
400-800 mg
tiap 6-12
jam
Claritrom
ycin

Infeksi
bakteri,
otitis media
akut,
faringitis,
tonsilitis,
sinusitis,
infeksi kulit

Dosis lazim :
Oral: 250500 mg tiap
12 jam atau
1000 mg
sekali sehari
sampai 7-14
hari
Penderita gg
ginjal :
Clcr <30
mL/minute :
setengah
dari dosis
normal

Suspensi
oral :
125 mg/5 mL
(50 mL, 100
mL); 250
mg/5 mL (50
mL, 100 mL)

Tablet : 250
mg, 500 mg

Sakit kepala,
ruam kulit,
mual,
muntah,
dyspepsia

Faktor resiko
pada ibu
hamil : C

Tablet & suspensi


oral disimpan di
suhu kamar.

Anda mungkin juga menyukai