KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN PENULISAN
BAB II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
Manusia
Lingkungan
Keperawatan
PRINSIP-PRINSIP KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
PERKEMBANGAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
A.
DULU
B.
SEKARANG
ASUHAN YANG KOMPETEN BAGI PERAWAT JIWA
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Gangguan jiwa, ilussi, halusinasi, terapi kognitif, terapi keluarga, model
keperawatan jiwa, pakar keperawatan jiwa, asuhan gangguan keperawatan jiwa,
terapi aktifitas kelompok, diagnosa keperawatan, psikopat, diagnosa, trauma.
RUMUSAN MASALAH
1. Mengetahui pengertian keperawatan jiwa
2. Mengetahui perkembangan keperawatan jiwa
3. Mengerti asuhan keperawatan jiwa
TUJUAN PENULISAN
Diharapkan mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang
keperawatan dalam klien pada gangguan jiwa
BAB II
PEMBAHASAN
Keperawatan
jiwa
adalah
proses
interpersonal
yang
berusaha
untuk
Manusia
Fungsi seseorang sebagai makhluk holistik yaitu bertindak, berinteraksi dan
bereaksi dengan lingkungan secara keseluruhan. Setiap individu mempunyai
kebutuhan dasar yang sama dan penting. Setiap individu mempunyai harga diri dan
martabat. Tujuan individu adalah untuk tumbuh, sehat, mandiri dan tercapai
aktualisasi diri. Setiap individu mempunyai kemampuan untuk berubah dan
keinginan untuk mengejar tujuan personal. Setiap individu mempunyai kapasitas
koping yang bervariasi. Setiap individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam
pengambilan keputuasan. Semua perilaku individu bermakna dimana perilaku
tersebut meliputi persepsi, pikiran, perasaan dan tindakan.
Lingkungan
Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya
dan lingkungan luar, baik keluarga, kelompok, komunitas. Dalam berhubungan
dengan lingkungan, manusia harus mengembangkan strategi koping yang efektif
agar dapat beradaptasi. Hubungan interpersonal yang dikembangkan dapat
menghasilkan perubahan diri individu.
Kesehatan
Keperawatan
Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan
menggunakan diri sendiri secara terapeutik. Metodologi dalam keperawatan jiwa
Keperawatan
Kesehatan
Jiwa
Pemberian
asuhan
keperawatan
merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara perawat
dengan klien, dan masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal
( Carpenito, 1989 dikutip oleh Keliat,1991).
Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses terapeutik
tersebut, yaitu proses keperawatan. Penggunaan proses keperawatan membantu
perawat
dalam
melakukan
praktik
keperawatan,
menyelesaikan
masalah
keperawatan klien, atau memenuhi kebutuhan klien secara ilmiah, logis, sistematis,
dan terorganisasi. Pada dasarnya, proses keperawatan merupakan salah satu teknik
penyelesaian masalah (Problem solving). Proses keperawatan bertujuan untuk
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien
sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi optimal. Kebutuhan dan masalah
klien dapat diidentifikasi, diprioritaskan untuk dipenuhi, serta diselesaikan. Dengan
menggunakan proses keperawatan, perawat dapat terhindar dari tindakan
keperawatan yang bersifat rutin, intuisis, dan tidak unik bagi individu klien. Proses
keperawatan mempunyai ciri dinamis, siklik, saling bergantung, luwes, dan terbuka.
Setiap
tahap
dapat
diperbaharui
jika
keadaan
klien
klien
berubah.
Tahap demi tahap merupakan siklus dan saling bergantung. Diagnosis keperawatan
tidak mungkin dapat dirumuskan jika data pengkajian belum ada. Proses
keperawatan merupakan sarana / wahana kerja sama perawat dan klien. Umumnya,
pada tahap awal peran perawat lebih besar dari peran klien, namun pada proses
sampai akhir diharapkan sebaliknya peran klien lebih besar daripada perawat
sehingga kemandirian klien dapat tercapai. Kemandirian klien merawat diri dapat
pula digunakan sebagai kriteria kebutuhan terpenuhi dan / atau masalah teratasi.
Manfaat Proses Keperawatan Bagi Perawat.
a. Peningkatan otonomi, percaya diri dalam memberikan asuhan keperawatan.
b. Tersedia pola pikir/ kerja yang logis, ilmiah, sistematis, dan terorganisasi.
c. Pendokumentasian dalam proses keperawatan memperlihatkan bahwa perawat
bertanggung jawab dan bertanggung gugat.
d. Peningkatan kepuasan kerja.
e. Sarana/wahana desimasi IPTEK keperawatan.
f. Pengembangan karier, melalui pola pikir penelitian.
Bagi Klien :
a. Asuhan yang diterima bermutu dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
b. Partisipasi meningkat dalam menuju perawatan mandiri (independen care).
c.
yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri
sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya. Praktik keperawatan jiwa terjadi dalam
konteks sosial dan lingkungan. Perawat jiwa menggunakan pengetahuan dari ilmuilmu psikososial, biofisik, teori-teori kepribadian dan perilaku manusia untuk
menurunkan suatu kerangka kerja teoritik yang menjadi landasan praktik
keperawatan.
Kesehatan jiwa merupakan kondisi yang memfasilitasi secara optimal dan
selaras dengan orang lain, sehingga tercapai kemampuan menyesuaikan diri
dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat dan lingkungan, keharmonisan fungsi
jiwa, yaitu sanggup menghadapi problem yang biasa terjadi dan merasa bahagia.
Sehat secara utuh mencakup aspek fisik, mental, sosial, dan pribadi yang dapat
dijelaskan sebagi berikut.Kesehatan fisik, yaitu proses fungsi fisik dan fungsi
fisiologis,
kepadanan,
dan
efisiensinya.
Indikator sehat fisik yang paling minimal adalah tidak ada disfungsi, dengan indikator
lain (mis. tekanan darah, kadar kolesterol, denyut nadi dan jantung, dan kadar
karbon
monoksida)
biasa
digunakan
untuk
menilai
berbagai
derajat
Jadi dapat disimpulkan bahwa kesehatan jiwa adalah bagian integral dari
kesehatan dan merupakan kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, dan
sosial individu secara optimal, dan selaras dengan perkembangan dengan orang
lain.
Jadi jelas dengan pendekatan ini kita memperhatikan faktor psikologis dan sosial
atau psikososial di samping faktor biologis di dalam melaksanakan upaya
kesehatan.
Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan
tantangan yang unik karena masalah kesehaan jiwa mungkin tidak dapat dilihat
langsung, saperti pada masalah kesehatan fisik yang memperlihatkan bermacam
gejala dan disebabkan berbagai hal. Kejadian masa lalu yang sama dengan kejadian
saat ini, tetapi mungkin muncul gejala yang berbeda dan kontradiksi. Kemampuan
mereka untuk berperan dalam menyelesaikan masalah juga bervariasi. Hubungan
saling percaya antara perawat dan klien merupakan dasar utama dalam melakukan
asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa. Hal ini penting karena peran
perawat dalam asuhan keperawatan jiwa adalah membantu klien untuk dapat
menyelesaikan masalah sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Klien mungkin
menghindar atau menolak berperan serta dan perawat mungkin cenderung
membiarkan, khususnya terhadap klien yang tidak menimbulkan keributan dan tidak
membahayakan.
Hal itu harus dihindari karena :
Belajar menyelesaikan masalah akan lebih efektif jika klien ikut berperan
serta.
Peran dan Fungsi Perawat Jiwa Defenisi dan Uraian Keperawatan Jiwa
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya meningkatkan dan
mempertahankan perilaku pasien yang berperan pada fungsi yang terintegrasi.
Sistem pasien atau klien dapat berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi atau
komunitas. ANA mendefiniskan keperawatan kesehatan jiwa sebagai Suatu bidang
spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai
ilmunya dan pengunaan diri yang bermanfaat sebagai kiatnya. Praktik kontemporer
keperawatan jiwa terjadi dalam konteks sosial dan lingkungan.
Peran keperawatan jiwa profesional berkembang secara kompleks dari elemen
historis aslinya. Peran tersebut kini mencakup dimensi kompetensi klinis, advokasi
pasien-keluarga, tanggung jawab fiskal, kolaborasi antardisiplin, akuntabilitas sosial,
dan parameter legal-etik.
Center for Mental Health Services secara resmi mengakui keperawatan kesehatan
jiwa sebagai salah satu dari lima inti disiplin kesehatan jiwa. Perawat jiwa
menggunakan pengetahuan dari ilmu psikososial, biofisik,, teori kepribadian, dan
perilaku manusia untuk mendapatkan suatu kerangka berpikir teoritis yang
mendasaripraktikkeperawatan.
Berikut ini adalah dua tingkat praktik keperawatan klinis kesehatan jiwa yang telah
diidentifikasi.
1. Psychiatric-mental health registered nurse (RN)
adalah perawat terdaftar berlisensi yang menunjukkan keterampilan klinis dalam
keperawatan kesehatan jiwa melebihi keterampilan perawat baru di lapangan.
Sertifikasi adalah proses formal untuk mengakui bidang keahlian klinis perawat.
2. Advanced practice registered nurse ini psychiatric-mental health (APRN-PMH)
adalah perawat terdaftar berlisensi yang minimal berpendidikan tingkat master,
memiliki pengetahuan mendalam tentang teori keperawatan jiwa, membimbing
praktik klinis, dan memiliki kompetensi keterampilan keperawatan jiwa lanjutan.
Perawat kesehatan jiwa pada praktik lanjutan dipersiapkan untuk memiliki gelar
master dan doktor dalam bidang keperawatan atau bidang lain yang berhubungan.
3. Rentang Asuhan Tatanan Tradisional
Untuk perawat jiwa meliputi fasilitas psikiatri, pusat kesehatan jiwa masyarakat, unit
psikitari di rumah sakit umum, fasilitas residential, dan praktik pribadi. Namun,
dengan adanya reformasi perawatan kesehatan, timbul suatu tatanan alternatif
sepanjang rentang asuhan bagi perawat jiwa.
Banyak rumah sakit secara spesifik berubah bentuk menjadi sistem klinis terintegrasi
yang memberikan asuhan rawat inap, hospitalisasi parsial atau terapi harian,
perawatan residetial, perawatan di rumah, dan asuhan rawat jalan.
Tatanan terapi di komunitas saat ini berkembang menjadi foster care atau group
home, hospice, lembaga kesehatan rumah, asosiasi perawat kunjungan, unit
Roles and functions of psychiatric nurse : competent care (Peran dan fungsi
keperawatan jiwa : yang kompeten).
Stress adaptation model of psychiatric nursing (model stress dan adaptasi dalam
keperawatan jiwa).
peran
keperawatan
jiwa:
melalui
penampilan
standar-standar
Pencegahan primer
Penanganan multidisiplin
A.
DULU
Pasien Gangguan Jiwa dianggap sampah, memalukan dipasung
B.
SEKARANG
- Meningkatkan Iptek
- Pengetahuan masyarakat tentang gangguan jiwa meningkat
- Perlu pemahaman tentang human right
- Penting meningkatkan mutu pelayanan dan perlindungan konsumen.
model pendekatan keperawatan jiwa
Model
View
of
behavioral
Psychoanalytical
(freud, Erickson)
deviation
Ego
tidak
mampu
(Sullivan, peplau)
tidak
dialami
secara
Social(caplan,szasz)
therapist
security
interpersonal,
relationship
basic fear is
interpersonal
fear
satisfaction
rejection
Social
& Environment
environmenta
manipulation
social support
factors
create stress,
(Ellis, Rogers)
&
Pasien:
menyampaikan
menemukan
relationship,
dan
conducted
menerima diri
group
sendiri
& relationship
Terapist:
anxiety
Existensial
masyarakat
which cause
&symptom
Individu gagal
menginterpretasi pikiran
Trusting
of
mengungkapkan
memperbaiki
selesai
Ansietas timbul
&
process
Transferen
ansietas,
Interpersonal
analisa mimpi
mengontrol
konflik
Therapeutic
Encouraged
in Klien:
dalam
in yang
berperan
serta
pengalaman
berarti
untuk
mempelajari diri
to Terapist:
memperluas
accept
biopsikososia
respon
adaptif
&
respon
(Meyer,Kreaplin)
saat ini
Combination
terlibat
dalam
maladaptive
Medical
control behavior
Faktor Menguatkan
Klien:
Supportive Therapy
(Wermon,Rockland)
self
Klien:menjalaniprosedur
from
diagnostic,
diagnostic
&
terapi
physiological,
terapi
genetic,
farmakologik
environmenta
teknik
Repport
l & social
interpersonal
effects,Diagnoseillness,
Therapy,
Therapeutic Approach
anak tidak mendapatkan air susu secara sempurna, tidak adanya stimulus untuk
belajar berkata- kata, dilarang dengan kekerasan untuk memasukkan benda pada
mulutnya pada fase oral dan sebagainya. Hal ini akan menyebabkan traumatic yang
membekas pada masa dewasa.
Proses terapi pada model ini adalah menggunakan metode asosiasi bebas dan
analisa mimpi, transferen untuk memperbaiki traumatic masa lalu. Misalnya klien
dibuat dalam keadaan ngantuk yang sangat. Dalam keadaan tidak berdaya
pengalaman alam bawah sadarnya digali dengamn pertanyaan-pertanyaan untuk
menggali traumatic masa lalu. Hal ini lebih dikenal dengan metode hypnotic yang
memerlukan keahlian dan latihan yang khusus.
Dengan cara demikian, klien akan mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya,
sedangkan therapist berupaya untuk menginterpretasi pikiran dan mimpi pasien.
Peran perawat adalah berupaya melakukan assessment atau pengkajian
mengenai keadaan-keadaan traumatic atau stressor yang dianggap bermakna pada
masa lalu misalnya ( pernah disiksa orang tua, pernah disodomi, diperlakukan secar
kasar, diterlantarkan, diasuh dengan kekerasan, diperkosa pada masa anak),
dengan menggunakan pendekatan komunikasi terapeutik setelah terjalin trust (saling
percaya).
2. Interpersonal ( Sullivan, peplau)
Menurut konsep model ini, kelainan jiwa seseorang bias muncul akibat adanya
ancaman. Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (Anxiety). Ansietas timbul
dan alami seseorang akibat adanya konflik saat berhubungan dengan orang lain
(interpersonal). Menurut konsep ini perasaan takut seseorang didasari adnya
ketakutan ditolak atau tidak diterima oleh orang sekitarnya.
Proses terapi menurut konsep ini adalh Build Feeling Security (berupaya
membangun rasa aman pada klien), Trusting Relationship and interpersonal
Satisfaction (menjalin hubungan yang saling percaya) dan membina kepuasan
dalam bergaul dengan orang lain sehingga klien merasa berharga dan dihormati.
Peran perawat dalam terapi adalah share anxieties (berupaya melakukan sharing
mengenai apa-apa yang dirasakan klien, apa yang biasa dicemaskan oleh klien saat
berhubungan dengan orang lain), therapist use empathy and relationship ( perawat
berupaya bersikap empati dan turut merasakan apa-apa yang dirasakan oleh klien).
Perawat memberiakan respon verbal yang mendorong rasa aman klien dalam
berhubungan dengan orang lain.
dalam
proses
terapinya
adalah
mengupayakan
individu
agar
berpengalaman bergaul dengan orang lain, memahami riwayat hidup orang lain
yang dianggap sukses atau dapat dianggap sebagai panutan(experience in
relationship), memperluas kesadaran diri dengan cara introspeksi (self assessment),
bergaul dengan kelompok sosial dan kemanusiaan (conducted in group), mendorong
untuk menerima jatidirinya sendiri dan menerima kritik atau feedback tentang
perilakunya dari orang lain (encouraged to accept self and control behavior).
Prinsip keperawatannya adalah : klien dianjurkan untuk berperan serta dalam
memperoleh pengalaman yang berarti untuk memperlajari dirinya dan mendapatkan
feed back dari orang lain, misalnya melalui terapi aktivitas kelompok. Terapist
berupaya untuk memperluas kesadaran diri klien melalui feed back, kritik, saran atau
reward & punishment.
5. Supportive Therapy ( Wermon, Rockland)
Penyebab gangguan jiwa dalam konsep ini adalah: factor biopsikososial dan respo
maladaptive saat ini. Aspek biologisnya menjadi masalah seperti: sering sakit maag,
migraine, batuk-batuk. Aspek psikologisnya mengalami banyak keluhan seperti :
mudah cemas, kurang percaya diri, perasaan bersalah, ragu-ragu, pemarah. Aspek
sosialnya memiliki masalah seperti : susah bergaul, menarik diri,tidak disukai,
bermusuhan, tidak mampu mendapatkan pekerjaan, dan sebagainya. Semua hal
tersebut terakumulasi menjadi penyebab gangguan jiwa. Fenomena tersebut muncul
akibat ketidakmamupan dalam beradaptasi pada masalah-masalah yang muncul
saat ini dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu.
Prinsip proses terapinya adalah menguatkan respon copinh adaptif, individu
diupayakan mengenal telebih dahulu kekuatan-kekuatan apa yang ada pada dirinya;
kekuatan mana yang dapat dipakai alternative pemecahan masalahnya.
Perawat harus membantu individu dalam melakukan identifikasi coping yang dimiliki
dan yang biasa digunakan klien. Terapist berupaya menjalin hubungan yang hangat
dan empatik dengan klien untuk menyiapkan coping klien yang adaptif.
6. Medica ( Meyer, Kraeplin)
Menurut konsep ini gangguan jiwa cenderung muncul akibat multifactor yang
kompleks meliputi: aspek fisik, genetic, lingkungan dan factor sosial. Sehingga focus
penatalaksanaannya harus lengkap melalui pemeriksaan diagnostic, terapi somatic,
farmakologik dan teknik interpersonal. Perawat berperan dalam berkolaborasi
dengan tim medis dalam melakukan prosedur diagnostic dan terapi jangka panjang,
therapist berperan dalam pemberian terapi, laporan mengenai dampak terapi,
menentukan diagnose, dan menentukan jenis pendekatan terapi yang digunakan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Gangguan jiwa, ilussi, halusinasi, terapi kognitif, terapi keluarga, model
keperawatan jiwa, pakar keperawatan jiwa, asuhan gangguan keperawatan jiwa,
terapi aktifitas kelompok, diagnosa keperawatan, psikopat, diagnosa, trauma.
Daftar Pustaka
Keliat, Budi Anna;Panjaitan;Helena. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Ed.2. Jakarta: EGC.
Stuart, Gail W.2007.Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Suliswati, 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Yosep,Iyus.2007. Keperawatan Jiwa. Jakarta: PT. Refika Aditama.
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat TUHAN yang maha esa atas berkat dan
tuntunannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah yang saya buat ini adalah tentang konsep keperawatan jiwa. adapun
tujuan dari makalah ini adalah untuk melengkapi tugas pertama dalam mata
kuliah NEUROBIHAVIOR.
Mungkin terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini untuk itu kritikan dan
saran sangat saya perlukan demi kesempurnaan makalah ini.
MAKALAH
KONSEP KEPERAWATAN JIWA
NAMA :
EKA RHESVLYANTI
NIM : 14061035