Anda di halaman 1dari 23

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN PENULISAN
BAB II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
Manusia
Lingkungan
Keperawatan
PRINSIP-PRINSIP KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
PERKEMBANGAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
A.
DULU
B.
SEKARANG
ASUHAN YANG KOMPETEN BAGI PERAWAT JIWA
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Gangguan jiwa, ilussi, halusinasi, terapi kognitif, terapi keluarga, model
keperawatan jiwa, pakar keperawatan jiwa, asuhan gangguan keperawatan jiwa,
terapi aktifitas kelompok, diagnosa keperawatan, psikopat, diagnosa, trauma.

RUMUSAN MASALAH
1. Mengetahui pengertian keperawatan jiwa
2. Mengetahui perkembangan keperawatan jiwa
3. Mengerti asuhan keperawatan jiwa

TUJUAN PENULISAN
Diharapkan mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang
keperawatan dalam klien pada gangguan jiwa

BAB II
PEMBAHASAN

PENGERTIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA


a. Menurut American Nurses Associations (ANA)
Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang
menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri
sendiri secara teraupetik dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan
kesehatan mental klien dan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada
(American Nurses Associations).
b. Menurut WHO
Kes. Jiwa bukan hanya suatu keadaan tdk ganguan jiwa, melainkan
mengandung berbagai karakteristik yg adalah perawatan langsung, komunikasi dan
management, bersifat positif yg menggambarkan keselarasan dan keseimbangan
kejiwaan yg mencerminkan kedewasaan kepribadian yg bersangkutan.
c. Menurut UU KES. JIWA NO 03 THN 1966
Kondisi yg memungkinkan perkembangan fisik, intelektual emosional secara
optimal dari seseorang dan perkebangan ini selaras dgn orang lain.
Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan profesional didasarkan pada
ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan
dengan respons psiko-sosial yang maladaptif yang disebabkan oleh gangguan biopsiko-sosial, dengan menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa
( komunikasi terapeutik dan terapi modalitas keperawatan kesehatan jiwa ) melalui
pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan
dan memulihkan masalah kesehatan jiwa klien (individu, keluarga, kelompok
komunitas ).

Keperawatan

jiwa

adalah

proses

interpersonal

yang

berusaha

untuk

meningkatkan dan mempertahankan perilaku sehingga klien dapat berfungsi utuh


sebagai manusia.
Prinsip keperawatan jiwa terdiri dari empat komponen yaitu manusia, lingkungan,
kesehatan dan keperawatan.

Manusia
Fungsi seseorang sebagai makhluk holistik yaitu bertindak, berinteraksi dan
bereaksi dengan lingkungan secara keseluruhan. Setiap individu mempunyai
kebutuhan dasar yang sama dan penting. Setiap individu mempunyai harga diri dan
martabat. Tujuan individu adalah untuk tumbuh, sehat, mandiri dan tercapai
aktualisasi diri. Setiap individu mempunyai kemampuan untuk berubah dan
keinginan untuk mengejar tujuan personal. Setiap individu mempunyai kapasitas
koping yang bervariasi. Setiap individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam
pengambilan keputuasan. Semua perilaku individu bermakna dimana perilaku
tersebut meliputi persepsi, pikiran, perasaan dan tindakan.

Lingkungan
Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya
dan lingkungan luar, baik keluarga, kelompok, komunitas. Dalam berhubungan
dengan lingkungan, manusia harus mengembangkan strategi koping yang efektif
agar dapat beradaptasi. Hubungan interpersonal yang dikembangkan dapat
menghasilkan perubahan diri individu.

Kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang menunjukkan


salah satu segi kualitas hidup manusia, oleh karena itu, setiap individu mempunyai
hak untuk memperoleh kesehatan yang sama melalui perawatan yang adekuat.

Keperawatan
Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan
menggunakan diri sendiri secara terapeutik. Metodologi dalam keperawatan jiwa

adalah menggunakan diri sendiri secara terapeutik dan interaksinya interpersonal


dengan menyadari diri sendiri, lingkungan, dan interaksinya dengan lingkungan.
Kesadaran ini merupakan dasar untuk perubahan. Klien bertambah sadar akan diri
dan situasinya, sehingga lebih akurat mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta
memilih cara yang sehat untuk mengatasinya. Perawat memberi stimulus yang
konstruktif sehingga akhirnya klien belajar cara penanganan masalah yang
merupakan modal dasar dalam menghadapi berbagai masalah.
Proses

Keperawatan

Kesehatan

Jiwa

Pemberian

asuhan

keperawatan

merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara perawat
dengan klien, dan masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal
( Carpenito, 1989 dikutip oleh Keliat,1991).
Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses terapeutik
tersebut, yaitu proses keperawatan. Penggunaan proses keperawatan membantu
perawat

dalam

melakukan

praktik

keperawatan,

menyelesaikan

masalah

keperawatan klien, atau memenuhi kebutuhan klien secara ilmiah, logis, sistematis,
dan terorganisasi. Pada dasarnya, proses keperawatan merupakan salah satu teknik
penyelesaian masalah (Problem solving). Proses keperawatan bertujuan untuk
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien
sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi optimal. Kebutuhan dan masalah
klien dapat diidentifikasi, diprioritaskan untuk dipenuhi, serta diselesaikan. Dengan
menggunakan proses keperawatan, perawat dapat terhindar dari tindakan
keperawatan yang bersifat rutin, intuisis, dan tidak unik bagi individu klien. Proses
keperawatan mempunyai ciri dinamis, siklik, saling bergantung, luwes, dan terbuka.
Setiap

tahap

dapat

diperbaharui

jika

keadaan

klien

klien

berubah.

Tahap demi tahap merupakan siklus dan saling bergantung. Diagnosis keperawatan
tidak mungkin dapat dirumuskan jika data pengkajian belum ada. Proses
keperawatan merupakan sarana / wahana kerja sama perawat dan klien. Umumnya,
pada tahap awal peran perawat lebih besar dari peran klien, namun pada proses
sampai akhir diharapkan sebaliknya peran klien lebih besar daripada perawat
sehingga kemandirian klien dapat tercapai. Kemandirian klien merawat diri dapat
pula digunakan sebagai kriteria kebutuhan terpenuhi dan / atau masalah teratasi.
Manfaat Proses Keperawatan Bagi Perawat.
a. Peningkatan otonomi, percaya diri dalam memberikan asuhan keperawatan.

b. Tersedia pola pikir/ kerja yang logis, ilmiah, sistematis, dan terorganisasi.
c. Pendokumentasian dalam proses keperawatan memperlihatkan bahwa perawat
bertanggung jawab dan bertanggung gugat.
d. Peningkatan kepuasan kerja.
e. Sarana/wahana desimasi IPTEK keperawatan.
f. Pengembangan karier, melalui pola pikir penelitian.
Bagi Klien :
a. Asuhan yang diterima bermutu dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
b. Partisipasi meningkat dalam menuju perawatan mandiri (independen care).
c.

Terhindar dari malpraktik.


Keperawatan Jiwa merupakan suatu bidang spesialisasi praktik keperawatan

yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri
sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya. Praktik keperawatan jiwa terjadi dalam
konteks sosial dan lingkungan. Perawat jiwa menggunakan pengetahuan dari ilmuilmu psikososial, biofisik, teori-teori kepribadian dan perilaku manusia untuk
menurunkan suatu kerangka kerja teoritik yang menjadi landasan praktik
keperawatan.
Kesehatan jiwa merupakan kondisi yang memfasilitasi secara optimal dan
selaras dengan orang lain, sehingga tercapai kemampuan menyesuaikan diri
dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat dan lingkungan, keharmonisan fungsi
jiwa, yaitu sanggup menghadapi problem yang biasa terjadi dan merasa bahagia.
Sehat secara utuh mencakup aspek fisik, mental, sosial, dan pribadi yang dapat
dijelaskan sebagi berikut.Kesehatan fisik, yaitu proses fungsi fisik dan fungsi
fisiologis,

kepadanan,

dan

efisiensinya.

Indikator sehat fisik yang paling minimal adalah tidak ada disfungsi, dengan indikator
lain (mis. tekanan darah, kadar kolesterol, denyut nadi dan jantung, dan kadar
karbon

monoksida)

biasa

digunakan

untuk

menilai

berbagai

derajat

kesehatan.Kesehatan mental/psikologis/jiwa, yaitu secara primer tentang perasaan


sejahtera secara subjektif, suatu penilaian diri tentang perasaan seseorang,
mencakup area seperti konsep diri tentang kemampuan seseorang, kebugaran dan
energi, perasaan sejahtera, dan kemampuan pengendalian diri internal, indikator
mengenai keadaan sehat mental/psikologis/jiwa yang minimal adalah tidak merasa
tertekan/ depresi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kesehatan jiwa adalah bagian integral dari
kesehatan dan merupakan kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, dan
sosial individu secara optimal, dan selaras dengan perkembangan dengan orang
lain.

Kesehatan sosial, yaitu aktivitas sosial seseorang. Kemampuan seseorang untuk


menyelesaikan tugas, berperan, dan belajar berbagai keterampilan untuk berfungsi
secara adaptif di dalam masyarakat. Indikator mengenai status sehat sosial yang
minimal adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas dan keterampilan dasar
yang sesuai dengan peran seseorang.
Kesehatan pribadi adalah suatu keadaan yang melampaui berfungsinya secara
efektif dan adekuat dari ketiga aspek tersebut di atas, menekankan pada
kemungkinan kemampuan, sumber daya, bakat dan talenta internal seseorang, yang
mungkin tidak dapat/ akan ditampilkan dalam suasana kehidupan sehari-hari yang
biasa.
Menurut pedoman asuhan keperawatan jiwa rumah sakit umum atau pusat
kesehatan masyarakat (puskesmas) sehat pribadi berarti bahwa di dalam diri
seseorang terdapat potensi dan kemampuan untuk memenuhi dan menyelesaikan
dimensi lain dari dirinya, hal yang tidak bersifat instrumental, dan yang
memungkinkan perkembangan optimal seseorang. Indikator minimal dari kesehatan
pribadi adalah ada minat yang nyata terhadap aktivitas dan pengalaman yang
memungkinkan seseorang untuk menembus keadaan status quo.
Psikiatri dan kesehatan jiwa Indonesia menggunakan pendekatan elektik-holistik
yang melihat manusia dan perilakunya baik dalam keadaan sehat maupun sakit,
sebagai kesatuan yang utuh dari unsur-unsur organo-biologis (bio-sistem), psiko
edukatif/ psikodinamik (psiko-sistem), dan sosio-kultural (sosio-sistem).
Pendekatan ini berarti bahwa kita harus dapat melihat kondisi manusia dan
perilakunya, baik dalam kondisi sehat maupun sakit, secara terinci detail dalam
ketiga aspek tersebut di atas (ekletik), tetapi menyadari bahwa ketiga aspek tersebut
saling berkaitan dan merupakan satu kesatuan yang utuh sebagai satu sistem
(holistik).

Jadi jelas dengan pendekatan ini kita memperhatikan faktor psikologis dan sosial
atau psikososial di samping faktor biologis di dalam melaksanakan upaya
kesehatan.
Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan
tantangan yang unik karena masalah kesehaan jiwa mungkin tidak dapat dilihat
langsung, saperti pada masalah kesehatan fisik yang memperlihatkan bermacam
gejala dan disebabkan berbagai hal. Kejadian masa lalu yang sama dengan kejadian
saat ini, tetapi mungkin muncul gejala yang berbeda dan kontradiksi. Kemampuan
mereka untuk berperan dalam menyelesaikan masalah juga bervariasi. Hubungan
saling percaya antara perawat dan klien merupakan dasar utama dalam melakukan
asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa. Hal ini penting karena peran
perawat dalam asuhan keperawatan jiwa adalah membantu klien untuk dapat
menyelesaikan masalah sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Klien mungkin
menghindar atau menolak berperan serta dan perawat mungkin cenderung
membiarkan, khususnya terhadap klien yang tidak menimbulkan keributan dan tidak
membahayakan.
Hal itu harus dihindari karena :

Belajar menyelesaikan masalah akan lebih efektif jika klien ikut berperan
serta.

Dengan menyertakan klien maka pemulihan kemampuan klien dalam

mengendalikan kehidupannya lebih mungkin tercapai.

Dengan berperan serta maka klien belajar bertanggung jawab terhadap


pelakunya.

Peran dan Fungsi Perawat Jiwa Defenisi dan Uraian Keperawatan Jiwa
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya meningkatkan dan
mempertahankan perilaku pasien yang berperan pada fungsi yang terintegrasi.
Sistem pasien atau klien dapat berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi atau
komunitas. ANA mendefiniskan keperawatan kesehatan jiwa sebagai Suatu bidang
spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai

ilmunya dan pengunaan diri yang bermanfaat sebagai kiatnya. Praktik kontemporer
keperawatan jiwa terjadi dalam konteks sosial dan lingkungan.
Peran keperawatan jiwa profesional berkembang secara kompleks dari elemen
historis aslinya. Peran tersebut kini mencakup dimensi kompetensi klinis, advokasi
pasien-keluarga, tanggung jawab fiskal, kolaborasi antardisiplin, akuntabilitas sosial,
dan parameter legal-etik.
Center for Mental Health Services secara resmi mengakui keperawatan kesehatan
jiwa sebagai salah satu dari lima inti disiplin kesehatan jiwa. Perawat jiwa
menggunakan pengetahuan dari ilmu psikososial, biofisik,, teori kepribadian, dan
perilaku manusia untuk mendapatkan suatu kerangka berpikir teoritis yang
mendasaripraktikkeperawatan.
Berikut ini adalah dua tingkat praktik keperawatan klinis kesehatan jiwa yang telah
diidentifikasi.
1. Psychiatric-mental health registered nurse (RN)
adalah perawat terdaftar berlisensi yang menunjukkan keterampilan klinis dalam
keperawatan kesehatan jiwa melebihi keterampilan perawat baru di lapangan.
Sertifikasi adalah proses formal untuk mengakui bidang keahlian klinis perawat.
2. Advanced practice registered nurse ini psychiatric-mental health (APRN-PMH)
adalah perawat terdaftar berlisensi yang minimal berpendidikan tingkat master,
memiliki pengetahuan mendalam tentang teori keperawatan jiwa, membimbing
praktik klinis, dan memiliki kompetensi keterampilan keperawatan jiwa lanjutan.
Perawat kesehatan jiwa pada praktik lanjutan dipersiapkan untuk memiliki gelar
master dan doktor dalam bidang keperawatan atau bidang lain yang berhubungan.
3. Rentang Asuhan Tatanan Tradisional
Untuk perawat jiwa meliputi fasilitas psikiatri, pusat kesehatan jiwa masyarakat, unit
psikitari di rumah sakit umum, fasilitas residential, dan praktik pribadi. Namun,
dengan adanya reformasi perawatan kesehatan, timbul suatu tatanan alternatif
sepanjang rentang asuhan bagi perawat jiwa.
Banyak rumah sakit secara spesifik berubah bentuk menjadi sistem klinis terintegrasi
yang memberikan asuhan rawat inap, hospitalisasi parsial atau terapi harian,
perawatan residetial, perawatan di rumah, dan asuhan rawat jalan.
Tatanan terapi di komunitas saat ini berkembang menjadi foster care atau group
home, hospice, lembaga kesehatan rumah, asosiasi perawat kunjungan, unit

kedaruratan, shelter, nursing home, klinik perawatan utama, sekolah, penjara,


industri, fasilitas managed care, dan organisasi pemeliharaan kesehatan.
Tiga domain praktik keperawatan jiwa kontemporer meliputi :
(1) Aktivitas asuhan langsung
(2) Aktivitas komunikasi
(3) Aktivitas penatalaksanaan
Fungsi penyuluhan, koordinasi, delegasi, dan kolaborasi pada peran perawat
ditunjukkan dalam domain praktik yang tumpang tindih ini.Berbagai aktivitas perawat
jiwa dalam tiap-tiap domain dijelaskan lebih lanjut. Aktivitas tersebut tetap
mencerminkan sifat dan lingkup terbaru dari asuhan yang kompeten oleh perawat
jiwa walaupun tidak semua perawat berperan serta pada semua aktivitas.
Selain itu, perawat jiwa mampu melakukan hal-hal berikut ini:
1. Membuat pengkajian kesehatan biopsikososial yang peka terhadap budaya.
2. Merancang dan mengimplementasikan rencana tindakan untuk pasien dan
keluarga yang mengalami masalah kesehatan kompleks dan kondisi yang
dapat menimbulkan sakit.
3. Berperan serta dalam aktivitas manajemen kasus, seperti mengorganisasi,
mengakses, menegosiasi, mengordinasi, dan mengintegrasikan pelayanan
perbaikan bagi individu dan keluarga.
4. Memberikan pedoman perawatan kesehatan kepada individu, keluarga,dan
kelompok untuk menggunakan sumber kesehatan jiwa yang tersedia di
komunitas termasuk pemberian perawatan, lembaga,teknologi,dan sistem
sosial yang paling tepat.
5. Meningkatkan dan memelihara kesehatan jiwa serta mengatasi pengaruh
gangguan jiwa melalui penyuluhan dan konseling.
6. Memberikan asuhan kepada pasien penyakit fisik yang mengalami masalah
psiokologis dan pasien gangguan jiwa yang mengalami masalah fisik.

7. Mengelola dan mengordinasi sistem asuhan yang mengintegrasikan kebutuhan


pasien, keluarga,staf, dan pembuat kebijakan.

PRINSIP-PRINSIP KEPERAWATAN KESEHATAN


JIWA

Roles and functions of psychiatric nurse : competent care (Peran dan fungsi
keperawatan jiwa : yang kompeten).

Therapeutic Nurse patient relationship (hubungan yang terapeutik antara perawat


dengan klien).

Conceptual models of psychiatric nursing (konsep model keperawatan jiwa).

Stress adaptation model of psychiatric nursing (model stress dan adaptasi dalam
keperawatan jiwa).

Biological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan biologis dalam


keperawatan jiwa).

Psychological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan psikologis


dalam keperawatan jiwa).

Sociocultural context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan sosial budaya


dalam keperawatan jiwa).

Environmental context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan lingkungan


dalam keperawatan jiwa).

Legal ethical context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan legal etika


dalam keperawatan jiwa).

Implementing the nursing process : standards of care (penatalaksanaan proses


keperawatan : dengan standar- standar perawatan).

Actualizing the Psychiatric Nursing Role : Professional Performance Standards


(aktualisasi
professional)

peran

keperawatan

jiwa:

melalui

penampilan

standar-standar

PERKEMBANGAN KEPERAWATAN KESEHATAN


JIWA
Menangani klien yang memiliki masalah sikap, perasaan dan konflik

Pencegahan primer

Penanganan multidisiplin

Spesialisasi keperawatan jiwa

A.

DULU
Pasien Gangguan Jiwa dianggap sampah, memalukan dipasung

B.

SEKARANG
- Meningkatkan Iptek
- Pengetahuan masyarakat tentang gangguan jiwa meningkat
- Perlu pemahaman tentang human right
- Penting meningkatkan mutu pelayanan dan perlindungan konsumen.
model pendekatan keperawatan jiwa

Model

View

of

behavioral
Psychoanalytical
(freud, Erickson)

deviation
Ego
tidak
mampu

(Sullivan, peplau)

tidak

dialami

secara

Social(caplan,szasz)

therapist

Asosiasi bebas & Klien:


untuk Terapist

traumatic masa dan mimpi pasien


lalu
Build

feeling Patient: share anxieties

security

interpersonal,

relationship

basic fear is

interpersonal

fear

satisfaction

rejection
Social

& Environment

environmenta

manipulation

social support

factors

create stress,

(Ellis, Rogers)

&

Pasien:

menyampaikan

& masalah menggunakan


sumber yang ada di
menggali

system social klien


Experience

menemukan

relationship,

dan

conducted

menerima diri

group

sendiri

& relationship

Terapist:

anxiety
Existensial

Therapist : use empathy

masyarakat

which cause
&symptom
Individu gagal

menginterpretasi pikiran

Trusting

of

mengungkapkan

semua pikiran & mimpi

memperbaiki

selesai
Ansietas timbul
&

process

Transferen

ansietas,

Interpersonal

Roles of a patient &

analisa mimpi

mengontrol
konflik

Therapeutic

Encouraged

in Klien:
dalam
in yang

berperan

serta

pengalaman
berarti

untuk

mempelajari diri
to Terapist:

memperluas

accept

biopsikososia

respon

adaptif

&

respon

(Meyer,Kreaplin)

saat ini
Combination

terlibat

dalam

koping identifikasi coping


Terapist: hubungan yang

maladaptive
Medical

& kesadaran diri klien

control behavior
Faktor Menguatkan
Klien:

Supportive Therapy
(Wermon,Rockland)

self

hangta dan empatik


Pemeriksaan

Klien:menjalaniprosedur

from

diagnostic,

diagnostic

&

terapi

physiological,

terapi

genetic,

farmakologik

environmenta

teknik

Repport

l & social

interpersonal

effects,Diagnoseillness,

somatic, jangka panjang


&Terapist

Therapy,

Therapeutic Approach

Berdasarkan konseptual model keperawatan diatas, maka dapat dikelompokkan ke


dalam 6 model yaitu:
1. Psycoanalytical (Freud, Erickson)
Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapt terjadi pada seseorang apabila
ego(akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak nafsu atau insting).
Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan akalnya (ego) untuk mematuhi
tata tertib, peraturan, norma, agama(super ego/das uber ich), akan mendorong
terjadinya penyimpangan perilaku (deviation of Behavioral).
Faktor penyebab lain gangguan jiwa dalam teori ini adalah adanya konflik intrapsikis
terutama pada masa anak-anak. Misalnya ketidakpuasan pada masa oral dimana

anak tidak mendapatkan air susu secara sempurna, tidak adanya stimulus untuk
belajar berkata- kata, dilarang dengan kekerasan untuk memasukkan benda pada
mulutnya pada fase oral dan sebagainya. Hal ini akan menyebabkan traumatic yang
membekas pada masa dewasa.
Proses terapi pada model ini adalah menggunakan metode asosiasi bebas dan
analisa mimpi, transferen untuk memperbaiki traumatic masa lalu. Misalnya klien
dibuat dalam keadaan ngantuk yang sangat. Dalam keadaan tidak berdaya
pengalaman alam bawah sadarnya digali dengamn pertanyaan-pertanyaan untuk
menggali traumatic masa lalu. Hal ini lebih dikenal dengan metode hypnotic yang
memerlukan keahlian dan latihan yang khusus.
Dengan cara demikian, klien akan mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya,
sedangkan therapist berupaya untuk menginterpretasi pikiran dan mimpi pasien.
Peran perawat adalah berupaya melakukan assessment atau pengkajian
mengenai keadaan-keadaan traumatic atau stressor yang dianggap bermakna pada
masa lalu misalnya ( pernah disiksa orang tua, pernah disodomi, diperlakukan secar
kasar, diterlantarkan, diasuh dengan kekerasan, diperkosa pada masa anak),
dengan menggunakan pendekatan komunikasi terapeutik setelah terjalin trust (saling
percaya).
2. Interpersonal ( Sullivan, peplau)
Menurut konsep model ini, kelainan jiwa seseorang bias muncul akibat adanya
ancaman. Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (Anxiety). Ansietas timbul
dan alami seseorang akibat adanya konflik saat berhubungan dengan orang lain
(interpersonal). Menurut konsep ini perasaan takut seseorang didasari adnya
ketakutan ditolak atau tidak diterima oleh orang sekitarnya.
Proses terapi menurut konsep ini adalh Build Feeling Security (berupaya
membangun rasa aman pada klien), Trusting Relationship and interpersonal
Satisfaction (menjalin hubungan yang saling percaya) dan membina kepuasan
dalam bergaul dengan orang lain sehingga klien merasa berharga dan dihormati.
Peran perawat dalam terapi adalah share anxieties (berupaya melakukan sharing
mengenai apa-apa yang dirasakan klien, apa yang biasa dicemaskan oleh klien saat
berhubungan dengan orang lain), therapist use empathy and relationship ( perawat
berupaya bersikap empati dan turut merasakan apa-apa yang dirasakan oleh klien).
Perawat memberiakan respon verbal yang mendorong rasa aman klien dalam
berhubungan dengan orang lain.

3. Social ( Caplan, Szasz)


Menurut konsep ini seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau penyimpangan
perilaku apabila banyaknya factor social dan factor lingkungan yang akan memicu
munculnya stress pada seseorang ( social and environmental factors create stress,
which cause anxiety and symptom).
Prinsip proses terapi yang sangat penting dalam konsep model ini adalah
environment manipulation and social support ( pentingnya modifikasi lingkungan dan
adanya dukungan sosial)
Peran perawat dalam memberikan terapi menurut model ini adalah pasien harus
menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di masyarakat melibatkan
teman sejawat, atasan, keluarga atau suami-istri. Sedangkan therapist berupaya :
menggali system sosial klien seperti suasana dirumah, di kantor, di sekolah, di
masyarakat atau tempat kerja.
4. Existensial ( Ellis, Rogers)
Menurut teori model ekistensial gangguan perilaku atau gangguan jiwa terjadi bila
individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Individu tidak memiliki
kebanggan akan dirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami gangguan dalam
Bodi-image-nya
Prinsip

dalam

proses

terapinya

adalah

mengupayakan

individu

agar

berpengalaman bergaul dengan orang lain, memahami riwayat hidup orang lain
yang dianggap sukses atau dapat dianggap sebagai panutan(experience in
relationship), memperluas kesadaran diri dengan cara introspeksi (self assessment),
bergaul dengan kelompok sosial dan kemanusiaan (conducted in group), mendorong
untuk menerima jatidirinya sendiri dan menerima kritik atau feedback tentang
perilakunya dari orang lain (encouraged to accept self and control behavior).
Prinsip keperawatannya adalah : klien dianjurkan untuk berperan serta dalam
memperoleh pengalaman yang berarti untuk memperlajari dirinya dan mendapatkan
feed back dari orang lain, misalnya melalui terapi aktivitas kelompok. Terapist
berupaya untuk memperluas kesadaran diri klien melalui feed back, kritik, saran atau
reward & punishment.
5. Supportive Therapy ( Wermon, Rockland)
Penyebab gangguan jiwa dalam konsep ini adalah: factor biopsikososial dan respo
maladaptive saat ini. Aspek biologisnya menjadi masalah seperti: sering sakit maag,
migraine, batuk-batuk. Aspek psikologisnya mengalami banyak keluhan seperti :

mudah cemas, kurang percaya diri, perasaan bersalah, ragu-ragu, pemarah. Aspek
sosialnya memiliki masalah seperti : susah bergaul, menarik diri,tidak disukai,
bermusuhan, tidak mampu mendapatkan pekerjaan, dan sebagainya. Semua hal
tersebut terakumulasi menjadi penyebab gangguan jiwa. Fenomena tersebut muncul
akibat ketidakmamupan dalam beradaptasi pada masalah-masalah yang muncul
saat ini dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu.
Prinsip proses terapinya adalah menguatkan respon copinh adaptif, individu
diupayakan mengenal telebih dahulu kekuatan-kekuatan apa yang ada pada dirinya;
kekuatan mana yang dapat dipakai alternative pemecahan masalahnya.
Perawat harus membantu individu dalam melakukan identifikasi coping yang dimiliki
dan yang biasa digunakan klien. Terapist berupaya menjalin hubungan yang hangat
dan empatik dengan klien untuk menyiapkan coping klien yang adaptif.
6. Medica ( Meyer, Kraeplin)
Menurut konsep ini gangguan jiwa cenderung muncul akibat multifactor yang
kompleks meliputi: aspek fisik, genetic, lingkungan dan factor sosial. Sehingga focus
penatalaksanaannya harus lengkap melalui pemeriksaan diagnostic, terapi somatic,
farmakologik dan teknik interpersonal. Perawat berperan dalam berkolaborasi
dengan tim medis dalam melakukan prosedur diagnostic dan terapi jangka panjang,
therapist berperan dalam pemberian terapi, laporan mengenai dampak terapi,
menentukan diagnose, dan menentukan jenis pendekatan terapi yang digunakan.

1.8 PERAN PERAWAT KESEHATAN JIWA

Pengkajian yg mempertimbangkan budaya

Merancang dan mengimplementasikan rencana tindakan

Berperan serta dlm pengelolaan kasus

Meningkatkan dan memelihara kesehatan mental, mengatasi pengaruh


penyakit mental - penyuluhan dan konseling

Mengelola dan mengkoordinasikan sistem pelayanan yang mengintegrasikan


kebutuhan pasien, keluarga staf dan pembuat kebijakan

Memberikan pedoman pelayana kesehatan.

ASUHAN YANG KOMPETEN BAGI PERAWAT JIWA


( COMPETENT OF CARING )
Pengkajian biopsikososial yang peka terhadap budaya.
Merancang dan implementasi rencana tindakan untuk klien dan keluarga.
Peran serta dalam pengelolaan kasus: mengorganisasikan, mengkaji, negosiasi,
koordinasi pelayanan bagi individu dan keluarga.
Memberikan pedoman pelayanan bagi individu, keluarga, kelompok, untuk
menggunakan sumber yang tersedia di komunitas kesehatan mental, termasuk
pelayanan terkait, teknologi dan sistem sosial yang paling tepat.
Meningkatkan dan memelihara kesehatanmental serta mengatasi pengaruh penyakit
mental melalui penyuluhan dan konseling.
Memberikan askep pada penyakit fisik yang mengalami masalah psikologis dan
penyakit jiwa dengan masalah fisik.
Mengelola dan mengkoordinasi sistem pelayanan yang mengintegrasikan kebutuhan
klien, keluarga, staf, dan pembuat kebijakan.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Gangguan jiwa, ilussi, halusinasi, terapi kognitif, terapi keluarga, model
keperawatan jiwa, pakar keperawatan jiwa, asuhan gangguan keperawatan jiwa,
terapi aktifitas kelompok, diagnosa keperawatan, psikopat, diagnosa, trauma.

Daftar Pustaka
Keliat, Budi Anna;Panjaitan;Helena. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Ed.2. Jakarta: EGC.
Stuart, Gail W.2007.Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Suliswati, 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Yosep,Iyus.2007. Keperawatan Jiwa. Jakarta: PT. Refika Aditama.

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat TUHAN yang maha esa atas berkat dan
tuntunannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah yang saya buat ini adalah tentang konsep keperawatan jiwa. adapun
tujuan dari makalah ini adalah untuk melengkapi tugas pertama dalam mata
kuliah NEUROBIHAVIOR.
Mungkin terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini untuk itu kritikan dan
saran sangat saya perlukan demi kesempurnaan makalah ini.

MAKALAH
KONSEP KEPERAWATAN JIWA

NAMA :
EKA RHESVLYANTI
NIM : 14061035

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE


FAKULTAS KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2015/2016

Anda mungkin juga menyukai