PENDAHULUAN
Pada insekta kelenjar endokrin lebih banyak digunakan untuk proses pertumbuhan
dan
juga
metamorfosis.Selama
masa pertumbuhan,serangga
akan
menanggalkan
eksoskeletonnya secara berkala.Proses pergantian kulit ini disebut molting. Molting terjadi
sampai stadium dewasa. Hormon yang menyebabkan terjadinya molting adalah hormon
ekdison. Hormon ini dihasilkan dari kerja sama kelenjar protorasik yang terletak di dalam
dada dan hormon yang dihasilkan oleh otak.Otak serangga juga menghasilkan hormon
yang mempengaruhi proses metamorfosis, yaitu hormon juvenil. Hormon ini berfungsi
menghambat proses metamorfosis.Sekresi hormon juvenil yang cukup akan membuat ekdison
merangsang pertumbuhan larva.Namun, jika sekresi hormon ini berkurang maka ekdison
akan merangsang perkembangan pupa.Oleh karena itu, untuk mengetahui lebih lanjut
mengenai hormon-hormon yang berperan mengkordinasikan kegiatan dalam tubuh hewan
invertebrata khususnya insekta maka dibuatlah makalah ini.
Pembentukan kembali proses-proses morfogenetik pada tahap lanjut dari siklus
ontogenetik adalah dengan cara destruksi sebagian sistem yang telah berkembang sebagai
hasil perkembangan sebelumnya. Organisme khususnya golongan hewan memiliki
kemampuan untuk memiliki dan memperbaiki kerusakan-kerusakan bagian tubuh secara
ekstensif baik akibat kecelakaan pada kondisi alamiah maupun akibat disengaja dalam suatu
percobaan. Kerusakan yang diperbaiki itu mungkin berupa pemulihan kerusakan akibat
hilangnya bagian tubuh utama umpamanya anggota badan mungkin hanya berupa
penggantian kerusakan-kerusakan terjadi dalam proses fisiologi biasa. Dalam peristiwa
tersebut nampak adanya suatu kemampuan organisme untuk memperbaharui kembali bagian
tubuh
yang
terganggu/rusak
dan
proses
perbaikan
tersebut
dengan
regrenasi
kembali.Peristiwa regenerenasi bagi organisme merupakan hal yang sangat penting karena
proses yang esensial selama perjalanan hidup organisme. Adanya bagian tubuh yang lepas
akibat ketuan atau kecelakaan dengan proses regrenasi bagian tubuh yang lepas akan diganti
kembali dengan jaringan baru kembali. Dan juga beberapa organisme proses regenerasi
merupakan hal yang sangat penting dalam reproduksi secara aseksual (Philip, 1978) Menurut
sejarahnya kerangka filosofis untuk studi regenerasi sebagian besar telah dirumuskan oleh
Morgan secara aktif terus dilakukan penelitianpenelitian hingga sampai sekrang. Menurut
Morgan dalam Browder (1984), ia mengenal dua mekanisme primer untuk pembentukan
kembali bagian-bagian tubuh yang hilang. Pertama, regenerasi morfalaksis yakni suatu proses
1
perbaikan yang melibatkan reorganisasi bagian tubuh yang masih tersisa untuk memulihkan
kembali bagian tubuh yang hilah. Jadi dalam jenis regenerasi ini pemulihan bagian yang
hilang itu sepenuhnya diganti oleh jaringan lama yang masih tertinggal. Kedua,epimorfosis
yaitu rekonstruksi bagian-bagian yang hilang melalui proliferasi dan diferensiasi jaringan dari
permukaan luka. Namun regenerasi dapat pula berupa penimbunan sel-sel yang nampaknya
belum terdiferensiasi pada luka dan sering disebut, blastema, yang akan berproliferasi dan
secara progresif membentuk bagian yang hilang. Adanya regenerasi pada organisme dewasa
mununjukkan suatu bukti bahawa medan morfogenesis tetap terdapat setelah periode embrio,
umpamanya regenerasi anggota badan yang hilang, dalam prosesregenerisasi melibatkan
berbagai proses yang serupa dengan yang terjadi pada perkembangan embrionik,seperti
bagaian yang rusak muncul sel-sel,kemudian memperbanyak diri berhimpun menjadi jaringan
dan akhirnya mencapai keadaan yang berbeda. Lagi pula pada beberapa species
regenerasinya hanya terjadi hanya terjadi pada hewan dewasa saja, embrionya sama sekali
tidak memiliki kemampuan regenerasi, umpamanya suatu telur Ascida yang kehilangan
blastometernya akan berkembang menjadi larva yang tidak lengkap, misalnya lagi Annelida
yang kehilangan sel 4 d nya, akan kehilangan sebagian besar mesodermnya, pada hal Ascida
dan Annelida dewas sama-sama memiliki daya regenerasi yang tinggi selama kehidupan
dewasanya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Morfogenesis dan Metamorfosis
Metamorfosis adalah suatu proses perkembangan biologi pada hewan yang
melibatkan perubahan penampilan fisik dan/atau struktur setelah kelahiran atau penetasan.
Perubahan fisik itu terjadi akibat pertumbuhan sel dan differensiasi sel yang secara radikal
berbeda .Metagenesis adalah pergiliran keturunan dari fase gametofit ke fase sporofit.
Peristiwa ini terjadi pada tumbuhan lumut dan paku. Tumbuhan tersebut mengalami 2 fase
yang berbeda dalam siklus hidupnya, yaitu sporofit dan gametofit. Dalam fase sporofit, spora
dihasilkan. Sedangkan dalam fase gametofit, gametlah yang dihasilkan. Spora menghasilkan
2n atau kromosom diploid dan gamet menghasilkan n atau kromosom haploid. Pada
tumbuhan paku, fase sporofit lebih dominan dibandingkan dengan fase gametofit. Karena
pada fase sporofit ini, tumbuhan paku terlihat bertumbuh. Berkebalikan dengan lumut, fase
gametofit lebih dominan daripada fase sporofitnya. Pada fase gametofit, tumbuhan lumut
tumbuh,
mengalami
fertilisasi
dan kemudian
metamorfosis pada hewan, tumbuhan tertentu juga dapat terjadi perbedaan bentuk tubuh
selama pertumbuhannya. Peristiwa ini dinamakan metagenesis.
2.2.Sistem Hormonal Pada Hewan (Insects)
Hewan-hewan yang melaksanakan perkembangan secara langsung antara lain dari
kelompok mamalia dan aves.Sebaliknya, yang dimaksud dengan perkembangan pasca lahir
yang melalui satu atau lebih tadium larva, sebelum mencapai keadaan dewasanya. Salah satu
contoh kelompok hewan yang melakukan perkembangn secara tidak langsung yaitu
serangga.Setelah melalui stadium larva, makaserangga akan melanjutkan ke stadium
berikutnya yaitu stadium dewasa melalui suatu proses transformasi yang dinamakan
metamorfosis.Suatu larva pada umumnya sangat berbeda dari organisme dewasanya dalam
hal morfologi,fisiologi, dan ekologi biasanya larva emiliki namanama khusus yang berbeda
pada setiap jenis hewan misalnya pada Coelenterata, larvanya dinamakan planula, sedangkan
pada anelida larvanya disebut trochopore,Crustacea larvanya disebut dengan nama
nauplius.Sedangkan pada serangga terdapat bermacammacam larva yang namanya berbedabeda seperti, nimfa, naiad, tempayak, belatung, pupae (beruga) dan ulat. Nimfa dan naiad
adalah bentuk larva pada serangga-serangga yang melaksanakan metamorfosis sempurna,
sedngkan tempayak, belatung dan pupae (beruga) dan ulat merupakan larva bagi seranggaserangga yang metmorfosisnya tidak sempurna.
membentuk
antena,
mata,
mandibula,
organorgan
genital,
pasangan
maksilapertama dan kedua, kaki-kaki dan sayap .Hewan dewasa atau imago yang kemudian
muncul dari kulit pupa yang mengeras atau puparium, benar-benar merupakan suatu
organisme baru, berbentuk sama sekali lain dari larvanya, dan seolah-olah hanya berfungsi
sebagai mesin reproduksi yang dapat terbang. Imago dari beberapa spesies tidak pernah
makan, mereka hanya berbiak dan kemudian mati.Imago lain melangsungkan perioda makan
sekali lagi dan dapat mempunyai masareproduksi selama berminggu-minggu bahkan.
berbulan-bulan, tanpa mengalami pengelupasan kulit lagi sebelum mati.
pertumbuhan juga dipengaruhi oleh hormon juvenil, selama terdapat hormon juvenil
rangkaian pengelupasan kulit.yang terjadi dibawah pengaruh ecdyson itu hanyalah akan
menghasilkan bentuk stadium tidak dewasa saja. Jika konsentrasi hormon juvenil relatif lebih
tinggi daripada ecdyson maka akan merangsang perkembangan larva, dan mencegah proses
pembentukan pupa, namun mencegah proses pembentukan larva. Jika suatu serangga
mengelupas kulitnya tanpa adanya hormon juvenil maka hewan tersebut akan berdiferensiasi
menjadi bentuk dewasa.
2.4.5.Mekanisme Hormon Ekdison
Ecdyson secara kontinu dihasilkan sampai pengelupasan kulit menjadi dewasa,
ecdyson berperan merangsang sintesa RNA dan protein yang diperlukan pada proses
pembentukan kepingankepingan imaginal.Pada serangga dewasa tidak terdapat ecdyson
untuk pengelupasan kulit,karena kelenjar-kelenjar protoraknya sudah mengalami degenerasi
setelah metamorfosis, namun corpora allata akan menggetahkan hormon juvenil kembali
setelah pengelupasan kulit pendewasaan.Hormon juvenil ini akan mempengaruhi
metabolisme
protein
dan
lemak,serta
membentuk
protein-protein
vitelogenik
suhu kamar normal dalam laboratorium tersebut.Setelah itu mereka akan memulai
perkembangan
dewasa
sekalipun
bila
didinginkan
kembali
(Spratt,1971).Peristiwa
triterpenoid, cycloartenol yang terbentuk dari siklisasi epoksida skualen. Derivasi dari
cycloartenol adalah kolesterol yang menjadi precursor ekdison pada serangga.
Serangga pemakan tanaman (fitofag) akan merubah sterol tanaman C29 menjadi
sterol C27 yang menjadi precursor ekdison. Selanjutnya sterol C27 tersebut dirubah menjadi
kolesterol dan kemudian menjadi 7-dehidrokolesterol, yang menjadi perkursor 3,14dihidroksi-5-kolest-7-en-6-one. Biosintesis ekdison secara skematik terlihat pada gambar
dan bentuk strukturnya terlihat pada gambar di bawah ini.
implantasi pada
Hyalophora
cecropia. Dia menunjukkan bahwa ketika otak aktif, pupa yang diikat pada bagian tengah
tubuhnya, bagian depannya akan ganti kulit menjadi imago normal sedangkan bagian
belakangnya tidak. Dia kemudian menemukan alasannya bahwa bagian depan tersebut dapat
ganti kulit dan menjadi imago normal hanya jika otak dan kelenjar protoraknya masih aktif.
Kesimpulannya bahwa hormon dari otak akan menstimulasi kelenjar protorak untuk
mengsekresikan hormon yang menginduksi proses ganti kulit.
Sintesis ekdison terjadi pada kelenjar protoraks, yang kemudian disekresikan ke
dalam hemolimfa. Ekdison merupakan substansi yang tidak larut dalam air dan diduga
ditransportasikan di dalam hemolimfa dengan cara terikat pada molekul protein. Dari
hemolimfa ekdison ini akan dirubah oleh badan lemak, epidermis, saluran pencernaan tengah
(midgut) atau jaringan lainnya menjadi ekdison yang lebih aktif yaitu 20-hidroksiekdison.
8
Apabila 20-hidroksiekdison tidak terpakai maka di dalam tabung malpigi berubah menjadi
bahan yang akan disekresikan. Variasi hormon ekdison yang bersirkulasi di dalam hemolimfa
dapat terukur karena ada perubahan di dalam sintesis, pelepasan, degradasi dan ekskresi.
Produksi 20-hidroksiekdison akan diimbangi oleh degradasi dan ekskresi serta konversi
dalam bentuk konyugat yang sifatnya tidak aktif. Oleh karena itu periode hormon bentuk
aktif di dalam hemolimf sangat terbatas. Konyugat ekdisteroid sering dalam bentuk fosfat
atau glukosida.
2.5.1.
Kelenjar protorak
target dari kerja ekdisteroid adalah sel epidermis pada proses ganti kulit (molt). Karena
ekdisteroid merupakan bahan lipofilik, maka bahan tersebut dapat melewati membran sel
apabila terikat pada reseptor protein spesifik di dalam sel epidermis. Ekdisteroid ini
kemudian secara langsung akan mengaktivasi atau menginaktivasi gen dan sintesis protein
baru. Konsentrasi hormon ekdison pada hemolimfa sangat menentukan apakah akan dapat
mempengaruhi sel target atau tidak. Hal itu tergantung dari konsentrasi reseptor yang ada
pada sel target tersebut.
2.5.3. Hubungan antara Ecdyson dan JH dalam mengatur metamorfosis
Pengaturan proses metamorfose merupakan mekanisme hormonal yang cukup rumit
dan melibatkan beberapa organ secara serentak. Pada mulanya, apabila saat ganti kulit tiba,
maka korpora kardiaka pada otak mengeluarkan suatu hormon tropik (hormon yang
mengawali keluarnya hormon lain) ke protoraks, sehingga hormonnya disebut hormon
protorakotropik.Oleh adanya HPTT (PTTH, prothoracotropic hormone) ini, maka kelenjar
protoraks akan mengeluarkan hormon -ecdyson, karena aktivasi utusan kedua ("second
messenger") AMP siklik (cAMP) yang menyebabkan dilepaskannya hormon. -ecdyson ini
kemudian akan mengaktivasi -ecdyson, dan selanjutnya -ecdyson menuju ke suatu reseptor
protein yang berada pada integumen, dan kemudian terikat ("bound") pada reseptor tersebut.
Ikatan ini menandai dimulainya sintesis protein untuk menyusun kutikula baru dan pada
prosesnya menyebabkan kutikula baru dan lama saling terpisah (apolisis).
Pada waktu yang bersamaan dengan aktivasi oleh HPTT, korpora alata yang terdapat
di perbatasan antara protoraks dan otak juga mulai mengeluarkan hormon yuwana (JH). Titer
JH ini menentukan jenis kutikula apa yang akan disusun oleh bagian integumen. Apabila titer
JH masih cukup tinggi, yang dibentuk adalah kutikula instar berikutnya. Ekskresi JH dari satu
instar ke instar berikutnya makin rendah, dan pada batas titer tertentu menyebabkan yang
disusun adalah kutikula pupa. Pada pupa, titer JH sudah sama dengan nol, sehingga jika
kemudian terjadi pergantian kulit lagi, maka yang muncul adalah kulit serangga dewasa.
Demikian yang terjadi pada ekdisis sebagai urutan kedua proses ganti kulit atau molting:
kutikula lama mengelupas.
2.6. Metamorfosis pada amphibia
Pada metamorfosis amphibi banyak sekali mengalami perubahan baik secara
morfologi
maupun
fisiologi.
Metamorphosis
pada
amphibia
termasuk
kedalam
melewati
tahapan-tahapan
mulai
dari
telur-larva-pupa-imago
(dewasa).
Contoh
dan berubahnya struktur kulit. Pada anura, perubahan metamorfosis berlangsung secara
dramatis dan kebanyakan organ-organnya telah termodifikasi. Perubahan ini meliputi
hilangnya gigi dan insang internal pada anak katak, seperti hilangnya ekor, kemudian akan
terjadi proses pembentukan seperti berkembangnya anggota tubuh dan morfogenesis kelenjar
dermoid. Perubahan lokomosi terjadi dari pergerakan ekor menjadi terbentuknya lengan
depan dan lengan belakang. Gigi yang digunakan untuk mencabik tanaman hilang dan
digantikan dengan perubahan bentuk baru dari mulut dan rahangnya, otot dari lidah juga
berkembang, insang mengalami degenerasi, paru-paru membesar, otot dan tulang rawan
berkembang untuk memompa udara masuk dan keluar pada paru-paru. Mata dan telinga
berdiferensiasi. Telinga bangian tengah berkembang dan membran timfani terletak pada
bagian telinga luar.
2.6.2. Proses Biokimia
Penambahan secara nyata pada perubahan morfologi, yang terpenting adalah
terjadinya transformasi biokimia selama metamorfosis. Pada berudu, fotopigmen retina yang
utama adalah porphyropsin. Selama metamorfosis, pigmen ini merubah karakterisik
fotopigmen dari darat dan vertebrata perairan. Pengikatan hemoglobin (Hb) dengan O2 juga
mengalami perubahan. Enzim yang terdapat pada hati juga mengalami perubahan, hal ini
disebabkan adanya perubahan habitat. Kecebong bersifat ammonotelik yaitu mensekresikan
amonia, sedangkan katak dewasa bersifat ureotelic yaitu mensekresikan urea. Selama
metamorfosis, hati mensintesis enzim untuk siklus urea agar dapat membentuk atau
menghasilkan urea dari CO2 dan amonia.
2.6.3. Perubahan spesifik
Organ tubuh yang berbeda juga akan merespon beda pada stimulasi hormon. Stimulus
yang sama menyebabkan beberapa jaringan degenerasi dan menyebabkan diferensiasi dan
perkembangan yang berbeda. Respon hormon thyroid lebih spesifik pada bagian-bagian
tubuh tertentu. Pada ekor, T3 menyebabkan kematian dari sel-sel epidermal. Meskipun terjadi
kematian dari sel-sel epidermal pada ekor, kepala dan epidermis tubuh tetap melanjutkan
fungsinya.
2.6.4. Hormon yang berperan dalam metamorfosis katak
Metamorfosis ini dikontrol hormon thyroid. Perubahan metamorfosis dari
perkembangan katak dengan mensekresikan hormon thyroxin (T4) dan triiodothronine (T3)
12
dari thyroid selama metamorfosis. Peranan hormon T3 lebih penting, hal ini disebabkan
perubahan metamorfosis pada thyroidectomized berudu memiliki konsentrasi yang lebih
rendah bila dibandingkan dengan hormon T4. Koordinasi dari perubahan perkembangan dan
respon molekul hormon thyroid. Salah satu masalah utama dari metamorfosis adalah
koordinasi saat perkembangan. Pada dasarnya, ekor tidak mengalami degenerasi sampai
terbentuk dan berkembangnya organ-organ lokomosi. Seperti berkembangnya kaki dan
tangan untuk pergerakan dan insang tidak akan mengalami perubahan fungsi sampai
berkembang otot paru-paru. Hal ini menunjukkan bahwa koordinasi metamorfosis yang
berbeda pada jaringan dan organ akan memberikan respon yang berbeda pada hormon. Untuk
menjamin sistem kerja ini, 2 organ yang sensitif terhadap thyroksin yaitu thyroid dan kelenjar
pituitary, akan meregulasi produksi hormon thyroid. Hormon thyroid berfungsi untuk
membentuk hubungan timbal balik dengan kelenjar pituitary yang menyebabkan interior
pituitary menginduksi thyroid untuk menghasilkan T3 dan T4 lebih banyak. Selain itu,
hormon thyroid juga berfungsi untuk transkripsi dan mengaktivasi transkripsi pada beberapa
gen. Seperti transkripsi gen untuk albumin, globin dewasa, keratin kulit dewasa diaktivasi
oleh hormon thyroid. Respon T3 adalah aktivasi transkripsi gen reseptor hormon thyroid
(TR). TR berikatan dengan sisi yang spesifik pada kromatin sebelum hormon thyroid
dibentuk. Ketika T3 dan T4 masuk kedalam sel, dan berikatan dengan ikatan reseptor
kromatin, hormon reseptor kompleks dirubah dari aktivator transkripsi. Belum diketahui
mekanisme dari hormon thyroid dengan respon yang berbeda pada jaringan yang berbeda
(proliferasi, diferensiasi, kematian sel). Pembentukan anggota tubuh tidak tergantung hormon
thyroid, hal ini terjadi pada pembelahan holoblastic dimana gastrulasi diawali pada posisi
subequatorial, pembentukan neural dibagian permukaan dan kuncup anggota tubuh juga
terbentuk dibagian permukaan. Pembentukan anggota tubuh tidak tergantung pada hormon
thyroid.
2.7.REGENERASI
2.7.1.Regenerasi Dari Beberapa Hewan
Sesungguhnya hampir seluruh organisme memiliki kemampuan untuk meregenerasi
struktur yang rusak. Khususnya pada phylum hewan kemampuan meregenerasi bagian-bagain
yang rusak/hilang itu berbeda-beda pada berbagai kelompok taksonomi, daya regenerasi yang
sangat tinggi umpamanya terdapat kelompok hewan invertebrata seperti porifera,coelenterata,
plathyhelminthes, annelida, dan tunicata.Banyak species dari kelompok-kelompok hewan
tersebut memiliki kemampuan untuk menyusun kembali suatu individu baru hanya dari suatu
13
fragmen yang relatif kecil sekalipun (Balinsky,1976). Kemampuan tersebut tidak hanya
ditunjukkan secara eksperimental namun dialampun berlangsung sangat umu terutama dalam
kaitannya dengan mekanisme reproduksi seksual. Beberapa cacing pipih dan annelida yang
kemampuan regenerasinya sangat efisien,biasanya memperbanyak diri dengan jalan menata
kembali bagian-bagian tubuhnya yang terpotong melintang. Pada tunnicata yang hidup
berkoloni dapat meregenerasi dari bagian tubuh yang relatif kecil yang secara teratur
membentuk tunas-tunas dimana tiap tunas memisahkan dirinya dari induknya, menata diri
kembali menjadi individu.Beberapa hewan vertebrata menunjukkan kemampuan regenerasi
yang bermacam-macam.Umpamanya pada ikan biasa nya dapat meregenerasi bagian distal
sirip yang rusak,kecebong katak anura dapat meregenerasi ekor dan kaki belakang sebelum
metamorfosis lanjut.Namun diantara hewan vertebrata yang mampu meregenerasi bagian
utama tubuh pada tingkatdewasa hanya terdapat pada urodella, dimana dapat mengganti
anggota badan dan ekor, mata atau insang yang hilang. Sedangkan pada vertebrata yang
tinggi derajatnya tidak terdapat daya regenerasi fisiologis, kecuali pada sel darah, kulit dan
derivat-derivat integumen tetap berlangsung untuk mengganti kulit yang terkelupas seumur
hidupnya.Dengan memperhatikan contoh-contoh regenerasi pada hewan nampak bahwa
kecenderungan
berlangsungnya
regenerasi
fisiologis
itu
dibatasi
pula
derajatnya
dan
larvanya,
terutama
spesies-spesies
Ambystoma
dan
Triturus,
juga
regenerasianggota tubuh telah banyak dilakukan pada tingkat larva anura terutama dari genus
Ranadan Xenopus, telah dipelajari secara seksama dan sekaligus merupakan subjek terkenal
dalammemperbaiki dan mempelajari regenerasi anggota tubuh.Menurut Singer dalam
Browder (1984), bahwa proses-proses yang terlibat dalam regenerasi anggota tubuh Cristurus
cristatus, setelah diamputasi meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Periode penyembuhan luka
Tahap penyembuhan luka ini diawali dari tepi luka dengan penyebaran epidermis dari
tepi luka yang akan menutupi permukaan yang terluka.Penyebarannya dengan cara gerakan
amoeboid sel-sel yang tidak melibatkan pembelahan mitosis sel. Akan tetapi sekali penutupan
selesaikan sel-sel epidermis berproliferasi untuk menghasilkan masa sel yang berlapis-lapis
dan membentuk sebuah tudung berbentuk kerucut pada ujung anggota badan. Struktur
14
tersebut dikenal dengan Apical epidermis cap. Waktu penyembuhan luka relatif cepat,
namun tergantung juga pada ukuran hewan yng beregenerasi dan ukuran luka serta faktorfaktor eksternal seperti suhu. Pada salamander proses penutupan luka setelah anggota badan
diamputasi berlangsung kira-kira satu atau dua hari.
b. Periode penghancuran jaringan (histolisis)
Setelah proses penutupan luka, proses lain yang sangat penting dalam regenerasi
adalah terjadinya dediferensiasi jaringan-jaringan yangberdekatan dengan permukaan
luka,dediferensiasi didahului dengan histolisis jaringan-jaringan didalam puntung secara
besarbesaran.Jaringan yang telah terdiferensiasi seperti otot, tulang rawa, tulang ikat,
matriks,interselulernya hancur dan melepaskan individu sel-sel mesenkhim yang merupakan
sel-sel awal dari jaringan yng telah berdiferensiasi tersebut.
c. Periode pembentukan blastema
Sel-sel mesenkhim yang dilepaskan selama diferensiasi tertimbun di bawah
epidermis, sel-sel berproliferasi cepat dan menyebabkan epidermis menjadi semakin
menonjol. Masa sel-sel mesenkhim ini dinamakan blastema regenerasi.
d. Diferensiasi dan morfogenesis
Jaringan pertama yang berdiferensiasi dari blastema adalah tulang rawan. Mula-mula
muncul pada ujung tulang sejati dan terjadi penambahan secara progresif pada distal bagian
ujungnya,
ketika
konstruksi
tulang
menjadi
sempurna
rangka
yang
telah
dari wilayah lain sebagai akibat amputasi. Mengenai asal sel lokal yang bergerak dalam ikut
serta dalam regenerasi anggota tubuh amfibia telah diketahui oleh Hertwig (1927) melakukan
eksperimen yaitu, suatu anggota tubuh haploid (n) yang diamputasi, selanjutnya
dicangkokkan di salamander diploid (2n). Hasil pencangkokan ini
dibiarkan sampai sembuh, berikutnya dilakukan amputasi pada bagian lengan atas dari
anggota badan haploid (n) yang telah sembuh. Setelah dibiarkan beberapa saat serta merta
telah muncul blastema, dan hasil eksperimen menunjukkan bahwa semua sel-sel yang
beregenerasi adalah haploid (n).Sebenarnya asal blastema dari anggota badan yang
beregenerasi asalnya heterogen muncul dari diferensiasi jaringan-jaringan otot, tulang,tulang
rawan, ikat, dimana ujud sel blastema itu merupakan hal yang sangat penting dalam analisis
regenerasi anggota badan vertebrata.Suatu eksperimen standar telah dilakukandengan
menggunakan radiasi sinar-X yaitu sebuah anggota badan amfibia diiradiasi sinar-Xsebelum
amputasi ternyata mencegah terjadinya regenerasi yakni jaringan puntung diiradiasi tidak
sanggup berproliferasi membentuk blastema regenerasi. Kejadian ini dimungkinkan sebagai
akibat adanya iradiasi sinar-X merusak kemampuan mitosis dari jaringan yang diiradiasi.
2.7.3.Peranan Hormon Dan Faktor-Faktor Sistemik
Menurut Thornton (1968) dalam Browder (1984) menyatakan bahwa regenerasi juga
dipengaruhi oleh sistem endokrin, penghilangan kelenjar pituitri anterior (hipofisektomi)
mencegah regenerassi urodella dewasa, pengaruh yang paling besar jika hipofasektomi
dilakukan pada saat amputasi. Jika hipofasektomi dilakukan pada saat reaksi diperlambat
maka tingkat regenerasi tergantung pada panjang bagian yang tersisa. Apabila diperlambat
sekurang-kurangnya tiga belas hari tidak berpengaruh pada regenerasi. Interpretasi terbaik
menduga bahwa hormon pituitri berperan hanya selama tahap awal regenerasi yakni pada saat
penyembuhan luka dan dideferensiasi, maka dengan demikian pertumbuhan blastema dan
diferensiasi tidak memerlukan persediaan hormon pituitri yang terus-menerus (Phillip,
1978).Telah diketahui beberapa hormon terutama ACTH, hormon pertumbuhan dan bahkan
prolaktin, merangsang regenerasi anggota badan dari hewan yang dihipofisektomi. Hormon
lain yakni tiroksin, suatu hormon yang mengontrol metamorfosis juga mempengaruhi
regenerasi,terutama pada regenerasi Anura. Namun pengaruh tiroksin masih kurang dipahami
karena hormon tersebut mencehah regenerasi anggota badan kecebong apabila diberikan
sebelum amputasi, tetapi mempercepat morfogenesis jika diberikan pada tahap blastema.
16
KESIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
Lukman, a. (2009). Hormone Role in insects Metamorphosis. research, 42-45.
Norigea, F. G. (2014). Juvenile Hormon Biosynthesis in Insects,whats is new,what
do we know ,and whats remain. journal of research notice, 23-39.
18