PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manusia memiliki banyak hal untuk memenuhi kebutuhanya. Salah satu kebutuhan
manusia adalah cahaya. Cahaya sangat dibutuhkan oleh manusia terutama di malam hari
untuk membantu penglihatan manusia yang terbatas karena mata manusia memerlukan
cahaya yang cukup untuk melihat dimalam hari.
Seperti yang kita ketahui, ITS memiliki wilayah yang cukup luas. Oleh karena itu
kebutuhan cahaya dan sumber energinya cukup besar. Pencahayaan di ITS sendiri bisa
dibilang masih tidak merata. Ada beberapa titik yang belum terinstalasi sistem pencahayaan.
Disamping itu , kegiatan mahasiswa atau warga ITS saat malam hari tidak sebanyak siang
hari sehingga di beberapa titik juga ada cahaya yang terbuang sia-sia karena hidup sepanjang
malam namun tidak ada yang menggunakannya. Salah satu contohnya adalah jalan-jalan dari
dari Fakultas Teknologi Industri menuju jurusan Desain. Tidak setiap waktu kendaraan
melewati jalan tersebut . Sesuai Keputusan Presiden RI. No. 43 Th 1991 Tentang Konversi
Energi, maka Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) selaku penyedia dan pengelola energi
listrik di Indonesia telah melakukan salah satu kegiatan penelitian untuk dapat mewujudkan
konservasi energi khususnya dalam hal penggunaan lampu penerangan dengan sumber energi
listrik.. Untuk mengurangi pembuangan energi secara cuma-cuma ini penulis ingin
menyampaikan sebuah gagasan baru dalam karya ilmiah ini.
Untuk mendukung gagasan ini , penulis telah melakukan observasi di beberapa titik di
ITS untuk mengetahui tempat-tempat yang masih kurang pencahyaannya dan tempat-tempat
yang pencahayaannya cenderung terbuang sia-sia karena tidak ada penggunanya.
Oleh karena itu penulis ingin merubah sistem pencahayaan yang ada dengan
menginstall sistem pencahayaan dengan menggunakan sensor yang dapat mendeteksi adanya
pengguna sehingga setiap titik di ITS mendapat pencahayaan yang cukup dan tidak ada
energi listrik yang terbuang sia-sia.
Tujuan
Karya tulis ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran para mahasiswa ITS dalam
penghematan energi khususnya pada penggunaan lampu jalanan yang tidak terpakai dan
menyelesaikan persoalan kurangnya pencahayaan di ITS pada malam hari.
Manfaat
Manfaat karya tulis ini adalah kontribusi pada pengetahuan mengenai penggunaan
energi tepat guna dan terciptanya mahasiswa ITS yang peduli akan pentingnya penghematan
energi, khususnya di lingkungan ITS.
2
GAGASAN
A. Kondisi kawasan di ITS yang minim penerangan
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, didapatkan data sebagai berikut :
Belgia
4
teknologi ini. Selain murah dan efektif, kita bisa mengurangi polusi serta ikut
berpartisipasi menjaga lingkungan.
Negara Belgia, mulai aktif menggunakan tenaga surya sejak tahun 2014.
Tenaga ini merupakan program pemerintah untuk mengajak warga menggunakan
solar panel. Lebih dari 803 megawatt yang bisa disalurkan kepada masyarakat dan
fasilitas umum. Selain itu, Belgia merupakan salah satu pasar solar panel tersukses di
Eropa. Angka penggunaan tenaga surya meningkat hingga 200 sampai 300 megawatt
setiap tahun. Walau jumlah penggunaannya dibilang masih kecil, tapi pemerintah
Belgia merintis banyak hal yang menggunakan tenaga surya. Salah satunya, kereta api
pertama di Eropa bertenaga surya.
Perancis
Sebagai Negara yang sadar akan pentingnya menjaga lingkungan, Perancis,
berupaya mensukseskan gerakan go green. Tenaga surya di Negara ini meningkat
sangat baik dari yang diperkirakan sebelumnya. Makanya, Perancis berhasil
menghasilkan tenaga surya sebesar 1.025 megawatt dan akan terus ditambah setiap
tahun.
Spanyol
Tahun 2010 lalu, Spanyol hanya menginstal 370 megawatt untuk tenaga surya.
Negara ini menghadapi kendala legislative dan antrinya pesanan solar panel. Setelah
beberapa tahun kemudian, Negara menyadari keuntungan besar penggunaan tenaga
surya. Saat ini saja Spanyol bisa menikmati tenaga sebesar 3.784 megawatt dan terus
diupayakan penambahan daya.
Jerman
Negara Jerman saat memprogramkan tenaga surya di negaranya. Jerman
membantu market tenaga surya meningkat dengan menginstalasi 7,4 gigawatt tahun
2010. Semenjak menginstalasi, banyak investor yang tertarik. Karena keuntungan dan
kecilnya biaya yang digunakan di balik besarnya tenaga. Saat ini Jerman berhasil
menginstalasi 17.193 megawatt, untuk masyarakatnya.
b. Di Kampus ITS
Sejauh ini penyelesaian masalah penerangan di kampus ITS sebatas penggunaan solar
panel pada sebagian lampu penerangan jalan, namun untuk tempat-tempat yang biasanya
digunakan untuk berkumpulnya mahasiswa untuk kerja kelompok atau acara UKM masih
kurang penerangan, penerangan yang disediakan kurang sehingga menimbulkan rasa
tidak nyaman untuk melakukan aktivitas di malam hari. Dapat kita lihat pada jembatan
statistika dan pinggir danau dekat perumdos blok J lampu yang tersedia kurang padahal
ditempat tersebut terdapat fasilitas belajar yang sangat mendukung dan stategis, taman di
sebelah barat gedung BAAK tidak ada lampu ditaman sehingga kebanyakan mahasiswa
tidak menggunakan fasilitas tersebut karena gelap, kondisi tangga di jurusan juga menjadi
masalah disini karena kurangnya pencahayaan contohnya jurusan fisika yang setiap
malam banyak mahasiswa yang harus naik turun tangga untuk melakukan kegiatan.
Akibatnya mahasiswa cenderung memilih tempat belajar di luar kampus karena maslah
penerangan yang kuran tersebut.
Berdasarkan fakta empiris yang ada dan solusi yang pernah ditawarkan, maka upaya
untuk meningkatkan sistem pencahayaan yang ada dilakukan melalui strategi sebagai
berikut :
5
1.
Lembaga
Peranan
Sebagai pihak penanggung jawab atas pembangunan
dan pengembanagn sarana dan prasarana di kampus
ITS
6
No.
Lembaga
Peranan
Mahasiswa
Pihak swasta
7
Teknik Implementasi Gagasan
Gagasan peningkatan sistem pencahayaan ini dapat diimplementaskan dengan baik
apabila didukung oleh hal-hal sebagai berikut :
1. Dukungan dari birokrasi kampus baik dalam hal perizinan maupun penyediaan sarana
prasarana pendukung
2. Biaya pengadaan alat
3. Peran aktif warga ITS
Prediksi Keberhasilan Gagasan
Rencana ini diprediksikan akan berhasil dan menghasilkan manfaat nyata jika
dilaksanakan dengan baik karena jika ditinjau dari :
- Segi Ekonomi :
Penggunaan sensor gerak pada lampu ini membutuhkan dana yang tidak besar, hanya
pembelian sensor gerak dengan module, PCB, serta komponenelektronik pendukung
seperti kabel, dan sebagainya
- Segi Lingkungan :
Penggunaan sensor gerak pada lampu (saklar otomatis) ini ramah lingkungan karena
menyala hanya jika dinyalakan pada saat hari menjelang petang dan hanya menyala
jika terdapat gerakan disekitarnya sehingga tidak menyebakan efek rumah kaca.
- Segi Sosial :
Tidak ada pihak yang dirugikan
- Segi administrasi :
Kemungkinan besar akan distujui oleh pihak birokrasi mengingat banyak manfaat
yang dapat diambil, tidak membutuhkan biaya yang besar, juga mendukung progam
Eco-Campus ITS.
8
DAFTAR PUSTAKA
Ir. S. Gunawan. 1994. Manfaat Lampu Hemat Energi dan Ballas Elektronik
http://elektroindonesia.com/elektro/no1a.htm diakses tanggal 6 oktober 2016
Marti.
2014.
Negara
Terbaik
Pengguna
Tenaga
Surya.
kawankumagz.com/Feature/Playground/Negara-Terbaik-Pengguna-Tenaga-Surya
diakses tanggal 25 September 2016.
Sutono. 2014. Sensor Gerak dan Sensor Cahaya Berbasis Arduino Uno (Atmega 328).
http://jurnal.unikom.ac.id/jurnal/perancangan-sistem-aplikasi.4e diakses tanggal 5
Oktober 2016.