Anda di halaman 1dari 5

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

NAMA: YANUAVERA WULANDARI P


NPM : 150510130089

FAKULTAS PERTANIAN
AGROTEKNOLOGI

Syariat dalam pengertian etimologis adalah jalan yang harus ditempuh. Dalam
arti teknis, syariat adalah seperangkat norma ilahi yang mengatur hubungan
manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia lain dalam kehidupan
sosial, hubungan manusia dengan benda dan alam lingkungan hidupnya. Norma
ilahi tersebut berupa ibadah yang mengatur tata cara dan upacara hubungan
langsung dengan Tuhan, dan muamalah yang mengatur hubungan manusia dengan
manusia lain dan benda dalam masyarakat
Dalil naqli dan aqli tentang melaksanakn syariat islamdengan sebenarnya:


:







:
:

Aerinya: Dari Abu Abdullah, Jabir bin Abdullah Al Anshary radhiallahuanhuma :


Seseorang bertanya kepada Rasulullah shollallohu alaihi wa sallam, seraya
berkata : Bagaimana pendapatmu jika saya melaksanakan shalat yang wajib,
berpuasa Ramadhan, Menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram
dan saya tidak tambah sedikitpun, apakah saya akan masuk surga ?. Beliau
bersabda : Ya.
Tentang Syariat Islam
Berbicara tentang syariat islam sangat banyak sekali, namun kita tidak di
perintahkan harus melaksankan semua syariat islam jika memang keadaanya
darurat. Seperti halnya syariat islam tentang kisos , ranjam dan lain-lain yang
tentunya kita tidak bisa serta merta melaksanakan syariat tersebut, harus melihat
kita ada di mana, seperti halnya kita dilarang makan daging babi namun bila
keadaan terpaksa dan kalau tidak makan bisa mati maka itu di perbolehkan oleh

syariat islam memakanya, memang kita tidak menutup mata banyak sekali
halangan untuk menerapkan syariat islam ini di antara halanganya adalah :

1. Kendala kultural atau sosiologis (adanya umat Islam yang masih belum bisa
menerima).

2. Kendala fikrah (pemikiran) yaitu masih banyaknya pandangan negatif terhadap


hukum pidana Islam dan kurang yakin dengan efektivitas (keberkesanan)-nya.

3. Kendala filosofis (falsafah) berupa tuduhan bahwa hukum ini tidak adil (kejam
dan ketinggalan zaman) bahkan bertentangan dengan cita-cita hukum nasional.

4. Kendala yuridis (perundangan) yang tercermin dari belum adanya ketentuan


hukum jenayah yang bersumber dari syariat Islam.

5. Kendala konsolidasi umat yang terwujud pada belum bisa bertemunya para
pendukung pemberlakuan syariat Islam (dari berbagai kalangan) yang masih
saling menonjolkan dalil (argumen) serta metode penerapannya masing-masing.

6. Kendala akademik terlihat dari belum meluasnya pengajaran hukum jenayah


Islam ini di sekolah atau kampus-kampus.

Kita coba menengok aceh bagaimana dalam penerapan hukum syariat islamnya
,sperti yang di katakana oleh Jalaluddin Rakhmat, pemimpin Yayasan Mutahhari,
Bandung, Sebetulnya, perbedaan meletakkan agama dalam politik itu bisa dilacak
sejak awal, ketika orang merumuskan konsep sistem politik Islam. Kemudian,
perbedaan lebih tajam terjadi ketika orang menerapkan strategi perjuangan untuk
menegakkan sistem politik Islam. Lebih lanjut, kalau Islam sudah jadi partai,
dalam memperlakukan partai itu bisa, terjadi perbedaan. Bahkan, perbedaan bisa
saja terjadi dalam satu partai politik itu.

Dulu, Ruth Mac Vey (ahli politik dari Australia) mengatakan, tidak ada yang
paling bisa mempersatukan orang Indonesia selain Islam. Tapi, kita lihat pula,
tidak ada yang bisa memporak-porandakan kita secara politik selain Islam. Kahin
juga pernah mengatakan, Indonesia dipersatukan karena mayoritas penduduknya
beragama Islam. Kita terdiri dari ribuan kebudayaan, ribuan suku bangsa, ribuan
bahasa. Tapi kita merasa terikat sebagai satu bangsa karena sama-sama Islam. Hal
yang sama juga terjadi Malaysia; yang disebut Melayu itu pasti Islam. Kalau
bukan Islam tidak disebut Melayu. Jadi yang mempersatukan kemelayuan itu
adalah keislaman.

Syariat Islam Tentang Pemberantasan Korupsi


Penanganan korupsi di Indonesia tidak dilakukan secara komprehensif,
sebagaimana ditunjukkan oleh syariat Islam berikut:

Pertama, sistem penggajian yang layak. Aparat pemerintah harus bekerja dengan
sebaik-baiknya. Hal itu sulit berjalan dengan baik bila gaji tidak mencukupi. Para
birokrat tetaplah manusia biasa yang mempunyai kebutuhan hidup serta
kewajiban untuk mencukup nafkah keluarga. Agar bisa bekerja dengan tenang dan
tidak mudah tergoda berbuat curang, mereka harus diberikan gaji dan tunjangan
hidup lain yang layak. Berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan hidup aparat
pemerintah, Rasul dalam hadis riwayat Abu Dawud berkata, Barang siapa yang
diserahi pekerjaan dalam keadaan tidak mempunyai rumah, akan disediakan
rumah, jika belum beristri hendaknya menikah, jika tidak mempunyai pembantu
hendaknya ia mengambil pelayan, jika tidak mempunyai hewan tunggangan
(kendaraan) hendaknya diberi. Adapun barang siapa yang mengambil selainnya,
itulah kecurangan.

Kedua, larangan menerima suap dan hadiah. Hadiah dan suap yang diberikan
seseorang kepada aparat pemerintah pasti mengandung maksud agar aparat itu

bertindak menguntungkan pemberi hadiah. Tentang suap Rasulullah berkata,


Laknat Allah terhadap penyuap dan penerima suap (HR Abu Dawud). Tentang
hadiah kepada aparat pemerintah, Rasul berkata, Hadiah yang diberikan kepada
para penguasa adalah suht (haram) dan suap yang diterima hakim adalah kufur
(HR Imam Ahmad). Suap dan hadiah akan berpengaruh buruk pada mental aparat
pemerintah. Aparat bekerja tidak sebagaimana mestinya. Di bidang peradilan,
hukum ditegakkan secara tidak adil atau cenderung memenangkan pihak yang
mampu memberikan hadiah atau suap.

Ketiga, perhitungan kekayaan. Setelah adanya sikap tegas dan serius,


penghitungan harta mereka yang diduga terlibat korupsi merupakan langkah
berikutnya. Menurut kesaksian anaknya, yakni Abdullah bin Umar, Khalifah
Umar pernah mengalkulasi harta kepala daerah Saad bin Abi Waqash (Lihat
Tarikhul Khulafa). Putranya ini juga tidak luput kena gebrakan bapaknya. Ketika
Umar melihat seekor unta gemuk milik anaknya di pasar, beliau menyitanya.
Kenapa? Umar tahu sendiri, unta anaknya itu gemuk karena digembalakan
bersama-sama unta-unta milik Baitul Mal di padang gembalaan terbaik. Ketika
Umar menyita separuh kekayaan Abu Bakrah, orang itu berkilah Aku tidak
bekerja padamu . Jawab Khalifah, Benar, tapi saudaramu yang pejabat Baitul
Mal dan bagi hasil tanah di Ubullah meminjamkan harta Baitul Mal padamu untuk
modal bisnis ! (lihat Syahidul Aikral). Bahkan, Umar pun tidak menyepelekan
penggelapan meski sekedar pelana unta.

Anda mungkin juga menyukai