Anda di halaman 1dari 23

KAPITA SELEKTA

DISLIPIDEMIA

Oleh :
DHANNY PRASETYA WIBOWO
06020029

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2011

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pengertian

Dislipidemia adalah kalainan metabolisme lipid yang ditandai dengan


peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid
yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida,
serta penurunan kolesterol HDL.

1.2 Etiologi dan Faktor Resiko


Kadar lipoprotein, terutama LDL meningkat sejalan dengan bertambahnya
usia. Pada keadaan normal pria memiliki kadar LDL yang lebih tinggi, tetapi
setelah menopause kadarnya pada wanita lebih banyak. Faktor lain yang
menyebabkan tingginya kadar lemak tertentu (VLDL dan LDL) adalah :
1. Riwayat keluarga dengan hiperlipidemia
2. Obesitas
3. Diet kaya lemak
4. Kurang melakukan olah raga
5. Penyalahgunaan alkohol
6. Merokok sigaret
7. Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik
8. Hipotiroidisme
9. Sirosis

1.3 Patofisiologi
Lipid dalam plasma terdiri dari kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan
asam lemak bebas. Normalnya lemak ditranspor dalam darah berikatan dengan
lipid yang berbentuk globuler. Ikatan protein dan lipid tersebut menghasilkan 4
kelas utama lipoprotein : kilomikron, VLDL, LDL, dan HDL. Peningkatan lipid
dalam darah akan mempengaruhi kolesterol, trigliserida dan keduanya
(hiperkolesterolemia,

hipertrigliseridemia

atau

kombinasinya

yaitu

hiperlipidemia). Hiperlipoproteinemia biasanya juga terganggu.

Pasien dengan hiperkolesterolemia (> 200 220 mg/dl serum) merupakan


gangguan yang bersifat familial, berhubungan dengan kelebihan berat badan dan
diet. Makanan berlemak

meningkatkan sintesis kolesterol di hepar yang

menyebabkan penurunan densitas reseptor LDL di serum (> 135 mg/dl). Ikatan
LDL mudah melepaskan lemak dan kemudian membentuk plak pada dinding
pembuluh darah yang selanjutnya akan menyebabkan terjadinya arterosklerosis
dan penyakit jantung koroner.

Gambar 1. Lipoprotein Metabolisme (Silbernagl, 2000)

Gambar 2. Metabolisme Lipoprotein Lanjutan (Silbernagl, 2000)

Jalur transport lipid dan tempat kerja obat


1. Jalur eksogen
Trigliserida dan kolesterol dari usus akan dibentuk menjadi kiomikron yang
kemudian akan diangkut ke saluran limfe dan masuk ke duktus torasikus. Di
dalam jaringan lemak, trigliserida dari kilomikron akan mengalami hidrolisis oleh
lipoprotein lipase yang terdapat pada permukaan endotel sehingga akan
membentuk asam lemak dan kilomikron remnan (kilomikron yang kehilangan

trigliseridanya tetapi masih memiliki ester kolesterol). Kemudian asam lemak


masuk ke dalam endotel ke dalam jaringan lemak dan sel otot yang selanjutnya
akan diubah kembali menjadi trigliserida atau dioksidasi untuk menghasilkan
energi.
Kilomikron remnan akan dibersihkan oleh hepar dengan mekanisme
endositosis dan lisosom sehingga terbentuk kolesterol bebas yang berfungsi
sintesis membran plasma, mielin dan steroid. Kolesterol dalam hepar akan
membentuk kolesterol ester atau diekskresikan dalam empedu atau diubah
menjadi lipoprotein endogen yang masuk ke dalam plasma. Jika tubuh
kekurangan kolesterol, HMG-CoA reduktase akan aktif dan terjadi sintesis
kolesterol dari asetat.
2. Jalur endogen
Trigliserida dan kolesterol dari hepar diangkut dengan bentuk VLDL ke
jaringan kemudian mengalami hidrolisis sehingga terbentuk lipoprotein yang lebih
kecil IDL dan LDL. LDL merupakan lipoprotein dengan kadar kolesterol
terbanyak (60-70%). Peningkatan katabolisme LDL di plasma dan hepar yang
akan meningkatkan kadar kolesterol plasma. Peningkatan kadar kolesterol
tersebut akan membentuk foam cell di dalam makrofag yang berperan pada
arterosklerosis prematur.
Jenis lipoprotein
1. Kilomikron
Lipoprotein dengan komponen 80% trigliserida dan 5% kolesterol ester.
Kilomikron membawa makanan ke jaringan lemak dan otot rangka serta
membawa kolesterol kembali ke hepar. Kilomikron yang dihidrolisis akan
mengecil membentuk kilomikron remnan yang kemudian masuk ke hepatosit.
Kilomikronemia post pandrial mereda setelah 8 10 jam.
2. VLDL
Lipoprotein terdiri dari 60% trigliserida dan 10 15 % kolesterol. VLDL
digunakan untuk mengangkut trigliserida ke jaringan. VLDL reman sebagian akan
diubah menjadi LDLyang mengikuti penurunan hipertrigliserida sedangkan
sintesis karbohidrat yang berasal dari asam lemak bebas dan gliserol akan
meningkatkan VLDL.

3. IDL
Lipoprotein yang mengandung 30% trigliserida, dan 20% kolesterol. IDL
merupakan zat perantara sewaktu VLDL dikatabolisme menjadi IDL.
4. LDL
Lipoprotein pengangkut kolesterol terbesar (70%). Katabolisme LDL melalui
receptor-mediated endocytosis di hepar. Hidrolisis LDL menghasilkan kolesterol
bebas yang berfungsi untuk sintesis sel membran dan hormone steroid. Kolesterol
juga dapat disintesis dari enzim HMG-CoA reduktase berdasarkan tinggi
rendahnya kolesterol di dalam sel.
5. HDL
HDL diklasifikasikan lagi berdasarkan Apoprotein yang dikandungnya. Apo
A-I merupakan apoprotein utama HDL yang merupakan inverse predictor untuk
resiko penyakit jantung koroner. Kadar HDL menurun pada kegemukan, perokok,
pasien diabetes yang tidak terkontrol dan pemakai kombinasi estrogen-progestin.
HDL memiliki efek protektif yaitu mengangkut kolesterol dari perifer untuk di
metabolisme di hepar dan menghambat modifikasi oksidatif LDL melalui
paraoksonase (protein antioksidan yang bersosiasi dengan HDL).
6. Lipoprotein (a)
Terdiri atas partikel LDL dan apoprotein sekunder selain apoB-100.
Lipoprotein jenis ini menghambat fibrinolisis atau bersifat aterogenik.

1.4 Klasifikasi
1. Klasifikasi Fenotipik
a. Klasifikasi EAS (European Atheroselerosis Society).
Tabel 1. Klasifikasi Berdasarkan EAS (European Atheroselerosis
Society).

b. Klasifikasi NECP (National Cholesterol Education Program).


Tabel 2. Klasifikasi Berdasarkan NECP (National Cholesterol Education
Program).

c. Klasifikasi WHO (World Health Organization).


Tabel 3. Klasifikasi Berdasarkan WHO (World Health Organization).

2. Klasifikasi Patogenik
Klasifikasi dislipidemia berdasarkan atas ada atau tidaknya penyakit dasar
yaitu primer dan sekunder. Dislipidmia primer memiliki penyebab yang tidak
jelas sedangkan dislipidemia sekunder memiliki penyakit dasar seperti
sindroma nefrotik, diabetes melitus, hipotiroidisme. Contoh dari dislipidemia
7

primer adalah hiperkolesterolemia poligenik, hiperkolesterolemia familial,


hiperlipidemia kombinasi familial, dan lain-lain.

1.5 Gejala Klinis


Kebanyakan pasien adalah asimptomatik selama bertahun-tahun sebelum
penyakit jelas secara klinis. Gejala-gejala yang bisa tampak diantaranya
berkeringat, jantung berdebar, nafas pendek dan cemas.

1.6 Diagnosis
1. Pada anamnesis biasanya didapatkan pasien dengan faktor resiko seperti
kegemukan, diabetes mellitus, konsumsi tinggi lemak, merokok dan faktor
resiko lainnya.
2. Pada pemeriksaan fisik sukar ditemukan kelainan yang spesifik kecuali
jika didaptkan riwayat penyakit yang menjadi faktor resiko dislipidemia.
Selain itu, kelainan mungkin didaptkan bila sudah terjadi komplikasi lebih
lanjut seperti penyakit jantung koroner.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium memegang peranan penting dalam menegakkan
diagnosa. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan kadar kolesterol
total, kolesterol LDL, kolesterol HDL dan trigliserid.
a. Persiapan
Pasien sebaiknya berada dalam keadaan metabolik yang stabi tanpa
adanya perubahan berat badan, pola makan, kebiasaan merokok, olahraga,
tidak sakit berat ataupun tidak ada operasi dalam 2 bulan terakhir. Selain
itu, sebaiknya pasien tidak mendapatkan pengobatan yang mempengaruhi
kadar lipid dalam 2 minggu terakhir. Apabila keadaan ini tidak
memungkinkan, pemeriksaan tetap dilakukan dan disertai dengan catatan.
b. Pengambilan Bahan Pemeriksaan
Pengambilan bahan dilakukan dengan melakukan bendungan vena
seminimal mungkin dan bahan yang diambil adalah serum. Pengambilan
bahan ini dilakukan setelah pasien puasa selama 12-16 jam.

c. Analisis
Analisis kadar kolesterol dan trigliserid dilakukan dengan metode
ensimatik sedangkan analisis kadar kolesterol HDL dan kolesterol LDL
dilakukan dengan metode presipitasi dan ensimatik. Kadar kolesterol LDL
dapat dilakukan secara langsung atau menggunakan rumus Friedewaid jika
didapatkan kadar trigliserida < 400mg/d menggunakan rumus sebagai
berikut:

1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dalam dislipidemia dimulai dengan melakukan penilaian
jumlah faktor resiko koroner pada pasien untuk menentukan kolesterol-LDL yang
harus dicapai. Berikut ini adalah tabel faktor resiko (selain kolesterol LDL) yang
menentukan sasaran kolesterol LDL yang ingin dicapai berdasarkan NCEP-ATP
III :
Tabel 4. Faktor Resiko (Selain Kolesterol LDL) yang Menentukan Sasaran
Kolesterol LDL yang Ingin Dicapai
Faktor Resiko (Selain Kolesterol LDL) yang Menentukan Sasaran
Kolesterol LDL yang Ingin Dicapai
-

Umur pria 45 tahun dan wanita 55 tahun.


Riwayat keluarga PAK (Penyakit Arteri Koroner) dini yaitu ayah
usia < 55 tahun dan ibu < 65 tahun.
Kebiasaan merokok
Hipertensi (140/90 mmHg atau sedang mendapat obat
atihipertensi)
Kolesterol HDL rendah ( <40 mg/dl). Jika didapatkan kolesterol
HDL 60mg/dl maka mengurangi satu faktor resiko

Setelah menemukan banyaknya faktor resiko pada seorang pasien, maka


pasien dibagi kedalam tiga kelompok resiko penyakit arteri koroner yaitu resiko
tinggi, resiko sedang dan resiko tinggi. Hal ini digambarkan pada tabel berikut ini:

Tabel 5. Tiga Kategori Resiko yang Menentukan Sasaran Kolesterol LDL


yang Ingin Dicapai berdasarkan NCEP

Kategori Resiko
1. Resiko Tinggi
a. Mempunyai Riwayat PAK dan
b. Mereka yang disamakan dengan PAK
- Diabetes Melitus
- Bentuk lain penyakit arterosklerotik yaitu strok,
penyakit arteri perifer, aneurisma aorta
abdominalis
- Faktor resiko multipel (> resiko) yang diperkirakan
dalam kurun waktu 10 tahun mempunyai resiko
PAK > 20 %
2. Resiko Multipel (2 faktor resiko)
3. Resiko Rendah (0-1 faktor resiko)

Sasaran Kolesterol
LDL (mg/dl)
<100

<130
<160

Selanjutnya penatalaksanaan pada pasien ditentukan berdasarkan kategori


resiko pada tabel diatas. Berikut ini adalah bagan penatalaksanaan untuk masingmasing katagori resiko :

Gambar 3. Bagan Penatalaksanaan dislipidemia dengan faktor resiko tinggi

10

Gambar 4. Bagan Penatalaksanaan dislipidemia dengan faktor resiko sedang

Gambar 5. Bagan Penatalaksanaan Dislipidemia dengan faktor resiko 0-1

Penatalaksanaan Dislipidemia terdiri dari:


1. Penatalaksanaan Umum
Pilar utama pengelolaan dislipidemia

adalah upaya nonfarmakologist

yang meliputi modiflkasi diet, latihan jasmani serta pengelolaan berat badan.
terapi diet memiliki tujuan untuk menurunkan resiko PKV dengan mengurangi
asupan lemak jenuh dan kolesterol serta mengembalikan kesimbangan kalori,
sekaligus memperbaiki nutrisi. Perbaikan keseimbangan kalori biasanya
memerlukan peningkatan penggunaan energi melalui kegiatan jasmani serta
pembatasan asupan kalori.
2. Penatalaksanaan Non- Farmakologi
a. Terapi Nutrisi Medis

11

Terapi diet dimulai dengan menilai pola makan pasien, mengidentifikasi


makanan yang mengandung banyak lemak jenuh dan kolesterol serta berapa
sering keduanya dimakan. Jika diperlukan ketepatan yang lebih tinggi untuk
menilai asupan gizi, perlu dilakukan penilaian yang lebih rinci, yang biasanya
membutuhkan bantuan ahli gizi.Penilaian pola makan penting untuk
menentukan apakah harus dimulai dengan diet tahap I atau langsung ke diet
tahap ke II. Hasil diet ini terhadap kolesterol serum dinilai setelah 4-6 minggu
dan kemudian setelah 3 bulan. Pada pasien dengan kadar kolesterol LDL atau
kolesterol total yang tinggi sebaiknya mengurangi asupan lemak jenuh.
Namun pada pasien ini sebaiknya banyak mengkonsumsi lemak tak jenuh
rantai tunggal dan ganda. Asupan karbohidrat, alkohol dan lemaak perlu
dikurangi pada pasien dengan trigliserid yang tinggi.
Tabel 6. Komposisi Tahap I dan Tahap II

b. Aktivitas Fisik
Dari beberapa penelitian diketahui bahwa latihan fisik dapat meningkatkan
kadar HDL dan Apo AI, menurunkan resistensi insulin, meningkatkan
sensitivitas dan meningkatkan keseragaman fisik, menurunkan trigliserida
dan LDL, dan menurunkan berat badan.
Setiap melakukan latihan jasmani perlu diikuti 3 tahap :
1. Pemanasan dengan peregangan selama 5-10 menit
2. Aerobik sampai denyut jantung sasaran yaitu 70-85 % dari denyut jantung
maximal ( 220 - umur ) selama 20-30 menit .
3. Pendinginan dengan menurunkan intensitas secara perlahan - lahan, selama
5-10 menit. Frekwensi latihan sebaiknya 4-5 x/minggu dengan lama latihan
seperti diutarakan diatas. Dapat juga dilakukan 2-3x/ minggu dengan lama
latihan 45-60 menit dalam tahap aerobik.

12

Pada prinsipnya pasien dianjurkan melaksanakan aktivitas fisik sesuai


dengan kondisi dan kemampuan pasien agar aktivitas ini berlangsung terusmenerus.
3. Penatalaksanaan Farmakologi
Pengobatan farmakologi dilakukan bila terjadi kegagalan dengan
pengobatan non-farmakologis. Saat ini didapat beberapa golongan obat yaitu
golongan resin, asam nikotinat, golongan statin, derivat asam fibrat, probutol dan
lain-lain namun obat lini pertama yang danjurkan oleh NCEP-ATP III adalah
HMG-CoA reductase inhibitor. Apabila ditemukan kadar trigliserid >400mg/dl
maka pengobatan dimulai dengan golongan asam fibrat untuk menurunkan
trigliserid. Menurut kesepakatan kadar kolesterol LDL merupakan sasaran utama
pencegahan penyakit arteri koroner sehingga ketika telah didapatkan kadar
trigliserid yang menurun namun kadar kolesterol LDL belum mencapai sasaran
maka HMG-CoA reductase inhibitor akan dikombinasikan dengan asam fibrat.
Selain itu, terdapat obat kombinasi dalam satu tablet (Niaspan yang merupakan
kombinasi lovastatin dan asam nikotinik) yang jauh lebih efektif dibandingkan
dengan lovastatin atau asam nikotinik sendiri dalam dosis tinggi.
Tabel 7. Target kolesterol LDL (mg/dl):
Kategori Resiko

Target LDL

Kadar LDL untuk


mulai PGH

Kadar LDL untuk


mulai terapi
farmakologis
130

PJK atau yang


< 100
100
disamakn PJK
< 130
Faktor resiko 2
130
130
Faktor resiko 0-1
< 160
160
190
Terapi hiperkolesterolemia untuk pencegahan primer, dimulai dengan
statin atau sekuestran asam empedu atau nicotic acid. Pemantauan profil lipid
dilakukan setiap 6 minggu. Bila target sudah tercapai, pemantauan dilanjutakan
setiap 4-6 bulan. Bila setelah 6 minggu terapi target belum tercapai,
intensifkan/naikkan dosis statin atau kombinasi dengan yang lain.

13

1.8 Komplikasi
ATEROSKLEROSIS
Definisi
Aterosklerosis (atherosclerosis) merupakan istilah umum untuk beberapa
penyakit, dimana dinding arteri menjadi lebih tebal dan kurang lentur. Penyakit
yang paling penting dan paling sering ditemukan adalah aterosklerosis, dimana
bahan lemak terkumpul dibawah lapisan sebelah dalam dari dinding arteri.
Aterosklerosis bisa terjadi pada arteri di otak, jantung, ginjal, organ vital
lainnya dan lengan serta tungkai. Jika aterosklerosis terjadi di dalam arteri yang
menuju ke otak (arteri karotid), maka bisa terjadi stroke. Jika terjadi di dalam
arteri yang menuju ke jantung (arteri koroner), bisa terjadi serangan jantung.

Etiologi
Aterosklerosis bermula ketika sel darah putih yang disebut monosit,
pindah dari aliran darah ke dalam dinding arteri dan diubah menjadi sel-sel yang
mengumpulkan bahan-bahan lemak. Pada saatnya, monosit yang terisi lemak ini
akan terkumpul, menyebabkan bercak penebalan di lapisan dalam arter.
Setiap daerah penebalan (yang disebut plak aterosklerotik atau ateroma)
yang terisi dengan bahan lembut seperti keju, mengandung sejumlah bahan lemak,
terutama kolesterol, sel-sel otot polos dan sel-sel jaringan ikat.
Ateroma bisa tersebar di dalam arteri sedang dan arteri besar, tetapi
biasanya mereka terbentuk di daerah percabangan, mungkin karena turbulensi di
daerah ini menyebabkan cedera pada dinding arteri, sehingga disini lebih mudah
terbentuk ateroma.

Arteri yang terkena aterosklerosis akan kehilangan

kelenturannya dan karena ateroma terus tumbuh, maka arteri akan menyempit.
Lama-lama ateroma mengumpulkan endapan kalsium, sehingga menjadi rapuh
dan bisa pecah.
ateroma

Darah bisa masuk ke dalam ateroma yang pecah, sehingga

menjadi

lebih

besar

dan

lebih

mempersempit

arteri.

Ateroma yang pecah juga bisa menumpahkan kandungan lemaknya dan memicu
pembentukan

bekuan

darah

(trombus).

Selanjutnya

bekuan

ini

akan

mempersempit bahkan menyumbat arteri, atau bekuan akan terlepas dan mengalir
bersama aliran darah dan menyebabkan sumbatan di tempat lain (emboli).

14

Resiko terjadinya aterosklerosis meningkat pada:


1. Tekanan darah tinggi
2. Kadar kolesterol tinggi
3. Perokok
4. Diabetes (kencing manis)
5. Kegemukan (obesitas)
6. Malas berolah raga
7. Usia lanjut.
Pria memiliki resiko lebih tinggi daripada wanita. Penderita penyakit
keturunan homosistinuria memiliki ateroma yang meluas, terutama pada usia
muda. Penyakit ini mengenai banyak arteri tetapi tidak selalu mengenai arteri
koroner (arteri yang menuju ke jantung). Sebaliknya, pada penyakit keturunan
hiperkolesterolemia familial, kadar kolesterol yang sangat tinggi menyebabkan
terbentuknya ateroma yang lebih banyak di dalam arteri koroner dibandingkan
arteri lainnya.

Gejala
Sebelum terjadinya penyempitan arteri atau penyumbatan mendadak,
aterosklerosis biasanya tidak menimbulkan gejala. Gejalanya tergantung dari
lokasi terbentuknya, sehingga bisa berupa gejala jantung, otak, tungkai atau
tempat lainnya. Jika aterosklerosis menyebabkan penyempitan arteri yang sangat
berat, maka bagian tubuh yang diperdarahinya tidak akan mendapatkan darah
dalam jumlah yang memadai, yang mengangkut oksigen ke jaringan.
Gejala awal dari penyempitan arteri bisa berupa nyeri atau kram yang
terjadi pada saat aliran darah tidak dapat mencukupi kebutuhan akan oksigen.
Contohnya, selama berolah raga, seseorang dapat merasakan nyeri dada (angina)
karena aliran oksigen ke jantung berkurang; atau ketika berjalan, seseorang
merasakan kram di tungkainya (klaudikasio interminten) karena aliran oksigen ke
tungkai berkurang.
Yang khas adalah bahwa gejala-gejala tersebut timbul secara perlahan,
sejalan dengan terjadinya penyempitan arteri oleh ateroma yang juga berlangsung

15

secara perlahan. Tetapi jika penyumbatan terjadi secara tiba-tiba (misalnya jika
sebuah bekuan menyumbat arteri), maka gejalanya akan timbul secara mendadak.
Diagnosis
Sebelum terjadinya komplikasi, aterosklerosis mungkin tidak akan
terdiagnosis.
Sebelum terjadinya komplikasi, terdengarnya bruit (suara meniup) pada
pemeriksaan dengan stetoskop bisa merupakan petunjuk dari aterosklerosis.
Denyut nadi pada daerah yang terkena bisa berkurang.
Pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis aterosklerosis :
1. ABI (ankle-brachial index), dilakukan pengukuran tekanan darah di
pergelangan kaki dan lengan
2. Pemeriksaan Doppler di daerah yang terkena
3. Skening ultrasonik Duplex
4. CT scan di daerah yang terkena
5. Arteriografi resonansi magnetik
6. Arteriografi di daerah yang terkena
7. IVUS (intravascular ultrasound)

Pengobatan
Bisa diberikan obat-obatan untuk menurunkan kadar lemak dan kolesterol
dalam darah (contohnya Kolestiramin, kolestipol, asam nikotinat, gemfibrozil,
probukol, lovastatin). Aspirin, ticlopidine dan clopidogrel atau anti-koagulan bisa
diberikan untuk mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah.
Angioplasti balon dilakukan untuk meratakan plak dan meningkatkan
aliran darah yang melalui endapan lemak. Enarterektomi merupakan suatu
pembedahan untuk mengangkat endapan. Pembedahan bypass merupakan
prosedur yang sangat invasif, dimana arteri atau vena yang normal dari penderita
digunakan untuk membuat jembatan guna menghindari arteri yang tersumbat.

16

Terapi Farmakologi

KLASIFIKASI OBAT-OBAT HIPERKOLESTEROLEMIA


Penghambat HMGCoA
Reduktase

Sekueastran Asam Empedu

Asam Nikotinat

Simvastatin
Luvastatin
Paravastatin
Fluvastatin
Atorvastatin

Kolestiramin
Kolestipol

Acipimox

GOLONGAN OBAT PENGHAMBAT HMGCoA REDUKTASE


Efficacy

Safety

Suitability

+++

++

+++

Farmakodinamik:
Menghambat sintesis kolesterol di
hati sehingga menurunkan kadar
LDL plasma. Selain itu, juga
menurunkan kadar trigliserida,
kadar kolesterol total dalam serum,
serta meningkatkan kadar HDL.

Efek samping:
Gangguan GIT, sakit
kepala, rash,
peningkatan serum
transaminase
asimtomatik,
peningkatan kadar
kreatinin fosfokinase
pada plasma
asimtomatik, lelah,
gangguan tidur, nyeri
otot, kejang otot.

Kontraindikasi:
Wanita hamil
dan menyusui,
miopati, penyakit
hati, kolestasis.

Farmakokinetik:
Diabsorbsi sebanyak kira-kira
30%, ikatan protein 95%,
metabolisme sebagian besar di
hepar, diekskresi melalui feses dan
kurang dari 10% dalam urin.

Cost

Hati-hati penggunaan pada pasien


dengan penyakit hati
kronik seperti hepattis B dan C
atau kholestasis.

17

Pemilihan obat derivat penghambat HMGCoA Reduktase


Simvastatin (Cholexin, Ethicol, Lesvatin, Lipinorem, Mersivas, Normofat)
Efficacy

Suitability

Cost

Safety
+++

+++

+++

Farmakodinamik:
Statin menghambat HMG CoA reduktase,
mengganggu konversi HMG CoA reduktase
menjadi mevalonat, tahap yang menentukan
dalam biosintesis de novo.
Pengurangan sintesis LDL dan peningkatan
katabolisme LDL di mediasi melalui
reseptor LDL menjadi prinsip kerja untuk
penurunan lipid
Agen penurun kolesterol dan LDL yang
paling poten dengan toleransi paling baik.

Efek Samping:
Nyeri abdomen, konstipasi,
kembung, asthenia, sakit
kepala, miopati,
rabdomiolisis, edema
angioneurotik. Gangguan
fungsi saraf cranial, tremor,
pusing, vertigo, kehilangan
daya ingat parestesia,
neuropati perifer.
Anafilaksis, angioedema,
trombositopenia,
leucopenia, anemia
hemolitik.
Anoreksia, muntah.
Alopesia, pruritus.
Ginekomastia, kehilangan
libido, disfungsi ereksi.
Mempercepat proses
katarak, oftalmoplegia.

Kontraindikasi:
Penyakit hati aktif,
peningkatan
persisten idiopatik
dari kadar
transaminase
serum.
Hamil dan laktasi

Rp. 1.4009.000/tablet

Farmakokinetik:
A: absorbsi oral (25%)
D: protein binding 95%
M: di hepar
E: melalui cairan empedu (sebagian besar)
dan ginjal
T 1,9 jam

Lovastatin (Cholvastin, Lovacol, Lipovas, Justin)


Efficacy

Suitability

Cost

Safety
+++

+++

Farmakodinamik:
Statin menghambat HMG CoA reduktase,
mengganggu konversi HMG CoA reduktase
menjadi mevalonat, tahap yang menentukan
dalam biosintesis de novo.
Pengurangan sintesis LDL dan peningkatan
katabolisme LDL di mediasi melalui
reseptor LDL menjadi prinsip kerja untuk
penurunan lipid
Agen penurun kolesterol dan LDL yang
paling poten dengan toleransi paling baik.
Penurunan kolesterol bergantung pada
dosis.

Efek Samping:
Miopati, rabdomiolisis,
atralgia, disfungsi saraf
kranial, tremor, vertigo,
hilang ingatan,
parestesia, kelumpuhan
saraf perifer, neuropati
perifer, ansietas,
insomnia, depresi, reaksi
hipersensitifitas,
gangguan GIT, alopesia,
pruritus, perubahan kulit,
ginekomastia, kehilangan
libido, disfungsi ereksi,
mempercepat katarak,
oftalmoplegia,
peningkatan serum
transaminase,
transpeptidase glutamat
dan bilirubin,
abnormalisasi tiroid

Kontraindikasi:
Penyakit hati
aktif atau
peningkatan
persisten serum
transaminase.
Hamil dan
laktasi

Rp. 24.500
86.000/tablet

Farmakokinetik:
A: absorbsi oral (25%)
D: protein binding 95%
M: di hepar
E: melalui cairan empedu (sebagian besar)
dan ginjal
T 1 jam

18

Pravastatin (Cholespar, Gravastin, Koleskol)


Efficacy

Suitability

Cost

Safety
+++

+++

+++

++

Farmakodinamik:
Statin menghambat HMG CoA reduktase,
mengganggu konversi HMG CoA reduktase
menjadi mevalonat, tahap yang menentukan
dalam biosintesis de novo.
Pengurangan sintesis LDL dan peningkatan
katabolisme LDL di mediasi melalui reseptor
LDL menjadi prinsip kerja untuk penurunan
lipid
Agen penurun kolesterol dan LDL yang paling
poten dengan toleransi paling baik.
Penurunan kolesterol bergantung pada dosis.

Efek Samping:
Mual, muntah, diare,
dispepsia, konstipasi,
kembung,
rabdomiolisis, miopati,
sakit kepala.

Kontraindikasi:
Penyakit hati aktif
atau peningkatan
persisten tes fungsi
hati yang tidak
diketahui
sebabnya.
Hamil dan laktasi

Rp.6.500-11.000
/tablet

Suitability

Cost

Farmakokinetik:
A: absorbsi oral (25%)
D: protein binding 95%
M: di hepar
E: melalui cairan empedu (sebagian besar) dan
ginjal
T 1 - 2 jam

Fluvastatin (Lescol)
Efficacy
Safety
+++

+++

+++

++

Farmakodinamik:
Statin menghambat HMG CoA reduktase,
mengganggu konversi HMG CoA reduktase
menjadi mevalonat, tahap yang menentukan
dalam biosintesis de novo.
Pengurangan sintesis LDL dan peningkatan
katabolisme LDL di mediasi melalui reseptor
LDL menjadi prinsip kerja untuk penurunan
lipid
Agen penurun kolesterol dan LDL yang paling
poten dengan toleransi paling baik.
Penurunan kolesterol bergantung pada dosis.

Efek Samping:
Mual, muntah, diare,
dispepsia, konstipasi,
kembung,
rabdomiolisis, miopati,
sakit kepala.

Kontraindikasi:
Penyakit hati aktif
atau peningkatan
persisten tes fungsi
hati yang tidak
diketahui
sebabnya.
Hamil dan laktasi

Rp. 11.000/tablet

Farmakokinetik:
A: absorbsi oral (25%)
D: protein binding 95%
M: di hepar
E: melalui cairan empedu (sebagian besar) dan
ginjal
T 1 - 2 jam

19

Atorvastatin (Truvaz, Stator, Lipitor)


Efficacy

Suitability

Cost

Safety
+++

++

+++

++

Farmakodinamik:
Statin menghambat HMG CoA reduktase,
mengganggu konversi HMG CoA reduktase
menjadi mevalonat, tahap yang menentukan
dalam biosintesis de novo.
Pengurangan sintesis LDL dan peningkatan
katabolisme LDL di mediasi melalui reseptor
LDL menjadi prinsip kerja untuk penurunan
lipid
Agen penurun kolesterol dan LDL yang paling
poten dengan toleransi paling baik.
Penurunan kolesterol bergantung pada dosis.

Efek Samping:
Gangguan GI, sakit
kepala, mialgia,
asthenia, oedema
angioneurotik, kram
otot, miopati, ikterus
kolestatik, neuropati
perifer, pruritus.

Kontraindikasi:
Penyakit hati aktif
atau peningkatan
persisten tes fungsi
hati yang tidak
diketahui
sebabnya.
Hamil dan laktasi

Rp. 11.000
14.000/tablet

Farmakokinetik:
A: absorbsi oral (25%)
D: protein binding 95%
M: di hepar
E: melalui cairan empedu (sebagian besar) dan
ginjal
T 1 - 2 jam

.
GOLONGAN SEKUESTRAN ASAM EMPEDU
Efficacy

Safety

Suitability

++

++

+++

Farmakodinamik:
Mengikat asam empedu dalam
lumen saluran cerna, dengan
gangguan stimulasi terhadap siklus
enterohepatik asam empedu, yang
menurunkan penyimpanan asam
empedu dan merangsang hepatic
sintesis asam empedu dari
kolesterol.

Efek samping:
Awalnya kenaikan
konsentrasi alkali
fosfatase dan
transaminase,
gangguan absorbsi
vitamin larut lemak
(ADEK), hipernatremi
dan hiperkloremi,
gangguan GIT, reduksi
bioavabilitas obat jenis
asam.

Kontraindikasi:
Penyumbatan
saluran empedu.

Farmakokinetik:
Tidak diabsorbsi, eliminasinya
melalui feses.

Cost

20

Pemilihan obat derivat sekuestran asam empedu:


Kolestiramin
Efficacy

Suitability

Cost

Safety
+++

+++

+++

++

Farmakodinamik:
Mengikat asam empedu dalam lumen saluran
cerna, dengan gangguan stimulasi terhadap
sirkulasi enterohepatik asam empedu yang
menurunkan penyimpanan asam empedu dan
merangsang hepatic sintesis asam empedu dari
kolesterol.

Efek Samping:
Gangguan GI,
meningkatkan resiko
perdarahan akibat
vitamin K. penggunaan
jangka panjang dapat
menyebabkan asidosis
hiperkloremik.

Kontraindikasi:
Penyumbatan
saluran empedu,
gangguan fungsi
hati, kehamilan
dan menyusui.

Rp. 19.350
50.000/tablet

Farmakokinetik:
A: tidak absorbsi
D: M: E: melalui fekal

GOLONGAN OBAT ASAM NIKOTINAT


Efficacy

Safety

Suitability

++

+++

Farmakodinamik:
Mengurangi sintesis hepatic
VLDL yang akan mengarah pada
pengurangan sintesis LDL,
meningkatkan HDL dengan
mengurangi katabolismenya.

Efek samping:
Gatal dan kemerahan
kulit terutama wajah,
gangguan fungsi hati,
gangguan GIT,
hiperurisemia,
hiperglikemia dan
pandangan kabur pada
pemakaian jangka
lama.

Kontraindikasi:
Hipersensitivitas
niasin.

Farmakokinetik:
Mudah diabsorbsi. Ekskresinya
melalui urin, sebagian kecil dalam
bentuk utuh dan sebagian lainnya
dalam bentuk berbagai
metabolitnya.

Cost

Gunakan hati-hati pada penderita


penyakit hati, perdarahan arteri,
riwayat ulkus pepetikum, gout,
glaukoma dan DM.

21

Pemilihan obat derivat asam nikotinat:


Acipimox (Olbetam)
Efficacy

Suitability

Cost

++

Safety
++

+++

Farmakodinamik:
Mengurangi sintesis hepatik VLDL yang akan
mengurangi sintesis LDL. Niasin juga
meningkatkan HDL dengan mengurangi
katabolismenya.

Efek Samping:
Vasodilatasi, flushing,
gatal, eritema, mual,
nyeri epigastrium, diare,
sakit kepala, mata
kering, malaise,
urtikaria, angioedema,
bronkospasme dan
anafilaktik.

Kontraindikasi:
Ulkus peptic, CrCl
< 30 ml/menit,
kehamilan, laktasi.

Farmakokinetik:
A: GIT
D: M: E: melalui urine
T1/2 : 2 jam

22

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Bahri. 2004. Dislipidemia sebagai Faktor Resiko Penyakit Jantung


Koroner. Medan : FK USU.
Darey, Patrick. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga.
Ganiswarna, Sulistia. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : Gaya Baru.
PDT. 2008. Standar Pelayanan Medis RSUD dokter Soetomo, Surabaya
Silbernagl, Stefan, Florian, Lang. 2000. Color Atlas of Patophysiology. New York
: Thieme.
Sudoyo, Ary, Setyohadi, Bambang, Alwi, Idrus. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta : FK UI.
Sukandar, Elind., et al. 2008. ISO Farmakoterapi. Jakarta : PT. ISFI.

23

Anda mungkin juga menyukai