Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) ialah janin dengan berat badan di bawah presentil ke-10
pada standard intrauterine growth chart of low birth weight untuk masa kehamilan, dan
mengacu kepada suatu kondisi dimana janin tidak dapat mencapai ukuran genetik yang
optimal.
Artinya janin memiliki berat kurang dari 90 % dari keseluruhan janin dalam usia kehamilan
yang sama. Janin dengan PJT pada umumnya akan lahir prematur (<37 minggu) atau dapat
pula lahir cukup bulan (at term, >37 minggu).
Bila berada di bawah presentil ke-7 maka disebut small for gestational age (SGA), di mana
bayi mempunyai berat badan kecil yang tidak menimbulkan kematian perinatal.(1,4,6)
PJT
Asimetris
Simetris
Anomalies
14%
4%
3%
86%
95%
95%
12%
8%
5%
7%
2%
1%
6%
4%
3%
Kejadian
Neonatal ICU
18%
9%
7%
9%
4%
3%
2%
<1%
<1%
2%
1%
1%
Perdarahan intraventrikular
(grade III atau IV)
Kematian Neonatal
Usia gestasi saat persalinan
Kelahiran preterm <32 mgg
mgg37.1
3.5 mgg
2.9 mgg
mgg
14%
6%
11%
mgg
3.3
MANIFESTASI KLINIS
Bayi-bayi yang dilahirkan dengan PJT biasanya tampak kurus, pucat, dan berkulit keriput.
Tali pusat umumnya tampak rapuh dam layu dibanding pada bayi normal yang tampak tebal
dan kuat. PJT muncul sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan jaringan atau sel. Hal ini
terjadi saat janin tidak mendapatkan nutrisi dan oksigenasi yang cukup untuk perkembangan
dan pertumbuhan organ dan jaringan, atau karena infeksi. Meski pada sejumlah janin, ukuran
kecil untuk masa kehamilan bisa diakibatkan karena faktor genetik (kedua orangtua kecil),
kebanyakan kasus PJT atau Kecil Masa Kehamilan (KMK) dikarenakan karena faktor-faktor
lain. Beberapa diantaranya sbb:
PJT dapat terjadi kapanpun dalam kehamilan. PJT yang muncul sangat dini sering
berhubungan dengan kelainan kromosom dan penyakit ibu. Sementara, PJT yang muncul
terlambat (>32 minggu) biasanya berhubungan dengan problem lain. Pada kasus PJT,
pertumbuhan seluruh tubuh dan organ janin menjadi terbatas. Ketika aliran darah ke plasenta
tidak cukup, janin akan menerima hanya sejumlah kecil oksigen, ini dapat berakibat denyut
jantung janin menjadi abnormal, dan janin berisiko tinggi mengalami kematian. Bayi-bayi
yang dilahirkan dengan PJT akan mengalami keadaan berikut :
Nilai APGAR rendah (suatu penilaian untuk menolong identifikasi adaptasi bayi
segera setelah lahir)
1. Janin kecil tapi sehat. Berat lahir di bawah presentil ke-10 untuk masa
ASIMETRIS
Kepala lebih besar dari perut
Meningkat
Meningkat
tangan normal
Etiologi: faktor genetik dan infeksi
Jumlah sel-lebih kecil
abruption,
plasenta
praevia, infark
plasenta (kematian
sel
pada
plasenta),korioangioma.
q Infeksi di jaringan ikat sekitar uterus
q Twin-to-twin transfusion syndrome
1. Janin
q Janin kembar
q Penyakit infeksi (Infeksi bakteri, virus, protozoa dapat menyebabkan PJT. Rubela dan
cytomegalovirus (CMV) adalah infeksi yang sering menyebabkan PJT).
q Kelainan kongenital
q Kelainan kromosom (Kelainan kromosom seperti trisomi atau triploidi dan kelainan jantung
bawaan yang berat sering berkaitan dengan PJT. Trisomi 18 berkaitan dengan PJT simetris
serta polihidramnion (cairan ketuban berlebih). Trisomi 13 dan sindroma Turner juga
berkaitan dengan PJT) .
q Pajanan teratogen (zat yang berbahaya bagi pertumbuhan janin). Berbagai macam zat yang
bersifat teratogen seperti obat anti kejang, rokok, narkotik, dan alkohol dapat menyebabkan
PJT. (1,2,4,5,6)
Penyebab dari PJT menurut kategori retardasi pertumbuhan simetris dan asimetris dibedakan
menjadi:
1. Simetris : Memiliki kejadian lebih awal dari gangguan pertumbuhan janin yang tidak
simetris, semua organ mengecil secara proporsional. Faktor yang berkaitan dengan hal ini
adalah kelainan
kromosom, kelainan
c. Malformasi kongenital
d. Kelainan kromosom
e. Sindrom Dwarf
2. Kombinasi Simetris dan Asimetris
a. Obat-obat teratogenik: Narkotika, tembakau, alkohol, beberapa preparat antikonvulsan.
b. Malnutrisi berat
3. Asimetris : Gangguan pertumbuhan janin asimetris memiliki waktu kejadian lebih lama
dibandingkan gangguan pertumbuhan janin simetris. Beberapa organ lebih terpengaruh
dibandingkan yang lain, lingkar perut adalah bagian tubuh yang terganggu untuk pertama
kali, kelainan panjang tulang paha umumnya terpengaruhi belakangan, lingkar kepala dan
diameter biparietal juga berkurang. Faktor yang mempengaruhi adalah insufisiensi (tidak
efisiennya) plasenta yang terjadi karena gangguan kondisi ibu termasuk diantaranya tekanan
darah tinggi dan diabetes dalam kehamilan dalam kehamilan(8). Faktor-faktor lainnya :
a. Penyakit vaskuler
b. Penyakit ginjal kronis
c. Hipoksia kronis
d. Anemia maternal
e. Abnormalitas plasenta dan tali pusat
f. Janin multipel
g. Kehamilan postterm
h. Kehamilan ekstrauteri
MORBIDITAS DAN MORTALITAS
Pada kasus PJT bayi lahir dengan asphyxia, meconium aspiration, hipoglikemi, hipotermi,
polisitemi yang semua hal ini menyebabkan kelainan neurologi baik pada bayi cukup bulan
atau kurang bulan.(5,6)
Resiko kematian pada kehamilan kurang bulan akibat PJT lebih tinggi daripada kehamilan
cukup bulan. Kematian terutama diakibatkan oleh infeksi virus, kelainan kromosom, penyakit
ibu, insufisiensi plasenta, atau akibat faktor lingkungan dan sosial ekonomi.(4)
DIAGNOSIS
1. Faktor Ibu
Ibu hamil dengan penyakit hipertensi, penyakit ginjal dan kardiopulmonal dan pada
kehamilan ganda.(6)
2. Tinggi Fundus Uteri
cara ini sangat mudah, murah, aman, dan baik untuk diagnosa pada kehamilan kecil. Caranya
dengan menggunakan pita pengukur yang di letakkan dari simpisis pubis sampai bagian
teratas fundus uteri. Bila pada pengukuran di dapat panjang fundus uteri 2 (dua) atau 3 (tiga)
sentimeter di bawah ukuran normal untuk masa kehamilan itu maka kita dapat mencurigai
bahwa janin tersebut mengalami hambatan pertumbuhan.(4).
Cara ini tidak dapat diterapkan pada kehamilan multipel, hidramnion, janin letak lintang.(1)
3. USG Fetomaternal
Pada USG yang diukur adalah diameter biparietal atau cephalometry angka kebenarannya
mencapai 43-100%. Bila pada USG ditemukan cephalometry yang tidak normal maka dapat
kita sebut sebagai asimetris PJT. Selain itu dengan lingkar perut kita dapat mendeteksi apakah
ada pembesaran organ intra abdomen atau tidak, khususnya pembesaran hati.
Tetapi yang terpenting pada USG ini adalah perbandingan antara ukuran lingkar kepala
dengan lingkar perut (HC/AC) untuk mendeteksi adanya asimetris PJT.(4,6)
Pada USG kita juga dapat mengetahui volume cairan amnion, oligohidramnion biasanya
sangat spesifik pada asimetris PJT dan biasanya ini menunjukkan adanya penurunan aliran
darah ke ginjal.(6)
Setiap ibu hamil memiliki patokan kenaikan berat badan. Misalnya, bagi Anda yang memiliki
berta badan normal, kenaikannya sampai usia kehamilan 9 bulan adalah antara 12,5 kg-18 kg,
sedangkan bagi yang tergolong kurus, kenaikan sebaiknya antara 16 kg-20 kg. Sementara,
jika Anda termasuk gemuk, maka pertambahannya antara 6 kg11,5 kg. Bagi ibu hamil yang
tergolong obesitas, maka kenaikan bobotnya sebaiknya kurang dari 6 kg. Untuk memantau
berat badan, terdapat parameter yang disebut dengan indeks massa tubuh (IMT). Patokannya,
bila :
IMT 20 24 = normal IMT 25 29 = kegemukan (overweight) IMT lebih dari 30 =
obesitasIMT kurang dari 18 = terlalu keras
Jadi, jika IMT Anda 20-24, maka kenaikan bobot tubuh selama kehamilan antara 12,5 kg-18
kg, dan seterusnya. Umumnya, kenaikan pada trimester awal sekitar 1 kg/bulan. Sedangkan,
pada trimester akhir pertambahan bobot bisa sekitar 2 kg/bulan(9).
4. Doppler Velocimetry
Dengan menggunakan Doppler kita dapat mengetahui adanya bunyi end-diastolik yang tidak
normal pada arteri umbilicalis, ini menandakan bahwa adanya PJT.
KOMPLIKASI PJT
PJT yang tidak segera diberi tindakan penanganan dokter dapat menyebabkan bahaya bagi
janin hingga menyebabkan kematian. Kondisi ini disebabkan karena terjadinya kondisi
asupan nutrisi dan oksigenasi yang tidak lancar pada janin. Jika ternyata hambatan tersebut
masih bisa di tangani kehamilan bisa dilanjutkan dengan pantauan dokter, sebaliknya jika
sudah tidak bisa ditangani maka dokter akan mengambil tindakan dengan memaksa bayi
untuk dilahirkan melalui operasi meski belum pada waktunya (9).
Komplikasi pada PJT dapat terjadi pada janin dan ibu :
1. Janin
Antenatal : gagal nafas dan kematian janin
Intranatal : hipoksia dan asidosis
Setelah lahir :
a. Langsung:
q Asfiksia
q Hipoglikemi
q Aspirasi mekonium
q DIC
q Hipotermi
q Perdarahan pada paru
q Polisitemia
q Hiperviskositas sindrom
q Gangguan gastrointestinal
b. Tidak langsung
Pada simetris PJT keterlambatan perkembangan dimulai dari lambat dari sejak kelahiran,
sedangkan asimetris PJT dimulai sejak bayi lahir di mana terdapat kegagalan neurologi dan
intelektualitas. Tapi prognosis terburuk ialah PJT yang disebabkan oleh infeksi kongenital
dan kelainan kromosom.(5)
2. Ibu
q Preeklampsi
q Penyakit jantung
q Malnutrisi (4)
PENATALAKSANAAN
Langkah pertama dalam menangani PJT adalah mengenali pasien-pasien yang mempunyai
resiko tinggi untuk mengandung janin kecil. Langkah kedua adalah membedakan janin PJT
atau malnutrisi dengan janin yang kecil tetapi sehat. Langkah ketiga adalah menciptakan
metode adekuat untuk pengawasan janin pada pasien-pasien PJT dan melakukan persalinan di
bawah kondisi optimal.
Untuk mengenali pasien-pasien dengan resiko tinggi untuk mengandung janin kecil,
diperlukan riwayat obstetrik yang terinci seperti hipertensi kronik, penyakit ginjal ibu dan
riwayat mengandung bayi kecil pada kehamilan sebelumnya. Selain itu diperlukan
pemeriksaan USG. Pada USG harus dilakukan taksiran usia gestasi untuk menegakkan
taksiran usia gestasi secara klinis. Kemudian ukuran-ukuran yang didapatkan pada
pemeriksaan tersebut disesuaikan dengan usia gestasinya. Pertumbuhan janin yang
suboptimal menunjukkan bahwa pasien tersebut mengandung janin PJT.
Tatalaksana kehamilan dengan PJT bertujuan, karena tidak ada terapi yang paling efektif
sejauh ini, adalah untuk melahirkan bayi yang sudah cukup usia dalam kondisi terbaiknya dan
meminimalisasi risiko pada ibu. Tatalaksana yang harus dilakukan adalah :
1. PJT pada saat dekat waktu melahirkan. Yang harus dilakukan adalah segera dilahirkan
2. PJT jauh sebelum waktu melahirkan. Kelainan organ harus dicari pada janin ini, dan
bila kelainan kromosom dicurigai maka amniosintesis (pemeriksaan cairan ketuban)
atau pengambilan sampel plasenta, dan pemeriksaan darah janin dianjurkan
a. Tatalaksana umum : setelah mencari adanya cacat bawaan dan kelainan kromosom serta
infeksi dalam kehamilan maka aktivitas fisik harus dibatasi disertai dengan nutrisi yang baik.
Tirah baring dengan posisi miring ke kiri, Perbaiki nutrisi dengan menambah 300 kal perhari,
Ibu dianjurkan untuk berhenti merokok dan mengkonsumsi alkohol, Menggunakan aspirin
dalam jumlah kecil dapat membantu dalam beberapa kasus IUGR Apabila istirahat di rumah
tidak dapat dilakukan maka harus segera dirawat di rumah sakit. Pengawasan pada janin
termasuk diantaranya adalah melihat pergerakan janin serta pertumbuhan janin menggunakan
USG setiap 3-4minggu
b. Tatalaksana khusus : pada PJT yang terjadi jauh sebelum waktunya dilahirkan, hanya terapi
suportif yang dapat dilakukan. Apabila penyebabnya adalah nutrisi ibu hamil tidak adekuat
maka nutrisi harus diperbaiki. Pada wanita hamil perokok berat, penggunaan narkotik dan
alkohol, maka semuanya harus dihentikan
c. Proses melahirkan : pematangan paru harus dilakukan pada janin prematur. Pengawasan
ketat selama melahirkan harus dilakukan untuk mencegah komplikasi setelah melahirkan.
Operasi caesar dilakukan apabila terjadi distress janin serta perawatan intensif neonatal
care segera setelah dilahirkan sebaiknya dilakukan. Kemungkinan kejadian distress janin
selama melahirkan meningkat pada PJT karena umumnya PJT banyak disebabkan oleh
insufisiensi plasenta yang diperparah dengan proses melahirkan
1. Kondisi bayi. Janin dengan PJT memiliki risiko untuk hipoksia perinatal (kekurangan
oksigen setelah melahirkan) dan aspirasi mekonium (terhisap cairan mekonium). PJT
yang parah dapat mengakibatkan hipotermia (suhu tubuh turun) dan hipoglikemia
(gula darah berkurang). Pada umumnya PJT simetris dalam jangka waktu lama dapat
mengakibatkan pertumbuhan bayi yang terlambat setelah dilahirkan, dimana janin
dengan PJT asimetris lebih dapat catch-up pertumbuhan setelah dilahirkan(10).
PENCEGAHAN
Beberapa penyebab dari PJT tidak dapat dicegah. Bagaimanapun juga, faktor seperti diet,
istirahat, dan olahraga rutin dapat dikontrol. Untuk mencegah komplikasi yang serius selama
kehamilan, sebaiknya seorang ibu hamil mengikuti nasihat dari dokternya; makan makanan
yang bergizi tinggi; tidak merokok, minum alkohol dan menggunakan narkotik; mengurangi
stress; berolahraga teratur; serta istirahat dan tidur yang cukup. Suplementasi dari protein,
vitamin, mineral, serta minyak ikan juga baik dikonsumsi. Selain itu pencegahan dari anemia
serta pencegahan dan tatalaksana dari penyakit kronik pada ibu maupun infeksi yang terjadi
harus baik(10).
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mencegah PJT pada janin untuk setiap ibu hamil
sebagai berikut :
1. Usahakan hidup sehat.
Konsumsilah makanan bergizi seimbang. Untuk kuantitas, makanlah seperti biasa ditambah
ekstra 300 kalori/hari.
2. Hindari stress selama kehamilan.
Stress merupakan salah satu faktor pencetus hipertensi.
3. Hindari makanan obat-obatan yang tidak dianjurkan selama kehamilan.
Setiap akan mengkonsumsi obat, pastikan sepengetahuan/resep dokter kandungan.
4. Olah raga teratur.
Olah raga (senam hamil) dapat membuat tubuh bugar, dan mampu memberi keseimbangan
oksigenasi, maupun berat badan.
5. Hindari alkohol, rokok, dan narkoba.
6. Periksakan kehamilan secara rutin.
Pada saat kehamilan, pemeriksaan rutin sangat penting dilakukan agar kondisi ibu dan janin
dapat selalu terpantau. Termasuk, jika ada kondisi PJT, dapat diketahui sedini mungkin.
Setiap ibu hamil dianjurkan melakukan pemeriksaan setiap 4 minggu sampai dengan usia
kehamilan 28 minggu. Kemudian, dari minggu ke 28-36, pemeriksaan dilakukan setidaknya
setiap 2 minggu sekali. Selanjutnya, lakukan pemeriksaan setiap 1 minggu sampai dengan
usia kelahiran atau 40 minggu. Semakin besar usia kehamilan, semakin mungkin pula terjadi
hambatan atau gangguan. Jadi, pemeriksaan harus dilakukan lebih sering seiring dengan
bertambahnya usia kehamilan(9).
PROGNOSIS
Pada kasus-kasus PJT yang sangat parah dapat berakibat janin lahir mati (stillbirth) atau jika
bertahan hidup dapat memiliki efek buruk jangka panjang dalam masa kanak-kanak nantinya.
Kasus-kasus PJT dapat muncul, sekalipun Sang ibu dalam kondisi sehat, meskipun, faktorfaktor kekurangan nutrisi dan perokok adalah yang paling sering. Menghindari cara hidup
berisiko tinggi, makan makanan bergizi, dan lakukan kontrol kehamilan (prenatal care) secara
teratur dapat menekan risiko munculnya PJT. Perkiraan saat ini mengindikasikan bahwa
sekitar 65% wanita pada negara sedang berkembang paling sedikit memiliki kontrol 1 kali
selama kehamilan pada dokter, bidan, atau perawat(11).
DAFTAR PUSTAKA
1. Wikojosastro H, Abdul Bari Saifuddin, Triatmojo Rachimhadhi. Dalam: Buku Ajar
Ilmu Kebidanan, edisi ke 5. Jakarta; Balai Penerbit FKUI. 1999: 781-83.
2. Resnik R. High Risk Pregnancy. In: Emedicine journal obstetrics and gynekology.
Volume 99. No: 3. Maret 2003.
3. Retardasi Pertumbuhan dalam Rahim (Intrauterine Growth RetardationIUGR). Dalam http://www.kehamilan.klikdokter.com. Diakses tanggal 14 Januari
2009
4. Leveno KJ, Cunningham FG, Norman F. Alexander GJM, Blomm SL, Casey BM.
Dashe JS, Shefield JS, Yost NP. In: William Manual of Obstetrics. Edisi 2003. The
University of Texas Southwestern Medical Centre at Dallas. 2003:743-760
5. Konar H. In : D. C Dutta Text Book of Obstetrics Including Perinatology and
Contraception. Edisi ke-4. 1998:496-501
6. Alkalay A. In :St. IUGR. Dalam http://www.google.com. Diakses tanggal 23 Oktober
2008
7. Harper T. Fetal Growth Restriction. Dalam http://www.emedicine.com. Diakses
tanggal 24 Oktober 2008.
8. Pertumbuhan Janin Terhambat. Dalam http://www.botefilia.com. Diakses tanggal 14
Januari 2009.
9. Waspadai
Pertumbuhan
Janin
Terlambat
Janin
Terhambat
(PJT).
Dalam http://http://www.klikdokter.com.
11. Kurang Gizi pada Ibu Hamil: Ancaman pada Janin. Dalam http://www.persagi.dkkbpp.com. Kamis, 01 April 2008. Diakses tanggal 14 Januari 2009.