Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1.1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Negara Indonesia adalah negara agraris, karena sebagian besar dari
penduduknya
bermata
pencaharian
sebagai
petani.
Kegiatan
pertanian
kewiraswastaan
pada
petani
daerah
yang
rasional
(Soeratno,1986).
Pernyataan memberi gambaraan betapa pentingnya pembangunan sektor
pertanian terutama petani padi. Sektor pertanian sebagai sektor mata pencaharian
makro
yaitu
petani
padi
haruslah
mampu
menciptakan
kesejahteraan,
pertumbuhan ekonomi, dan kesempatan bagi para petani padi untuk melaksanakan
cara-cara baru dan menjual hasil produksinya dengan harga yang cukup baik.
Salah satu program pembangunan pertanian yang dapat digunakan adalah
diversifikasi, yang sekaligus merupakan salah satu kegiatan utama program
peningkatan bahan pangan dan mutu pangan. Seiring dengan sasaran untuk
mengurangi ketergantungan pada satu jenis komoditas pertanian. Sistem ini juga
berperan dalam mengoptimalakan pemanfaatan sumber daya lokal yang beragam.
Dalam pelaksanaan sistem diversifikasi itu tentu saja dibutuhkan suatu
program yang dapat membantu pelaksanaannya, salah satunya yaitu dengan
perkembangan teknologi. Yang diharapkan dapat menjadi lebih efisien, lebih
teratas, dan lebih cepat mencapai sasaran. Sayangnya, melihat kebanyakan
pertanian modern, yang berarti masih sulit untuk dilaksanakan. Selain itu
diperlukan pula dana yang besar serta program penyuluhan yang merata dan
terorientasi (Rahmawati, 2004).
1.2.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud diversifikasi ?
2. Apakah jenis-jenis diversifikasi?
3. Bagaimana faktor-faktor pendorong diverisifikasi?
4. Apakah manfaat diversifikasi?
5. Bagaimana kebijakan pemerintah dalam diversifikasi pangan ?
1.3.
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penulisan dalam makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui pengertian diversifikasi
2. Untuk mengetahui jenis-jenis diversifikasi
3. Untuk mengetahui faktor-faktor pendorong diverisifikasi
4. Untuk mengetahui manfaat diversifikasi
5. Untuk mengetahui kebijakan pemerintah dalam diversifikasi pangan
II.
PEMBAHASAN
bahwa
diversifikasi pertanian dapat dipandang dari sisi penawaran atau sisi produksi
mengghasilkan barang (produk) yang lebih beragam dengan sumber dan sumber
dana tertentu. Diversifikasi dari sisi permintaan atau dari sisi konsumsi yaitu
penganekaragaman pemenuhan kebutuhan terhadap komunitas pertanian.
Jadi pada dasarnya, diversifikasi pertanian adalah upaya-upaya untuk
mengembangkan atau menganekaragamkan aneka usaha tani (mengusahakan
beberapa jenis usaha tani serta mengembangkan produksi pokok menjadi beberapa
produk baru).
Penganekaragaman pangan atau lebih dikenal dengan istilah diversifkasi
pangan adalah suatu proses perkembang dalam pemanfaatan dan penyediaan
pangan kearah yang semakin beragam.
2.2. Jenis Diversifikasi
Diversifikasi dapat dibedakan dalam 3 hal, yaitu :
a) Diversifikasi Horizontal
Diversifikasi ini disebut juga diversifikasi ditingkat produsen diartikan
sebagai penganekaragaman produksi didalam mutu sistem usaha tani
dengan tujuan mendayagunakan sumber daya petani untuk mendapatkan
pendapatan tertentu. Disamping pendayagunaan secara optimal, sumber
daya petani yang ada, upaya itu juga mengurangi ketergantungan petani
terhadap satu macam produk atau tanaman yang ada gilirannya mengurangi
risiko kegagalan panen.
b) Diversifikasi Vertikal
Diversifikasi ini disebut juga sebagai diversifikasi ditingkat perusahaan
atau pengolahan produk pertanian diartikan cara mendayagunakan hasil
sehingga meningkatkan mutu dan nilai tambah produk pertanian.
Diversifikasi semacam itu berkaitan dengan penyimpanan, pengolahan, dan
pengawetan produk sehingga dapat digunakan oleh sektor lain dan lebih
berdaya guna.
c) Diversifikasi Regional
Merupakan penganekaragaman yang berkaitan dengan kemampuan
suatu daerah dalam menghasilkan produk pertanian yang disesuaikan
dengan keadaan iklim, agronomi, serta daya dukung, masyarakat dan daerah
setempat. Arah diversifikasi itu pada umumnya menggunakan prinsip
keunggulan-keunggulan
komperatif
(comperative
advantage),
yaitu
timbul
masalah
pada
teknologi
dengan
membangun
keuunggulan
kompetitif
peningkatan
produktivitas
faktor-faktor
produksi
dan
pengetahuan
dan
pendapat
masyarakat
serta
belum maksimal. Data Susenas tahun 1996 menunjukkan bahwa konsumsi energi
masyarakat belum atau masih jauh dari yang diharapkan terutama dari segi
komposisi yang mencerminkan kualitas pangan. Dan bahkan pada tahun 1999
setelah terjadi krisis multi dimensi, keadaan komposisi energi yang dikonsumsi
masyarakat semakin buruk dan semakin tergantung pada beras.
Keadaan demikian tidak dapat terus berlanjut sebab disitu pihak jumlah
penduduk Indonesia terus bertam bah, shingga beban penyediaan pangan
khususnya beras semakin sulit dicukupi. Dilain pihak pemilihan sumberdaya yang
beraneka ragam yang jika dikelola secara baik dan berkelanjtan, maka selain dapat
memberi kecukupan pangan juga dapat membuka peluang bagi usaha memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia sesuai tujuan nasional dalam Pembukaan Undang-Undanng
Dasar 1945.
vvv
DAFTAR PUSTAKA