PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi kekacauan metabolik
yang ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis, dan ketosis, terutama disebabkan oleh
de siensi insulin absolut atau relatif. KAD dan Hiperosmolar Hyperglycemia State
(HHS) adalah 2 komplikasi akut metabolik diabetes mellitus yang paling serius dan
mengancam nyawa. Kedua keadaan tersebut dapat terjadi pada Diabetes Mellitus (DM)
tipe 1 dan 2, meskipun KAD lebih sering dijumpai pada DM tipe 1. KAD mungkin
merupakan manifestasi awal dari DM tipe 1 atau mungkin merupakan akibat dari
peningkatan kebutuhan insulin pada DM tipe 1 pada keadaan infeksi, trauma, infark
miokard, atau kelainan lainnya (Gotera, 2010).
Data komunitas di Amerika Serikat, Rochester, menunjukkan bahwa insiden KAD
sebesar 8/1000 pasien DM per tahun untuk semua kelompok umur, sedangkan untuk
kelompok umur kurang dari 30 tahun sebesar 13,4/1000 pasien DM per tahun. Sumber
lain menyebutkan insiden KAD sebesar 4,6 - 8/1000 pasien DM per tahun. KAD
dilaporkan bertanggung jawab untuk lebih dari 100.000 pasien yang dirawat per tahun di
Amerika Serikat. Walaupun data komunitas di Indonesia belum ada, agaknya insiden
KAD di Indonesia tidak sebanyak di negara barat, mengingat prevalensi DM tipe 1 yang
rendah. Laporan insiden KAD di Indonesia umumnya berasal dari data rumah sakit dan
terutama pada pasien DM tipe 2 (Gotera, 2010).
Angka kematian pasien dengan KAD di negara maju kurang dari 5% pada banyak
senter, beberapa sumber lain menyebutkan 5 - 10%, 2 - 10%, atau 9 - 10%. Sedangkan di
klinik dengan sarana sederhana dan pasien usia lanjut angka kematian dapat mencapai 25
- 50%. Angka kematian menjadi lebih tinggi pada beberapa keadaan yang menyertai
KAD, seperti sepsis, syok berat, infark miokard akut yang luas, pasien usia lanjut, kadar
glukosa darah awal yang tinggi, uremia dan kadar keasaman darah yang rendah.
Kematian pada pasien KAD usia muda umumnya dapat dihindari dengan diagnosis cepat,
pengobatan yang tepat dan rasional sesuai dengan pato siologinya. Pada pasien
kelompok usia lanjut, penyebab kematian lebih sering dipicu oleh faktor penyakit
dasarnya (Gotera, 2010). Mengingat pentingnya pengobatan rasional dan tepat untuk
menghindari kematian pada pasien KAD usia muda, maka dalam makalah ini akan
membahas tentang asuhan keperawatan KAD.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengkajian keperawatan KAD?
2. Apa diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus KAD?
3. Bagaimana intervensi keperawatan KAD?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengkajian keperawatan KAD.
2. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan pada kasus KAD.
3. Untuk mengetahui intervensi keperawatan KAD.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KASUS
Tn. O, umur 31 tahun, masuk RS dengan keluhan utama letih, batuk, mual dan
muntah selama 4 hari. Pasien telah didiagnosa DM 1,5 tahun yang lalu, dan mendapat
terapi insulin rumatan 24 NPH dan 9 unit RI pada pagi hari dan 11 unit NPH dan 6
unit RI pada sore hari tanpa ada gangguan. Empat hari yang lalu Tn.O mulai batuk,
awalnya diserta sputum jernih lama kelamaan kecoklatan. Tidak lama pasien menjadi
lemah, lalu mual dan kadang muntah.
Dua hari sebelum MRS, pasien lupa menyuntik insulin sore hari, insulin keesokan
harinya dan insulin sore saat masuk RS, karena ia tidak makan apa-apa. Pada hari
MRS, istri pasien mengatakan pasien kurang responsif dan bernafas cepat dan dalam
dan segera dilarikan ke ruang IGD
Pada saat datang : suhu tubuh per rektal 36,1C, nadi : 132 x/mnt, RR : 28 x/mnt dan
dalam, TD : 108/72 mmHg, pasien terorientasi tapi lemah sekali, terdengar bunyi rales
kasar pada kedua dasar parunya.
Hasil lab waktu datang : hematokrit : 51,6, SDP : 36.400 dan 4+ pada glukosa dan
keton urin.
Hasil lab lain : gula darah : 910 mg/dl, Na+ 128, hasil analisa gas darah : pH 7,06,
PO2 112, PCO2 13 dan HCO3 2,5
Pemberian terapi awal : infus normal saline dan 20 unit RI IV push diikuti
pemberian isulin perinfus 5 unit/jam selama 9 jam pertama
Tn. O tetap afebris dan tidak menggunakan antibiotik. Sampai saat pulang empat hari
kemudian pasien makan dengan baik, gula darah dapat dikontrol dengan pemberian
dosis insulin NPH dan batuk membaik.
Data Obyektif :
a. Aktivitas / Istirahat
h. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum
purulen (tergantung adanya infeksi/tidak)
Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen, frekuensi
pernapasan meningkat
i. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : Demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi/ulserasi, menurunnya
kekuatan umum/rentang gerak, parestesia/paralisis otot termasuk otototot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam).
Temuan Diagnostik
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
2.
3.
N
O
1
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Defisit Volume Cairan
TUJUAN DAN
KRITERIA HASIL
NOC:
INTERVENSI
NIC :
dan/atau
intrasellular.
Ini
Fluid management
Fluid balance
Hydration
1. Pertahankan
catatan
Nutritional Status : Food
intake dan output yang
and Fluid Intake
mengarah
ke
dehidrasi,
akurat
Kriteria Hasil :
2. Monitor status hidrasi
kehilangan
cairan
dengan
Mempertahankan urine
(kelembaban membran
pengeluaran sodium
mukosa, nadi adekuat,
output sesuai dengan
Batasan Karakteristik :
tekanan darah
usia dan BB, BJ urine
Kelemahan
ortostatik), jika
normal, HT normal
Haus
Penurunan turgor kulit/lidah Tekanan darah, nadi,
diperlukan
Membran
kering
Peningkatan denyut nadi,
mukosa/kulit
penurunan volume/tekanan
turgor
nadi
Pengisian vena menurun
Perubahan status mental
Konsentrasi urine meningkat
Temperatur tubuh meningkat
Hematokrit meninggi
Kehilangan berat badan
membran
kulit
baik,
mukosa
harian
5. Kolaborasikan
pemberian cairan IV
lembab, tidak ada rasa 6. Monitor status nutrisi
7. Berikan cairan IV pada
haus yang berlebihan
suhu ruangan
8. Dorong masukan oral
9. Berikan penggantian
nasogatrik sesuai
output
10. Dorong keluarga untuk
spacing)
Faktor-faktor yang
membantu pasien
berhubungan:
makan
11. Tawarkan snack ( jus
secara aktif
Kegagalan
pengaturan
mekanisme
tranfusi
NIC :
NOC :
Pertukaran
udara
Respiratory
: Airway Management
status
1. Buka
Ventilation
Respiratory
Airway patency
Vital sign Status
status
Penurunan
inspirasi/ekspirasi
Penurunan pertukaran udara
per menit
Menggunakan
pernafasan tambahan
Nasal flaring
Dyspnea
Orthopnea
Perubahan penyimpangan
ada
dada
Nafas pendek
Assumption
of
position
Pernafasan pursed-lip
Tahap ekspirasi berlangsung
sangat lama
Peningkatan
memaksimalkan
Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara
3-point
anterior-posterior
Pernafasan rata-rata/minimal
Bayi : < 25 atau > 60
Usia 1-4 : < 20 atau > 30
Usia 5-14 : < 14 atau >
24
Kedalaman pernafasan
Dewasa volume tidalnya
ml/Kg
Timing rasio
Penurunan kapasitas vital
dan
lips)
Menunjukkan
ventilasi
3. Identifikasi
perlunya
pasien
pemasangan
diameter
25
Usia > 14 : < 11 atau >
sianosis
Kriteria Hasil :
otot
nafas,
tekanan
jalan
jalan
batuk
sekret
atau
suction
7. Auskultasi suara nafas,
catat
adanya
suara
tambahan
irama nafas, frekuensi 8. Lakukan suction pada
pernafasan
dalam
mayo
9.
Berikan bronkodilator
rentang normal, tidak
ada
suara
nafas
abnormal)
Tanda Tanda vital dalam
rentang normal (tekanan
darah, nadi, pernafasan)
bila perlu
10. Berikan
udara
pelembab
Kassa
basah
NaCl Lembab
11. Atur intake
untuk
cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
12. Monitor respirasi dan
status O2
Terapi oksigen
1. Bersihkan
hidung
mulut,
dan
secret
trakea
2. Pertahankan jalan nafas
yang paten
3. Atur
dinding
dada
4. Penurunan energi/kelelahan
5. Perusakan/pelemahan
muskulo-skeletal
6. Obesitas
7. Posisi tubuh
8. Kelelahan otot pernafasan
9. Hipoventilasi sindrom
10. Nyeri
11. Kecemasan
12. Disfungsi Neuromuskuler
13. Kerusakan persepsi/kognitif
14. Perlukaan pada jaringan
syaraf tulang belakang
15. Imaturitas Neurologis
peralatan
oksigenasi
4. Monitor aliran oksigen
5. Pertahankan
posisi
pasien
6. Observasi adanya tanda
tanda hipoventilasi
7. Monitor
adanya
kecemasan
pasien
terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring
1. Monitor
TD,
nadi,
suhu, dan RR
2. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
4. Auskultasi
kedua
TD
pada
lengan
dan
bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
6. Monitor kualitas dari
nadi
7. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor
pola
pernapasan abnormal
10. Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
11. Monitor
sianosis
perifer
12. Monitor
adanya
yang
melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik)
13. Identifikasi
dari
3
Resiko Infeksi
penyebab
perubahan
vital
sign
NIC :
NOC :
Faktor-faktor resiko :
Prosedur Infasif
Ketidakcukupan
pengetahuan
menghindari
patogen
Trauma
Kerusakan
kemampuan
jaringan
peningkatan
dan
paparan
lingkungan
Ruptur membran amnion
Agen
farmasi
(imunosupresan)
Malnutrisi
Peningkatan
lingkungan patogen
Imonusupresi
Ketidakadekuatan
buatan
Tidak adekuat pertahanan
paparan
imum
penekanan
respon inflamasi)
Tidak adekuat pertahanan
tubuh primer (kulit tidak
utuh,
trauma
jaringan,
timbulnya
infeksi
Jumlah leukosit dalam
batas normal
Menunjukkan
hidup sehat
mencegah
untuk
perlu
4. Instruksikan
pada
pengunjung
untuk
perilaku
berkunjung
meninggalkan pasien
5. Gunakan
sabun
antimikrobia untuk cuci
tangan
6. Cuci tangan
setiap
sebagai
alat
pelindung
8. Pertahankan
lingkungan
selama
aseptik
pemasangan
tubuh
statis,
perubahan
sekresi
pH,
perubahan
peristaltik)
Penyakit kronik
alat
9. Ganti letak IV perifer
dan line central dan
dressing sesuai dengan
petunjuk umum
10. Gunakan
kateter
intermiten
untuk
menurunkan
infeksi
kandung kencing
11. Tingkatkan
intake
nutrisi
12. Berikan
terapi
Protection
tanda
dan
hitung
granulosit, WBC
3. Monitor
kerentanan
terhadap infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saring
pengunjung
terhadap
penyakit
menular
6. Pertahankan
aspesis
teknik
pada
pasien
yang beresiko
7. Pertahankan
teknik
isolasi k/p
8. Berikan
kulit
epiderma
9. Inspeksi
membran
terhadap
perawatan
pada
area
kulit
dan
mukosa
kemerahan,
panas, drainase
10. Inspeksi kondisi luka /
insisi bedah
11. Dorong
masukkan
nutrisi yang cukup
12. Dorong masukan cairan
13. Dorong istirahat
14. Instruksikan
pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
15. Ajarkan pasien
keluarga
dan
tanda
dan
gejala infeksi
16. Ajarkan
cara
menghindari infeksi
17. Laporkan kecurigaan
4
Ketidakseimbangan
nutrisi NOC :
untuk
infeksi
NIC :
keperluan
1. Kaji
:
nutrient Intake
metabolisme tubuh.
berat
dengan tujuan
Berat badan ideal sesuai
Allowance)
Membran
mukosa
konjungtiva pucat
Kelemahan
otot
digunakan
dan
yang
untuk
menelan/mengunyah
Luka, inflamasi pada rongga
mulut
Mudah
merasa
alergi
makanan
2. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
Batasan karakteristik :
adanya
kenyang,
badan
sesuai
jumlah
kalori
dan
intake
Fe
dengan tinggi badan
4. Anjurkan pasien untuk
Mampumengidentifikasi
meningkatkan protein
kebutuhan nutrisi
dan vitamin C
Tidk ada tanda tanda
5. Berikan substansi gula
malnutrisi
6. Yakinkan diet yang
Menunjukkan
dimakan mengandung
peningkatan
fungsi
tinggi
serat
untuk
pengecapan
dari
mencegah konstipasi
menelan
7. Berikan makanan yang
Tidak terjadi penurunan
makanan
Dilaporkan
adanya
fakta
kekurangan
makanan
Dilaporkan
makanan cukup
Keengganan untuk makan
Kram pada abdomen
Tonus otot jelek
Nyeri abdominal dengan
makanan
Pembuluh
mulai rapuh
Diare dan atau steatorrhea
Kehilangan rambut yang
adanya
darah
kapiler
terpilih
(sudah
dikonsultasikan dengan
ahli gizi)
8. Ajarkan
pasien
bagaimana
membuat
catatan
makanan
harian.
9. Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
10. Berikan
informasi
tentang
kebutuhan
nutrisi
11. Kaji
kemampuan
pasien
untuk
mendapatkan
nutrisi
yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas
normal
2. Monitor
adanya
misinformasi
biasa dilakukan
4. Monitor interaksi anak
Faktor-faktor yang berhubungan
:
Ketidakmampuan
pemasukan
zat-zat
gizi
dengan
faktor
psikologis
atau
lingkungan
selama makan
6. Jadwalkan pengobatan
dan
tindakan
tidak
perubahan
pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor
kekeringan,
rambut
kusam,
dan
mudah patah
10. Monitor mual
dan
muntah
11. Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht
12. Monitor
makanan
kesukaan
13. Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
14. Monitor
pucat,
kemerahan,
dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
15. Monitor kalori
dan
intake nuntrisi
16. Catat adanya edema,
hiperemik,
hipertonik
Kurang pengetahuan
NOC :
Definisi :
Knowlwdge :
Behavior
karakteristik
memverbalisasikan
masalah,
ketidakakuratan
mengikuti
instruksi,
perilaku
tidak sesuai.
Faktor
yang
berhubungan
Pasien
magenta,
health
tentang tingkat
pengetahuan pasien
: Kriteria Hasil :
adanya
lidah
scarlet
NIC :
process
Knowledge
Batasan
jika
dan
tentang proses
keluarga
berhubungan dengan
mampu
melaksanakan
keterbatasan
kognitif,
salah,
untuk
tidak
kurangnya
keluarga
mencari
mampu
menjelaskan
mengetahui
kembali
apa
sumber-sumber informasi.
dijelaskan
yang
perawat/tim
kesehatan lainnya.
tepat.
3. Gambarkan tanda dan
gejala yang biasa
muncul pada penyakit,
dengan cara yang tepat
4. Gambarkan proses
penyakit, dengan cara
yang tepat
5. Identifikasi
kemungkinan
penyebab, dengna cara
yang tepat
6. Sediakan informasi
pada pasien tentang
kondisi, dengan cara
yang tepat
7. Hindari jaminan yang
kosong
8. Sediakan bagi
keluarga atau SO
informasi tentang
kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
9. Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di masa
yang akan datang dan
atau proses
pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan
terapi atau penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
Pemantauan pasien
1. Periksa tekanan AP (jika dapat dilakukan), dan CVP setiap jam atau lebih sering jika
kondisi pasien tidak stabil atau selama resusitasi cairan. Kedua parameter tersebut
menggambarkan kapasitas sistem vaskular untuk menerima volume cairan dan dapat
digunakan untuk memantau status volume cairan. Peningkatan nilai pemeriksaan
menunjukkan
kelebihan
cairan;
penurunan
nilai
pemeriksaan
menunjukkan
hipovolemia.
2. Pantau MAP; MAP <60 mmHg dapat berpengaruh butuk pada perfusi serebral dan
perfusi ginjal.
3. Pantau EKG secara kontinyu untuk mendeteksi adanya disritmia yang mengancam
jiwa yang dapat disebabkan oleh hiperkalemia atau hipokalemia.
4. Pantau kadar glukosa serum dengan menggunakan glikometer setiap 1-2 jam selama
fase akut untuk mengevaluasi respon pasien terhadap terapi.
5. Pantau status volume cairan secara akurat: ukur haluaran utin setiap jam, tentukan
keseimbangan cairan setiap 8 jam, dan bandingkan berat badan serial. Defisit cairan
mungkin sebanyak 6 L.
6. Hitung osmolaritas serum dan pantau kecenderungan hasil pemeriksaan.
Pengkajian pasien
1. Periksa TTV: TD, MAP, FJ, dan frekuensi pernafasan setiap jam atau lebih sering jika
kondisi pasien tidak stabil atau selama resusitasi cairan untuk mengevaluasi respon
terhadap terapi. Pernafasan kussmaul dikaitkan dengan pH <7,2.
2. Kaji status hidrasi: catat turgor kulit paha bagian dalam atau dahi, kondisi membran
bukal, dan perkembangan edema atau bunyi krekels setelah dilakukan resusitasi
cairan.
3. Kaji tingkat kesadaran secara cermat selama resusitasi cairan karena edema serebral
dapat disebabkan oleh penggantian volume cairan yang sangat agresif. Anak-anak
dengan diaberes tipe 1 yang mengalami KAD pada saat diagnosis terutama berisiko
mengalami edema serebral, yang sering kali fatal.
4. Kaji status pernafasan untuk menentukan frekuensi dan kedalaman pernafasan atau
suara nafas tambahan. Ketidakseimbangan kalium dapat menyebabkan henti nafas;
resusitasi cairan yang tepat dapat menyebabkan kelebihan cairan.
5. Kaji status GI: mual, distensi abdomen, dan tidak adanya bising usus dapat
mengindikasikan terjadinya ileus.
6. Kaji pasien untuk mengetahui perkembangan sekuele klinis.
Pengkajian diagnostik
1. Tinjau kadar serum serial (selain pemantauan di sisi tempat tidur) untuk mengevaluasi
respon pasien terhadap terapi insulin.
2. Tinjau
elektrolit
serum
(mis;
natrium,
kalium,
dan
magnesium)
karena
Pemantauan pasien
Tidak ada yang spesifik.
Pengkajian pasien
1. Kaji tingkat kesadaran, yang dapat berkisar dari kebingungan sampai koma yang
nyata. Penurunan gluksoa serum yang terlalu cepat (> 100 mg/dl/jam) juga dapat
mengakibatkan gangguan fungsi serebral. Jika pasien mengalami sakit kepala, letargi,
atau mengantuk selama terapi yang berhasil, curigai terjadi edema serebral.
2. Kaji pasien untuk mengetahui perkembangan skuele klinis.
Pengkajian diagnostik
1. Tinjau kadar glukosa serum serial (selain pemantauan di sisi tempat tidur dengan
menggunakan glikometer) untuk mengevaluasi respon pasien terhadap terapi insulin.
2. Tinjau GDA untuk mengetahui hasil status oksigenasi, asidosis metabolik yang
membaik atau memburuk.
Penatalaksanaan pasien
1. Berikan insulin reguler sesuai intruksi setelah hasil pemeriksaan kadar kalium serum
yang didapatkan. Beberapa pasien jarang ditemukan mengalami KAD hipokalemia;
dalam hal ini, pemberian insulin intravena sebelum kadar kalium dikoreksi dapat
menjadi letal. Regimen aktivitas dimulai dengan dosis muatan 0,15 U insulin/kg, yang
dilanjutkan dengan infusi rumatan 0,1 U insulin/kg/jam. Glukosa harus turun 40-80
mg/dL/jam. Penurunan kadar gluksoa serum yang terlalu cepat dapat menyebabkan
edema serebral. Jika kadar glukosa serum tidak menurun dalam 2 jam, menggandakan
dosis infusi insulin mungkin diperlukan. Jika edema serebral terjadi, antisipasi
pemberian mannitol.
2. Dekstrosa seharusnya dikombinasikan dengan salin setengah normal (0,45 NS) pada
saat kadar glukosa 250 mg/dL untuk mencegah hipoglikemia dan edema serebral.
3. Pemberian insulin reguler melalui SK dapat dimulai pada saat glukosa serum 250
mg/dL, pH >7,2, atau CO2 sebesar 15-18 mEq/L, dan pasien mampu menoleransi
asupan per oral. Biasanya, infusi insulin akan dihentikan 1-2 jam setelah pasien
mendapatkan insulin SK.
4. Antisipasi suplementasi kalium (kalium klorida, kalium fosfat, dan kalium asetat)
untuk mengganti kehilangan kalium akibat ekskresi urin, akibat koreksi asidosis
metabolik atau sekunder akibat up take seluler pada terapi insulin. Validasi haluaran
urin sebelum memberikan kalium. Jika hipokalemia refraktori terhadap terapi,
pertimbangkan penggantian magnesium.
5. Pemberian natrium bikarbonat dipertimbangkan jika hanya pH serum <7.
6. Intubasi NG mungkin diperllukan untuk mengurangi risiko muntah dan aspirasi pada
pasien yang mengalami perubahan mentasi. Pertahankan pasien tetap NPO sampai
pasien sadar, berhenti muntah, dan bisisng usus kembali ada.
7. Intubasi dan ventilasi mekanis mungkin diperlukan jika pasien tidak mampu
melindungi jalan nafas atau tidak mampu melakukan ventilasi dan oksigenasi dengan
adekuat.
8. Bantu pasien yang sadar untuk batuk dan nafas dalam guna mencegah stasis paru dan
atelektasis. Ubah pasien yang sadar setiap 1-2 jam dan lakukan penghisapan sekresi
sesuai kebutuhan.
Tabel 1 Skuele Klinis Terkait Ketoasidosis Diabetikum (KAD)
Komplikasi
Tanda dan Gejala
Kolaps sirkulasi
TDS <90 mmHg, FJ >120 kali/menit, perubahan status
Gagal ginjal
Ketidakseimbangan elektrolit
Edema serebri
Intervensi:
kenaikan suhu)
Tingkatkan istirahat
2. Tingkatkan pertukaran gas secara alamiah dan pola pernapasan
Pantau hasil rontgen dada
Auskultasi paru setiap satu jam sampai stabil kmudian setiap 4 jam
Tinggikan bagian kepala tempat tidur untuk memudahkan bernafas dengan
nyaman
Kaji frekuensi dan kedalaman pernapasa setiap 4 jam
Lakukan pemeriksaan paru lain per pesanan dokter
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan meliputi pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan,
dan intervensi keperawatan pada kasus KAD meliputi: Pemeriksan Fisik diperoleh
Ortostatik hipotensi (sistole turun 20 mmHg atau lebih saat berdiri), Hipotensi, Syok,
Nafas bau aseton (bau manis seperti buah), Hiperventilasi : Kusmual (RR cepat,
dalam), Kesadaran bisa CM, letargi atau koma; temuan diagnostik yaitu Glukosa
serum >300 mg/dl, tetapi tidak >800 mg/dl, Keton urin sangat positif, Keton serum >3
mOsm/L, pH darah >7,3, Bikarbonat serum <15 mEq/L, Osmolaritas serum
meningkat, tetapi biasanya <330 mOsm/L, Gap anion >20 mmol/L, Kalium serum
pada awalnya mungkin normal atau tinggi, tetapi akan menurun menjadi normal atau
rendah dengan terapi yang berhasil, ketika kalium bergeser kembali ke dalam
kompartemen intraseluler.
Diagnosa Keperawatan yang mungkin timbul pada kasus KAD antara lain:
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik akibat hiperglikema,
pengeluaran cairan berlebihan ditandai dengan mual dan muntah selama 4 hari,
letih, gula darah : 910 mg/dl, Na+ 128,
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kompensasi asidosis metabolic
ditandai dengan batuk awalnya diserta sputum jernih lama kelamaan kecoklatan,
pasien tampak bernafas cepat dan dalam, RR : 28 x/mnt dan dalam, hasil analisa
gas darah : pH 7,06
3. Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan peningkatan kadar
glukosa ditandai dengan gula darah : 910 mg/dl.
4. Ketidakseimbangan nutrisi:kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidak
cukupan insulin, penurunan masukan oral, status hipermetabolisme diandai
dengan dengan mual dan muntah selama 4 hari, letih
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan informasi
Intervensi keperawatan yang dilakukan berfokus pada mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit, memperbaiki asupan nutrisi, mengurangi
kecemasan, pemantauan dan penatalaksanaan komplikasi potensial
B. Saran
Penatalaksanaan KAD bersifat multifaktorial sehingga memerlukan pendekatan
terstruktur oleh dokter dan paramedis. Keberhasilan penatalaksanaan KAD
membutuhkan koreksi dehidrasi, hiperglikemia, asidosis dan kelainan elektrolit,
identifikasi faktor presipitasi komorbid, dan yang terpenting adalah pemantauan
pasien terus menerus. Sehingga perawat sangat penting untuk memberikan asuhan
keperawatan profesional dengan melakukan monitoring yang ketat terkait pemberian
terapi pada pasien KAD dan pemantauan prognosis kondisi pasien.
DAFTAR PUSTAKA