Anda di halaman 1dari 8

Beberapa contoh pengolahan hasil produksi sumber daya pangan lokal adalah sebagai

berikut. Dimana, semua jenis tanaman ini dapat ditemukan di belahan bumi Indonesia,
terutama daerah pesisir. Sebagian besarnya dapat ditemukan di wilayah Indonesia
Timur (Maluku, Maluku Utara, Maluku Barat Daya, Papua bahkan Sulawesi, Riau dan
sekitarnya) untuk tanaman Kelapa, Umbi-umbian, Jagung dan Sagu. Sedangkan, labu
kuning dan bahan dasar tempe (kedelai) lebih banyak ditemukan didataran Jawa,
begutu pula di dataran Sumatera maupun Kalimantan serta.
1. Kelapa
Industri kecil kelapa dengan penggunaan teknologi tepat guna pemarutan dan
pengeringan akan dihasilkan kelapa parut kering. Dengan pengepresan yang tepat akan
diperoleh minyak kelapa yang berkualitas baik. Contoh makanan produk kelapa, geplak,
serundeng dan sebagainya.
2. Singkong
Keberadaan singkong yang melimpah dan harga yang murah di pedesaan dapat
ditingkatkan menjadi bahan makanan yang bernilai tinggi. Melalui pengeringan
sederhana misalnya dengan diparut kasar, dicuci dikeringkan dan kemudian digiling
yang selanjutnya dapat dibuat beraneka macam produk makanan basah maupun kering.
Dengan perajangan dan penggorengan yang tepat dapat dihasilkan kripik atau chips
singkong dan dapat diberi dengan berbagai macam rasa sehingga lebih mempunyai
harga jual yang tinggi. Pengolahan yang mudah dipraktekkan adalah dengan membuat
makanan melalui singkong yang diparut ataupun melalui perebusan dan penghalusan
lebih dahulu.
Untuk menunjang kebijakan pemerintah bidang pangan yaitu meningkatkan upaya
penganekaragaman atau diversifikasi pola konsumsi pangan guna mengurangi
ketergantungan beras sebagai makanan pokok, maka peran umbi-umbian termasuk
singkong menjadi amat penting. Produk yang dihasilkan dapat berasa manis dan gurih,
melalui proses awal dengan pemarutan, pengukusan kemudian dibuat aneka macam
hidangan singkong yang menarik dan enak.
3. Labu Kuning
Ditinjau dari aspek gizi, labu kuning memiliki kandungan gizi yang cukup baik, disamping
kadar karbohidrat yang tinggi juga kaya akan provitamin A yang merupakan
keistimewaan buah labu kuning yang berguna bagi kesehatan kita. Akhir-aklhir ini
diketahui bahwa labu kuning mempunyai peranan dalam mencegah penyakit degeneratif
seperti diabetis mellitus, asteroklerosis, jantung koroner, tekanan darah tinggi dan
bahkan dapat mencegah terjadinya penyakit kanker. Melalui pengukusan lebih dahulu
dapat dibuat aneka macam kudapan seperti: puding, kue lapis, cake, pie, nogosari dan

sebagainya. Dengan melalui diparut dulu kemudian diperas misalnya; arem-arem, nasi
kuning, sus. Selanjutnya dapat pula diawetkan dengan dibuat tepung lebih dahulu.
4. Jagung9
Jagung merupakan palawija sumber karbohidrat yang memegang peranan penting
kedua setelah beras. Jagung juga mengandung unsur lain yang diperlukan manusia
yaitu kalori, dan protein. Dengan mengkonsumsi aneka macam produk olahan jagung,
berarti telah melaksanakan program diversifikasi pangan non beras. Pengolahan jagung
menjadi berbagai macam produk olahan, akan dapat meningkatkan nilai ekonomi dan
nilai guna jagung sebagai bahan pangan non beras, disamping dapat meningkatkan
pendapatan keluarga. Teknik pengolahannya dapat berasal dari jagung yang masih
segar maupun yang telah kering ataupun dibuat jagung. Adapun produknya
diantaranya : emping jagung, aneka cake, talam, muffin dan sebagainya.
5. Tempe
Tempe merupakan salah satu jenis makanan yang digemari oleh kebanyakan
masyarakat Jawa ternyata memiliki arti simbolis dan ritual, seperti hubungan makanan
dengan status sosial ekonomi seseorang atau golongan dan berhubungan dengan
fungsi yaitu dipergunakan untuk suatu upacara masyarakat tertentu.
Ironisnya sekalipun tempe sudah biasa disajikan dalam menu harian oleh masyarakat di
pedesaan dari berbagai golongan, namun sesekali dinilai atau dianggap makanan yang
rendah. Di dalam hubungan sosial dan pergaulan hidup sehari-hari masih sering
didengan ucapan atau ungkapan yang menunjukkan pelecehan sosial, sindiran terhadap
hidangan tempe. Dalam perkembangan terakhir, tempe mulai digemari oleh berbagai
warga masyarakat baik desa maupun perkotaan bahkan luar negeri. Makanan tempe
tidak lagi dijadikan menu tambahan melainkan disantap sebagai makanan kesehatan.
Informasi hasil penelitian diketahui bahwa tempe kedelai sangat berkhasiat sebagai
antibiotik dan anti diare.
6. Sagu
Pada masa kini dalan kurun waktu 27 tahun terakhir, perhatian terhadap sagu menurun
sangat pesat, padahal sagu memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan
tanaman pangan lainnya, pohon sagu berpotensi dan menghasilkan produksi yang
sangat tinggi. Sagu merupakan komoditas potensial sebagai bahan substitusi dan bahan
baku untuk industri. Sebagai salah satu sumber karbohidrat. Sagu dapat diolah menjadi
tujuh macam produk antara lain serut kenari, serut kelapa, bagea kenari bulat, bagea
kenari panjang (Ternate), bagea kelapa besar, bagea kelapa kecil, sagu tumbuk dan
sagu lempeng. Jumlah produksi yang dihasilkan tergantung bahan yang tersedia, dan
kemampuan peralatan untuk mendukung proses produksi relatif tetap. Produk yang

dihasilkan mempunyai kualitas yang baik dan menarik bagi pihak konsumen maupun
langganan (pedagang). Diversifikasi produk sagu sangat membantu masyarakat
pedesaan untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga. 11
Setelah semua hasil pertanian tersebut diolah, langkah selanjutnya adalah proses
pemasaran demi mensejahterakan kehidupan petani. Untuk itu contoh analisa dapat di
lihat pada Tabel 1 (Penentuan harga disesuaikan dengan permintaan pasar masingmasing daerah). Tabel tersebut menjelaskan formula yang akan digunakan dalam
perhitungan nilai tambah pengolahan bagi suatu daerah untuk mengetahui jumlah
pengeluaran maupun pendapatan yang akan diterima.

Rakyat Indonesia sebagian besar makanan pokoknya beras, yaitu hampir


90%. Semakin merosotnya lahan-lahan produktif untuk pertanian, karena
kurangnya perhatian pemerintah terhadap petani, komponen-komponen p
roduksi beras harganya terus naik, kurangnya subsidi pemerintah terhada
p petani, ini menjadi pemicu alih fungsi lahan pertanian. Sedangkan kebut
uhan beras setiap tahun terus meningkat sejalan dengan bertambahnya j
umlah penduduk, maka munculah keinginan untuk mencari sumbersumber pangan pengganti beras yang harganya lebih terjangkau dari pad
a harga beras yang terus meroket. Kurangnya teknologi dalam bidang pert
anian yang menyebabkan produksi beras merosot, yang mengakibatkan n
egara Indonesia harus mengimport beras meskipun hanya 0,36% dari tota
l kebutuhan beras nasional. Berikut adalah makan makanan pokok peng
ganti beras :
A. PISANG
Untuk mengurangi ketergantungan terhadap beras sebagai sumber
karbohidrat perlu dicari bahan pangan lain sebagai sumber karbohidrat alt
ernatif. Pisang sebagai salah satu komoditas yang dapat digunakan sebag
ai sumber karbohidrat alternatif karena memiliki kandungan karbohidrat d
an kalori yang cukup tinggi. Kandungan gizi yang terdapat dalam setiap 1
00 gr buah pisang terdiri dari kalori 115 kalori, protein 1,2 gr, lemak 0,4 gr
, karbohidrat 26,8 gr, serat 0,4 gr, kalsium 11 mg, posfor 43 mg, besi 1,2
mg, vitamin B 0,1 mg, vitamin C 2 mg, dan air 70,7 gr. Dengan komposisi
tersebut, pisang dapat digunakan sebagai bahan pangan alternatif pengg
anti beras khususnya di daerah-daerah yang sering mengalami rawan pan
gan. Di beberapa daerah masyarakat mengkonsumsi pisang sebagai peng
ganti makanan pokok seperti di Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Nus
a Tenggara Timur, dan Maluku.
Disamping itu pisang memiliki beberapa keunggulan dibandingkan d
engan komoditas lain yaitu :

1. Pisang dapat diusahakan pada berbagai type agroekosistem yang tersebar


di seluruh nusantara.
2. Permintaan pasar cukup besar dan produksinya tersedia merata sepanjang
tahun.
3. Memiliki bermacam varietas dengan berbagai kecocokan penggunaan.
4. Usahatani pisang mampu memberikan hasil waktu yang relatif singkat (1
2 tahun).
Disamping itu juga dapat dimanfaatkan sebagai tanaman penghijau
an dan konservasi lahan karena tanaman pisang sangat baik dalam mena
han air. Pisang sebagai salah satu komoditas unggulan saat ini masih teta
p merupakan kontributor utama (34,5%) terhadap produksi buah nasional.
Sejak tahun 2002 2006 produksi pisang cenderung mengalami peningka
tan dengan rata-rata 4,3% pertahun. Produksi pisang pada tahun 2002 se
besar 4.384.384 ton naik menjadi 5.321.538 ton pada tahun 2006 (angka
prognosa) dengan produktivitas dari 58,65 ton/ha menjadi 49,45 ton/ha.
Dengan cakupan sebaran sentar produksi yang sangat luas, maka la
han yang belum dimanfaatkan dan dapat digunakan sebagai areal penum
buhan sentra produksi pisang masih tersedia sangat luas. Tujuannya, yaitu
; mengembangkan pisang sebagai sumber karbohidrat alternatif bagi kelu
arga dalam rangka diversifikasi pangan disamping sebagai sumber vitami
n, terutama vitamin A dan C, mineral, kalsium dan zat mikro lainnya yang
sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia.
B. SUKUN
Sukun (Artocarpus altilis), ditengah kelangkaan pangan dewasa ini,
maka buah sukun dapat merupakan alternatif sumber karbohidrat, disamp
ing itu salah satu komoditas buah yang mempunyai nilai ekonomis cukup t
inggi karena dapat dijual dalam bentuk segar maupun olahan sebagai alte
rnatif pangan pengganti beras. Pada daerah tertentu umumnya tanaman s
ukun ditanam pada lahan-lahan pekarangan rumah dengan pemilikan poh
on antara 1-5 pohon per keluarga.
Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk Indonesia, maka per
mintaan terhadap pangan terutama beras, terus meningkat. Padahal seba
gaimana dimaklumi upaya peningkatan produksi beras di tanah air tidak
mudah untuk dilakukan karena sudah mengalami kejenuhan. Oleh karena
itu, perlu adanya terobosan mencari bahan pangan alternatif pengganti b
eras. Salah satu bahan pangan yang direkomendasikan sebagai subsitusi
beras adalah buah sukun karena mempunyai kandungan karbohidrat yang
cukup tinggi.
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa dari setiap 100 gram buah
sukun segar mengandung 27,12 gram karbohidrat, 108 kalori, 17 mg kalsi
um, 29 mg vitamin-C, dan 490 mg kalium. Sedangkan dari setiap 100 gra
m sukun tua yang diolah menjadi tepung bisa menghasilkan energi seban
yak 302 kalori dan karbohidrat 78,9 gram. Dari kandungan kalori dan karb

ohidrat yang dihasilkan mendekati kandungan yang dimiliki beras yaitu 36


0 kalori dengan karbohidrat 78,9 gram.
Sentra produksi sukun terbesar adalah Propinsi Jawa Barat sebesar 1
4.252 ton, Jawa Tengah sebanyak 13.063 ton, , Jawa Timur sebesar 6.400 t
on, D.I Yogyakarta sebesar 6.577 ton, Kalimantan Timur sebesar 5.744 ton
, Sumatera Selatan 4.321 ton, Lampung sebesar 3.458 ton, Sulawesi Selat
an 3.266 ton, Nusa Tenggara Timur sebesar 1.156 ton, dan Jambi sebesar
1.921 ton.
Prospek agribisnis sukun masa mendatang sangat menjanjikan kare
na tanaman sukun tidak memerlukan pemeliharaan secara khusus dan da
pat tumbuh subur pada kondisi ekologi yang beragam. Tanaman sukun da
pat tumbuh pada pada dataran rendah sampai ketinggian 600 m dpl, tum
buh baik pada tanah liat berpasir. Tanaman sukun berproduksi setelah ber
umur 35 tahun setelah ditanam, dan dapat dipanen dua kali setahun. Pan
en pertama disebut dengan panen raya terjadi pada musim hujan yang jat
uh pada bulan Januari-Februari, sedangkan panen kedua atau panen susul
an pada musim kemarau jatuh pada bulan Juni-Juli.
Sejauh ini sukun lebih banyak dikonsumsi dalam bentuk pangan gor
eng-gorengan (keripik) namun, melihat potensi dan peluang pengembang
an sukun yang demikian besar serta banyaknya manfaat yang dapat diper
oleh dari tanaman dan buah sukun, maka sudah saatnya dicanangkan ger
akan pemanfaatan buah sukun sebagai pengganti beras. Salah satu upaya
yang dapat kita lakukan adalah dengan mengembangkan teknologi pengol
ahan pangan dari sukun, sehingga dapat menyajikan buah sukun dan hasil
olahannya dalam menu makanan sehari hari.
C. UBI ALABIO
Ubi Alabio merupakan sumber karbohidrat potensial yang dapat dija
dikan bahan pangan alternatif untuk mengurangi konsumsi beras terus m
eningkat. Di samping sebagai bahan pokok, Ubi Alabio juga berpotensi dija
dikan sebagai bahan industri rumah tangga (industri kecil) hingga industri
besar. Alabio mungkin lebih dikenal sebagai nama ternak itik. Namun di Ka
limantan Selatan, Alabio merupakan nama sejenis ubi lahan rawa. Masyar
akat awam mengenalnya dengan sebutan ubi kelapa (Dioscorea alata L).
Ubi Alabio, tanaman perdu merambat hingga mencapai 3-10 m, memiliki
bentuk bulat dan bercabang, serta berwarna merah, ungu atau putih.
Biasanya masyarakat mengkonsumsi Ubi Alabio dengan cara dikuku
s atau direbus, dan digoreng. Ada pula yng mengolahnya menjadi sejenis
makanan ala pizza, yang disebut lempeng. Umbi yang berbentuk bulat d
an bercabang ini memiliki warna merah, ungu atau putih. Sebagai bahan p
angan, ubi alabio komposisinya cukup memadai. Selain sebagai sumber k
arbohidrat, juga mengandung Pati, protein, serat, bahkan gula.
Disamping dapat dikonsumsi melalui cara direbus dan digoreng, Ubi
Alabio dapat diolah menjadi kripik. Tidak jauh berbeda seperti pembuatan

kripik lainnya. Pembuatan kripik ini dapat dilakukan dengan sederhana, ya


itu dikupas, diiris dan digoreng. Dapat juga setelah diiris dikukus lima men
it, kemudian dijemur lalu dikeringanginkan agar tahan disimpan, baru kem
udian digoreng. Untuk produk setengah jadi, Ubi Alabio dapat diolah menj
adi sawut, berbentuk serpihan kering dengan kadar air sekitar 10%, sehin
gga tahan disimpan. Penggunaannya mudah. Cukup disiram dengan air pa
nas, diaduk, kemudian dikukus sekitar 15 menit sampai lunak. Sawut dapa
t dikonsumsi pula dengan sayur dan lauk, atau dicampur dengan larutan g
ula merah. Sedangkan untuk pembuatan tepung adalah dengan cara men
ggiling sawut ubi yang berbentuk serpihan kering. Ubi ini juga berpotensi
sebagai bahan baku industri seperti pati, roti, dan alkohol. Bahkan ubi ala
bio merah dapat dibuat sebagai bahan baku es krim.
Ubi Alabio dibudidayakan di lahan lebak dengan pola monokultur ata
u dapat ditumpangsarikan dengan tanaman jagung, cabe dan terong. Jeni
s ubi ini menuntut lahan yang gembur dan tidak terendam dengan air. Seh
ingga sebaiknya penanamannya dilakukan pada guludan atau surjan dan
disaat air surut di musim kemarau. Bibit ubi berasal dari ubi yang dipoton
g-potong dari semua bagian yaitu pangkal, tengah dan ujung. Makin besar
potongan, maka makin besar pula hasil ubi. Bibit disemai pada persemaia
n dan jika telah muncul tunas, baru ditanam di lahan. Umur panen sejak u
sia tanam adalah 5 bulan, ketika daun dan batang sudah mengering. Bias
anya musim tanam antara bulan Mei-Juli dan panen pada bulan OktoberDesember. Ubi Alabio sampai saat ini masih dibudidayakan secara tradisio
nal sehingga hasilnya masih tergolong rendah yaitu berkisar 12-28 ton/ha.
Padahal bila dibudidayakan dengan menerapkan teknologi usahatani, pem
upukan, pengendalian hama dan penyakit yang tepat, potensi hasil dapat
mencapai 40-50 ton/ha.
D. UBI JALAR
Makanan pokok untuk masyarakat idealnya bersumber dari bahan b
aku lokal, agar biaya transportasinya dapat ditekan. Saat ini, masyarakat I
ndonesia yang hidup di daerah tropis dimana gandum sulit bisa tumbuh,
menjadi pemakan mie dari gandum terbesar setelah RRC. Sebenarnya beg
itu banyak jenis umbi-umbian lainnya selain gandum yang bisa tumbuh de
ngan baik di Indonesia. Ubijalar merupakan salah satu dari 20 jenis panga
n yang berfungsi sebagai sumber karbohidrat. Ubi jalar bisa menjadi salah
satu alternatif untuk pengganti beras sebagai sumber karbohidrat.
Pilihan untuk mensosialisasikan ubi jalar, bukan pilihan tanpa alasan
. (1) mempunyai produktivitas yang tinggi, sehingga menguntungkan untu
k diusahakan. (2) mengandung zat gizi yang berpengaruh positif pada kes
ehatan (prebiotik, serat makanan dan antioksidan), serta (3) potensi peng
gunaannya cukup luas dan cocok untuk sumber alternatif pengganti beras
. Produktivitas ubi jalar cukup tinggi dibandingkan dengan beras maupun
ubi kayu. Ubi jalar dengan masa panen 4 bulan dapat berproduksi lebih da

ri 30 ton/ha, tergantung dari bibit, sifat tanah dan pemeliharaannya. Wala


upun saat ini rata-rata produktivitas ubi jalar nasional baru mencapai 12 t
on/ ha. Tetapi masih lebih besar, jika kita bandingkan dengan produktivita
s gabah (+/-4.5 ton/ha) atau ubi kayu (+/-8 ton/ha), padahal masa panen l
ebih lama dari masa panen ubi jalar.
Penelitian mengenai ubi jalar pun kini semakin banyak dan berkemb
ang, karena mempunyai kandungan gizi yang bermanfaat bagi kesehatan.
Karbohidrat yang dikandung ubi jalar masuk dalam klasifikasi Low Glycemi
x Index (LGI, 54), artinya komoditi ini sangat cocok.
E. JAGUNG
Jagung (Zea mays) merupakan salah satu serealia yang strategis da
n bernilai ekonomis serta mempunyai peluang untuk dikembangkan karen
a kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat dan protein setelah b
eras (Purwanto,2006). Senada dengan hal tersebut Zubachtirodin et al (20
06) juga menambahkan dalam perekonomian nasional, jagung penyumba
ng terbesar kedua setelah padi dalam subsektor tanaman pangan. Jagung
juga merupakan tanaman yang relatif lebih tahan terhadap kekurangan air
daripada padi sehingga penanamannya dapat dilakukan setelah penanam
an padi, yaitu pada musim kemarau.
Makanan pokok alternantif warga Madura, Nusa Tenggara bahkan ju
ga warga Amerika Serikat ini juga kaya akan gizi. Tak heran bonggol bera
mbut merah ini juga diminati anak-anak. Kandungan gizi dalam tiap biji ja
gung adalah: energi 150 kal, protein 1,6 g, lemak 0,6 g, kalsium 11 mg, da
n karbohidrat 11,40 g.
Jagung memiliki potensi besar sebagai alternatif makanan pokok sel
ain beras. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan sumberdaya terutama la
han irigasi yang menjadi permasalahan pada produksi beras, relatif tidak t
erjadi pada jagung. Jagung dapat ditanam setelah masa penanaman padi
yaitu pada musim kemarau sehingga produksi makanan pokok tetap berla
ngsung. Selain itu bila dilihat dari kandungan nutrisinya, jagung juga meru
pakan sumber karbohidrat yang baik.
Diversifikasi makanan pokok dengan jagung sebagai alternatif selain
beras, harus diikuti dengan perancangan olahan jagung untuk meningkatk
an penerimaan konsumen. Produk olahan yang sekiranya dapat mencakup
beberapa aspek diatas adalah beras jagung.
Nasi jagung telah lama dikenal oleh masyarakat namun karena pros
es preparasi dari bentuk jagung pipil hingga nasi yang lama, meliputi pros
es penumbukan berulang serta penjemuran, maka penerimaannya sebaga
i bahan pangan pokok lebih rendah daripada nasi biasa. Rasa nasi jagung,
serperti halnya nasi dari beras, dipengaruhi oleh kandungan amilosa. Maki
n rendah kandungan amilosa, rasa nasi jagung menjadi semakin pulen. Pa
ti jagung normal mengandung 74-76% amilopektin dan 24-26% amilosa. D
engan kadar amilosa tersebut diharapkan nasi yang terbentuk dari beras j

agung masih bersifat pulen dan tidak keras saat dingin karena kadar amilo
sa yang tidak terlalu tinggi.
Pengolahan jagung menjadi beras jagung menciptakan alternatif ma
kanan pokok selain beras dengan sifat organoleptis yang hampir sama, ra
sa yang netral, dan waktu preparasi yang sama dengan nasi dari beras. Di
dukung dengan keunggulan kandungan nutrisi serta keinginan masyaraka
t untuk mencoba mengkonsumsi makanan yang baru, beras jagung memil
iki potensi yang baik sebagai alternatif makanan pokok selain beras. Deng
an demikian diharapkan beras jagung dapat mensukseskan program diver
sifikasi pangan pemerintah dan mengurangi ketergantungan Indonesia ter
hadap beras sehingga menciptakan swasembada pangan dan ketahanan
pangan dapat terwujud.
F. KETELA POHON
Nasi Uleng sebagai Makanan Pokok; Gaplek: Pilihan Pengganti Beras
yang EkonomisNasi uleng merupakan salah satu bentuk olahan tiwul dan
biasa dikonsumsi di Wonogiri. Bahan dasar tiwul adalah gaplek atau ketela
pohon yang dikeringkan setelah kulitnya dihilangkan. Nasi uleng harganya
relatif murah sehingga membiasakan mengkonsumsi nasi uleng berarti pe
nghematan.
Gaplek adalah makanan pokok pengganti nasi (terutama di daerah
Banjarnegara-Jawa Tengah), terbuat dari ketela pohon yang diolah secara
tradisional sampai terbentuk butiran-butiran kecil seperti beras, dan disim
pan sebagai cadangan paceklik.

Anda mungkin juga menyukai