Manajemen Perubahan Di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Provinsi Sulawesi Selatan
Manajemen Perubahan Di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Provinsi Sulawesi Selatan
CHANGE MANAGEMENT
IN HAJJ GENERAL HOSPITAL
PROVINCE OF SOUTH SULAWESI
Alamat Korespondensi :
Hasan Rahim
Puri Pattene Permai B9/12 Makassar, 90242
HP : 0852-5598-4166
E-Mail : aan_mayost@yahoo.com
Abstrak
RSUD Haji Provinsi Sulawesi Selatan merupakan satu-satunya rumah sakit milik pemerintah
daerah yang telah melakukan perubahan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan salah
satunya dengan mengimplementasikan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008. Namun, jika
dilihat dari beberapa indikator kinerja yang telah dicapai belum menunjukkan hasil yang
maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengapa proses perubahan dalam
mengimplementasikan program manajemen mutu ISO 9001:2008 di RSUD Haji Provinsi Sulawesi
Selatan belum mencapai hasil yang optimal. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Haji Provinsi
Sulawesi Selatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kualitatif: case study
menggunakan wawancara mendalam (indepth interview) terhadap orang-orang yang terlibat dalam
proses implementasi ISO 9001:2008 di RSUD Haji Provinsi Sulawesi Selatan. Sampel dalam
penelitian ini menggunakan informan kunci (key informan) sebanyak 19 informan. Hasil dari
wawancara mendalam terhadap informan dianalisis menggunakan teknik qualitative content
analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahap learn the basics perubahan yang
dilakukan didorong dan diinisiasi oleh keinginan pimpinan (top down). Sosialisasi tujuan
perubahan serta dampak dari perubahan masih kurang, tidak sampai pada level bawah. Peran
change agent, dukungan dan keterlibatan dari supporting stakeholder serta upaya
mengonsolidasikan perubahan masih kurang. Disimpulkan bahwa perubahan yang dilakukan di
RSUD Haji Provinsi Sulawesi Selatan belum mencapai hasil yang optimal karena tidak
menerapkan sembilan tahap manajemen perubahan secara menyeluruh.
Kata Kunci: Manajemen Perubahan
Abstract
General Hajj Hospital South Sulawesi is the only hospital owned by a local government to make
changes in order to improve the quality of one of them by implementing a quality management
system ISO 9001:2008. However, when viewed from some performance indicators that have been
achieved have not shown the maximum results. This study aims to find out why the change in
implementing the ISO 9001:2008 quality management in General Hajj Hospital South Sulawesi
not achieve optimal results. This study was conducted in General Hajj Hospital South Sulawesi.
The method used in this research is a qualitative study: case study using in-depth interviews
(depth interviews) against those involved in the implementation process of ISO 9001:2008 in
General Hajj Hospital South Sulawesi. The sample in this study using key informants were 19
informants. Results from in-depth interviews were analyzed using techniques informant qualitative
content analysis. The results showed that at this stage learn the basics of the changes made and
initiated by the desire driven leaders (top down) who saw an urgent condition and need thorough
repairs. Socialization goals change and the impact of the change is still lacking, not to the lower
level. The role of change agent, supporting the support and involvement of stakeholders is still
lacking. The reward in an effort to consolidate the perceived change is still lacking. Concluded
that changes made in South Sulawesi Province Hospital Haji not achieve optimal results because
they do not implement the nine stages of change management as a whole.
Keywords: Change Management.
PENDAHULUAN
Di awal abad 21 menunjukkan pergeseran paradigma (paradigm shift) dari
model administrasi publik yang tradisional (old public administration) yang
begitu dominan di abad 20 menuju manajerialism atau manajemen publik (new
public management) yang menitikberatkan pada customer service. Pergeseran
paradigma ini berdampak terhadap seluruh sektor pelayanan publik tidak
terkecuali sektor perumahsakitan (Denhardt, dkk., 2007).
Penyelenggaraan rumah sakit dengan pola BLU/BLUD sebagai salah satu
aspek pelayanan publik sebagaimana telah diatur dalam UU 25/2009 menganut
asas akuntabilitas publik mengandung makna bahwa setiap rumah sakit dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat harus memiliki kinerja dan standar
mutu yang terukur. Sehingga setiap rumah sakit sudah selayaknya melakukan
perubahan dan transformasi dari pola pengelolaan yang tradisional (old public
management) ke arah pengelolaan dengan prinsip bisnis modern yang
menitikberatkan
pada
aspek
peningkatan
mutu
pelayanan
sebagai
melalui
pendekatan
proses
manajemen
perubahan
(change
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah studi kasus (Case Study) dengan pendekatan
sembilan
tahap
manajemen
perubahan
dari
Newton,
yaitu
berusaha
pertimbangan bahwa orang tersebut yang dianggap paling mengetahui tentang apa
yang kita harapkan dan mampu memberikan informasi yang diperlukan terkait
dengan tujuan penelitian (Bassett, 2004).
Informan kunci dalam penelitian ini adalah orang-orang yang dianggap
layak dan terlibat langsung dalam kelompok kerja implementasi ISO 9002:2008
yaitu sebanyak 19 orang.
Pengumpulan dan Analisa Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dengan melakukan
wawancara, pengamatan langsung, observasi partisipan dan data telaah dokumen.
Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara semi terstruktur yang
termasuk dalam kategori in-depth interview.
Analisis data dalam penelitian ini dilaksanakan selama pengumpulan data
berlangsung sampai saat dilakukan penarikan kesimpulan. Analisis data dilakukan
secara kualitatif dengan menggunakan qualitative content analysis. Pada tahap
awal mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, untuk pencarian tema dan pola data.
Selanjutnya menyajikan data dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori dan penarikan kesimpulan. Untuk otentifikasi hasil penelitian dilakukan
triangulasi data berupa pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai
cara, dan berbagai waktu.
HASIL
Penelitian ini melibatkan 19 orang informan yang terlibat langsung dalam
proses implementasi ISO 9001:2008. Dari 19 orang responden terdiri dari jenis
kelamin laki-laki sebanyak 11 orang (57,9%) dan sisanya perempuan sebanyak 8
orang (42,1%). Responden umumnya memiliki umur 35-44 tahun sebanyak 10
orang (52,6%), usia >44 tahun sebanyak 7 orang (36,8%), dan sisanya berumur
25-34 tahun sebanyak 2 orang (10,5%). Berdasarkan tingkat pendidikannya,
umumnya sarjana (S1) ada sebanyak 11 orang (57,9%), magister (S2) ada 5 orang
(26,3%), diploma tiga (D3) ada 2 orang (10,5%) dan satu orang (5,3%)
berpendidikan setingkat doktoral (lihat tabel 1).
informan
pelayanan
yang
tanggap
terhadap
kebutuhan
pelanggan,
mempelajari dasar-dasar
perubahan
yang
meliputi
alasan
perubahan
yang
ingin
dicapai.
Bentuk
pengelolaan
....kalau dulu-dulu itu kita tidak punya tunjangan apa namanya ya....jadi kita
juga malas kan? Nah, ini walaupun sedikit tapi ada reward, beliau itu melihat apa yang
menjadi kekurangan anggota. Kita masing-masing ada jasa dan diberikan berdasarkan
kinerja....(HDR, 55 tahun).
Dari pernyataan informan tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa salah satu
upaya
yang
dilakukan
oleh
manajemen
RSU
Haji
Makassar
dalam
PEMBAHASAN
Penelitian
ini
memperlihatkan
proses
perubahan
dengan
mirip dengan konsep unfreezing dari Lewins (1951) dalam Bouckenooghe (2010)
yaitu proses dimana anggota organisasi telah memiliki kepercayaan dan sikap
yang telah berubah dan persepsi bahwa perubahan merupakan kebutuhan yang
akan membawa kesuskesan.
Banyak perusahaan yang memperlakukan perubahan seperti sebuah
peristiwa kebetulan atau hal rutin yang akan selesai dengan baik secara otomatis
tanpa sebuah perencanaan yang bagus. Padahal menurut Robbins dan Judge
(2009), perubahan seharusnya merupakan sebuah aktifitas terencana, disengaja
dan berorientasi pada tujuan. Menurutnya, tujuan perubahan ada dua, yaitu: (1)
untuk meningkatkan kemampuan perusahaan atau organisasi dalam beradaptasi
terhadap perubahan yang terjadi didalam lingkungannya; (2) untuk merubah
perilaku karyawan.
Dari informan juga diperoleh informasi bahwa keterlibatan seseorang
dalam tim/pokja didasarkan pada kemampuan dan tanggung jawab yang dimiliki
dan berasal dari unit atau bagian masing-masing yang terlibat langsung dalam
proses perubahan. Menurut Newton (2007), tim perubahan adalah orang-orang
yang dibentuk dan bekerja di bawah kendali manajer perubahan untuk membuat
perubahan itu terjadi. Orang-orang yang dipilih dalam tim perubahan ini adalah
orang yang dapat meluangkan waktu untuk perubahan. Untuk sebuah program
perubahan yang lebih besar maka tim perubahan dapat terdiri dari puluhan atau
ratusan orang dan dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu tim inti (core team)
dan tim pendukung (supporting team). Tim inti berisi orang-orang yang secara
permanen diperuntukkan untuk mengerjakan program perubahan dan memiliki
kemampuan untuk mengerjakan apa yang dipersyaratkan dalam periode waktu
pengerjaan proyek perubahan (Newton, 2007). Langkah pertama dalam
membentuk sebuah tim yang mampu mengarahkan usaha perubahan adalah
dengan mencari orang-orang yang tepat (Kotter, 1997); (Kotter, dkk., 2002).
Dari persepsi informan juga ditemukan bahwa dalam melakukan
perubahan masih mempunyai kendala-kendala, masih ada orang yang tidak
menginginkan perubahan, orang-orang yang tidak memiliki rasa tanggung jawab
terhadap perubahan. Upaya yang dilakukan oleh pihak manajemen terhadap
adalah
dengan
memberikan
gambaran
umum
bagaimana
perubahan.
Penelitian
ini menunjukkan
bahwa
pengelolaan
secara
maksimal.
Hal
ini
karena
proses
perubahan
dengan
2
10
7
10,5
52,6
36,8
11
8
57,9
42,1
2
11
5
1
10,5
57,9
26,3
5,3
19
100
Jenis Kelamin
a. Laki-laki
b. Perempuan
Pendidikan
a.
b.
c.
d.