Anda di halaman 1dari 2

Candi adalah istilah dalam Bahasa Indonesia yang merujuk kepada sebuah bangunan keagamaan

tempat ibadahpeninggalan purbakala yang berasal dari peradaban Hindu-Buddha.[1] Bangunan ini
digunakan sebagai tempat pemujaan dewa-dewi ataupun memuliakan Buddha. Akan tetapi, istilah
'candi' tidak hanya digunakan oleh masyarakat untuk menyebut tempat ibadah saja, banyak situssitus purbakala non-religius dari masa Hindu-BuddhaIndonesia klasik, baik sebagai istana (kraton),
pemandian (petirtaan), gapura, dan sebagainya, juga disebut dengan istilah candi.
Istilah "Candi" diduga berasal dari kata Candika yang berarti nama salah satu
perwujudan Dewi Durga sebagai dewi kematian.

Candi Jawi (nama asli: Jajawa) adalah candi yang dibangun sekitar abad ke-13 dan
merupakan peninggalan bersejarah Hindu-BuddhaKerajaan Singhasari yang terletak di terletak di
kaki Gunung Welirang, tepatnya di Desa Candi Wates, Kecamatan Prigen, Pasuruan,Jawa
Timur, Indonesia, sekitar 31 kilometer dari kota Pasuruan.[1] Candi ini terletak di pertengahan jalan
raya antara Kecamatan Pandaan - Kecamatan Prigen dan Pringebukan. Candi Jawi banyak dikira
sebagai tempat pemujaan atau tempat peribadatan Buddha, namun sebenarnya merupakan tempat
pedharmaan atau penyimpanan abu dari raja terakhir Singhasari, Kertanegara. Sebagian dari abu
tersebut juga disimpan pada Candi Singhasari. Kedua candi ini ada hubungannya dengan Candi
Jago yang merupakan tempat peribadatan Raja Kertanegara.
Candi Jawi menempati lahan yang cukup luas, sekitar 40 x 60 meter persegi, yang dikelilingi oleh
pagar bata setinggi 2 meter. Bangunan candi dikelilingi oleh parit yang saat ini dihiasi oleh bunga
teratai. Bentuk candi berkaki Siwa, berpundak Buddha. Ketinggian candi ini sekitar 24,5 meter
dengan panjang 14,2 m dan lebar 9,5 m.[1] Bentuknya tinggi ramping seperti Candi Prambanan di
Jawa Tengah dengan atap yang bentuknya merupakan paduan antara stupa dan kubus bersusun
yang meruncing pada puncaknya. Pintunya menghadap ke timur. Posisi pintu ini oleh sebagian ahli
dipakai alasan untuk mempertegas bahwa candi ini bukan tempat pemujaan
atau pradaksina (upacara penghormatan terhadap dewa, disebut Dewayadnya atau dewayaja),
karena biasanya candi untuk peribadatan menghadap ke arah gunung, tempat yang dipercaya
sebagai tempat persemayaman kepada Dewa. Candi Jawi justru membelakangi Gunung
Penanggungan. Sementara ahli lain ada pula yang beranggapan bahwa candi ini tetaplah candi
pemujaan, dan posisi pintu yang tidak menghadap ke gunung karena pengaruh dari ajaran Buddha.
Keunikan Candi Jawi adalah adanya relief di dindingnya. Sayangnya, relief ini belum bisa dibaca.
Bisa jadi karena pahatannya yang terlalu tipis, atau karena kurangnya informasi pendukung, seperti
dari prasasti atau naskah. Negarakertagama yang secara jelas menceritakan candi ini tidak
menyinggung sama sekali soal relief tersebut. Berbeda dengan relief di Candi Jago dan Candi
Penataran yang masih jelas. Salah satu fragmen yang ada pada dinding candi, menggambarkan
sendiri keberadaan candi Jawi tersebut beserta beberapa bangunan lain disekitar candi. Nampak
Jelas pada fragmen tersebut pada sisi timur dari candi terdapat candi perwara sebanyak tiga buah,
namun sayang sekali kondisi ketiga perwara tersebut saat ini bisa dibilang rata dengan tanah.
demikan juga di fragmen tersebut terlihat jelas bahwa terdapat candi bentar yang merupakan pintu
gerbang candi, terletak sebelah barat. Sisa-sisa bangunan tersebut memang masih ada, namun

bentuknya lebih mirip onggokan batu bata, karena memang gerbang candi tersebut dibangun
dari batu bata merah.
Disamping relief yang terletak dibagian dinding candi, terdapat pula relief lain yang terletak dibagian
dalam candi. Terletak tepat dibagian tengah candi yang merupakan bagian tertinggi dari bagian
dalam candi, terdapat sebuah relief Dewa Surya yang terpahat jelas.
Keunikan lain dari Candi Jawi adalah batu yang dipakai sebagai bahan bangunannya terdiri dari dua
jenis. Bagian bawah terdiri dari batu hitam, sedangkan bagian atas batu putih. Sehingga timbul
dugaan bahwa bisa jadi candi ini dibangun dalam dua periode yang berbeda teknik bangunan.

Anda mungkin juga menyukai