Anda di halaman 1dari 14

UU No 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batuan

Kewenangan Pengelolaan Pertambangan Mineral dan Batubara


Pemerintah (pasal 6) :
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Penetapan kebijakan nasional.


Pembuatan peraturan per-UU
Penetapan standar, Pedoman dan Kriteria
Penetapan sistem perizinan pertambangan mineral dan batubara
Penetapan WP
Pemberian IUP, pembinaan, penyelesaian Konflik masyarakat dan pengawasan
usaha pertambangan yang yang berada(/lokasi penambangannya) berada pada
lintas wilayah provinsi dan/atau wilayah laut > 12 mil
7) Pemberian IUP, pembinaan, penyelesaian Konflik masyarakat dan pengawasan
usaha pertambangan Operasi produski yang berdampak lingkungan langsung
lintas wilayah provinsi dan/atau wilayah laut > 12 mil
8) Pemberian IUPK eksplorasi dan IUPK Operasi Produksi
9) Pengevaluasian IUP Operasi produksi yang dikeluarkan oleh pemerintah
daerah, yang telah menimbulkan kerusakan lingkungan serta tidak
menerapkan kaidah pertambangan yang baik.
10) Penetapan kebijakan produksi, pemasaran, pemanfaatan dan konservasi
11) Penetapan kebijakan kerjasama, kemitraan dan pemberdayaan masyarakat
12) Perumusan dan penetapan penerimaan negara bukan pajak dari hasil usaha
pertambangan mineral dan batubara
13) Pembinaan dan pengawasan pengelolaan pertambangan mineral dan batubara
yang dilaksanakan pemerintah daerah
14) Pembinaan dan pengawasan penyusunan peraturan daerah di bidang
pertambangan
15) Penginventarisasian, penyelidikan dan penelitian serta eksplorasi dalam
rangka memperoleh data dan informasi mineral dan batubara sebagai bahan
penyusunan WUP dan WPN
16) Pengelolaan informasi geologi, informasi potensi SDM dan batubara serta
informasi pertambangan pada tingkat nasional
17) Pembinaan dan pengawasan terhadap reklamasi lahan pascatambang
18) Penyusunan neraca Sumber daya mineral dan batubara tingkat nasional
19) Pengembangan dan peningkatan nilai tambah kegiatan usaha pertambangan
20) Peningkatan kemampuan aparatur pemerintah, provisi, kab/kota dalam
penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan
Provinsi (pasal 7)
1) Pembuatan peraturan per-UU Daerah
2) Pemberian IUP, pembinaan, penyelesaian Konflik masyarakat dan pengawasan
usaha pertambangan yang yang berada(/lokasi penambangannya) berada pada
lintas wilayah Kabupaten/kota dan/atau wilayah laut 4-12 mil

3) Pemberian IUP, pembinaan, penyelesaian Konflik masyarakat dan pengawasan


usaha pertambangan Operasi produski yang berdampak lingkungan langsung
lintas wilayah Kabupaten/kota dan/atau wilayah laut 4-12 mil
4) Penginventarisasian, penyelidikan dan penelitian serta eksplorasi dalam
rangka memperoleh data dan informasi mineral dan batubara sesuai
kewenangannya
5) Pengelolaan informasi geologi, informasi potensi SDM dan batubara serta
informasi pertambangan pada daerah/wilayah provinsi
6) Pembinaan dan pengawasan terhadap reklamasi lahan pascatambang
7) Penyusunan neraca Sdmineral dan batubara pada derah /wilayah provinsi
8) Pengembangan dan peningkatan nilai tambah kegiatan usaha pertambangan di
provinsi
9) Pengembangan dan peningkatan peran serta mayarakat dalam usaha
pertambangan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan
10) Pengkoordinasian perizinan dan pengawasaan penggunaan bahan peledak di
wilayah tambang sesuai kewenangannya
11) Penyampaian informasi hasil inventarisasi, PU, dan penelitian serta eksplorasi
kepada Menteri dan bupati/walikota
12) Penyampaian informasi hasil produksi, penjualan dalam negeri serta ekspor
kepada menteri dan bupati/walikota
13) Peningkatan kemampuan aparatur pemerintah, provisi, kab/kota dalam
penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan
Kabupaten/kota (pasal 7)
1) Pembuatan peraturan per-UU Daerah
2) Pemberian IUP dan IPR , pembinaan, penyelesaian Konflik masyarakat dan
pengawasan usaha pertambangan di wilayah Kabupaten/kota dan/atau wilayah
laut 4 mil
3) Pemberian IUP dan IPR, pembinaan, penyelesaian Konflik masyarakat dan
pengawasan usaha pertambangan Operasi produski yang kegiatannya di
wilayah Kabupaten/kota dan/atau wilayah laut 4 mil
4) Penginventarisasian, penyelidikan dan penelitian serta eksplorasi dalam
rangka memperoleh data dan informasi mineral dan Pengelolaan informasi
geologi, informasi potensi SDM dan batubara serta informasi pertambangan
pada daerah/wilayah kab/kota
5) Pembinaan dan pengawasan terhadap reklamasi lahan pascatambang
6) Penyusunan neraca Sumber daya mineral dan batubara pada daerah /wilayah
kab/kota
7) Pengembangan dan peningkatan nilai tambah kegiatan usaha pertambangan
secara optimal
8) Pengembangan dan peningkatan peran serta mayarakat setempat dalam usaha
pertambangan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan
9) Penyampaian informasi hasil inventarisasi, PU, dan penelitian serta eksplorasi
kepada Menteri dan gubernur

10) Penyampaian informasi hasil produksi, penjualan dalam negeri serta ekspor
kepada menteri dan gubernur
11) Peningkatan kemampuan aparatur pemerintah, provisi, kab/kota dalam
penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan.
Wilayah pertambangan
Kriteria WUP, WPR,WPN,WUPK
WUP (pasal 18)/WUPK (pasal 32)
1)
2)
3)
4)

Letak geografis
Kaidah konservasi
Daya dukung lingkungan Optimasi sumber daya Mineral dan atau batubara
Tingkat kepadatan penduduk
WPR (pasal 22)

1) Cadangan mineral sekunder yang terdapat di sungan dan /atau di antara tepi
dan tepi sungai
2) Cadangan primer logam/batubara dengan kedalaman max 25 m
3) Endapan teras, dataran banjir, dan endapan sungai purba
4) Luas max WPR 25 Ha
5) Menyebutkan komoditas yang akan ditambang
6) Wilayah/tempat kegiatan yang sudah dikerjakan sekurang-kurangnya 15 tahun
WPN (pasal 27,28)
1) Untuk komuditas tertentu dan daerah konservasi untuk menjaga keseimangan
ekosistem dan lingkungan
2) Dapat diubah statusnya menjadi WUPK dengan pertimbangan :
a. Pemenuhan bahan baku industri dan energi dalam negeri
b. Sumber devisa negara
c. Kondisi wilayah didasarkan pada keterbatasan sarana dan prasarana
d. Berpotensi untuk dikembangkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi
e. Daya dukung lingkungan
f. Penggunaan teknologi tinggi dan modal tinggi

3) Kelompok usaha pertambangan


Usaha pertambangan dikelompokan atas (pasal 34):
a.
b.

Pertambangan Mineral, terdiri atas (pasal 2, pp 23/2010)


Pertambangan Mineral Radioaktif : Radium, thorium, uranium,
monasit, dan bahan galian radioaktif lainya
c.
Pertambangan Mineral Logam : litium, berilium, magnesium,
kalium, kalsium, emas, tembaga, perak, timbal, seng, timah, nikel,

mangaan, platina, bismuth, molibdenum, bauksit, air raksa, wolfram,


titanium, barit, vanadium, kromit, antimoni, kobalt, tantalum, admium,
galium, indium, yitrium, magnetit, besi, galena, alumina, niobium,
zirkonium, ilmenit, khrom, erbium, ytterbium, dysprosium, thorium,
cesium, lanthanum, niobium, neodymium, hafnium, scandium, aluminium,
palladium, rhodium, osmium, ruthenium, iridium, selenium, telluride,
stronium, germanium, dan zenotin;
1.
Pertambangan Mineral bukan Logam : intan, korundum,
grafit, arsen, pasir kuarsa, fluorspar, kriolit, yodium, brom, klor,
belerang, fosfat, halit, asbes, talk, mika, magnesit, yarosit, oker, fluorit,
ball clay, fire clay, zeolit, kaolin, feldspar, bentonit, gipsum, dolomit,
kalsit, rijang, pirofilit, kuarsit, zirkon, wolastonit, tawas, batu kuarsa,
perlit, garam batu, clay, dan batu gamping untuk semen;
2.
Pertambangan Batuan : pumice, tras, toseki, obsidian,
marmer, perlit, tanah diatome, tanah serap (fullers earth), slate, granit,
granodiorit, andesit, gabro, peridotit, basalt, trakhit, leusit, tanah liat,
tanah urug, batu apung, opal, kalsedon, chert, kristal kuarsa, jasper,
krisoprase, kayu terkersikan, gamet, giok, agat, diorit, topas, batu
gunung quarry besar, kerikil galian dari bukit, kerikil sungai, batu kali,
kerikil sungai ayak tanpa pasir, pasir urug, pasir pasang, kerikil
berpasir alami (sirtu), bahan timbunan pilihan (tanah), urukan tanah
setempat, tanah merah (laterit), batu gamping, onik, pasir laut, dan
pasir yang tidak mengandung unsur mineral logam atau unsur mineral
bukan logam dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi
pertambangan;
d.

Pertambangan batubara
Bitumen padat, batuan aspal, batubara, dan gambut.

Izin Usaha Pertambangan


IUP Eksplorasi (pasal 39)
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)

nama perusahaan;
lokasi dan luas wilayah;
rencana umum tata ruang;
jaminan kesungguhan;
modal investasi;
perpanjangan waktu tahap kegiatan;
hak dan kewajiban pemegang IUP;
jangka waktu berlakunya tahap kegiatan;
jenis usaha yang diberikan;
rencana pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah
pertambangan;
11)
perpajakan;
12)
penyelesaian perselisihan;

13)
14)

iuran tetap dan iuran eksplorasi;


amdal.
IUP Operasi Produksi (pasal 39)

1) nama perusahaan;
2) luas wilayah;
3) lokasi penambangan;
4) lokasi pengolahan dan pemurnian;
5) pengangkutan dan penjualan;
6) modal investasi;
7) jangka waktu berlakunya IUP;
8) jangka waktu tahap kegiatan;
9) penyelesaian masalah pertanahan;
10) lingkungan hidup termasuk reklamasi dan pascatambang;
11) dana jaminan reklamasi dan pascatambang;
12) perpanjangan IUP;
13) hak dan kewajiban pemegang IUP;
14) rencana pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah
pertambangan;
15) perpajakan;
16) penerimaan negara bukan pajak yang terdiri atas iuran tetap dan iuran
produksi;
17) penyelesaian perselisihan;
18) keselamatan dan kesehatan kerja;
19) konservasi mineral atau batubara;
20) pemanfaatan barang, jasa, dan teknologi dalam negeri;
21) penerapan kaidah keekonomian dan keteknikan pertambangan yang baik;
22) pengembangan tenaga kerja Indonesia;
23) pengelolaan data mineral atau batubara;
24) penguasaan, pengembangan, dan penerapan teknologi pertambangan mineral
atau batubara.
IUPK Eksplorasi (pasal 78)
1)

nama perusahaan;

2)

luas dan lokasi wilayah;

3)

rencana umum tata ruang;

4)

jaminan kesungguhan;

5)

modal investasi;

6)

perpanjangan waktu tahap kegiatan;

7)

hak dan kewajiban pemegang IUPK;

8)

jangka waktu tahap kegiatan;

9)

jenis usaha yang diberikan;

10)

rencana pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah


pertambangan;

11)

perpajakan;

12)

penyelesaian perselisihan masalah pertanahan;

13)

Iuran tetap dan iuran eksplorasi;

14)

amdal.
IUPK Oprasi Produksi (pasal 79)

1) nama perusahaan;
2) luas wilayah;
3) lokasi penambangan;
4) lokasi pengolahan dan pemurnian;
5) pengangkutan dan penjualan;
6) modal investasi;
7) jangka waktu tahap kegiatan;
8) penyelesaian masalah pertanahan;
9) lingkungan hidup, termasuk reklamasi dan pascatambang;
10) dana jaminan reklamasi dan jaminan pascatambang;
11) jangka waktu berlakunya IUPK;
12) perpanjangan IUPK;
13) Hak dan kewajiban;
14) pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah
pertambangan;
15) perpajakan;
16) iuran tetap dan iuran produksi serta bagian pendapatan negara/daerah, yang
terdiri atas bagi hasil dari keuntungan bersih sejak berproduksi;
17) penyelesaian perselisihan;
18) keselamatan dan kesehatan kerja;
19) konservasi mineral atau batubara;
20) pemanfaatan barang, jasa, teknologi serta kemampuan rekayasa dan rancang
bangun dalam negeri;
21) penerapan kaidah keekonomian dan keteknikan pertambangan yang baik;
22) pengembangan tenaga kerja Indonesia;
23) pengelolaan data mineral atau batubara;

24) penguasaan, pengembangan


mineralatau batubara;
25) divestasi saham.

dan

penerapan

teknologi

pertambangan

Jangka waktu IUP Eksplorasi (pasal 41)


1)
2)
3)
4)

Mineral Logam Paling lama 8 Tahun


Mineral Bukan Logam Paling lama 7 tahun
Batuan paling lama 3 tahun
Batubara paling lama 7 tahun

IUP Operasi Produksi (pasal 47)


1) Mineral Logam Paling lama 20 Tahun, diperpanjang 2x, masing-masing 10
tahun.
2) Mineral Bukan Logam Paling lama 10 tahun, diperpanjang 2x, masing-masing
5 tahun
3) Mineral Bukan Logam (jenis tertentu) Paling lama 20 tahun, diperpanjang 2x,
masing-masing 10 tahun
4) Batuan paling lama 5 tahun, diperpanjang 2x, masing-masing 5 tahun.
5) Batubara paling lama 20 tahun, diperpanjang 2x, masing-masing 10 tahun
IUPK Eksplorasi (pasal 83)
1) Mineral Logam Paling lama 8 Tahun
2) Batubara paling lama 7 tahun
IUPK Oprasi Produksi (pasal 83)
1) Mineral Logam Paling lama 20 Tahun, diperpanjang 2 x, masing-masing 10
tahun.
2) Batubara paling lama 20 tahun, diperpanjang 2 x, masing-masing 10 tahun
Luas wilayah IUP Eksplorasi (pasal 52,55,58,61)
1)

Mineral Logam 5000 Ha 100.000 Ha

2)

Mineral bukan Logam 500 Ha 25.000 Ha

3)

Batuan 5 5000 Ha

4)

Batubara 5000 Ha 50.000 Ha

IUP Operasi Produksi (pasal 53,56,59,62)


1)
2)
3)
4)

Mineral Logam 25.000 Ha


Mineral Bukan Logam 5000 Ha
Batuan 1000 Ha
Batubara 15.000 Ha
IUPK Eksplorasi (pasal 83)

1) Mineral Logam 100.000 Ha


2) Batubara 50.000 Ha
IUPK Oprasi Produksi (pasal 83)
1) Mineral Logam 25.000 Ha
2) Batubara 15.000 Ha
Izin Pertambangan Rakyat (pasal 66 73)
1.

Luas Wilayah IPR (pasal 68) :


a.

Perseorangan paling banyak 1 Ha

b.

Kelompok masyarakat paling banyak 5 Ha

c.

Koperasi paling bayak 10 Ha

2.

Jangka Waktu IPR paling lama 5 tahun dan dapat diperpanjang (pasal 68)

3.

Hak dan kewajiban pemegang IPR (pasal 69,70,73)

Hak Pemegang IPR

1. mendapat
pembinaan dan
pengawasan di
bidang
keselamatan dan
kesehatan kerja,
lingkungan, teknis
pertambangan,
dan manajemen
dari Pemerintah
dan/atau
pemerintah

Kewajiban pemegang IPR

1. melakukan kegiatan
penambangan paling
lambat 3 (tiga) bulan
setelah IPR
diterbitkan;

2. mematuhi peraturan
perundang-undangan
di bidang keselamatan
dan kesehatan kerja
pertambangan,
pengelolaan

Superpisi Kab/kota

1. Pemerintah
kabupaten/kota
melaksanakan
pembinaan di bidang
pengusahaan,
teknologi
pertambangan, serta
permodalan dan
pemasaran dalam
usaha meningkatkan
kemampuan usaha
pertambangan rakyat.

lingkungan, dan
memenuhi standar
yang berlaku;

3. mengelola lingkungan
daerah; dan

2. mendapat bantuan
modal sesuai
dengan ketentuan
peraturan
perundangundangan.

hidup bersama
pemerintah daerah;

4. membayar iuran tetap


dan iuran produksi;
dan

5. menyampaikan
laporan pelaksanaan
kegiatan usaha
pertambangan rakyat
secara berkala kepada
pemberi IPR.

2. pengamanan teknis
pada usaha
pertambangan rakyat
yang meliputi:
keselamatan dan
kesehatan kerja;
pengelolaan
lingkungan hidup;
dan pascatambang.

3. mencatat hasil
produksi dari seluruh
kegiatan usaha
pertambangan rakyat
yang berada dalam
wilayahnya dan
melaporkannya
secara berkala kepada
Menteri dan gubernur
setempat

Usaha Jasa Pertambangan (pasal 124- 127)


Jenis Usaha jasa Pertambangan (pasal 124)
Konseltasi, perencanaan, pelaksanaan dan pengujian peralatan di bidang :

penyelidikan umum;

eksplorasi;

studi kelayakan;

konstruksi pertambangan;

pengangkutan;

lingkungan pertambangan;

pascatambang dan reklamasi; dan/atau

keselamatan dan kesehatan kerja.

Konsultasi, perencanaan dan pengujian peralatan di bidang :

penambangan; atau

pengolahan dan pemurnian.

Pelaksana Jasa dapat berupa badan usaha, koperasi, atau perseorangan sesuai
dengan klasifikasi dan kualifikasi yang telah ditetapkan oleh Menteri.
Pendapatan Negara dan Daerah (pasal 128 -129)
Penerimaan Pajak (ps 128)

1.

2.

pajak-pajak yang
menjadi kewenangan
Pemerintah sesuai
dengan ketentuan
peraturan perundangundangan di bidang
perpajakan; dan
bea masuk dan cukai.

Penerimaan Bukan Pajak

1.

iuran tetap;

2.

iuran eksplorasi;

3.

iuran produksi;
dan

4.

kompensasi data
informasi.

Pemerintah (royalty) (ps


129)

Provinsi (royalty)

4%

1%

Penerimaan Daerah

1.

pajak daerah;

2.

retribusi daerah; dan

3.

pendapatan lain yang


sah berdasarkan
ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Kab/kota (royalty)

2,5 % kab/kota penghasil


2,5 % kab/kota lain

Pembinaan, Pengawasan dan Perlindungan Masyarakat (pasal 139 145)


Pembinaan (pasal 139)
1)

Pemberian pedoman dan standar pelaksanaan pengelolaan usaha


pertambangan;

2)

Pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi;

3)

Pendidikan dan pelatihan;

4)

Perencanaan, penelitian, pengembangan, pemantauan, dan evaluasi


pelaksanaan penyelenggaraan usaha pertambangan di bidang mineral dan
batubara.
Pengawasan (pasal 141)

1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)

teknis pertambangan;
pemasaran;
keuangan;
pengolahan data mineral dan batubara;
konservasi sumber daya mineral dan batubara;
keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan;
keselamatan operasi pertambangan;
pengelolaan lingkungan hidup, reklamasi, dan pascatambang;
pemanfaatan barang, jasa, teknologi, dan kemampuan rekayasa dan
rancang bangun dalam negeri;
10)
pengembangan tenaga kerja teknis pertambangan;
11)
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat;
12)
penguasaan, pengembangan, dan penerapan teknologi pertambangan;
13)
kegiatan-kegiatan lain di bidang kegiatan usaha pertambangan yang
menyangkut kepentingan umum;
14)
pengelolaan IUP atau IUPK;
15)
jumlah, jenis, dan mutu hasil usaha pertambangan.
Perlindungan masyarakat (pasal 145)
1)

Memperoleh ganti rugi yang layak akibat kesalahan dalam pengusahaan


kegiatan pertambangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
2)
mengajukan gugatan kepada pengadilan terhadap kerugian akibat
pengusahaan pertambangan yang menyalahi ketentuan.

PENELITIAN & PENGEMBANGAN SERTA PENDIDIKAN DAN


PELATIHAN
Penelitian dan Pengembangan (ps
146)

Pendidikan dan Pelatihan (ps 147)

Pemerintah dan Pemerintah Daerah


wajip mendorong, melaksanakan
dan/atau memfasilitasi pelaksanaan
penelitian
dan
pengembangan
mineral dan batubara

Pemerintah dan Pemerintah Daerah


wajip
mendorong,
melaksanakan
dan/atau memfasilitasi pelaksanaan
Pendidikan dan Pelatihan di bidang
pengusahaan mineral dan batubara

PENYIDIKAN (ps 149 150)


Selain penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, penyidikan juga dapat
di lakukan oleh PPNS yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik di lingkup
bidang pertambangan.
SANKSI ADMINISTRATIF
Sangksi administratif [ps 151 (ayat2)], berupa :

Peringatan tertulis

Pengehentian sementara sebagian atau seluruh kegiatan eksplorasi


atau operasi produksi

Pencabutan IUP, IPR dan IUPK.


KETENTUAN PIDANA
Pasal 158 - 162

1.

Setiap orang yang melakukan usaha penambangan tanpa


IUP, IPR atau IUPK, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun
dan denda paling banyak Rp. 10.000.000.000 (sepuluh miliar Rupiah)

2.

Pemegang IUP, IPR atau IUPK dengan senghaja


menyampaikan laporan dengan tidak benar atau menyampaikan keterangan

palsu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling
banyak Rp. 10.000.000.000 (sepuluh miliar rupiah)
3.

Setiap orang melakukan kegiatan eksplorasi tanpa memiliki


IUP atau IUPK, dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 tahun dan
denda paling banyak Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah)

4.

Setiap orang yang mempunyai IUP Eksplorasi tetapi


melakukan kegiatan operasi produksi, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp. 10.000.000.000 (sepuluh miliar
rupiah)

5.

Setiap orang atau pemegang IUP operasi produksi atau


IUPK operasi produksi yang menampung, memanfaatkan, melakukan
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan, penjualan mineral dan batubarai
yang bukan dari pemegang IUP, IUPK atau izin lainya, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp.
10.000.000.000 (sepuluh miliar rupiah)

6.

Setiap orang yang merintangi atau mengganggu kegiatan


usaha pertambangan dari pemegang IUP atau IUPK yang telah memenuhi
persyaratan yang berlaku, dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 tahun
dan denda paling banyak Rp. 100.000.000 (seratus juta rupiah)
Pasal 163

1)

Tindak pidana yang dilakukan oleh suatu badan hukum, dijatuhi pidana
penjara dan denda terhadap pengurusnya.
2)
Pidana tambahan terhadap badan hukum dapat berupa :
a. Pencabuatan izin usaha
b. Pencabutan status badan hukum.
Pasal 164
Pidana tambahan terhadap pelaku dapat berupa :
1)

Perampasan barang yang digunakan dalam melakukan tindak


pidana

2)

Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana

3)

Kewajiban membayar biaya yang timbul akibat tindak pidana


Pasal 165

Setiap orang yang mengeliarkan IUP, IPR atau IUPK yang bertentangan dengan
UU Minerba dan menyalahgunakan wewenangnya diberi sanksi pidana paling
lama 2 tahun dan denda paling banyak Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah)

Anda mungkin juga menyukai