Anda di halaman 1dari 4

Khutbah Jumat di Bulan Syawwal 1435 H

KHUTBAH PERTAMA













Para Hadirin sidang Jumat Rahimakumullah.
Marilah sama-sama kita panjatkan puji serta syukur kita kepada Allah swt, yang senantiasa memberikan berbagai
macam kenikmatan kepada kita, kenikmatan yang begitu banyak sehingga tdak ada kemampuan bagi kita untuk
menghitungnya.
Diantara kenikmatan-kenikmatan tersebut, salah satu yang paling utama patut kita syukuri yaitu nikmat iman. Karena
dengan iman, Alhamdulillah kita memiliki kemampuan untuk beribadah dan melaksanakan perintah-perintah Allah,
salah satu diantaranya pada hari ini kita melaksanakan ibadah Shalat jumat.
Maka dengan ibadah yang dilandasi dengan iman, setidaknya kita memiliki harapan akan mendapatkan ampunan
Allah sehingga dijauhkan dari siksa neraka, dan dimasukkan ke dalam surga-Nya Alloh. Amin...
Shalawat serta salam, semoga senantiasa tercurah kepada junjunan alam, Nabi besar, Muhammad saw. Juga kepada
keluarganya, kepada para sahabatnya, dan juga kepada seluruh pengikutnya hingga akhir zaman. Semoga kita semua
dimasukkan ke dalam golongan pengikutnya Nabi Muhammad saw yang senantiasa taat dan cinta kepada Allah dan
Rosulnya, dan mendapatkan Syafaatnya di yaumil Akhir.
Para Hadirin sidang Jumat Rahimakumullah.
Pada kesempatan ini, saya selaku khatib diwajibkan menyampaikan wasiat taqwa khususnya untuk diri pribadi, dan
umumnya untuk seluruh kaum Muslimin, marilah sama-sama kita bertaqwa kepada Allah dengan ketaqwaan yang
sebenar-benarnya. Menjalankan semua perintah Allah dengan tulus dan iklhas, dan menjauhi semua larangan-Nya
Alhamdulillah Sekarang ini kita tengah berada di Jum'at kedua bulan Syawal 1435 H. Dua belas hari sudah Ramadhan
meninggalkan kita, tapi keberkahan dan kenikmatannya masih terasa hingga sekarang. Pada saat ini Kita tidak
memiliki kepastian, apakah di tahun mendatang kita masih bisa berjumpa lagi dengan Ramadhan atau tidak,
Keutamaan-keutamaan Ramadhan yang tidak dimiliki di bulan lain, mungkinkah kita akan diberikan kesempatan untuk
mengisinya kembali, ataukah Allah akan memanggil kita sebelum sampai pada bulan tersebut. Kita juga tidak pernah
tahu, apakah ibadah-ibadah kita selama bulan Ramadhan kemarin diterima oleh Allah atau tidak.
Dua hal inilah yang menjadikan sebagian salafus shalih berdoa selama enam bulan sejak Syawal hingga Rabiul Awal

agar ibadahnya selama bulan Ramadhan yang telah lalu diterima, lalu dari Rabiul Awal hingga sya'ban berdoa agar
dipertemukan kembali dengan bulan Ramadhan berikutnya.
Para Hadirin sidang Jumat Rahimakumullah.
Arti syawal adalah peningkatan. Demikianlah seharusnya orang yang beriman meningkat dakam kualitas ibadah
hingga meraih derajat taqwa, menjadi muttaqin Setelah diasah selama bulan Ramadhan,
Akan tetapi, yang terjadi di masyarakat justru sebaliknya. Syawal menjadi bulan penurunan kualitas diri, juga
penurunan ibadah.
Sebagian diantaranya adalah masjid-masjid kembali sepi, shalat lima waktu kembali lemah. Orang-orang kembali
mengikuti hawa nafsu, seperti, menggunjing, Mengumpat, emosional, dan lain-lainnya. ini sudah bertolak belakang
dengan arti Syawal? seperti mengotori kain putih yang tadinya telah dicuci dengan bersih ? Jadilah ia kembali penuh
noda.
Para Hadirin sidang Jumat Rahimakumullah.
Hal itu bisa menjadi renungan buat kita, apakah puasa yang telah kita selama bulan Ramadhan kemarin itu diterima
atau tidak, apakah puasa kita mendapatkan derajat mabrur atau tidak ?, Kita bisa menggunakan salah satu hadits Nabi
sebagai ukuran keberhasilan akan tingkatan ibadah kita yang harus kita perhatikan sebaik-baiknya: "Barangsiapa yang
hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka celakalah ia."
Lalu bagaimana amal seorang muslim di bulan Syawal? Berdasarkan hadits Nabi tersebut, yang juga harus sesuai
dengan makna syawal, maka harus ada peningkatan di bulan ini.
Dan peningkatan itu tidak lain adalah sikap istiqamah, Menetapi agama Allah, dan berjalan lurus di atas ajarannya.
Firman Allah

Maka istiqamahlah kamu, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah bertaubat beserta kamu
dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Huud : 112)
Bentuk sikap istiqamah ini dalam amal adalah dengan mengerjakannya secara terus-menerus.



Sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah adalah yang terus menerus (kontinyu) meskipun sedikit (HR. Bukhari
dan Muslim)
Untuk itu amal-amal yang telah kita biasakan di bulan Ramadhan, hendaknya tetap dipertahankan selama bulan
Syawal dan juga bulan-bulan berikutnya. Tilawah Qur'annya tetap dilanggengkan. Shalat malamnya yang sebelumnya
kita selalu melaksanakan tarawih, di bulan Syawal ini hendaknya kita tidak meninggalkan shalat tahajud dan witirnya.
Infaq dan shadaqahnya juga tetap kita pertahankan.
Demikian pula nilai-nilai keimanan yang tumbuh kuat di bulan Ramadhan. kita tak takut lapar dan sakit karena kita
bergantung pada Allah selama puasa Ramadhan. Kita tidak memerlukan pengawasan siapapun untuk memastikan
puasa kita berlangsung tanpa adanya hal yang membatalkan sebab kita yakin akan pengawasan Allah.
Kita juga dibiasakan berlaku ikhlas dalam puasa tanpa perlu mengumumkan puasa kita pada siapapun. Nilai keimanan
yang meliputi keyakinan, keikhlasan, dan lainnya ini hendaknya tetap ada dalam bulan Syawal dan semakin
meningkat. Bukan menipis lalu hilang seketika!

Para Hadirin sidang Jumat Rahimakumullah.

Di bulan Syawal ini tidak banyak amal khusus yang di anjurkan. Akan tetapi Rasulullah memberikan Contoh kepada
kita berupa satu amal khusus di bulan ini yaitu puasa Syawal.
Ini juga bisa dijadikan ibadah tambahan dalam rangka meningkatkan ketaqwaan kita di bulan Syawal ini. Keistimewaan
puasa sunnah ini sebagaimana kita ketahui yaitu kita akan diganjar dengan pahala puasa satu tahun jika kita
mengerjakan puasa enam hari di bulan ini Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW:





Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan, kemudian mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawal, maka ia
seperti berpuasa setahun. (HR. Muslim)
Sayyid Sabiq di dalam Fiqih Sunnah menjelaskan bahwa menurut pendapat Imam Ahmad, puasa Syawal boleh
dilakukan secara berurutan, boleh juga tidak berurutan. Dan tidak menyebutkan keutamaan hari pertama atas hari
kedua. Sedangkan menurut madzhab Syafi'i dan Hanafi, puasa Syawal lebih utama dilaksanakan secara berurutan
sejak tanggal 2 Syawal hingga 7 Syawal.
Para Hadirin sidang Jumat Rahimakumullah.
Bulan Syawal adalah bulan perjuangan yang amat mendebarkan bagi kaum muslimin. Itu terjadi pada tahun 5 H.
Kaum muslimin diserang oleh pasukan gabungan dari kafir Quraisy, Ghatafan, dan lain-lainnya. Karena itulah perang
ini dikenal sebagai perang ahzab (sekutu), juga terkenal dengan sebutan perang khandaq yang berarti parit, karena
pada waktu itu kaum muslimin menggunakan strategi membuat parit di sekeliling Madinah untuk pertahanan. dan
hasilnya strategi itu sangat efektif, hingga pasukan ahzab tidak bisa menyerang masuk Madinah.
Penggalian parit atau khandaq ini adalah kerja keras yang luar biasa. Persatuan kaum muslimin benar-benar terasa di
sana. Begitupun keimanan mereka dan doa-doa yang khusyu' semakin mendekatkan mereka kepada Allah.
Ditambah dengan catatan-catatan kepahlawanan mulai dari Nu'aim yang memecah belah pasukan Ahzab dan bani
Quraidzah yang berkhianat di belakang kaum muslimin, sampai keberanian dan kecerdasan Hudzaifah Ibnul Yaman
yang menerobos perkemahan pasukan Quraisy untuk mencari informasi. Benar-benar peningkatan yang luar biasa
setelah Ramadhan. Lalu Allah menolong kaum muslimin dengan menurunkan angin topan yang memporakporandakan
perkemahan pasukan Qurasiy.
Itulah contoh betapa bulan Syawal tidak sepantasnya membuat ibadah dan kualitas diri kita turun. Justru seharusnya,
sesuai dengan makna syawal, maka kita harus mengalami peningkatan dengan berupaya istiqamah serta
meningkatkan kualitas ibadah dan diri, Allah SWT menjanjikan tiga keistimewaan bagi orang yang istiqamah dalam
menjalankan ibadah. Sebagaimana difirmankan Allah dalam QS. Fushilat : 30



Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami adalah Allah" kemudian mereka istiqamah, maka malaikat
akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan
gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu".
(QS. Fushilat : 30)


KHUTBAH KEDUA





*
.71 70 :













. .







Anda mungkin juga menyukai