Anda di halaman 1dari 22

BAB II

PERANCANGAN DAN PEMBEBANAN


A. Perencanaan Pembebanan Kuda-Kuda
Atap merupakan bagian dari struktur bangunan yang berfungsi sebagai
penutup/pelindung bangunan dari panas terik matahari dan hujan sehingga memberikan
kenyamanan bagi penggunaan bangunan. Struktur atap pada umumnya terdiri dari tiga
bagian utama yaitu: struktur penutup atap, gording, dan rangka kuda-kuda. Penutup atap
akan didukung oleh struktur rangka atap, yang terdiri dari kuda-kuda, gording, usuk, dan
reng. Beban-beban atap akan diteruskan ke dalam fondasi melalui kolom dan/atau balok.
Konstruksi kuda-kuda ialah suatu susunan rangka batang yang berfungsi untuk
mendukung beban atap termasuk juga beratnya sendiri dan sekaligus dapat memberikan
bentuk pada atapnya.Kuda-kuda merupakan penyangga utama pada struktur atap.Struktur
ini termasuk dalam klasifikasi struktur framework (truss).Umumnya kuda-kuda terbuat
dari kayu, bambu, baja, dan beton bertulang. Pada dasarnya konstruksi kuda-kuda terdiri dari
rangkaian batang yang selalu membentuk segitiga. Dengan mempertimbangkan berat atap serta
bahan dan bentuk penutupnya, maka konstruksi kuda-kuda satu sama lain akan berbeda, tetapi
setiap susunan rangka batang harus merupakan satu kesatuan bentuk yang kokoh yang nantinya
mampu memikul beban yang bekerja tanpa mengalami perubahan. Kuda-kuda diletakkan di atas
dua tembok selaku tumpuannya. Perlu diperhatikan bahwa tembok diusahakan tidak menerima
gaya horizontal maupun momen, karena tembok hanya mampu menerima beban vertikal saja.

Tujuan perancangan struktur adalah untuk menghasilkan suatu struktur yang


stabil, cukup kuat, mampu-layak, awet, dan memenuhi tujuan-tujuan lainnya seperti
ekonomis dan kemudahan pelaksanaan. Suatu struktur disebut stabil bila ia tidak mudah
terguling miring, atau tergeser, selama umur bangunan yang direncanakan. Suatu struktur
disebut cukup kuat dan mampu-layan bila kemungkinan terjadinya kegagalan-struktur
dan kehilangan kemampuan layan selama masa hidup yang direncanakan adalah kecil
dan dalam batas yang bisa diterima. Berikut ini adalah langkah-langkah perencanaan :
1.
Pembebanan untuk berbagai kemungkinan dicoba untuk
memperoleh keadaan struktur dalam keadaan ekstrim yang harus
dipikul elemen-elemen struktur.
2.
Pengatur berbagai balok, kolom dan elemen-elemen yang
lainnya, untuk memikul gaya-gaya luar dan pengsruh berat
struktur.
3.
Hitungan batang-batang sruktur.

1. Struktur rangka Kuda-kuda

Gambar 1.1 Rangka kuda-kuda


Penutup atap
Bentang ( L )
Sudut atap ( )
Jarak antar kuda-kuda
Kecepatan angina
Tipe sambungan

: Genteng beton
: 12 m
: 30
:3m
: 25 m/s
: Las

a. Hitungan panjang batang

b
Panjang a = cos

a
3

= cos 30 = 6, 928 m
6,928
3

= 2,309 m = Batang 1,2,3,4,5,6

Batang 12 = batang 19

2,309
6,928
=
n
6

n=2

= 2,4 n = 2,4 2 = 0,4

B12 =

2,3092+ 22
1,1542 +0,4 2

= 1,1
= 1,221 m

Batang 14 = batang 17
4,618
n

Batang 13 = batang 18

6,928
n = 4 , x = 0,8
6

4,6182 +4 2

B14

2,3082+ 0,82

= 2,308 m

2,4 n = 2,4 0,8 = 1,6


B13

1,62+ 2,3082

= 2,808 m

Batang 15 = batang 16

B15 =

3,4642 +1,22

= 3,666 m

b. Hitungan tritisan

1
cos 30

1,2 m


1
m
Gambar 1.2 pemotongan
pada tritisan

Tabel 1.1 Hasil perhitungan panjang bentang

Tabel 1.2 Hasil perhitungan panjang batang

2. Pembebanan pada struktur rangka Kuda-kuda


a. Beban Mati
Beban mati adalah berat seluruh bahan konstruksi bangunan gedung yang
terpasang, termasuk dinding, lantai, atap, plafon, tangga, dinding partisi tetap,
finishing, klading gedung dan
komponen arsitektural dan struktural

lainnya.Pembebanan yang dipakai dalam perencanaan gedung ini sesuai dengan


Peraturan PPURG 1987. Berikut adalah Beban mati pada kuda-kuda:
- Beban Genteng
Genteng merupakan salah satu jenis penutup atap rumah yang paling
umum digunakan di Indonesia.Genteng berfungsi sebagai pelindung dari
panas dan hujan.Selain itu tampilan genteng menjadi hal yang penting dalam
membantu penampilan aksen sebuah bangunan.Berat genteng dalam peraturan
PPURG 1987 sebesar50kg/m2.Berikut ini adalah analisis beban genteng pada
struktur rangka kuda-kuda:

Gambar2.1 Pembebanan pada gording


q1

= 50 kg/m x (1,2 +

q2

= 50 kg/m x (

2,309
)
4

2,309
)
2

= 88, 8625 kg/m

= 57, 725 kg/m

Tabel 2.1 Hasil perhitungan beban genteng

Beban Mati Plafond


Plafond merupakan permukaan interior yang berhubungan dengan bagian
atas sebuah ruangan. Dengan kata lain sebuah permukaan yang menutupi
struktur atap di atasnya. Atau sebagai lapis pembatas antara rangka atap
dengan dinding bangunan dibawahnya.Berat genteng dalam peraturan PPURG

1987 sebesar 18 kg/m2.Berikut ini adalah analisis beban plafond pada struktur
rangka kuda-kuda:

Gambar 2.2 Denah plafon


Beban P pada kuda-kuda tepi

2,4
2 x

3
2 )

P1

= 18 kg/m x (

P2

3
= 18 kg/m x ( 2,4 x 2 )

32,4 kg

64,8 kg

P1

3
= 18 kg/m x ( 2,4 x 2 )

64,8 kg

P2

= 18 kg/m x ( 2,4 x 3 )

129,6 kg

Beban P pada kuda-kuda tengah

Tabel 2.1 Hasil perhitungan beban genteng

b. Beban Hidup
Beban hidup ialah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau
penggunaan suatu gedung, dan kedalamnya termasuk beban pada lantai yang
berasal dari barang-barang yang dapat berpindah.Termasuk beban yang berasal
dari air hujan, baik akibat genangan atau tekanan akibat jatuh (energy kinetic)

butiran air. Dengan kata lain beban hidup adalah Beban yang diakibatkan oleh
pengguna dan penghuni bangunan gedung atau struktur lain yang tidak termasuk
beban konstruksi dan beban lingkungan, seperti beban angin, beban hujan, beban
gempa, beban banjir, atau beban mati.Pembebanan yang dipakai dalam
perencanaan gedung ini sesuai dengan SNI 03 1727 - 2013 dan Peraturan
PPURG 1987.
- Beban Hidup Pekerja
Beban hidup pekerja merupakan beban terpusat atau beban titik yang
berasal dari seorang pekerja dan seorang pemadam dengan peralatannya
sebesar minimum 100 kg dalam Peraturan PPURG 1987.
- Beban Hidup Hujan
Beban terbagi rata per m2 bidang datar berasal dari beban air hujan
sebesar (40-0,8 ) kg/m. Di mana adalah sudut kemiringan atap dalam
derajat, dengan ketentuan bahwa beban tersebut tidak perlu diambil lebih
besar dari 20 kg/m2 dan tidak perlu ditinjau bila kemiringan atapnya adalah
lebih besar dari atap 500.
Dalam perhitungnya besarnya beban hujan dirumuskan sebagai berikut,
P = (40 0.8) Kg/m
Untuk = 30
Berikut ini adalah analisis hitungan beban air hujan :
W = 40 0,8
W = 40 0,8(30)
q1
28,436 kg/m

= 16 kg/m
= 16 kg/m x (1,2 +

2,309
4

2,309
q2 = 16 kg/m x (
2

= 18,472 kg/m

Tabel 2.2Hasil perhitungan beban hidup hujan

c. Beban Angin
Beban angin adalah beban yang bekerja pada struktur akibat tekanan-tekanan
dari gerakan angin.Beban angin ditentukan dengan menganggap adanya tekanan
positif dan tekanan negatif (isapan), yang bekerja tegak lurus pada bidang-bidang

yang ditinjau. Besarnya tekanan positif dan tekanan negatif ini dinyatakan dalam
kg/m , Tekanan tiup harus diambil minimum 25 kg/m. Kecepatan-kecepatan
angin yang mungkin menghasilkan tekanan tiup yang lebih besar harus dihitung
dengan rumus :
2
V
P = 16 (kg/m2)
Dimana V adalah kecepatan angin dalam m/det, yang harus ditentukan oleh
instansi yang berwenang.
Berikut ini adalah analisis perhitungan beban angin:
Sudut
= 30
V
= 25 m/s
V
25
P
= 16
= 16
= 39,0625 kg/m

Beban angin tekan


Koefisien angin tekan (ct)
Ct = 0,02 x 0,04
= 0,02 x 30 0,04 = 0,2
q1 = P x L x ct
= 39,0625 kg/m x (1,2 +

2,309
4

) x 0,2

q1v = 13, 885 kg/m x cos 30


q1h = 13, 885kg/m x sin 30
q2 = 39,0625 kg/m x (

2,309
2

= 12,025 kg/m
= 6,943 kg/m
) x 0,2

q2v = 9,020 kg/m x cos30


q2h = 9,020 kg/m x sin30
q3 = 39,0625 kg/m x (

2,309
4

q3v = 9,020 kg/m x cos30


q3h = 9,020 kg/m x sin30

Beban angin hisab


Koefisien angina hisab (ch)
Ch = - 0,4

= 13, 885 kg/m

= 9,020 kg/m
= 7,812 kg/m
= 4,51 kg/m

) x 0,2

= 4,510 kg/m
= 3,910 kg/m
= 2,255 kg/m

q1 = P x L x ch
= 39,0625 kg/m x (1,2 +

2,309
4

q1v = -27,770 kg/m x cos 30


q1h = -27,770 kg/m x sin 30
q2 = 39,0625 kg/m x (

2,309
2

q2v = -18,039 kg/m x cos 30


q2h = -18,039 kg/m x sin 30
2,309
q3 = 39,0625 kg/m x (
4
q3v = -9,020 kg/m x cos 30
q3h = -9,020 kg/m x sin 30

) x -0,4

= -27,770 kg/m

= -24,050 kg/m
= -13,885 kg/m
) x -0,4 = -18,039 kg/m
= -15,622 kg/m
= -9,020 kg/m
) x -0,4 = -9,020 kg/m
= -7,812 kg/m
= -4,51 kg/m

Tabel 2.3Hasil perhitungan beban hidup angin tekan

Tabel 2.4Hasil perhitungan beban hidup angin hisab

B. Perencanaan Pembebanan Struktur Portal


Perencanaan adalah suatu unsur yang sangat penting sebelum melaksanakan suatu
proyek.Hal ini bertujuan untuk menghindari kesalahan perencanaan yang berakibat
kegagalan struktur. Kesalahan perencanaan dapat berupa kesalahan pelaksanaan
pekerjaan ataupun urutan proses yang tidak benar dapat menyebabkan terjadinya
kerugian. Perencanaan yang matang sebelum di mulainya suatu pekerjaan proyek tidak
hanya akan menghemat biaya tetapi juga akan menghemat waktu dan tenaga.

Dalam praktikum ini melakukan perencanaan gedung perkuliahan,dimana sebagai


pembelajaran untuk mengetahui dasardasar teori perhitungannya.Tujuannya adalah
untuk memperoleh hasil perencanaan yang baik dan akurat sesuai dengan standar
ketentuan yang berlaku. Dalam kajian ini akan dibahas mengenai aspek perencanaan,
metode perhitungan, spesifikasi bahan, analisa pembebanan, dan analisa perhitungan.
1. Pembebanan pada struktur portal
a. Beban Mati
- Beban Mati Dinding pada Balok
Beban mati dinding pada balok adalah berat dari semua bagian pada suatu
dinding balok yang bersifat tetap, termasuk segala beban tambahan, finishing,
mesin mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari dinding pada balok, sebagai contoh berat sendiri bahan
bangunan dan komponen gedung.Pembebanan yang dipakai dalam
perencanaan gedung ini sesuai dengan SNI 03 1727 - 2013 dan peraturan
PPURG 1987. Berikut ini adalah perhitungan beban dinding pada
balokstruktur portal:
1) Balok lantai dasar (t = 4 m = 4000 mm)
1
1
Hb =
=
= 416 450
12 x L
12 x 5000
mm = 45 cm
t = 4000 - 450
= 3550 mm = 3,55 m
qd = 250 kg/m x 3,55 = 887,5 kg/m
2) Balok lantai 1-5 (t = 3 m = 3000 mm)
Hb = 450 mm
= 45 cm
t = 3000 - 450
= 2550 mm = 2,55 m
qd = 250 kg/m x 2,55 = 637,5 kg/m
1
3) Balok bawah bordes lantai dasar (t = 12 x 4000 mm)
H =
t =
qd =

H bordes
= 400 mm = 40 cm
2000 - 400
= 1600 mm = 1,6 m
250 kg/m x 1,6 = 400 kg/m
1
4) Balok bordes lantai dasar (t = 12 x 4000 mm)
Hb =
t =
qd =

450 mm
= 45 cm
2000 - 450
= 1550 mm = 1,55 m
250 kg/m x 1,55 = 387,5 kg/m
1
5) Balok bawah bordes lantai 1-5 (t = 12 x 3000 mm)
H =
t =
qd =

H bordes
= 400 mm = 40 cm
1500 - 400
= 1100 mm = 1,1 m
250 kg/m x 1,1 = 257 kg/m

6) Balok bordes lantai 1-5 (t =

1
12

x 3000 mm)

Hb =
t =
qd =

450 mm
= 45 cm
1500 - 450
= 1050 mm = 1,05 m
250 kg/m x 1,1 = 262,5 kg/m
1
7) Balok induk bawah ring balk (t = 12 x 3000 mm)
H =
t =
qd =

350 mm
= 35 cm
3000 - 350
= 2650 mm = 2,65 m
250 kg/m x 2,65 = 662,5 kg/m

Tabel 1.1Beban dinding pada balokstruktur portal

Beban Mati Pelat Lantai


Beban mati pelat lantai adalah berat dari semua bagian pada lantai yang
bersifat tetap, termasuk segala beban tambahan, finishing, mesin mesin serta
peralatan tetap yang merupakan bagian yang tak terpisahkan, sebagai contoh
berat sendiri bahan bangunan dan komponen gedung. Pembebanan yang
dipakai dalam perencanaan gedung ini sesuai dengan SNI 03 1727 - 2013
dan peraturan PPURG 1987. Berikut ini adalah Beban mati pelat lantai pada
struktur portal:
Keramik = 24
=
24 kg/m2
Spesi
= 21 x 2
=
42 kg/m
Plafon
=
18 kg/m
Urugan pasir
=
80 kg/m
Total beban plat lantai =
164 kg/m

Beban Mati Pelat Bordes


Beban mati pelat bordes adalah berat dari semua bagian pada bordes yang
bersifat tetap, termasuk segala beban tambahan, finishing, mesin mesin serta
peralatan tetap yang merupakan bagian yang tak terpisahkan, sebagai contoh
berat sendiri bahan bangunan dan komponen gedung. Pembebanan yang

dipakai dalam perencanaan gedung ini sesuai dengan SNI 03 1727 - 2013
dan peraturan PPURG 1987. Berikut ini adalah Beban mati pelat bordes pada
struktur portal:
Keramik
= 24
= 24 kg/m2
Spesi
= 21 x 2
= 42 kg/m2
Total beban plat bordes
= 66 kg/m2
-

Beban Mati Pelat Tangga


Beban mati pelat tangga adalah berat dari semua bagian pada tangga yang
bersifat tetap, termasuk segala beban tambahan, finishing, mesin mesin serta
peralatan tetap yang merupakan bagian yang tak terpisahkan, sebagai contoh
berat sendiri bahan bangunan dan komponen gedung. Pembebanan yang
dipakai dalam perencanaan gedung ini sesuai dengan SNI 03 1727 - 2013
dan peraturan PPURG 1987. Berikut ini adalah perhitungan Beban mati pelat
tangga pada struktur portal:
1) Perhitungan perencanaan Tangga lantai dasar

2m

2m

3m

1,5 m

Gambar 2.3 Perencanaan Tangga


Panjang bordes
= 1,5 m
Panjang datar tangga
= 4,5 1,5
Tinggi antar tangga
=2m
Tinggi tangga
=4m
Panjang miring tangga
= 3+2

=3m

= 3,61m

Sudut miring tangga

= arc cos

3
3,61

= 33,8o
Tan =

Up
An

Tan 31,8
Up

Up
An

= 0,67 An

2 x Up + An

= 61-65 cm

2 x 0,67 An + An
2,34 An
An
Up

= 61-65 cm
= 62 cm
= 26,5 27 cm
= 0,67 x An
= 0,67 x 27
= 18,09 18 cm
Tinggi tangga
=
TinggiUp

Jumlah Up

=
Jumlah An
Check

400
18 = 22,22 22 buah

= jumlah up 1
= 22 1
= 21 buah
= 2 x Up + An
= 2 x 18+ 27
= 63cm
(61-65).... ok

2) Perhitungan perencanaan Tangga lantai 1 5

1,5 m

1,5 m

3m

1,5 m

Panjang bordes
Panjang datar tangga
Tinggi antar tangga
Tinggi tangga
Panjang miring tangga

= 1,5 m
= 4,5 1,5
=3m
= 1,5 m
=3m
= 3+1,5 = 3,35m

Sudut miring tangga

= arc cos

Tan =

Up
An

3
3,35

= 26,4o

Tan 26,4
Up
2 x Up + An
2 x 0,496An + An
1,992 An
An
Up

Jumlah Up

Up
An

= 0,496 An
= 61-65 cm
= 61-65 cm
= 62 cm
= 31,124 31 cm
= 0,496 x An
= 0,496 x 31
= 15,376 15 cm
Tinggi tangga
=
TinggiUp

=
Jumlah An
Check

400
15 = 26,67 27 buah

= jumlah up 1
= 27 1
= 26 buah
= 2 x Up + An
= 2 x 15+ 31
= 61cm
(61-65).... ok

3) Mengitung tebal plat tangga


Tebal selimut beton
: 2 cm
Tebal plat tangga
:
H
200 /sin33,8
hmin = 27
=
27
h

=h+

Up
2

x cos 33,8

Di Hitung 2 kali
= 13,31 yaa,
13,5 ada
cm yang H
nya 200, dan 150.
Kan Hnya ada 2.
= 20,98 cm
Jadi nanti beban
tangga lantai dasar
dan tangga lantai 1

Ekuivalen tebal anak tangga :


20,98 13,5 cm = 7,48 cm = 0,0748 m

4) Berikut ini adalah Beban mati pelat tangga pada struktur portal :
Beban anak tangga = 0,0748 m x 2400 kg/m = 179, 52 kg/m
Spesi
= 2 x 21 kg/m
= 42 kg/m
Keramik
= 24 kg/m
Handrill
= 15 kg/m
Total beban mati plat tangga
= 260,5kg/m
b. Beban Hidup
- Beban Hidup Pelat Lantai
Beban hidup plat lantai adalah semua beban akibat pemakaian ataupenghunian
suatu gedung, termasuk beban-beban pada lantai yangberasal dari barangbarang yang dapat berpindah. Beban hidup plat lantai pada lantai gedung
perkuliahan sebesar 250 kg/m tercantum dalam peraturan PPURG 1987.
- Beban Hidup Pelat Bordes
Beban hidup plat bordesadalah semua beban akibat pemakaian
ataupenghunian suatu gedung, termasuk beban-beban pada bordes yangberasal
dari barang-barang yang dapat berpindah. Beban hidup plat bordes pada
gedung perkuliahan sebesar 300 kg/m tercantum dalam peraturan PPURG
1987.

Beban Hidup Pelat Tangga

Beban hidup plat tangga adalah semua beban akibat pemakaian atau
penghunian suatu gedung, termasuk beban-beban pada tangga yang berasal
dari barang-barang yang dapat berpindah. Beban hidup plat bordes pada
gedung perkuliahan sebesar 300 kg/m tercantum dalam peraturan PPURG
1987.
c. Beban Angin Portal
Beban angin adalah beban yang bekerja pada struktur akibat tekanan-tekanan dari
gerakan angin.Beban angin ditentukan dengan menganggap adanya tekanan
positif dan tekanan negatif (isapan), yang bekerja tegak lurus pada bidang-bidang
yang ditinjau.Kecepatan-kecepatan angin yang mungkin menghasilkan tekanan
tiup yang lebih besar harus dihitung dengan rumus :
V2
P = 16 (kg/m2)
Dimana V adalah kecepatan angin dalam m/det, yang harus ditentukan oleh
instansi yang berwenang.
Berikut adalah analisis perhitungan beban angina portal:
Sudut
= 30
V
= 25 m/s
V
25
P
= 16
= 16
= 39,0625 kg/m

Wx

A x Pangin
Jumlah joint

( 12 x 16 ) x 39,0625
28

= 267,857 kg

Wy

A x Pangin
Jumlah joint

( 30 x 16 ) x 39,0625
56

= 334,821 kg

d. Beban Gempa
a) Klasifikasi situs

Wilayah Gunung Kidul termasuk daerah dengan kelas situs SD


(Tanah Sedang)
b) Parameter Percepatan Terpetakan
Percepatan batuan dasar pada periode pendek 0,2 detik (Ss) =

0,953 dan Percepatan batuan dasar pada periode 1 detik (S1) = 0,388
Parameter respon spektrum percepatan pada periode pendek 0,2 detik (Sms)
Mencari Fa dengan interpolasi
0,750,953
1,2x
=
0,751
1,21,1

1,2x
0,1

- 0,3 + 0,25x

- 0,0203

0,25x

0,2797

1,119

Fa

1,119

0,203
0,25

Mencari Sms
Sms

=
Fa x Ss
=
1,119 x 0,953
=
1,066
Parameter respon spektrum percepatan pada periode 1 detik (Sm1)
Mencari Fv dengan interpolasi
0,30,388
0,30,4
0,088
0,1
-0,18 + 0,1x
0,1x
x
Fv

1,8x
1,81,6

=
=
=
=
=

1,8x
0,2
=
-0,0176
0,1624
1,624
1,624

Mencari Sm1
Sm1 =
=
=

Fv x S1
1,624 x 0,388
0,630

c) Parameter Percepatan Spektral Desain


Parameter percepatan spektral desain untuk perioda pendek 0,2 detik (SDS)
2
SDS
=
3 x Sms
=

2
3 x 1,066

=
0,711
Parameter percepatan spektral desain untuk perioda 1 detik (SD1)
2
SD1
=
3 x Sm1
=

2
3 x 0,630

=
0,420
d) Spektrum respons Desain (Sa)
Nilai periode getar struktur To dan Ts
SD1
To
=
0,2 x S DS

Ts

0,2 x

=
=

0,118
S D1
S DS

0,420
0,711

0,420
0,711

=
0,591
Spektrum respons desain (Sa)
1) Untuk periode yang lebih dari To (0 T < To)
T
Sa =
SDS x (0,4 + 0,6 x )
=

0,711 x (0,4 + 0,6 x

T
0,118 )

Tabel Nilai spektrum respon desain (Sa) untuk periode yang lebih kecil
dari To (0 T < To)
T (detik)
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1

Sa (0 T < To)
0,284
0,357
0,429
0,501
0,574
0,646

2) Untuk periode lebih besar atau sama dengan To dan lebih kecil dari
atau sama dengan Ts (To T Ts)
Sa =
SDS
Sa =
0,711
Tabel Nilai spektrum respon desain (Sa) untuk perioda lebih besar dari
atau sama dengan To dan lebih kecil dari atau sama dengan Ts (To T
Ts)
T (detik)
0,118
0,14
0,16
0,18
0,20
0,22
0,24
0,26
0,28
0,30
0,32
0,34
0,36
0,38
0,40
0,42
0,44
0,46
0,48
0,50
0,52
0,54

Sa (=SDS)
0,711
0,711
0,711
0,711
0,711
0,711
0,711
0,711
0,711
0,711
0,711
0,711
0,711
0,711
0,711
0,711
0,711
0,711
0,711
0,711
0,711
0,711

0,56
0,58
0,591

0,711
0,711
0,711

3) Untuk periode lebih besar dari Ts (To Ts)


SD 1
Sa =
T
0,420
T

Tabel Nilai spektrum respon desain (Sa) untuk periode lebih besar dari
Ts (To Ts)
T (detik)

Sa (To Ts)

0,6

0,700

0,7

0,600

0,8

0,525

0,9

0,467

0,420

1,1

0,382

1,2

0,350

1,3

0,323

1,4

0,300

1,5

0,280

1,6

0,263

1,7

0,247

1,8

0,233

1,9

0,221

0,210

2,1

0,200

2,2

0,191

2,3

0,183

2,4

0,175

2,5

0,168

2,6

0,162

2,7

0,156

2,8

0,150

2,9

0,145

0,140

3,1

0,135

3,2

0,131

3,3

0,127

3,4

0,124

3,5

0,120

3,6

0,117

3,7

0,114

3,8

0,111

3,9

0,108

0,105

Gambar 2.4 Grafik Spektrum

Note :
1. Untuk beban-beban yang digunakan untuk input sap tolong di BOLD
2. Sudah sangat baik, di edit lagi margins nya 4 4 3 3
3. Itu gradik respon spectrum nya jangan copas yaa, klo bisa dibuat di excel, sekalian untuk
latihan
4. Segera di kirim kembali jika sudah selesai, batas sampai kamis

Anda mungkin juga menyukai