PEMBAHASAN
A. Cairan Koloid
a) Pengertian Cairan Koloid
Koloid adalah larutan yang mengandung sel-sel, protein, atau makro
molekul sintetik yang tidak siap melewati memban kapiler. Larutan ini tetap di
dalam ruang vaskular dan tergantung pada konsentasi mereka dapat menyebabkan
perpindahan osmotik cairan dari insterstitium ke dalam ruang intravaskular
(Horne, Mima M, 2000).
Koloid yaitu zat berat molekul basar (HMW) yang sebagian besar tinggal
di dalam kompartemen intravaskular, dengan demikian menimbulkan tekanan
onkotik. Koloid dipertimbangakan lebih banyak tinggal di intravaskular
dibandingkan dengan kristaloid. Hal ini tidak terjadi jika membran kapiler
berubah. Human albumin, hydroxyethil starch (HES), larutan gelatin dan larutan
dextran merupakan koloid utama (Robert, Donald, Christer, 2007).
b) Jenis Cairan Koloid
Menurut Leksana (2010), membagi jenis cairan yang sering digunakan dalam
pemberian terapi intravena berdasarkan kelompoknya adalah sebagai berikut:
1) Cairan kristaloid
Cairan dengan berat molekul rendah (< 8000 Dalton) dengan atau
tanpa glukosa, mempunyai tekanan onkotik rendah, sehingga cepat
terdistribusi ke seluruh ruang ekstraseluler, dan mengandung elektrolit: Ringer
lactate, Ringers solution, NaCl 0,9%, Tidak mengandung elektrolit: Dekstrosa
5%. Cairan ini rata-rata memiliki tingkat osmolaritas yang lebih rendah
dengan osmolaritas plasma. Contoh cairan tersebut adalah
1. Normal Saline
2. Ringer Laktat (RL)
3. Dekstrosa
4. Ringer Asetat (RA)
2) Cairan koloid
Cairan dengan berat molekul tinggi (> 8000 Dalton), merupakan
larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang sulit menembus
membran kapiler, digunakan untuk mengganti cairan intravaskuler. Umumnya
pemberian lebih kecil, onsetnya lambat, durasinya lebih panjang, efek samping
lebih banyak, dan lebih mahal.
Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma
sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada dalam
pembuluh darah, bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari pembuluh
darah. Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume yang sama
dengan jumlah volume plasma yang hilang. Digunakan untuk menjaga dan
meningkatkan tekanan osmose plasma. Contohnya adalah:
1. Albumin
2. HES (Hydroxyetyl Starches)
3. Dextran
4. Gelatin
3) Cairan khusus
Cairan ini dipergunakan untuk indikasi khusus atau koreksi. Adapun
macam-macamnya adalah sebagai berikut:
1.
MANNITOL
2. ASERING
3.
KA-EN 1B
4.
KA-EN 3A & KA-EN 3B
5.
KA-EN MG3
6.
KA-EN 4A
7.
KA-EN 4B
8.
Otsu-NS
9.
MARTOS-10
10. AMINOVEL-600
11. PAN-AMIN G
12. TUTOFUSIN OPS
c) Karakteristik Koloid
Menurut Robert, Donald, Christer, 2007 koloid di karakteristikan sebagai berikut:
1. Berat Molekul (molecular weigth, MW)
Berat molekul dari koloid berpengaruh langsung terhadap persistensi
diintravaskuler. Koloid tiruan adalah polimer yang mengandung molekul
dengan rentang MW yang lebar. Oleh karena itu lebih baik membagi koloid
berdasarkan berat molekul untuk menguraikan tiap substan, karena ini lebih
akurat untuk menggambarkan koloid dan hubungannya dengan persistensi di
intravaskular. Gelatin mempunyai MW yang paling kecil, sedangkan larutan
HES mempunyai MW paling besar, itulah yang membedakan persistensi
intravaskuler diantara keduanya.
2. Osmolalitas dan Tekanan Onkotik
ke
kompartemen
ekstravaskuler.
Informasi
bagaimana
agregrasi pletelet, faktor von Willebrand, faktor VIII, dan daya beku, dan
meningkatkan protrombin dan partisal tromboplastin time.
Efek HES pada fungsi ginjal juga diperhatikan. Satu penelitian oleh
Schortgen et al menunjukkan peningkatan insiden gagal ginjal pada pasien
sepsis ketika mereka ditransfusikan dengan larutan HES 6%.
Reaksi anafilaktoid dilaporkan terjadi pada sedikit kasus (kurang dari
0,1%).
Larutan pentastarch mempunyai berat molekul lebih rendah dibanding
HES dan pentastarch mempunyai grup hydroxyethil yang di substitusi.
Larutan ini juga tersedia dalam larutan 6% dan 10% dengan rata-rata berat
molekul 264.000 kDa. Retensi jaringan dari larutan tersebut tidak begitu
diketahui dan waktu paruh sekitar 5 jam. Seperti koloid lainnya, pentastarch
dapat mengekspansi volum intravaskuler dengan lebih dari volume yang
diinfuskan.
3. Larutan gelatin
Larutan gelatin terbuat dari kolagen bovine dan tidak tersedia di
AmerikaUtara. Ada 2 tipe larutan gelatin urea-bridge dan succiunylated
form.
Berat molekul yang relatif kecil dari larutan ini menyebabkan larutan
ini baik dalam ekspansi volume, tetapi waktu tinggal dalam intravaskuler
singkat. Larutan gelatin sangat cepat dieksresikan oleh ginjal.
Meskipun gelatin biasanya dianggap bebas efek dalam sistem
koagulasi, beberapa menunjukkan pengaruh terhadap pembekuan.
Larutan gelatin dapat membangkitkan reaksi alergi dibanding larutan
lain. Reaksi anafilaktoid terjadi pada 0,345% pasien, tetapi reaksi anafilaksis
yang sesungguhnya jarang terjadi.
4. Larutan dextran
Larutan dextran dihasilkan dari hidroksilasi dari polisakaride oleh
bakteri, akan menghasilkan substansi dengan beragam berat molekul. Dua
tipe utama dari dextran yang tersedia, dextran 40 dan 70, berhubungan
dengan rata-rata berat molekul.
Pemberian 500 ml dextran 40 dapat meningkatkan volume
intravaskuler 750 dalam 1 jam.
Larutan dextran terutama diekskresikan oleh ginjal, meskipun sebagian
dibersihkan secara endogen. Molekul yang lebih kecil (14.000 18.000 kDa)
dapat cepat di ekskresikan dalam 15 menit, sedangkan molekul yang lebih
besar (55.000 kDa) dapat bertahan di sirkulasi untuk beberapa hari.
Dapus:
Robert, Donald, Christer. 2007. Perioperative Fluid Therapy. U.S.A: Taylor & Francis
Group, LLC.
Mima M, Karen S. 2000. Pocket Guide to Fluid, Electrolyte, and Acid-Base Balance. Mosby