Anda di halaman 1dari 2

Penelitian Penanggulangan Air Asam Tambang pada Tambang Batubara Terbuka di Kalimantan Timur dan Ka

Kegiatan pertambangan batubara di Indonesia berkembang pesat seiring dengan


meningkatnya kebutuhan energi yang berbasis batubara. Secara umum, salah satu tahapan
dalam operasi penambangan adalah pengupasan tanah penutup. Apabila tanah penutup
mengandung material mineral sulfidis dan terpapar oleh udara dan air hujan, maka akan
terjadi pembentukan Air Asam Tambang (AAT). Pada kondisi demikian, secara alami akan
berkembang bakteri Thiobacillus ferooksidans yang berperan sebagai katalis pembentukan
AAT.
Pencegahan terjadinya pembentukan AAT dapat dilakukan dengan cara meminimalkan
infiltrasi oksigen dan air ke dalam lapisan batuan yang mengandung mineral sulfidis dan
penambahan material alkali sehingga dapat menghambat terjadinya pelepasan ion besi (II)
dan ion H+. Selain itu dapat dilakukan pula penghambatan pertumbuhan Thiobacillus
ferooksidans dengan menggunakan bakterisida.
Penelitian penanggulangan AAT pada tambang batubara terbuka dilakukan di Kalimantan
Timur (PT Tanito Harum dan PT Kitadin Embalut) dan Kalimantan Selatan (PT Jorong
Barutama Greston). Penelitian dilakukan melalui studi lapangan untuk pengambilan contoh
batuan/tanah penutup dari lokasi kegiatan penambangan, pengambilan contoh air dari kolam
pengendap (settling pond), dan melakukan identifikasi dan karakterisasi contoh tanah/batuan
penutup dan contoh air.
Tujuan penelitian adalah memanfaatkan limbah abu batubara (fly ash/bottom ash) untuk
mitigasi pembentukan AAT dan proses penetralan AAT yang diaplikasikan di daerah
pertambangan batubara dengan kandungan batuan sulfidis untuk menjaga kualitas
lingkungan di sekitar lokasi.
Hasil analisis contoh batuan/tanah penutup dan air limbah dari tiga perusahaan tambang
batubara adalah areal tambang batubara di PT. Tanito Harum tidak mempunyai potensi
pembentukan air asam tambang di mana nilai pH menunjukkan 7,75, besi total 6,12 mg/l,
dan mangan 0,098 mg/l.
Areal tambang batubara di PT Kitadin tidak mengindikasikan adanya potensi pembentukan
AAT di mana parameter pH menunjukkan angka 8,6 untuk inlet dan 8,50 untuk outlet.
Parameter residu tersuspensi (TSS) masing-masing 35 mg/l dan 37 mg/l, masih memenuhi
baku mutu air limbah dari kegiatan penambangan batubara. Parameter logam-logam berat
yaitu besi total 8,91 mg/l dan 8,97 mg/l melampaui baku mutu air limbah yang diizinkan,
sedangkan mangan total masing-masing 0,10 mg/l dan 0,13 mg/l, masih memenuhi baku
mutu air limbah yang diizinkan.
Areal tambang batubara di PT. Jorong Barutama Greston, terdapat potensi pembentukan air
asam tambang. Hasil analisis contoh air untuk inlet, secara umum tidak memenuhi baku mutu
air limbah, pH 2,76, konsentrasi besi 208 mg/l, dan mangan 19,75 mg/l. Sedangkan pada
kolam pengendapnya setelah dilakukan proses penetralan dengan menggunakan kapur hidrat
menunjukkan kualitas air outlet-nya memenuhi baku mutu air limbah untuk kegiatan
penambangan batubara, yaitu pH sebesar 7,54, konsentrasi besi 0,36 mg/l dan Mn 0,035
mg/l.

Hasil simulasi proses penetralan AAT, menunjukkan bahwa fly ash mampu menaikkan pH
AAT dari 3 (sebelum dinetralkan) menjadi 8 (air olahan/overflow). Hasil simulasi mitigasi
pembentukan AAT dengan fly ash/ bottom ash untuk sistem layering dan blending,
menunjukkan pH air lindian hasil simulasi mempunyai kecenderungan naik untuk kedua
sistem tersebut. Untuk sistem layering pH = 2,5 pada run 1 menjadi pH = 3 pada run ke 10.
Demikian juga pada sistem blending, pH cenderung naik yaitu dari 3 menjadi 3,5 (blending
1) dan 5,5 6 (blending 2 ).

Anda mungkin juga menyukai