Anda di halaman 1dari 25

1.

Latar belakang

Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran dua atau lebih zat yang
bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 100 nm), sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel terdispersi
tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya;
sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya. Sifat homogen ini juga dimiliki oleh
larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).
Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo, serta awan
merupakan contoh-contoh koloid yang dpat dijumpai sehari-hari. Sitoplasma dalam
sel juga merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi kajian tersendiri dalam kimia
industri karena kepentingannya.
Era globalisasi merupakan era atau zaman yang mengedepankan industri. Sehingga,
tidak mengherankan jika di era globalisasi ini, dunia industri berkembang semakin
pesat. Hal ini dapat dilihat dari menjamurnya berbagai macam perusahaan di bidang
industri dewasa ini. Perkembangan industri yang semakin pesat ini tidak lepas dari
dukungan berbagai faktor, seperti sumber daya alam (S D A), sumber daya manusia
(S D M), serta ilmu pengetahuan dan teknologi (I P T E K). Dengan perpaduan ketiga
faktor di atas yang bekerja secara sinergis dan continue, maka akan dapat
menciptakan

suatu

kemajuan

yang

tentunya

akan berimbas pada

tingkat

kesejahteraan masyarakat.
Industri yang berkembang saat ini tidak terlepas dari bantuan dari berbagai ilmu
pengetahuan. Salah satu contoh industri yang ada adalah industri cat. Dalam industri
cat ini, salah satu cabang ilmu pengetahuan yang digunakan adalah ilmu kimia.
Cabang ilmu kimia yang diaplikasikan dalam industri cat adalah penerapan konsep
sistem koloid. Dimana, dalam cat ini ada 2 (dua) fase zat yang bercampur menjadi
satu. Partikel-partikel yang bercampur tidak dapat diamati dengan mata telanjang,

Kimia ~ Sistem Koloid


23

melainkan harus menggunakan suatu alat bantu yang berupa mikroskop ultra. Dalam
hal ini, fase zat yang terdispersi adalah zat padat dan zat cair sebagai medium
pendispersinya. Pada pencampuran dua zat yang berbeda fase ini tidak terjadi
pengendapan. Sehingga konsep sistem koloid ini sangat tepat digunakan dalam
industri cat.

Lebih jauh, konsep sistem koloid yang diterapkan dalam dunia industri tidak hanya
sebatas zat padat yang terdispersi dalam medium pendispersi yang berupa zat cair.
Berbagai jenis sistem koloid telah diterapkan di dunia industri dan hasilnya terciptalah
berbagai produk industri yang bisa dinikmati, seperti susu, kerupuk, mentega, dan
lain sebagainya. Jadi sistem koloid sangat berguna bagi kehidupan manusia.
Dalam dunia industri, kadangkala dijumpai suatu bahan yang tidak dapat larut
dalam suatu pelarut. Oleh karena itu, untuk membuat bahan tersebut stabil (dapat
larut) diterapkanlah konsep sistem koloid ini. Hal ini karena koloid mempunyai gerak
Brown. Sifat inilah yang menyebabkan suatu bahan yang tidak stabil menjadi stabil.
Karena partikel-partikel bergerak terus-menerus, maka partikel-partikel koloid dapat
mengimbangi gaya grafitasi sehingga tidak mengalami sedimentasi (pengendapan).
Sehingga, pembelajaran dan pemahaman mengenai berbagai jenis sistem koloid,
khususnya yang diaplikasikan dalam dunia industri sangat diperlukan untuk
menunjang kemajuan dunia perindustrian.

1.2 Rumusan Masalah


1.
2.
3.
4.
5.

1.3

Apakah yang dimaksud dengan sistem koloid?


Apa sajakah jenis-jenis sistem koloid?
Apa Sajakah Sifat-sifat Koloid?
Bagaimana cara pembuatan koloid ?
Bagaimana penerapan konsep sistem koloid dalam dunia industri?

Tujuan Penulisan
1.
2.
3.
4.

Agar para pembaca mengetahui apa itu koloid beserta jenis-jenisnya.


Agar para pembaca mengetahui sifat sifat dari koloid .
Agar para pembaca mengetahui cara-cara pembuatan koloid.
Agar para pembaca mengetahui cara penggunaan koloid .

1.4 Manfaat Penulisan


Kimia ~ Sistem Koloid
23

Tujuan penulisan makalah ini, selain sebagai syarat untuk menyelesaikan


tugas kimia semester genap, juga diharapkan untuk memberi manfaat bagi saya
sendiri, dan para pembaca khusunya siswa agar lebih mengerti tentang materi kimia
khususnya materi KOLOID.

Kimia ~ Sistem Koloid


23

PETA KONSEP

Kimia ~ Sistem Koloid


23

2.1 Sistem Dispersi


Bila suatu zat dicampurkan dengan zat ain, maka aka terjadi penebaran secara
merata dari suatu zat ke zat lain yang disebut dengan sistem dispersi. Tepung kanji
bila dimasukkan ke dalam air panas maka akan membentuk sistem dispersi, dengan
air sebagai medium pendispersi dan tepung kanji disebut zat pendispersi.
Berdasarkan ukuran partikelnya, sistem dispersi dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu
larutan, koloid, dan suspensi. Secara aepintas perbedaan antara suspensi (sering
disedbut suspensi kasar) dengan larutan (sering disebut larutan sejati) akan tampak
jelas dari homogenitasnya, tetapi akan sulit dibedakan antara larutan dengan koloid
atau antara koloid dengan suspensi kasar.

2.1.1 Suspensi
Merupakan suatu sisem dispersi dengan partikel yang berukuran relative
besar tersebar merata di dalam medium pendispersinya. Pada umumnya sistem
dispersi merupakan campuran yang heterogen.
Sebagai contoh adalah endapan hasil reaksi atau pasir yang dicampur dengan air.
Dalam sistem dispersi tersebut partikel-partikel terdispersi dapat diamati dengan
mikroskop atau bahkan dengan mata telanjang.
Suspensi merupakan sistem disperse yang tidak stabil, sehingga bila tidak diaduk
secara terus menerus akan mengendap akibat gaya gravitasi bumi. Cepat lambatnya
suspensi mengendap tergantung besar kecilnya ukuran partikel zat terdispersi.
Semakin besar ukuran partikel tersuspensi semakin cepat proses pengendapan
terjadi. Pemisahan suspensi dapat dilakukan dengan proses penyaringan (filtrasi).

Kimia ~ Sistem Koloid


23

Contoh suspensi adalah pengendapan Fe(OH) 3

2.1.2 Larutan
Larutan merupakan sistem disperse yang ukuran partikel-partikelnya sangat
kecil sehingga tidak dapat dibedakan (diamati) antara partikel pendispersi dengan
partikel terdispersi walaupun menggunakan maikroskop dengan tingkat pembesaran
yang tinggi mikroskop ultra).
Tingkatan ukuran partikel larutan adalah molekul atau ion-ion sehingga larutan
merupakan campuran yang homogen dan sukar dipisahkan dengan penyaringan dan
sentrifuge.
Oleh karena ukuran partikel zat terdispersi dengan medium pendispersinya hamper
sama maka sifat zat terdispersi dalam arutan akan terpengaruh (berubah) dengan
adanya zat terdispersi. Bila ke dalam air ditambahkan garam dapur maka air akan
membeku dibawah 00C, semakin banyak garam yang ditambahkan semakin besar
penurunan titik bekunya.

Kimia ~ Sistem Koloid


23

2.1.3

Koloid

Koloid berasal dari kata kolia yang dalam bahasa Yunani berarti lem. Koloid
merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat
homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 100 nm),
sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak
terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya; sehingga
tidak dijumpai pengendapan, misalnya. Sifat homogen ini juga dimiliki oleh larutan,
namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).
Bebrapa koloid dapat terpisah bila didiamkan dalam waktu yang relatif ama meskipun
tidak semuanya, misalnya koloid belerang dalam air dan santan. Beberapa koloid lain
yang sukar terpisah misalnya lem, cat dan tinta.
Perbedaan secara umum antara suspensi, koloid dan larutan
ASPEK

LARUTAN

KOLOID

SUSPENSI

(Dispersi Molekuler)

(Dispersi Koloid)

(Dispersi Kasar)

Bentuk

Homogen

Tampak homogen

Heterogen

campuran
Kestabilan

Stabil

Stabil

Tidak stabil

Pengamatan Homogen

Heterogen

Heterogen

mikroskop
Jumlah fase

Satu

Dua

Dua

Sistem

Molekuler

Padatan halus

Padatan kasar

disperse
Pemisahan

Tidak dapat disaring

Tidak

dapat

dengan cara

dgn

kertas

penyaringan

biasa, kecuali dengan

Ukuran

kertas saring ultra


10-7 cm - 10-5 cm,

> 10-5 cm atau >

atau 1 nm -

100 nm

<10-7 cm, atau <>

Partikel
Contoh

larutan gula, larutan garam,


larutan

alkohol,

disaring Dapat disaring


saring

susu, kanji, cat, asap, campuran

larutan kabut, buih sabun, dan dengan

pasir
air,

air

cuka, larutan gas dalam busa

dengan

udara,

yang

minyak dengan air,

dalam

tanah liat dengan air

larutan zat

digunakan

kopi,

laboratorium dan industri

2.2 Sistem Koloid


Kimia ~ Sistem Koloid
23

Ada kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk yang merupakan
campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur secara merata/
homogen. Misalnya saja saat ibu membuatkan susu untuk adik, serbuk/ tepung susu
bercampur secara merata dengan air panas. Produk-produk seperti itu adalah sistem
koloid.
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih di
mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah)
tersebar secara merata di dalam zat lain (medium pendispersi/ pemecah). Ukuran
partikel koloid berkisar antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat berupa
diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari suatu partikel. Contoh lain dari sistem
koloid adalah adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat) dengan
cairan (air). Selain tinta, masih terdapat banyak sistem koloid yang lain, seperti
mayones, hairspray, jelly, dll.
Keadaan koloid atau sistem koloid atau suspensi koloid atau larutan koloid atau
suatu koloid adalah suatu campuran berfasa dua yaitu fasa terdispersi dan fasa
pendispersi dengan ukuran partikel terdispersi berkisar antara 10 -7 sampai dengan
10-4 cm. Besaran partikel yang terdispersi, tidak menjelaskan keadaan partikel
tersebut. Partikel dapat terdiri atas atom, molekul kecil atau molekul yang sangat
besar. Koloid emas terdiri atas partikel-partikel dengan bebagai ukuran, yang masingmasing mengandung jutaan atom emas atau lebih. Koloid belerang terdiri atas
partikel-partikel yang mengandung sekitar seribu molekul S 8. Suatu contoh molekul
yang sangat besar (disebut juga molekul makro) ialah haemoglobin. Berat molekul
dari molekul ini 66800 s.m.a dan mempunyai diameter sekitar 6 x 10 -7.

Sistem koloid tersusun dari fase terdispersi yang tersebar merata dalam
medium pendispersi. Fase terdispersi dan medium pendispersi dapat berupa zat

Kimia ~ Sistem Koloid


23

padat, cair, dan gas. Berdasarkan fase terdispersinya, sistem koloid dapat
dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
a. Koloid Sol
Seperti yang telah dijelaskan, sol merupakan jenis koloid dimana fase
terdispersinya merupakan zat padat. Berdasarkan medium pendispersinya,
sol dapat dibagi menjadi:
1) Sol Padat
Sol padat merupakan sol di dalam medium pendispersi padat. Contohnya
adalah paduan logam, gelas berwarna, dan intan hitam.
2) Sol Cair (Sol)
Sol cair merupakan sol di dalam medium pendispersi cair. Contohnya
adalah cat, tinta, tepung dalam air, tanah lmiat, dll.
3) Sol Gas (Aerosol Padat)
Sol gas merupakan sol di dalam medium pendispersi padat. Contohnya
adalah debu di udara, asap pembakaran, dll
b. Koloid Emulsi
Seperti yang telah dijelaskan, emulsi merupakan jenis koloid dimana fase
terdispersinya

merupakan

zat

cair.

Kemudian,

berdasarkan

medium

pendispersinya, emulsi dapat dibagi menjadi:


1) Emulsi Gas (Aerosol Cair)
Emulsi gas merupakan emulsi di dalam medium pendispersi gas. Aerosol
cair seperti hairspray dan baygon, dapat membentuk system koloid dengan
bantuan bahan pendorong seperti CFC. Selain itu juga mempunyai sifat
seperti sol liofob yaitu efek Tyndall, gerak Brown.
2) Emulsi Cair
Emulsi cair merupakan emulsi di dalam medium pendispersi cair. Emulsi
cair melibatkan campuran dua zat cair yang tidak dapat saling melarutkan
jika dicampurkan yaitu zat cair polar dan zat cair non-polar. Biasanya salah
satu zat cair ini adalah air dan zat lainnya seperti minyak.
Sifat emulsi cair yang penting ialah:

Demulsifikasi

Kimia ~ Sistem Koloid


23

Kestabilan emulsi cair dapat rusak akibat pemanasan, pendinginan,


proses sentrifugasi, penambahan elektrolit,

dan

perusakan

zat

pengelmusi.

Pengenceran

Emulsi dapat diencerkan dengan penambahan sejumlah medium


pendispersinya.
3) Emulsi Padat atau Gel
Gel merupakan emulsi didalam medium pendispersi zat padat. Gel dapat
dianggap terbentuk akibat penggumpalan sebagian sol cair. Pada
penggumpalan ini, partikel-partikel sol akan bergabung membentuk suatu
rantai panjang. Rantai ini kemudian akan saling bertaut sehingga terbentuk
suatu struktur padatan di mana medium pendispersi cair terperangkap
dalam lubung-lubang struktur tersebut.
Berdasarkan sifat keelastisitasnya, gel dapat dibagi menjadi:

Gel elastic

Gel yang bersifat elastis, yaitu dapat berubah bentuk jika diberi gaya dan
kembali ke bentuk awal jika gaya ditiadakan. Contoh adalah sabun dan
gelatin.

Gel non-elastis

Contoh adalah gel silica.


c. Koloid Buih
Buih merupakan koloid dimana fase terdispersinya merupakan gas.
Kemudian, berdasarkan medium pendispersinya, buih dapat dibagi menjadi:
1) Buih Cair (Buih)
Buih cair adalah sistem koloid dengan fase terdispersi gas dan medium
pendispersi zat cair. Biasanya fase terdispersi gas berupa udara atau CO2.
Kestabilan buih diperoleh karena adanya zat pembuih (surfaktan). Zat ini
teradsorpsi ke daerah antar fase dan mengikat gelembung-gelembung gas
sehingga diperoleh kestabilan. Contohnya adalah buih yang dihasilkan alat
pemadam kebakaran dan kocokan putih telur.
Sifat-sifat buih cair ialah:

Struktur buih cair berubah dengan waktu karena drainase

(pemisahan medium pendispersi) akibat kerapatan fas dan zat cair


yang jauh berbeda, rusaknya film antara dua gelembung gas, dan
ukuran gelembung gas menjadi lebih besar akibat difusi.

Struktur buih cair dapat berubah jika diberi gaya dari luar

Kimia ~ Sistem Koloid


23

2) Buih Padat
Buih padat adalah sistem koloid dengan fase terdispersi gas dan medium
pendispersi zat padat. Kestabilan buih padat diperoleh dari zat pembuih
(surfaktan). Beberapa buih padat yang kita kenal adalah roti, styrofoam,
batu apung,dll.
Sebagai catatan, tidak terdapat buih gas, dimana medium pendispersi dan
fase terdispersi sama-sama berupa gas. Hal itu karena campuran dari
keduanya tergolong sebagai larutan.
Tabel Pengelompokan Sistem Koloid
No
.
1

Fase
Pendispersi
Padat

Fase
Terdispersi
Padat

Nama
Koloid
Sol Padat

Contoh
Tanah, kaca, lumpur, paduan
logam, gelas warna, intan

Padat

Cair

Emulsi Padat

hitam
Mentega, agar-agar, keju,
jelly

Padat

Gas

Busa Padat

Batu apung, kasur busa,


marshmallow, karet busa,

Cair

Padat

Styrofoam
Cat, tinta, pudding, tepung

Sol

dalam air, tanah liat


5

Cair

Cair

Emulsi

Air santan, susu, mayones,


lotion wajah, krim tangan

Cair

Gas

Busa

Buih, busa sabun, ombak,


krim kocok, busa bir, putih

Gas

Padat

Aerosol Padat

telur yang dikocok


Debu di udara, gas knalpot,
asap, virus di udara, asap

Gas

Cair

Aerosol Cair

pembakaran
Obat semprot, kabut,
hairspray di udara, awan

a. Efek Tyndall

Kimia ~ Sistem Koloid


23

Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh


partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang
cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893),
seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.
Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada
saat larutan sejati (gambar kiri) disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut
tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid (gambar
kanan), cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid
mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan
sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil
sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
b. Gerak Brown
Jika kita amati system koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan
melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag.
Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Pergerakan tersebut
dijelaskan pada penjelasan berikut:
Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat
bersifat acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di tempat
seperti pada zat padat. Untuk system koloid dengan medium pendispersi zat
cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan
dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari
segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang
terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan
yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak
zigzag atau gerak Brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown terjadi.
Demikian pula, semakin besar ukuran partikel kolopid, semakin lambat gerak
Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati
dalam larutan dan tidak ditemukan dalam zat padat (suspensi).

Kimia ~ Sistem Koloid


23

Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu system koloid,
maka semakin besar energi kinetic yang dimiliki partikel-partikel medium
pendispersinya.

Akibatnya,

gerak

Brown

dari

partikel-partikel

fase

terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah


suhu system koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
c. Adsorbsi
Beberapa partikel koloid mempunyai sifat adsorbsi (penyerapan)
terhadap partikel atau ion atau senyawa yang lain.
Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorbsi (harus dibedakan dari
absorbsi yang artinya penyerapan sampai ke bawah permukaan).
Contoh :
Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion
H+.
Koloid As2S3 bermuatan negatit karena permukaannya menyerap ion
S2.
d. Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk
endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi
membentuk koloid.
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan
pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran
koloid yang berbeda muatan.
e. Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Koloid ini terjadi pada sol yaitu fase terdispersinya padatan dan medium
pendispersinya cairan.
1) Koloid Liofil: sistem koloid yang affinitas fase terdispersinya besar
terhadap medium pendispersinya.
Contoh: sol kanji, agar-agar, lem, cat
2) Koloid Liofob : sistem koloid yang affinitas fase terdispersinya kecil
terhadap medium pendispersinya.
Contoh: sol belerang, sol emas.
f. Dialisis
Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara
ini disebut proses dialisis. Yaitu dengan mengalirkan cairan yang tercampur
dengan koloid melalui membran semi permeable yang berfungsi sebagai
penyaring. Membran semi permeable ini dapat dilewati cairan tetapi tidak
dapat dilewati koloid, sehingga koloid dan cairan akan berpisah

Kimia ~ Sistem Koloid


23

g. Elektroforesis
Elektroferesis

ialah

peristiwa

pemisahan

partikel

koloid

yang

bermuatan dengan menggunakan arus listrik.

Jika kita atau sebuah industri akan memproduksi suatu produk berbentuk
koloid, bahan bakunya adalah larutan (partikel berukuran kecil) atau suspensi
(partikel berukuran besar). Didasarkan pada bahan bakunya, pembuatan koloid
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sebagai berikut.
a. Kondensasi
Kondensasi adalah cara pembuatan koloid dari partikel kecil (larutan)
menjadi partikel koloid. Proses kondensasi ini didasarkan atas reaksi kimia;
yaitu melalui reaksi redoks, reaksi hidrolisis, dekomposisi rangkap, dan
pergantian pelarut.
1) Reaksi Redoks
Contoh :

Pembuatan sol belerang dari reaksi redoks antara gas H 2 S

dengan larutan SO 2 .
Persamaan reaksinya:
2 H 2 S (g) + SO 2 (aq) 2 H 2 O (l) + 3 S (s) (sol belerang)

Pembuatan sol emas dari larutan AuCl 3 dengan larutan encer

formalin (HCHO).
Persamaan reaksinya:
2 AuCl 3(aq) + 3 HCHO (aq) + 3H

O (l) 2 Au (s) + 6HCl (aq) + 3

HCOOH (aq) (sol emas)


2) Reaksi Hidrolisis
Contoh :

pembuatan sol Fe(OH) 3 dengan penguraian garam FeCl 3

Persamaan reaksinya adalah: mengunakan air mendidih.


FeCl 3 (aq) + 3 H 2 O (l) Fe(OH) 3 (s) + 3 HCl ( aq) (sol Fe(OH) 3)
3) Reaksi Dekomposisi Rangkap
Contoh :

Kimia ~ Sistem Koloid


23

Pembuatan sol As 2 S 3, dibuat dengan mengalirkan gas H 2 S

dan asam arsenit (H3AsO 3 ) yang encer.


Persamaan reaksinya:
2 H3AsO 3 (aq) + 3H2S (g) As2S3 (s) + 6H2O (l) (sol As 2S3 )

Pembuatan sol AgCl dari larutan AgNO 3 dengan larutan NaCl

encer.
Persamaan reaksinya:
AgNO 3 (aq) + NaC1 (aq) AgCl (s) + NaNO 3 (aq)
Sol AgCl
4) Reaksi Pergantian Pelarut
Contoh, pembuatan sol belerang dari larutan belerang dalam alkohol
ditambah dengan air.
Persamaan reaksinya:
S (aq) + alkohol + air S (s) Larutan S sol belerang
b. Dispersi
Dispersi adalah pembuatan partikel koloid dari partikel kasar (suspensi).
Pembuatan koloid dengan dispersi meliputi: cara mekanik, peptisasi, busur
Bredig, dan ultrasonik.
1) Proses Mekanik
Proses mekanik adalah proses pembuatan koloid melalui penggerusan
atau penggilingan (untuk zat padat) serta dengan pengadukan atau
pengocokan (untuk zat cair). Setelah diperoleh partikel yang ukurannya
sesuai dengan ukuran koloid, kemudian didispersikan ke dalam medium
(pendispersinya).

Contoh :

Gumpalan tawas digiling, dicampurkan ke dalam air akan

membentuk koloid dengan kotoran air.

Membuat tinta dengan menghaluskan karbon pada penggiling


koloid kemudian didispersikan dalam air.

Membuat sol belerang dengan menghaluskan belerang bersama


gula (1:1) pada penggiling koloid, kemudian dilarutkan dalam air, gula
akan larut dan belerang menjadi sol.

Kimia ~ Sistem Koloid


23

Belerang dan urea digerus, ditambahkan air, lalu diaduk

membentuk hidrosol belerang.

Pati (amilum) digerus sampai halus, ditambah air, lalu diaduk


membentuk hidrofil pati.
2) Peptisasi
Peptisasi adalah cara pembuatan koloid dengan menggunakan zat
kimia (zat elektrolit) untuk memecah partikel besar (kasar) menjadi partikel
koloid.
Contoh :

Sol Fe(OH)3 dengan menambahkan FeCL3


Sol NiS dengan menambahkan H2S
Karet dipeptisasi oleh bensin
Agar-agar dipeptisasi oleh air
Endapan Al(OH)3 dipeptisasi oleh AlCl3

3) Busur Bredig
Busur Bredig ialah alat pemecah zat padatan (logam) menjadi partikel
koloid dengan menggunakan arus listrik tegangan tinggi. Caranya adalah
dengan membuat logam, yang hendak dibuat solnya, menjadi dua kawat
yang berfungsi sebagai elektrode yang dicelupkan ke dalam air; kemudian
diberi loncatan listrik di antara kedua ujung kawat. Logam sebagian akan
meluruh ke dalam air sehingga terbentuk sol logam.
Contoh :
Sol platina, emas atau perak dibuat dengan cara mencelupkan elektrode
logam ke dalam medium pendispersi, misalnya air dengan potensial listrik
tinggi.

4) Suara Ultrasonik
Cara ini hampir sama dengan cara busur Bredig, yaitu sama-sama
untuk pembuatan sol logam. Ka1au busur Bredig menggunakan arus listrik
tegangan tinggi, maka cara ultrasonik menggunakan energi bunyi dengan
frekuensi sangat tinggi, yaitu di atas 20.000 Hz.

Kimia ~ Sistem Koloid


23

Koloid merupakan satu-satunya bentuk campuran bukan larutan yang


komposisinya (susunannya) merata dan stabil (tidak memisah jika didiamkan). Dari
contoh-contoh koloid yang telah disebutkan, kita dapat melihat kecenderungan
industri membuat produknya dalam bentuk koloid. Misalnya, industri kosmetik,
industri makanan, industri farmasi, dan lain-lain. Mengapa harus koloid? Hal ini
dilakukan karena koloid merupakan satu-satunya cara untuk menyajikan suatu
campuran dari zat-zat yang tidak saling melarutkan secara "homogen" dan stabil
(pada tingkat mikroskopis). Cat, sebagai contoh, mengandung pigmen yang tidak
larut dalam air atau medium cat, tetapi dengan sistem koloid dapat dibuat suatu
campuran yang "homogen" (merata) dan stabil. Koloid juga sangat diperlukan dalam
industri cat, keramik, plastik, tekstil, kertas, karet, lem, semen, tinta, kulit, film foto,
bumbu selada, mentega, keju, makanan, kosmetika, pelumas, sabun, obat semprot
insektisida, detergen, selai, gel, perekat, dan sejumlah besar produk-produk industri
lainnya.
Berbagai jenis sistem koloid diterapkan di dalam dunia industri, yaitu sebagai
berikut:
1. Industri kosmetika
Bahan kosmetika seperti foundation, finishing cream dan deodorant
berbentuk koloid dan umumnya sebagai emulsi.
Emulsi adalah suatu system koloid di mana zat terdispersi dan medium
pendispersi sama-sama merupakan cairan. Agar terjadi suatu campuran
koloid, harus ditambahkan zat pengemulsi (emulgator). Susu merupakan
emulsi lemak dalam air, dengan kasein sebagai emulgatornya. Obat-obatan
yang tidak larut dalam air banyak yang dibuat dan dipanaskan dalam bentuk
emulsi. Contohnya emulsi minyak ikan. Emulsi yang dalam bentuk semipadat
disebut krim.
2. Industri tekstil
Pada proses pencelupan bahan (untuk pewarnaan) yang kurang baik
daya serapnya terhadap zat warna dapat menggunakan zat warna koloid
karena memiliki daya serap yang tinggi sehingga melekat pada tekstil.
3. Industri sabun dan deterjen
Sabun dan deterjen merupakan emulgator untuk membentuk emulsi antara
kotoran (minyak) dengan air.
4. Cotrell Pabrik Industri

Kimia ~ Sistem Koloid


23

Untuk mengurangi polusi udara yang disebabkan oleh pabrik-pabrik,


digunakan suatu alat yang disebut cotrell. Alat ini berfungsi untuk menyerap
partikel-partikel koloid yang terdapat dalam gas buangan yang keluar dari
cerobong asap pabrik.
5. Penjernihan Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid
tanah liat, lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh
karena itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan
beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu
dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2(SO4)3). Ion Al3+ yang
terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid
Al(OH)3

yang

bermuatan

positif

melalui

reaksi:

Al3+ + 3H2O (Al(OH)3 + 3H+


Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid
tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut
kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena
pengaruh gravitasi. Berikut ini adalah skema proses penjernihan air secara
lengkap.
6. Pemutihan Gula
Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan
gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah
diatomae atau karbon. Partikel koloid akan mengadsorpsi zat warna tersebut.
Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi zat warna dari gula tebu
sehingga gula dapat berwarna putih.

1. Mengurangi polusi udara


Gas buangan pabrik yang mengandung asap dan partikel berbahaya
dapat diatasi dengan smenggunakan alat yang disebut pengendap cottrel.
Prinsip kerja alat ini memanfaatkan sifat muatan dan penggumpalan koloid
sehingga gas yang dikeluarkan ke udara telah bebas dari asap dan partikel
berbahaya.
Asap dari pabrik sebelum meninggalkan cerobong asap dialirkan melalui
ujung-ujung logam yang tajam dan bermuatan pada tegangan tinggi (20.000

Kimia ~ Sistem Koloid


23

sampai 75.000 volt). Ujung-ujung yang runcing akan mengionkan molekulmolekul dalam udara. Ion-ion tersebut akan diadsorpsi oleh partikel asap dan
menjadi bermuatan. Selanjutnya, partikel bermuatan itu akan tertarik dan
diikat pada elektrode yang lainnya. Pengendap Cottrel ini banyak digunakan
dalam industri untuk dua tujuan, yaitu mencegah polusi udara oleh buangan
beracun dan memperoleh kembali debu yang berharga (misalnya debu
logam).
2. Penggumpalan lateks
Getah karet dihasilkan dari pohon karet atau hevea. Getah karet
merupakan sol, yaitu dispersi koloid fase padat dalam cairan. Karet alam
merupakan zat padat yang molekulnya sangat besar (polimer). Partikel karet
alam terdispersi sebagai partikel koloid dalam sol

getah karet. Untuk

mendapatkan karetnya, getah karet harus dikoagulasikan agar karet


menggumpal

dan

terpisah

dari

medium

pendispersinya.

Untuk

mengkoagulasikan getah karet, biasanya digunakan asam formiat; HCOOH


atau asam asetat; CH3COOH. Larutan asam pekat itu akan merusak lapisan
pelindung yang mengelilingi partikel karet. Sedangkan ion-ion H+-nya akan
menetralkan muatan partikel karet sehingga karet akan menggumpal.
Selanjutnya, gumpalan karet digiling dan dicuci lalu diproses lebih lanjut
sebagai lembaran yang disebut sheet atau diolah menjadi karet remah (crumb
rubber). Untuk keperluan lain, misalnya pembuatan balon dan karet busa,
getah karet tidak digumpalkan melainkan dibiarkan dalam wujud cair yang
disebut lateks. Untuk menjaga kestabilan sol lateks, getah karet dicampur
dengan larutan amonia; NH3. Larutan amonia yang bersifat basa melindungi
partikel karet di dalam sol lateks dari zat-zat yang bersifat asam sehingga sol
tidak menggumpal.
3. Penjernihan air
Untuk memperoleh air bersih perlu dilakukan upaya penjernihan air.
Kadang-kadang air dari mata air seperti sumur gali dan sumur bor tidak dapat
dipakai sebagai air bersih jika tercemari. Air permukaan perlu dijernihkan
sebelum dipakai. Upaya penjernihan air dapat dilakukan baik skala kecil
(rumah tangga) maupun skala besar seperti yang dilakukan oleh Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM). Pada dasarnya penjernihan air itu dilakukan
secara bertahap. Mula-mula mengendapkan atau menyaring bahan-bahan
yang tidak larut

dengan saringan pasir. Kemudian air yang telah

Kimia ~ Sistem Koloid


23

disaring ditambah zat kimia, misalnya tawas atau aluminium sulfat dan kapur
agar kotoran menggumpal dan selanjutnya mengendap, dan kaporit atau
kapur klor untuk membasmi bibit-bibit penyakit. Air yang dihasilkan dari
penjernihan itu, apabila akan dipakai sebagai air minum, harus dimasak
terlebih dahulu sampai mendidih beberapa saat lamanya.
Proses pengolahan air tergantung pada mutu baku air (air belum diolah),
namun pada dasarnya melalui 4 tahap pengolahan. Tahap pertama adalah
pengendapan, yaitu air baku dialirkan perlahan-lahan sampai benda-benda
yang tak larut mengendap. Pengendapan ini memerlukan tempat yang luas
dan waktu yang lama. Benda-benda yang berupa koloid

tidak dapat

diendapkan dengan cara itu.


Pada

tahap

kedua,

setelah

suspensi

kasar

terendapkan,

air yang

mengandung koloid diberi zat yang dinamakan koagulan. Koagulan yang


banyak digunakan adalah aluminium sulfat, besi(II)sulfat,

besi(III)klorida,

dan klorinasi koperos (FeCl2Fe2(SO4)3). Pemberian koagulan selain untuk


mengendapkan partikel-partikel koloid, juga untuk menjadikan pH air sekitar 7
(netral). Jika pH air berkisar antara 5,56,8, maka yang digunakan adalah
aluminium sulfat, sedangkan untuk senyawa besi sulfat dapat digunakan pada
pH air 3,55,5.
Pada

tahap ketiga, air yang telah diberi koagulan mengalami proses

pengendapan, benda-benda koloid yang telah menggumpal dibiarkan


mengendap. Setelah mengalami pengendapan, air tersebut disaring melalui
penyaring pasir sehingga sisa endapan yang masih terbawa di dalam air akan
tertahan pada saringan pasir tersebut.
Pada tahap terakhir, air jernih yang dihasilkan diberi sedikit air kapur untuk
menaikkan pHnya, dan untuk membunuh bakteri diberikan kalsium hipoklorit
(kaporit) atau klorin (Cl2).
Berikut ini adalah tabel aplikasi koloid.
Jenis industri
Industri makanan
Industri kosmetika dan perawatan

Contoh aplikasi
Keju, mentega, susu, saus salad
Krim, pasta gigi, sabun

tubuh
Industri cat
Industri kebutuhan rumah tangga

Cat
Sabun, deterjen

Kimia ~ Sistem Koloid


23

Industri pertanian
Industri farmasi

Peptisida dan insektisida


Minyak ikan, pensilin untuk suntikan

Kimia ~ Sistem Koloid


23

3.1Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada Bab 2 makalah ini, dapat disimpulkan:

Sistem koloid adalah merupakan suatu bentuk campuran


(sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen.

Partikel koloid dapat menghamburkan cahaya sehingga


berkas cahaya yang melalui sistem koloid. Dapat diamati dari samping sifat
partikel koloid ini disebut efek Tyndall.

Jika diamati dengan mikroskop ultra ternyata partikel


koloid senantiasa bergerak dengan gerak patah-patah yang disebut gerak
Brown. Gerak Brown terjadi karena tumbukan tak simetris antara molekul
medium dengan partikel koloid.

Koloid dapat mengadsorpsi ion atau zat lainpada


permukaannya, dan oleh karena luas permukaannya yang relatif besar, maka
koloid mempunyai daya adsorpsi yang besar.

Adsorpsi ion-ion oleh partikel koloid membuat partikel


koloid menjadi bermuatan listrik. Muatan koloid menyebabkan gaya tolakmenolak di antara partikel koloid, sehingga menjadi stabil (tidak mengalami
sedimentasi).

Kimia ~ Sistem Koloid


23

Muatan

partikel

koloid

dapat

ditunjukkan

dengan

elektroforesis, yaitu pergerakan partikel koloid dalam medan listrik.

Penggumpalan

partikel

koloid

disebut

koagulasi.

Koagulasi dapat terjadi karena berbagai hal, misalnya pada penambahan


elektrolit. Penambahan elekrolit akan menetralkan muatan koloid, sehingga
faktor yang menstabilkannya hilang.

Koloid yang medium dispersinya berupa cairan dibedakan


atas koloid liofil dan koloid liofob. Koloid liofil mempunyai interaksi yang kuat
dengan mediumnya; sebaliknya, pada koloid liofob interaksinya tersebut tidak
ada

Koloid
kondensasi.

Pada

cara

dapat
dispersi,

dibuat
bahan

dengan
kasar

cara

dispersi

dihaluskan

atau

kemudian

didispersikan ke dalam medium dispersinya. Pada cara kondensasi, koloid


dibuat dari larutan di mana atom atau molekul mengalami agregasi
(pengelompokan), sehingga menjadi partikel koloid.

Asbut adalah suatu bentuk pencemaran yang merupakan


sistem koloid.

Kimia ~ Sistem Koloid


23

Sistem Koloid ada tiga jenis, yaitu:


Koloid Sol (fase terdispersi padat):
1) Sol padat (padat-padat), contoh intan hitam, kaca berwarna, dan baja.
2) Sol cair (padat Cair), contohnya adalah cat, tinta, dan kanji.

3) Sol gas (padat-gas), contohnya adalah asap dan debu.


Koloid Emulsi (fase terdispersi cair):
1) Emulsi padat (cair padat), contohnya adalah nasi, agar-agar, mentega,
mutiara.
2) Emulsi cair (cair-cair), contohnya adalah susu, minyak ikan, dan santan
kelapa.
3) Emulsi gas (cair-gas), contohnya adalah kabut, awan, dan hair spray.

Koloid buih (fase terdispersi gas):


1) Buih padat (gas-padat), contohnya contohnya adalah kerupuk, roti,
Styrofoam, dan busa jok.
2) Buih cair (padat-cair), contohnya adalah Buih hasil kocokan putih telur,
Buih hasil akibat pemadam kebakaran Alat pemadam kebakaran, buih
sabun, soda, pasta, dank rim kocok.

Sistem Koloid digunakan dalam industri:


a. Industri kosmetika
b. Industri tekstil
c. Industri sabun dan deterjen
d. Cotrell Pabrik Industri
e. Penjernihan Air
f. Pemutihan Gula

3.2 Saran
Koloid merupakan hal yang penting dalam industri , karna sangat banyak
digunakan dalam industri, sebagai contoh yaitu untuk pembuatan kosmetik,
pembuaatan makanan, pembuatan pupuk dll. Oleh sebab itu saya sebagai penulis
mengharapkan agar kita semua untuk mempelajari tentang koloid supaya wawasan
kita semakin bertambah dan mempermudah kita dalam berkehidupan.

Kimia ~ Sistem Koloid


23

Kimia ~ Sistem Koloid


23

Anda mungkin juga menyukai