Anda di halaman 1dari 12

TUGAS

EKSPERIMEN FISIKA II

MENGUKUR KADAR AIR AGREGAT HALUS UNTUK PENGUJIAN


MATERIAL BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO UNO DENGAN
SENSOR MOISTURE

OLEH
SULFIANA S

1212140004

MUSPAYANTI

1212140004

JURUSAN FISIKA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2015

I.

PENDAHULUAN

Kadar air merupakan salah satu faktor penting yang perlu


diperhitungkan ketika orang akan menggunakan material-material untuk
konstruksi bangunan seperti tanah, kayu/papan, dan agregat. Agregat lazim
digunakan di bidang teknik sipil sebagai bahan utama untuk konstruksi jalan,
adukan beton, pondasi bantalan jalan kereta api, dan lain-lain (Sulfanita, 2010).
Dalam pembuatan beton, agregat menempati porsi 60% - 70% dari total
volume beton. Oleh sebab itu, kualitas agregat sangat menentukan kualitas
beton yang dihasilkan (Nugraha dan Antoni, 2007).
Agregat yang banyak digunakan dalam pembuatan beton adalah pasir
dan kerikil alam. Hal ini mudah dipahami mengingat pasir dan kerikil alam
lebih ekonomis dan tersedia dalam jumlah yang besar terutama di daerah aliran
sungai. Selain itu, sungai masih merupakan deposit yang paling umum dan
memenuhi syarat karena deposit ini mempunyai gradasi yang konsisten sebagai
hasil dari daya seleksi sungai (Murdock dan Brook, 1986). Dalam proses
pembuatan beton selalu diperlukan pengujian terhadap material-material
pengisinya, seperti antara lain semen, agregat halus, dan agregat kasar. Untuk
agregat halus, ada beberapa macam pengujian atau pengukuran yang lazim
dilakukan seperti antara lain: analisis saringan, berat jenis, penyerapan air,
kadar air, kadar lumpur, dan kadar bahan organic agregat. Pengujian-pengujian
ini dilakukan untuk mendapatkan material agregat halus yang berkualitas baik
untuk kemudian dapat dihasilkan beton dengan kualitas yang baik pula.
Penentuan atau pengujian kadar air agregat dengan metode ini dianggap
memakan waktu yang relatif lama dan kurang praktis untuk diterapkan
langsung di lapangan (Sugiharto dan Kusumo, 2000). Oleh sebab itu perlu
dirancang suatu alat ukur kadar air agregat halus yang dapat dioperasikan
secara

mudah

dan

praktis,

serta

cepat

dalam

menampilkan

hasil

pengukurannnya.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang
elektronika dan instrumentasi, pada prinsipnya dapat diterapkan untuk
mengatasi masalah tersebut, yaitu dengan membuat alat ukur kadar air yang

bekerja secara elektronik. Berdasarkan penelitian awal yang penulis lakukan,


kadar air agregat halus ini dapat diukur dengan menggunakan sistem sensor
pembagi tegangan yang bekerja berdasarkan metode resistif dengan judul
Rancang Bangun Alat Ukur Kadar Air Agregat Halus Dalam Pengujian
Material Dasar Beton Berbasis Mikrokontroler Arduino Uno dengan Metode
Resistif. Dalam penelitian ini perubahan resistansi akan diubah menjadi
perubahan tegangan yang selanjutnya dikondisikan sehingga dapat diolah lebih
lanjut oleh mikrokontroler dan hasilnya ditampilkan pada penampil (LCD)
dalam bentuk nilai persen kadar air.
II. TEORI
A. Arduino Uno
Arduino adalah kit elektronik atau papan rangkaian elektronik open
source yang di dalamnya terdapat komponen utama yaitu sebuah chip
mikrokontroler dengan jenis AVR dari perusahaan Atmel.
Beberapa keunggulan yang dimiliki oleh Arduino antara lain:
1. Tidak perlu perangkat chip programmer
karena di dalamnya sudah ada bootloader yang akan menangani upload
program dari komputer.
2.

Sudah memiliki sarana komunikasi USB, sehingga pengguna laptop


yang tidak
memiliki port serial/RS323 bisa menggunakannya.

3. Bahasa pemrograman relative mudah karena software Arduino dilengkapi


dengan kumpulan library yang cukup
lengkap.
4. Memiliki modul siap pakai (shield) yang bias ditancapkan pada board
Arduino.
Misalnya shield GPS, Ethernet, SD Card,
dan lain-lain.
Bahasa pemrograman Arduino adalah bahasa C. Tetapi bahasa ini sudah
dipermudah menggunakan

fungsi-fungsi

yang

sederhana sehingga
3

pemula pun bisa mempelajarinya dengan cukup mudah.


Papan Arduino UNO menggunakan mikrokontroler
Papan

ATmega328P.

ini mempunyai 14 pin input/output digital (enam diantaranya dapat

digunakan untuk output PWM), enam buah input analog, 16 MHz crystal
oscillator, sambungan USB, ICSP header, dan tombol reset. Hampir semua
yang

dibutuhkan untuk mendukung mikrokontroler sudah tersedia,

penggunaannya
menggunakan

cukup

dengan

menghubungkan ke

komputer dengan

kabel USB atau dengan memberikan daya menggunakan

adapter AC ke DC atau dengan baterai.

Gambar 2.1. Tampilan papan Arduino UNO dari atas


Arduino

UNO

ini

memiliki

perbedaan dengan papan-papan

Arduino yang lain, dimana pada versi-versi Arduino sebelumnya digunakan


chip FTDI USB-to-serial, namun pada Arduino UNO digunakan ATmega8U2
yang deprogram sebagai converter USB-to-serial. Kata UNO merupakan
bahasa Italia yang artinya adalah satu, dan diberi nama demikian sebagai
penanda peluncuran

Arduino 1.0.

ArduinoUNO merupakan versi yang

paling baru hingga saat ini dari kelompok papan Arduino USB.Arduino
UNO bersama dengan Arduino 1.0 selanjutnya menjadi acuan untuk
pengembangan Arduino versi selanjutnya.

Gambar 2.2. Pemetaan pin Arduino UNO terhadap mikrokontroler


ATmega328P
Arduino

UNO

mempunyai

beberapa

fasilitas

untuk

dapat

berkomunikasi dengan komputer, Arduino lain, atau dengan mikrokontroler


lain.

Mikrokontroler ATmega328P pada Arduino UNO menyediakan

komunikasi serial UART TTL (5V), yang tersedia pada pin 0 (RX)
dan

(TX). ATmega8U2 pada papan Arduino UNO menyalurkan

komunikasi serial ini melalui USB dan dilihat hadir sebagai com port virtual
pada software di komputer.Firmware dari Atmega8U2 menggunakan driver
USB COM standar, dan tidak dibutuhkan driver eksternal. Software Arduino
memiliki serial monitor yang memungkinkan data teks sederhana dikirim ke
dan dari Arduino. LED RX dan TX akan berkedip ketika data sedang
ditransmisikan melalui chip USB-to-serial. ATmega328P juga mendukung
komunikasi I2C (TWI) dan SPI. Software Arduino mempunyai library Wire
dan SPI untuk menyederhanakan penggunaan bus I2C dan komunikasi SPI.\
B. Sensor Soil Moisture
Sensor soil moisure adalah sensor kadar air yang bekerja dengan prinsip
membaca jumlah

kadar

air

dalam suatu material. Sensor ini merupakan

sensor dengan teknologi rendah namun ideal untuk memantau kadar air
material apapun baik tanah, pasir ataupun sampel dalam bentuk padat. Sensor
ini menggunakan dua konduktor untuk melewatkan arus

melalui

tanah,

kemudian membaca nilai resistensi untuk mendapatkan tingkat kadar air.


Lebih banyak air dalam tanah akan membuat
menghantarkan listrik
kering

akan

(nilai

resistensi

mempersulit

lebih

tanah
besar),

lebih

mudah

sedangkan tanah

untuk menghantarkan listrik (nilai resistensi

kurang). Sensor soil moisure dalam penerapannya membutuhkan daya sebesar


3,3v atau 5 v dengan keluaran tegangan sebesar 0-4,2v. Sensor ini mampu
membaca kadar air yang memiliki 3 kondisi yaitu [SSM-13]:
0 ~300

: tanah kering/ udara bebas

300 ~700

: tanah lembab

700 ~950

: di dalam air

Sensor ini memiliki 3 pin yang terdiri dari pin ground, 5v dan data.
Pada gambar 2.6. dijelaskan mengenai pin sensor soil moisure serta gambar 7
mengenai sensor soil moisure.

Gambar 2.6.

Konfigurasi pin

soil moisture

Gambar 2.7. Sensor soil moisture


Prinsip kerja sensor kadar air ini adalah memberikan nilai keluaran
berupa besaran listrik sebagai akibat adanya air yang berada diantara lempeng

sensor tersebut. Sensor ini untuk mengukur kadar air material dengan cara
moisture probe dimasukkan dalam tanah yang akan diukur kadar airnya dan
dihubungkan dengan generator sinyal. Bila kadar air material berubah, maka
probe akan menghasilkan perubahan nilai kapasitansi, akibat permitivitas
dielektriknya berubah. Perubahan nilai kapasitansi (impedansi) ini akan
mengubah besarnya frekuensi gelombang keluaran generator sinyal. Dengan
demikian, frekuensi gelombang keluaran generator sinyal akan berubah sesuai
dengan kadar air tanah. Perubahan frekuensi yang terjadi ini selanjutnya akan
diproses untuk mengetahui persentase kadar air material
C. LCD (Liquid Crystal Display)
Liquid Crystal Display digunakan untuk menampilkan setting nilai
minimum dan maksimum kelembaban tanah untuk mengontrol output
(misalnya pompa air), serta nilai kelembaban tanah, LCD yang dipergunakan
pada penelitian ini adalah LCD matriks 16x2 (memiliki 16 kolom dan 2
baris). Pada umumnya LCD memiliki 16 bit I/O port, yaitu: 8 bit port data
(D0 D7), 3 bit port input, 3 bit port kontrol dan 2 bit port untuk back light
LCD.

Gambar 8. Rangkaian Liquid Crystal Display


Dalam mengirimkan data ke LCD, cara mengirimkan data dibagi
menjadi 2, yaitu mode 8 bit, dan mode 4 bit. Mode 8 bit digunakan untuk
mengirimkan data 8 bit secara bersamaan dalam satu siklus pengiriman data.
III.

METODE

A. Tata Laksana Penelitian


Dalam penelitian ini ada beberapa langkah yang dilakukan sehingga
sistem instrument yang dibuat berjalan sebagai mana yang diinginkan yaitu:
studi literatur, survei sampel, pengujian awal kadar air agregat halus (pasir)
dengan metode resistif, perancangan rangkaian secara keseluruhan, pengujian
kadar air agregat halus (pasir) sebagai data masukan untuk mikrokontroler
Arduino Uno, pembuatan program dengan menggunakan bahasa C, pengujian
akhir alat ukur secara keseluruhan, pengujian kadar air agregat halus (pasir)
pada alat dan pengujian kadar air agregat halus (pasir) secara teori dan
membandingkan nilai keluaran kadar air pada alat dengan nilai kadar air secara
teori.
B. Rancang-bangun Alat
Penelitian ini dengan menggunakan metode perancangan perangkat
keras (hardware) catu daya DC 5 V, 12 V, -12 V dan rangkaian minimum
dengan menggunakan Mikrokontroler Arduino Uno, pengujian kadar air
agregat halus (pasir) dan perancangan perangkat lunak (software) dengan
bahasa pemprograman bahasa C.
C. Rangkaian Catu Daya DC 5 V, 12 V dan -12 V
Catu daya berfungsi sebagai sumber arus dc untuk menjalankan
rangkaian sensor, pemproses pada mikrokontroler dan penampil (LCD) yang
masing-masing memerlukan tegangan 5 V, 12 V, dan -12 V. Dalam pembuatan
catu daya, komponen yang digunakan di antaranya : kapasitor 1000 F 25 V 3
buah, kapasitor 470F 25 V 3 buah, IC regulator LM7805 1 buah, IC regulator
LM 7812 1 buah, IC regulator LM 7912 1 buah, whitehousing 2 pin 3 buah,
heatsinc 3 buah, dioda 1 A 6 buah dan Trafo 1 buah, seperti pada Gambar 1.

Gambar 1 Rangkaian catu daya


D. Perancangan Rangkaian sistem minimum mikrokontroler Arduino Uno
Arduino adalah sebuah board mikrokontroller yang berbasis
ATmega328. Arduino memiliki 14 pin input/output yang mana 6 pin dapat
digunakan sebagai output PWM, 6 analog input, crystal osilator 16 MHz,
koneksi USB, jack power, kepala ICSP, dan tombol reset. Arduino mampu
mensupport

mikrokontroller

dapat

dikoneksikan

dengan

komputer

menggunakan kabel USB

Arduino menyediakan 20 pin I/O, yang terdiri dari 6 pin input


analog dan 14 pin digital input/output. Untuk 6 pin analog sendiri bisa
juga difungsikan sebagai output digital jika diperlukan output digital

tambahan selain 14 pin yang sudah tersedia. Untuk mengubah pin analog
menjadi digital cukup mengubah konfigurasi pin pada program. Dalam
board kita bisa lihat pin digital diberi keterangan 0-13, jadi untuk
menggunakan pin analog menjadi output digital, pin analog yang pada
keterangan board 0-5 kita ubah menjadi pin 14-19. dengan kata lain pin
analog 0-5 berfungsi juga sebagi pin output digital 14-16
E. Perancangan Rangkaian sistem minimum penampil (LCD) 2 x 16 karakter
Untuk

rangkaian

ini

tidak

ada

komponen

tambahan

karena

mikrokontroler dapat memberi data langsung ke LCD, pada LCD Hitachi M1632 sudah terdapat driver untuk mengubah data ASCII output
mikrokontroler

menjadi

tampilan

karakter.

Hubungan

LCD

dengan

mikrokontroler Arduino Uno dilakukan melalui semua port, pada rangkaian ini
yang digunakan adalah port C. Rangkaian sistim minimum dapat dilihat pada
Gambar 3.

Gambar 3 Rangkaian sistem minimum LCD 2x16 karakter


F. Perancangan Sistem Minimum Penguat Non-Inverting
Sinyal yang dihasilkan sensor dengan metode resistif masih kecil akibat
medan magnetik yang ditimbulkan oleh arus yang mengalir pada kawat atau
jalur PCB. Oleh sebab itu sinyal ini perlu dikuatkan (amplify) terlebih dahulu
dengan menggunakan suatu penguat noninverting agar sinyal yang diperoleh
lebih besar, penguat non-inverting seperti pada Gambar 4.

10

Gambar 4 Rangkaian penguat non-inverting


G. Rangkaian akhir

H. Pengujian Alat Ukur


Pada tahap awal, alat diuji secara parsial (perblok rangkaian). Setelah
itu, alat diuji secara keseluruhan, kemudian ditimbang berat basah agregat
halus (W1) kemudian dikeringkan dalam tungku dengan suhu 100C5C
sampai beratnya konstan (biasanya selama 16 jam hingga 24 jam), kemudian
ditimbang berat keringnya (W2), maka diperoleh (KA) kadar airnya dapat
dilihat pada Persamaan 1 (Mulyono, 2004).

Analisis data hasil pengukuran merupakan proses untuk mengetahui


tingkat ketepatan dan ketelitian dari suatu sistem pengukuran. Ketepatan

11

(accuration) merupakan tingkat kesesuain atau dekatnya suatu hasil


pengukuran terhadap harga sebenarnya dapat dilihat pada Persamaan 2.
Ketepatan dari sistem dapat ditentukan dari persentase kesalahan antara nilai
sebenarnya dengan nilai yang terbaca pada alat ukur dapat dilihat pada
Persamaan 3 (Ningsih, 2008).

dengan en adalah persen kesalahan, An adalah persen ketepatan, Yn adalah nilai


sebenarnya atau data sebenarnya yang didapat dari teori dan Xn adalah nilai
yang didapat dari alat ukur.

12

Anda mungkin juga menyukai