Chapter II PDF
Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN TEORI
2.1 POLIMER
C = C C C C ..
HHHHH
n.C = C C C
HHHHn
Gambar 2.2 Propilen Polipropilen
Berikut ini adalah tujuan dari dibentuknya komposit, yaitu sebagai berikut :
1. Memperbaiki sifat mekanik dan/atau sifat spesifik tertentu
2. Mempermudah design yang sulit pada manufaktur
3. Keleluasaan dalam bentuk/design yang dapat menghemat biaya
4. Menjadikan bahan lebih ringan, (Bhagwan D.Agarwa, 2006).
2.2.1
A. Penguat (Reinforcement)
Salah satu bagian utama dari komposit adalah reinforcement (penguat) yang
berfungsi sebagai penanggung beban utama pada komposit. Berdasarkan bentuk
dari
penguat, fiber sebagi penguat dan fiber sebagi struktur. Pembagian ini dapat
digambarkan seperti Gambar 2.3, (Ramatawa, 2008).
Cara
penguatan
dan
pengerasan
oleh
partikulat
adalah
dengan
Laminate
Laminate adalah gabungan dari dua atau lebih lamina (satu lembar komposit
dengan arah serat tertentu) yang membentuk elemen struktur secara integral pada
komposit. Proses pembentukan lamina ini menjadi laminate dinamakan proses
laminai. Sebagai elemen sebuah struktur, lamina yang serat penguatnya searah
saja
memiliki sifat yang buruk. Untuk itulah struktur komposit dibuat dalam bentuk
laminate yang terdiri dari beberapa macam lamina atau lapisan yang
diorientasikan dalam arah yang diinginkan dan digabungkan bersama sebagai
sebuah unit struktur. Mikrostruktur lamina dan jenis-jenis dari arah serat dapat
dilihat pada Gambar 2.4.
Sandwich panels
Komposit ini tersusun dari tiga lapis yang terdiri dari flat composite (metal
sheet) sebagai permukaan (skin) serta material inti (core) di bagian tengahnya.
Komposit ini cocok untuk menahan menahan beban lentur, impak, meredam
getaran dan suara. Kiomposit jenis ini dibuat untuk mendapatkan struktur yang
ringan tetapi mempunyai kekakuan dan kekuatan yang tinggi.
Berdasarkan penempatannya terdapat beberapa tipe serat pada komposit,
yaitu : continuous fiber composit, woveb fiber composite (bi-directional),
discontinuous fiber composite dan hybrid fiber composite. Penempatan ini dapat
dilihat pada Gambar 2.5.
:
Gambar 2.5 Tipe serat pada komposit
a) Continuous Fiber Composite (Komposit serat -kontinu)
Continuous atau uni-directional, mempunyai susunan serat panjang dan
lurus, membentuk lamina diantara matriksnya. Jenis komposit ini paling banyak
digunakan. Kekurangan tipe ini adalah lemahnya pemisahan antar lapisan,
(Decolon C. , 2000)
Ditinjau dari segi mekanik fungsi utama matrik adalah mentransfer tegangan
ke serat karena serat lebih kuat dan memiliki modulus elastisitas yang lebih tinggi
daripada matrik. Respon komposit terhadap tegangan kerja bergantung kepada
fasa matrik, fraksi volume relatif, panjang serat dan orientasi serat relatif terhadap
arah tegangan kerja. Beberapa prinsip dasar tentang respon elastik terhadap
tegangan dapat diperoleh dari model mekanik dimana serat kontinu memiliki satuarah (undirectional) dalam matrik isotropik tanpa void.
Dimana:
f
Tegangan
tarik
m
m
f
f = f Vf + m (1- Vf)
f - f
filamen
m - m
c = m (1- Vf)
matrik
Vcrit
Regangan
0 Vmin
(a)
(b)
Gambar 2.6 (a) Kurva tegangan regangan untuk filament dan matrik
(b) Ketergantungan kekuatan komposit pada fraksi volume
filament kontinu.
Pada perbandingan kurva tipikal tegangan tarik terhadap regangan untuk
material serat dan matrik (Gambar 2.6a), dapat dilihat bahwa regangan kritis
ditentukan oleh regangan pada saat serat putus, dan apabila regangan kritis ini
diantara limit
dan , bergantung pada fraksi volume serat. Bila jarak serat
besar dan jumlahnya sedikit, maka beban yang dipikul oleh matrik lebih besar
daripada serat atau ketika nilai fraksi volum serat rendah, pembebanan yang besar
terjadi pada matrik sehingga kekuatan komposit
menjadi = (1 ).
Sementara jika fraksi volume besar beban diteruskan ke matrik dan serat
sehingga, = +
. Selanjutnya,
)/
= (
................................................................. 2.4
Melindungi serat.
d) Memisahkan serat.
e)
Melepas ikatan.
f)
Bahan polimer yang sering digunakan sebagai material matrik dalam komposit
ada dua macam adalah termoplastik dan termoset.Termoplastik dan termoset ada
banyak jenisnya, yaitu :
1.
2.
komposit dengan matrik keramik (CMC), komposit dengan matrik logam (MMC)
dan komposit dengan matrik polimer (PMC). Pembagian ini dapat dilihat pada
Gambar 2.7.
Komposit diperkuat serat kontinu pada arah yang sama dengan arah
tegangan kerja. Kekuatan komposit tipe anisotropic ini bervariasi secara linier
dengan fraksi volume serat. Apabila orientasi serat membuat sudut dengan arah
tegangan tarik yang diterapkan,maka terjadi penurunan gradient kurva kekuatan
untuk nilai V f (fraksi volume serat) yang lebih besar dari V min . Efek pengurangan
ini diperoleh dengan memasukkan faktor orientasi dalam persamaan kekuatan
dasar yang menghasilkan:
= +
.............................................................................. 2.5
Dimana :
= Faktor orientasi
= Tegangan (kekuatan)serat
= Fraksi volume serat
pengerasan regangan.
Bila bertambah mulai dari nol, maka turun menjadi kurang dari satu.
Untuk menyajikan analisis yang lebih rinci dari variasi kekuatan komposit dengan
orientasi serat, lazim diterapkan teori tegangan maksimum berdasarkan
kenyataan bahwa ada tiga mode kegagalan komposit. Selain sudut orientasi serat
, terdapat tiga sifat komposit lain : kekuatan parallel dengan serat ( ),
kekuatan geser matrik parallel dengan serat , dan kekuatan tegak lurus pada
2 ...................................................................................... 2.6
Persamaan kegagalan yang dikendalikan oleh geseran pada bidang parallel dengan
serat adalah :
= 2
2 ................................................................................ 2.7
pada komposit off-axis karena kekuatan geser turun lebih cepat dari .
Pada mode kegagalan ketiga, terjadi rupture transvers, baik di matrik atau
2 .................................................................................. 2.8
apabila besar. Untuk nilai yang relatif besar, kekuatan komposit turun dengan
cepat, hal ini berkaitan dengan transisi dari kegagalan tarik ke kegagalan geser
transvers patahan terjadi pada saat > 240. Gambar 2.8 menunjukkan hubungan
antara mode kegagalan, kekuatan, dan orientasi serat, (Hull D. , 1988).
Kegagalan dalam arah
longitudinal
Kekuatan
komposit
Kegagalan geser
450
900
Sudut orientasi
Gambar 2.8 Hubungan antara mode kegagalan, kekuatan, dan orientasi serat
(diagram skematik untuk komposit serat kontinu satu arah)
) .......................................................................... 2.9
= 1 (
Apabila kekuatan longitudinal sekitar sepuluh kali kekuatan geser matrik, maka
sudut kritis ini adalah sekitar 60.
Apabila penerapan meliputi tegangan kerja yang tidak bekerja dalam satu
arah, maka masalah anisotropi dapat diselesaikan secara efektif atau diminimalkan
dengan penggunaan serat-kontinu dalam bentuk tenunan kain atau laminasi.
Meskipun bentuk ini lebih isotropik dibandingkan komposit satu arah, selalu
terjadi penurunan kekuatan sedikit tetapi masih wajar dan penurunan kekakuan
yang tak terelakkan.
Serat gelas, serat karbon, dan serat aramid telah digunakan, dan kadangkadang digunakan kombinasi dari dua atau lebih jenis serat (komposit hibrida).
Penguatan tiga dimensi sempurna, yang memiliki sifat dalam arah tebal yang
isotropic
adalah
(0/+45/-45/-45/+45/0)
dan
(0/+60/-60/-60/+60/0).
1. Roving
Berupa benang panjang yang digulung mengelilingi silinder.
2. Woven Roving (WR)
Serat gelas jenis anyaman (woven roving) mempunyai bentuk seperti
anyaman tikar, serat gelas yang teranyam dibuat saling bertindih secara
selang seling ke arah vertikal dan horisontal (0 dan 90).
Berdasarkan jenisnya serat gelas dapat dibedakan menjadi beberapa
macam antara lain:
a. Serat E-Glass
Serat E-Glass adalah salah satu jenis serat yang dikembangkan sebagai
penyekat atau bahan isolasi. Jenis ini mempunyai kemampuan bentuk yang
baik.
b. Serat C-Glass
Serat C-Glass adalah jenis serat yang mempunyai ketahanan yang tinggi
terhadap korosi.
c. Serat S-Glass
Serat S-Glass adalah jenis serat yang mempunyai kekakuan yang tinggi.
Adapun perbandingan antara serat alami dan serat gelas ditunjukkan dalam
Tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1 Perbandingan antara serat alami dan serat gelas
Karakteristik
Massa jenis
Biaya
Terbarukan
Kemampuan daur ulang
Konsumsi energi
Distribusi
Menetralkan co2
Menyebabkan abrasi
Resiko kesehatan
Limbah
Serat Alam
Serat Gelas
Rendah
Rendah
Ya
Ya
Rendah
Luas
Ya
Tidak
Tidak
biodgradable
2 x serat alami
Rendah, lebih tnggi dari serat alam
Tidak
Tidak
Tinggi
Luas
Tidak
Ya
Ya
Tidak biodgradable
kelapa yang berperan sebagai bahan baku industri. Buah kelapa terdiri dari
beberapa komponen yaitu sabut kelapa, tempurung kelapa, daging buah kelapa
dan air kelapa. Daging buah adalah komponen utama yang dapat diolah menjadi
berbagai produk bernilai ekonomi tinggi. Sedangkan air, tempurung dan sabut
sebagai hasil samping (by product) dari buah kelapa juga dapat diolah menjadi
berbagai produk yang nilai ekonominya tidak kalah dengan daging buah (Lay dan
Pasang). Berbagai produk dapat dihasilkan dari buah kelapa, (Massijaya, 2005).
Mutu bahan baku dari buah kelapa dipengaruhi oleh karakter fisika-kimia
komponen buah kelapa, yang secara langsung dipengaruhi oleh jenis dan umur
buah kelapa secara tidak langsung oleh lingkungan tumbuh dan pemeliharaan.
Lingkungan tumbuh yang sesuai dan pemeliharaan yang baik akan menghasilkan
bahan baku bermutu untuk diolah lebih lanjut. Secara umum kelapa terdiri atas
tiga jenis , yaitu :
1. Kelapa Dalam dengan varietas Viridis (kelapa hijau),Rubbercus (Kelapa
merah),Macrocorpus (kelapa kelabu), Sakarina (kelapa manis).
2. Kelapa Genjah dengan varietas eburnean (kelapa gading), varietas Regia
(kelapa raja), Pumila (kelapa puyuh), Pretiosa (kelapa raja malabar).
3. Kelapa Hibrida
Ketiga jenis kelapa ini berbeda saat mulai berbuah, jumlah produksi buah dan
komposisi kimia buah. Faktor yang sangat mempengaruhi mutu bahan baku hasil
samping kelapa adalah komposisi kimia.
Dalam kandungan selulosa, pentose, lignin dan arang, pada tempurung serta
sabutkelapa Dalam lebih tinggi dari pada kelapa Genjah dan Hibrida, sedangkan
kelapa Genjah dan Hibrida kadar abunya yang lebih tinggi. Kondisi ini
menyebabkan untuk industri arang dan serat sabut mutu buah kelapa Dalam lebih
baik dibandingkan dengan buah kelapa Genjah Dan Hibrida. Untuk industri air
kelapa ke tiga jenis kelapa ini tidak jauh berbeda. Umur buah menunjukkan
tingkat pertumbuhan buah kelapa, dimulai pada bulan ketiga, berat buah
maksimum dicapai pada bualan ketujuh, sedangkan volume pada bulan ke
delapan. Tempurung terbentuk pada bulan ke tiga dan mencapai maksimum pada
bulan ke Sembilan. Daging buah mulai terlihat pada bulan ketujuh dan mencapai
berat maksimum pada bulan keduabelas. Pada bulan ketujuh pada saat berat buah
maksimum proporsi komponen buah terdiri atas 62% sabut, 7% tempurung, 1%
daging buah, sisanya adalah air. Pada saat panen (12 bulan), proporsi berat basah
sabut 56%, tempurung 17 %, daging buah 27%; proporsi berat kering sabut 42%,
tempurung 28%, dan daging buah 30%. Mutu tertinggi dari produk hasil samping
akan tercapai pada saat umur buah 13 bulan terkecuali untuk nata de coco, pada
umur demikian pertumbuhan buah sudah terhenti, kadar air pada sabut sudah
turun dan kandungan abu juga rendah. Sedangkan untuk nata de coco pada umur
13 bulan kandungan minyak pada air kelapa mulai menungkat yang menyebabkan
rendahnnya mutu nata de coco, (Allorerung, 1998).
2.5.2 Serat Sabut Kelapa (SSK)
Buah kelapa terdiri dari epicarp yaitu bagian luar yang permukaannya
licin, agak keras dan tebalnya 0,7 mm, mesocarp yaitu bagian tengah yang
disebut sabut, bagian ini terdiri dari serat keras yang tebalnya 35 cm, endocarp
yaitu tempurung tebalnya 36 mm. Sabut merupakan bagian tengah (mesocarp)
epicarp dan endocarp.
a) Seratnya terdiri dari serat kasar dan halus dan tidak kaku.
b) Mutu serat ditentukan dari warna dan ketebalan.
c) Mengandung unsur kayu seperti lignin, suberin, kutin, tannin dan zat lilin.
Kadar Abu
Hasil Uji
Komposisi
(%)
2.02
Metode Uji
SNI 14-1031-1989
31.48
SNI 14-0492-1990
Kadar sari
3.41
32.64
SNI 14 0444-1989
55.34
22.70
SNI 01-1561-1989
20.48
SNI 19-1938-1990
Uji komposisi sifat kimia untuk megetahui komposisi kimia yang terdapat
dalam serat sabut kelapa. Uji kadar abu untuk mengetahui kadar abu yang terdapat
dalam serat sabut kelapa. Uji lignin untuk mengetahui jumlah lignin dalam serat
sabut kelapa. Lignin adalah bagian yang terdapat dalam lamela tengah dan
dinding sel yang berfungsi sebagai perekat antar sel, dan merupakan senyawa
aromatik yang berbentuk amorf. Suatu komposit akan mempunyai sifat fisik atau
kekuatan yang baik apabila mengandung sedikit lignin, karena lignin bersifat kaku
dan rapuh, (Sunaryo, 2008).
2.6 POLIPROPILEN
Plastik merupakan bahan teknis yang berasal dari polimer, meskipun
istilah polimer lebih popular menunjukkan kepada plastik.
Sejak abad 20, plastik dinggap sebagai material yang baru, kemudian
berkembang secara luas penggunaannya dari hanya beberapa ratus ton pada tahun
1930-an, menjadi 150 juta ton/tahun pada tahun 1990-an dan 220 juta ton/tahun
pada tahun 2005.Saat ini penggunaan material plastik di Negara-negara Eropa
Barat mencapai 80 kg/orang/tahun, sementara di India hanya 2kg/orang/tahun.
Seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan plastik terus
meningkat. Data BPS tahun 2001 menunjukkan bahwa volume perdagangan
plastic impor Indonesia, terutama Polipropilen (PP) pada tahun 1995 sebesar
136.122,7 ton sedangkan pada tahun 1999 sebesar 182.523,6 ton sehingga pada
kurun waktu kurang lebih 4 tahun itu terjadi peningkatan yang cukup signifikan
yaitu sebesar 34,15 %. Jumlah itu diperkirakan terus meningkat pada tahun-tahun
selanjutnya. Sebagai konsekuensinya, peningkatan limbah plastikpun tidak dapat
terelakkan. Pemanfaatan limbah plastic merupakan upaya penekanan pembuangan
plastic seminimal mungkin dan dalam batas tertentu, menghemat sumber daya dan
mengurangi bahan impor. Pemnafaatan limbah plastic dapat dilakukan dengan
pemakaian kembali (reuse) maupun daur ulang, (BPS, Statistik Perdagangan Luar
Negeri, 2002).
Pemanfaatan limbah plastic dengan cara daur ulang umumnya dilakukan
oleh pihak industri. Secara umum terdapat empat prasyarat agar suatu limbah
plastic dapat diproses oleh industri, antara lain limbah harus dalam bentuk tertentu
sesuai dengan kebutuhann (biji, pellet, serbuk, pecahan, limbah harus homogeny,
tidak terkontaminasi serta diupayakan tidak teroksidasi). Untuk mengatasi
masalah tersebut sebelum digunakan limbah plastic diproses melalui tahapoan
sederhana, yaitu : pemisahan, pemotongan, pencucian, dan penghilangan zat-zat
seperti besi dan sebagainya. Pemanfaatan dan penggunaan limbah plastic daur
(distalasi
minyak kasar) etylen, propilen dan homologues yang lebih tinggi dipisahkan
dengan distalasi pada temperature rendah, dengan menggunakan katalis Natta
Ziegeler, (D.W. Van Krevelen, 2000).
Sifat utama dari Polipropilen, yaitu :
1. Ringan (kerapatan 0,9 g/cm3), mudah dibentuk, tembus pandang dan jernih
dalam pembuatan film.
2. Mempunyai kekuatan tarik lebih besar dari polyethylene (PE). Pada suhu
rendah akan rapuh, dalam bentuk murni pada suhu -30000C mudah pecah
sehingga perlu ditambahkan polyethylene atau bahan lain untuk
memperbaiki ketahanan terhadap benturan.
3. Lebih kaku dari PE dan tidak gampang sobek sehingga lebih mudah
penanganannya.
4. Permeabilitas uap air rendah, permeabilitas gas sedang.
5. Tahan terhadap suhu tinggi sampai dengan 1500C.
6. Titik leleh cukup tinggi pada suhu 1700C.
7. Tahan terhadap asam kuat, basa dan minyak. Tidak terpengaruh pada
pelarut olehj suhu kamar kecuali HCL.
Ukuran Spesifikasi
Kg/m2
1010-1060
0,1 mm
o
C
Cm
%wt
60/70
49/56
Min.100
Max.0,2
Standar
pengujian
ASTMD71/3289
ASTM-D5
ASTM-D36
ASTM-D113
ASTM-D6
C
%wt
Max20
ASTM-D5&D6
Min. 250
Min. 99,5
Negatif
ASTM-D92
ASTM-D4
AASHO T102
Berdasarkan ketiga bentuk aspal tersebut, semen aspal atau aspal padat yang
paling banyak digunakan. Aspal yang digunakan untuk perkerasan jalan yang
dicampurkan dengan agregat atau tanpa bahan tambahan disebut dengan aspal
beton. Yang paling umum digunakan yaitu aspal beton campuran panas yang
dikenal dengan Hot Mix sedangkan jenis lainnya seperti aspal beton campuran
hangat, aspal beton campuran dingin, dan aspal mastis. (Olgesby, 1996)
Penambahan bahan polimer pada aspal yang bersifat plastomer dapat
meningkatkan kekuatan tinggi dalam campuran aspal polimer. Pada sisi lain,
bahan yang bersifat elastomer seperti karet alam, maupun karet sintetis, dapat
memberikan aspal dengan fleksibilitas dan keelastisan yang lebih baik, termasuk
juga perbaikan terhadap resistensi dan ketahanan terhadap temperatur rendah.
Bahan aditif aspal yang biasanya dipakai adalah material dari jenis karet, baik
karet sintetis, karet buatan, karet yang sudah diolah (dari ban bekas), atau bahan
plastik. Aspal telah digunakan selama ribuan tahun sebagai bahan waterproofing.
Di Amerika Utara, aspal telah digunakan selama sekitar 150 tahun sebagai bahan
atap. Lebih khusus lagi, Buil-up Roofing (BUR) telah digunakan selama lebih
dari 100 tahun. Bahan baru yang diperkenalkan sebagai alternatif BUR adalah
produk formulasi kimia yang berbeda. Produk ini menyediakan berbagai macam
pilihan yang memenuhi karakteristik kinerja yang diperlukan, (Paroli R. a., 1997).
2.8 AGREGAT
Agregat merupakan butir-butir batu pecah, kerikil,pasir atau mineral lain,
baik yang berasal dari alam maupun buatan yang berbentuk mineral padat berupa
ukuran besar maupun kecil atau fragmen-fragmen.
aspal,sehingga
akan
sangat
berpengaruh
terhadap
kekuatannya,
(Sukirman, 2003).
2.9 GENTENG
Suatu atap berfungsi melindungi terutama terhadap hujan. Tergantung atas
sifat alami bangunan, atap itu bisa juga melindungi dari panas, cahaya matahari,
dingin dan angin. Jenis-jenis lain dari struktur, sebagai contoh, suatu bangunan
untuk kebun, akan melindungi dari dingin, angin dan hujan tetapi bisa tembus
cahaya. Suatu rumah bisa diatapi dengan material yang melindungi dari cahaya
matahari tetapi tidak menghalangi unsur-unsur yang lain. Setiap jenis penutup
atap punya kelebihan dan kekurangangnya masingmasing.
Jenis genteng bermacam-macam, ada genteng beton, genteng tanah liat,
genteng keramik, genteng seng dan genteng kayu (sirap) dan lain-lain. Agar
kualitas genteng optimal, maka daya serap air harus seminimal mungkin, agar
kebocoran dapat diminimalisir, (Piere, 2010).
Setiap jenis penutup atap mempunyai kelebihan dan kekurangannya masingmasing. Anda bisa memilihnya dengan mempertimbangkan penampilan,
kepraktisan, bentuk dan umur rencananya masing-masing. Berikut akan dibahas
beberapa jenis yang paling popular saat ini :
2.9.1
pembuatan lapisan lebih kuat dan lebih tahan lama untuk menyediakan produk
dengan kinerja yang sangat baik, (Batan.2009).
2.9.2 Genteng Aspal (Modified Bituminous Sheet)
Bahan material satu ini dari campuran lembaran bitumen (turunan aspal)
dan bahan kimia lain (polimer), ditambah dengan bahan pengisi dan aditif
.Komponennya dapat divariasi menurut karakter yang diinginkan Material ini
diolah sehingga menghasilkan sebuah genteng yang tahan terhadap cuaca
dingin,tahan sinar UV, ringan, lentur, dan tahan air dan restan terhadap
kelembaban dan kebocoran .
Secara luas genteng modifikasi turunan aspal ini menggunakan bahan SBS
(Styrene-butadine-styrene) dan APP (atactic polypropylene). Komposisi SBS ratarata 12 15 %. Pada umumnya, banyaknya digunakan SBS karena temperature
fleksibilitasnya rendah dan tahan kelelahan. Ada banyak perbedaan nilai SBS
yang menekankan satu atau lebih bentuk yang diperlukan untuk proses dan
pencapaian dari lapisannya.APP adalah hasil dari manufaktur IPP (isotacticpolypropylene). Hal Ini meliputi 25 % - 35% dari komposisi modifikasi, untuk
meningkatkan
bentuk mekaniknya.
Hasil modifikasi
APP lebih
tinggi
Persen Berat(%)
50
25-35
10-20
Minyak (Oil)
2.10
seperti kerapatan dan daya serap air. Sifat mekanis meliputi uji kekuatan lentur ,
kekuatan impak, kekuatan tarik serta sifat termal meliputi titik bakar dan titik
nyala.
Karakterisasi genteng aspal sampai saat ini belum memiliki Standar
Nasional Indonesia (SNI) sehingga peneliti merujuk kepada standar genteng
komersial yang sudah pernah dibuat oleh industri genteng di Ukraina (Terdapat
pada Lampiran Q). Adapun karakteristik genteng aspalnya dapat dilihat pada
Tabel 2.6 berikut.
Tabel 2.6 Karakteristik Genteng Komposit Polimer Komersil
No Sifat Fisik dan Mekanik
Nilai
0,6 %
Kuat bengkok
10 MPa
Ketahanan beku
Abradability
0,9 g/cm3
Kedap air
Kedap air
Densitas (Kerapatan)
1500kg/m3
Ketahanan pukul
Tahan pukul
Susah terbakar
10
Massa dalam 1 m2
20 kg
11
Masa dalam 1 pc
2,1 kg
12
Jumlah dalam 1 m2
9 pc
(Sumber :http://roofing.com.ua/en/news/2010/09/26/ppcher.htm)
2.10.1 Pengujian Sifat Fisis
Untuk mengetahui sifat-sifat fisis genteng komposit polimer dilakukan pengujian
kerapatan () dan Daya Serap Air seperti beerikut :
a. Kerapatan ()
Pengujian kerapatan dilakukan pada kondisi kering udara dan volume kering
udara. Sampel ditimbang beratnya, lalu diukur rata-rata panjang. Lebar dan
Dimana :
................................................................................................. 2.10
= Kerapatan (gr/cm3)
m = massasampel (gr)
Dimana :
22
........................................................................................ 2.12
b. Kekuatan Impak
Pengujian impak dapat dilakukan dengan menggunakan alat Wolpert Type :
CPSA Cap: 4 Joule model charpy. Perbedaan model Charpy dan Izod adalah
peletakan sampel specimen. Penggunaan dengan charpy lebih akurat karena pada
metode izod pemegang specimen juga turut menyerap energy, sehingga energy
yang terukur bukanlah energy yang mampu diserap material seutuhnya. Uji impak
Dimana :
................................................................................................ 2.13
c. Kekuatan Tarik
Pengujian tarik (tensile test) adalah pengujian mekanik secara statis dengan
cara sampel ditarik dengan pembebanan pada kedua ujungnya dimana gaya tarik
yang diberikan sebesar P. Tujuannya untuk mengetahui sifat-sifat mekanik tarik
dari komposit yang diuji diperkuat dengan serat sabut kelapa. Pertambahan
panjang (l) yang terjadi akibat gaya tarikan yang diberikan pada sampel uji
disebut deformasi. Uji tarik ini menggunakan ASTM 638.
Regangan merupakan ukuran untuk kekenyalan suatu bahan yang harganya
biasanya dinyatakan dalam persen. (Zemansky, 2002)
=
Dengan :
100% =
= regangan (%)
Perbandingan gaya pada sampel terhadap luas penampang lintang pada saat
pemberian gaya tegangan (stress). Tegangan tarik maksimum suatu kekuatan tarik
(tensile strenght) suatu bahan ditetapkan dengan membagi gaya tarik maksimum
dengan luas penampang mula-mula. Adapun persamaannya adalah :
=
Dimana :
........................................................................... 2.15
Dimana :
......................................................................... 2.16
Modulus Young adalah ukuran suatu bahan yang diartikan ketahanan material
tersebut terhadap deformasi elastic. Makin besar modulusnya, maka semakin kecil
regangan elastic yang dihasilkan akibat pemberian tegangan, (Vlack L. , 2002).