Chapter II PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 38

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 POLIMER

Polimer merupakan molekul besar yang terbentuk dari unit-unit berulang


sederhana. Bahan-bahan seperti plastik, serat, film dan sebagainya yang biasanya
dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari mempunyai berat molekul di atas
10.000. Bahan dengan berat molekul yang besar itu disebut polimer, mempunyai
struktur dan sifat yang rumit disebabkan oleh jumlah atom pembentuk yang lebih
besar dibandingkan senyawa yang berat atomnya rendah. Umumnya polimer
dibangun oleh satuan struktur tersusun secara berulang diikat oleh gaya tarikmenarik yang disebut ikatan kovalen, dimana ikatan setiap atom dari pasangan
menyumbangkan satu elektron untuk membentuk sepasang elektron, (Surdia T. ,
1995).
Dibawah ini dijelaskan istilah teknis yang sering dipakai bagi polimer, yaitu :
1. Monomer
Polimer yang terbentuk oleh satuan sturktur secara berulang disebut
monomer. Contoh : Polietilen
HHHHH

C = C C C C ..

HHHHH

Gambar 2.1 Etilen (monomer) Polietilen

2. Berat molekul dan derajat polimerisasi

Universitas Sumatera Utara

Polipropilen terdiri dari banyak monomer propilen dalam rantai


kombinasi.
CH3 H H3 H

n.C = C C C

HHHHn
Gambar 2.2 Propilen Polipropilen

Polipropilen dibentuk oleh n satuan monomer propilen. Jumlah satuan


struktur yang berulang ini (n) dikenal sebagai derajat polimerisasi. Berat molekul
dari polimer (M) adalah berat molekul satuan (a) dikalikan dengan derajat
polimerisasi (n): M = a.n. Dalam polimer, berat molekul (M) tidak selalu sama
akan tetapi berubah, oleh karena itu harga tersebut biasa dinyatakan dengan berat
molekul rata-rata (M).
Molekul polimer disusun dalam satu struktur rantai seperti polietilen dan
polipropilen, dalam struktur tiga dimensi dengan ikatan kovalen seperti phenol
dan resin epoksi, dalam struktur hubungan silang seperti karet dimana sebagian
molekul rantai terikat satu sama lain. Sifat-sifat termik dan mekanik dari polimer
sangat berbeda tergantung pada keadaan.
Sebagai contoh, kebanyakan molekul rantai memberikan sifat termoplastik
dengan menaikkan temperatur, dapat mencair dan mengalir. Bahan tersebut
dinamakan polimer termoplastik. Dilain pihak polimer yang struktur tiga
dimensinya terkeraskan karena pemanasan, tidak bersifat dapat mengalir lagi
karena pemanasan. Bahan tersebut dinamakan resin termoset. Polimer yang
dihubung-silangkan secara tepat seperti halnya karet menunjukkan sifat elastomer,
dapat berdeformasi karena direnggangkan dan kembali ke asal apabila dilepas.
Beberapa diantaranya polimer rantai seperti polietilen, nylon dan sebagainya
mempunyai molekul-molekul yang tersusun secara teratur membentuk kristal.

Universitas Sumatera Utara

Bahan tersebut dinamakan polimer Kristal walaupu tidak keseluruhannya


mengkristal. Temperatur dimana Kristal dalam polimer itu mencair dinamakan
titik cair polimer.
Polistiren, polimetil metakrilat dan sebagainya yang strukturnya tidak
teratur secara stereo dalam keadaan amorf karena tidak dapat membentuk Kristal
dengan molekul rantai yang tersusun beraturan, dinamakn polimer amorf.
Akibatnya polimer macam ini tidak mempunyai titik cair dan melunak kalau
dipanaskan.
Sifat-sifat khas bahan polimer pada umumnya adalah sebagai berikut :
1. Kemampuan cetaknya baik.
Pada temperature rendah bahan dapat dicetak dengan penyuntikan,
penekanan, ekstruksi dan seterusnya.
2. Produk ringan dan kuat.
Berat jenis polimer rendah dibandingkan dengan logam dan keramik, yaitu n
= 1,2 1,7 yang memungkinkan membuat barang kuat dan ringan.
3. Banyak diantara polimer bersifat isolasi listrik yang baik. Polimer mungkin
juga dibuat konduktor dengan jalan mencampurnya dengan serbuk logam
butiran karbon dan sebagainya.
4. Baik sekali ketahanannya terhadap air dan zat kimia.
5. Produk-produk dengan sifat yang cukup berbeda dapat dibuat tergantung
pada cara pembuatannya.
6. Umumnya bahan polimer lebih murah harganya.
7. Kurang tahan terhadap panas sehingga perlu cukup diperhatikan pada
penggunaanya.
8. Kekerasan permukaan yang sangat kurang
9. Kurang tahan terhadap pelarut.
10. Mudah termuati listrik secara elektrostatis.
11. Beberapa bahan tahan abrasi atau mempunyai koefisien gesek yang kecil,
(Bilmeyer W. , 1994 ).

Universitas Sumatera Utara

2.2 MATERIAL KOMPOSIT


Bahan komposit adalah suatu jenis bahan baru hasil rekayasa yang terdiri dari
dua atau lebih bahan dimana sifat masing-masing bahan berbeda satu sama
lainnya baik itu sifat kimia maupun fisika dan tetap terpisah dalam hasil akhir
bahan tersebut (bahan komposit). Jika perpaduan ini terjadi dalam skala
makroskopis, maka disebut sebagai komposit. Bahan komposit pada umumnya
terdiri dari dua unsur, yaitu serat (fiber) sebagai pengisi dan bahan pengikat seratserat tersebut yang disebut matrik. Didalam komposit unsur utamanya adalah
serat, sedangkan bahan pengikatnya menggunakan bahan polimer yang mudah
dibentuk dan mempunyai daya pengikat yang tinggi. Penggunaan serat sendiri
yang utama adalah untuk menentukan karakteristik bahan komposit, seperti :
kekakuan, kekuatan serta sifat-sifat mekanik lainnya. Sebagai bahan pengisi serat
digunakan untuk menahan sebagian besar gaya yang bekerja pada bahan
komposit, matrik sendiri mempunyai fungsi melindungi dan mengikat serat agar
bekerja dengan baik terhadap gaya-gaya yang terjadi. Oleh karena itu bahan serat
digunakan bahan yang kuat, kaku dan getas, sedangkan bahan matrik dipilih
bahan-bahan yang liat, lunak dan tahan terhadap perlakuan kimia.
Salah satu keuntungan material komposit adalah kemampuan material tersebut
untuk diarahkan sehingga kekuatannya dapat diatur hanya pada arah tertentu yang
kita kehendaki, hal ini dinamakan tailoring properties. Dan ini adalah salah
satu sifat istimewa komposit, yaitu ringan, kuat, tidak terpengaruh korosi, dan
mampu bersaing dengan logam, tidak kehilangan karakteristik dan kekuatan
mekanisnya, (Chung, 2003).
Dampak positif bagi lingkungan dari penggunaan natural fibre-reinforced
composites adalah mudah terurai, mengurangi efek rumah kaca, jenis
beragam,meningkatkan nilai guna dari tanaman pertanian, konsumsi energy
rendah dan biaya yang digunakan lebih murah. Adapun kekurangan menggunakan
serat alam dalam produk komposit antara lain mudah menyerap air, mudah
terbakar, tingkat keawetan rendah serta memiliki variasi sifat besar.

Universitas Sumatera Utara

Berikut ini adalah tujuan dari dibentuknya komposit, yaitu sebagai berikut :
1. Memperbaiki sifat mekanik dan/atau sifat spesifik tertentu
2. Mempermudah design yang sulit pada manufaktur
3. Keleluasaan dalam bentuk/design yang dapat menghemat biaya
4. Menjadikan bahan lebih ringan, (Bhagwan D.Agarwa, 2006).

2.2.1

Bagian-bagian utama dari komposit

A. Penguat (Reinforcement)
Salah satu bagian utama dari komposit adalah reinforcement (penguat) yang
berfungsi sebagai penanggung beban utama pada komposit. Berdasarkan bentuk
dari

reinforcement-nya, komposit dapat dibedakan menjadi: partikel sebagai

penguat, fiber sebagi penguat dan fiber sebagi struktur. Pembagian ini dapat
digambarkan seperti Gambar 2.3, (Ramatawa, 2008).

Gambar 2.3 Pembagian komposit berdasarkan bentuk dari reinforcement-nya


Pembagian komposit berdasarkan penguatnya, dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Partikel sebagai penguat (Particulate composites)
Keuntungan dari komposit yang disusun oleh reinforcement berbentuk partikel :
-

Kekuatan lebih seragam pada berbagai arah

Universitas Sumatera Utara

Dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan meningkatkan


kekerasan material

Cara

penguatan

dan

pengerasan

oleh

partikulat

adalah

dengan

menghalangi pergerakan dislokasi.


Panjang partikel dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut :
a. Large particle
Komposit yang disusun oleh reinforcement berbentuk partikel, dimana
interaksi antara partikel dan matrik terjadi tidak dalam skala atomik atau
molekular. Partikel seharusnya berukuran kecil dan terdistribusi merata. Contoh
dari large particle composite adalah cemet dengan sand atau gravel, cemet
sebagai matriks dan sand sebagai atau gravel, cemet sebagai matriks dan sand
sebagai partikel, Sphereodite steel (cementite sebagai partikulat), Tire (carbon
sebagai partikulat), Oxide-Base Cermet (oksida logam sebagai partikulat).
b. Dispersion strengthened particle

Fraksi partikulat sangat kecil, jarang lebih dari 3%.

Ukuran yang lebih kecil yaitu sekitar 10-250 nm.

2. Fiber sebagai penguat (Fiber composites)


Fungsi utama dari serat adalah sebagai penopang kekuatan dari komposit,
sehingga tinggi rendahnya kekuatan komposit sangat tergantung dari serat yang
digunakan, karena tegangan yang dikenakan pada komposit mulanya diterima
oleh matrik akan diteruskan kepada serat, sehingga serat akan menahan beban
sampai beban maksimum. Oleh karena itu serat harus mempunyai tegangan tarik
dan modulus elastisitas yang lebih tinggi daripada matrik penyusun komposit.
Fiber yang digunakan harus memiliki syarat sebagai berikut :
-

Mempunyai diameter yang lebih kecil dari diameter bulknya (matriksnya)


namun harus lebih kuat dari bulknya

Harus mempunyai tensile strength yang tinggi

Universitas Sumatera Utara

3. Fiber sebagai sturktural (Structute composites)


Komposit struktural dibentuk oleh reinforce- reinforce yang memiliki
bentuk lembaran-lembaran. Berdasarkan struktur, komposit dapat dibagi menjadi
dua yaitu struktur laminate dan struktur sandwich.
-

Laminate
Laminate adalah gabungan dari dua atau lebih lamina (satu lembar komposit

dengan arah serat tertentu) yang membentuk elemen struktur secara integral pada
komposit. Proses pembentukan lamina ini menjadi laminate dinamakan proses
laminai. Sebagai elemen sebuah struktur, lamina yang serat penguatnya searah
saja

(unidirectional lamina) pada umumnya tidak menguntungkan karena

memiliki sifat yang buruk. Untuk itulah struktur komposit dibuat dalam bentuk
laminate yang terdiri dari beberapa macam lamina atau lapisan yang
diorientasikan dalam arah yang diinginkan dan digabungkan bersama sebagai
sebuah unit struktur. Mikrostruktur lamina dan jenis-jenis dari arah serat dapat
dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Mikrostruktur lamina

Terdapat beberapa lamina, yaitu:

Continous fiber laminate

Discontinous fiber composite

Universitas Sumatera Utara

Sandwich panels
Komposit ini tersusun dari tiga lapis yang terdiri dari flat composite (metal

sheet) sebagai permukaan (skin) serta material inti (core) di bagian tengahnya.
Komposit ini cocok untuk menahan menahan beban lentur, impak, meredam
getaran dan suara. Kiomposit jenis ini dibuat untuk mendapatkan struktur yang
ringan tetapi mempunyai kekakuan dan kekuatan yang tinggi.
Berdasarkan penempatannya terdapat beberapa tipe serat pada komposit,
yaitu : continuous fiber composit, woveb fiber composite (bi-directional),
discontinuous fiber composite dan hybrid fiber composite. Penempatan ini dapat
dilihat pada Gambar 2.5.

:
Gambar 2.5 Tipe serat pada komposit
a) Continuous Fiber Composite (Komposit serat -kontinu)
Continuous atau uni-directional, mempunyai susunan serat panjang dan
lurus, membentuk lamina diantara matriksnya. Jenis komposit ini paling banyak
digunakan. Kekurangan tipe ini adalah lemahnya pemisahan antar lapisan,
(Decolon C. , 2000)
Ditinjau dari segi mekanik fungsi utama matrik adalah mentransfer tegangan
ke serat karena serat lebih kuat dan memiliki modulus elastisitas yang lebih tinggi
daripada matrik. Respon komposit terhadap tegangan kerja bergantung kepada
fasa matrik, fraksi volume relatif, panjang serat dan orientasi serat relatif terhadap
arah tegangan kerja. Beberapa prinsip dasar tentang respon elastik terhadap
tegangan dapat diperoleh dari model mekanik dimana serat kontinu memiliki satuarah (undirectional) dalam matrik isotropik tanpa void.

Universitas Sumatera Utara

Menggunakan huruf penandaan c, f , m, l, dan t kita dapat menengarai nilai


sifat untuk komposit (c), serat (f), matrik (m), arah longitudinal (l), dan arah
transversal (t). Jadi V f / V m adalah rasio fraksi volume serat dan matrik, dimana
(1 - V f )=V m . Persaman untuk teganganan (kekuatan) dan modulus elastisitas
adalah sebagai berikut.
= + .................................................................................... 2.1
Dimana :
= Kekuatan tarik komposit arah longitudinal (N/m2)

= Kekuatran tarik serat arah longitudinal (N/m2)


= Kekuatan tarik matrik (N/m2)
V f = Fraksi volume serat (%)

V m = Fraksi volume matrik (%)


Modulus elastisitas komposit dapat dihitung berdasarkan dengan :
= + . ................................................................................... 2.2

Dimana:

= Modulus elastisitas komposit (Pa)


= Modulus elastisitas serat (Pa)

= Modulus elastisitas matrik (Pa)


Sekarang dapat diturunkan hubungan berikut:
= .................................................................. 2.3
Hubungan ini menunjukkan bahwa bila rasio modulus dan/atau fraksi
volume serat meningkat, makin banyak regangan ditransfer ke serat.

Universitas Sumatera Utara

f
Tegangan
tarik

m
m

f
f = f Vf + m (1- Vf)

f - f

filamen

m - m

c = m (1- Vf)

matrik
Vcrit
Regangan

0 Vmin

(a)

(b)

Gambar 2.6 (a) Kurva tegangan regangan untuk filament dan matrik
(b) Ketergantungan kekuatan komposit pada fraksi volume
filament kontinu.
Pada perbandingan kurva tipikal tegangan tarik terhadap regangan untuk
material serat dan matrik (Gambar 2.6a), dapat dilihat bahwa regangan kritis
ditentukan oleh regangan pada saat serat putus, dan apabila regangan kritis ini

dilampaui komposit kehilangan efektivitasnya. Pada nilai regangan ini, ketika

matrik mulai mengalami deformasi plastis dan pengerasan regangan, tegangannya

. Jadi, pada Gambar 2.6b menunjukkan kekuatan komposit berada


adalah

diantara limit
dan , bergantung pada fraksi volume serat. Bila jarak serat

besar dan jumlahnya sedikit, maka beban yang dipikul oleh matrik lebih besar
daripada serat atau ketika nilai fraksi volum serat rendah, pembebanan yang besar
terjadi pada matrik sehingga kekuatan komposit

menjadi = (1 ).

Sementara jika fraksi volume besar beban diteruskan ke matrik dan serat

sehingga, = +
. Selanjutnya,

kekuatan komposit turun dengan

berkurangnya fraksi volume serat. Garis kontruksi yang menggambarkan kedua


efek ini berpotongan dititik minimum, V min . Jelas bahwa V f harus lebih besar dari

V crit agar kekuatan-tarik matrik memanfaatkan kehadiran serat. = dan V f =


V crit berlaku untuk volume kritis serat. Dari kaidah persamaan kita turunkan :

)/

= (
................................................................. 2.4

Universitas Sumatera Utara

Umumnya diinginkan V crit yang rendah agar masalah disperse dapat


dikurangi dan untuk menghemat jumlah serat penguat. Serat yang sangat kuat
akan memaksimalkan pembagi dan tentunya sangat membantu. Jadi suatu matrik
dengan kecenderungan pengerasan regangan kuat memerlukan fraksi volume serat
yang relatif banyak, (Smallman R. d., 2000).

b) Woven Fiber Composite (bi-dirtectional)


Komposit ini tidak mudah terpengaruh pemisahan antar lapisan karena
susunan seratnya juga mengikat antar lapisan. Akan tetapi susunan serat
memanjangnya yang tidak begitu lurus mengakibatkan kekuatan dan kekakuan
tidak sebaik tipe continuous fiber.
c) Discontinuous Fiber Composite (chopped fiber composite)
Komposit dengan tipe serat pendek masih dibedakan lagi menjadi :
1) Aligned discontinuous fiber
2) Off-axis aligned discontinuous fiber
3) Randomly oriented discontinuous fiber
Randomly oriented discontinuous fiber merupakan komposit dengan serat
pendek yang tersebar secara acak diantara matriksnya. Tipe acak sering digunakan
pada produksi dengan volume besar karena faktor biaya manufakturnya yang
lebih murah. Kekurangan dari jenis serat acak adalah sifat mekanik yang masih
dibawah dari penguatan dengan serat lurus pada jenis serat yang sama.
d) Hybrid fiber composite
Jenis fiber komersil yang biasa digunakan untuk pembuatan komposit antara
lain sebagai berikut : fiber glass, fiber nylon, fiber carbon, dll, (Attaf, 2011).
B. Matriks
Matriks adalah fasa dalam komposit yang mempunyai bagian atau fraksi
volume terbesar (dominan). Matriks mempunyai fungsi sebagai berikut :
a)

Mentransfer tegangan ke serat.

Universitas Sumatera Utara

b) Membentuk ikatan koheren, permukaan matrik/serat.


c)

Melindungi serat.

d) Memisahkan serat.
e)

Melepas ikatan.

f)

Tetap stabil setelah proses manufaktur, (Gibson, 1994).

Bahan polimer yang sering digunakan sebagai material matrik dalam komposit
ada dua macam adalah termoplastik dan termoset.Termoplastik dan termoset ada
banyak jenisnya, yaitu :
1.

Termoplastik, bahan-bahan yang mudah menjadi lunak kembali apabila


dipanaskan dan mengeras apabila didinginkan sehingga pembentukan
dapat dilakukan berulang-ulang karena mempunyai struktur yang linier.
Keistimewaan dari termoplastik ini adalah bahan-bahan termoplastik
yangb telah mengeras dapat diolah kembali dengan mudah sedangkan
termoset sulit dan bahkan tidak bisa diolah kembali. Tergolong
diantaranya Polyamide (PI), Polysulfone (PS),Poluetheretherketone
(PEEK), Polyhenylene Sulfide (PPS), Polypropylene (PP), Polyethylene
(PE).

2.

Termoset, merupakan bahan yang sulit mencair atau lunak apabila


dipanaskan karena harus membutuhkan temperature yang sangat tinggi.
Hal ini diakibatkan karena molekul-molekulnya mengalami ikatan silang
(cross linking) sehingga bahan tersebut sulit dan bahkan jarang didaur
ulang kembali, contoh bahan-bahan yang tergolong diantaranya Epoksi,
Polyester, Phenolic, Plenol, Resin Amino, Resin Furan, (Attaf, 2011).

Berdasarkan bentuk dari

matriks-nya, komposit dapat dibedakan menjadi :

komposit dengan matrik keramik (CMC), komposit dengan matrik logam (MMC)
dan komposit dengan matrik polimer (PMC). Pembagian ini dapat dilihat pada
Gambar 2.7.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.7 Klasifikasi komposit berdasarkan bentuk dari matriks-nya, (Decolon


C. , 2000).

2.3 EFEK ORIENTASI SERAT TERHADAP KEKUATAN


Faktor orientasi serat akan menentukan kekuatan mekanis dari suatu bahan
komposit dan arah dimanan kekuatan tersebut yang terbesar. Ada tiga jenis
orientasi serat yaitu penguatan satu dimensi, dua dimensi dan tiga dimensi. Jenis
penguat serat satu dimensi memiliki kekuatan dan modulus komposit yang
maksimum dalam arah orientasi sumbu serat. Jenis penguatan dua dimensi
menunjukkan kekuatan yang berbeda pada setiap arah orientasi serat. Sedangkan
jenis penguatan tiga dimensi adalah isotropic, artinya komposit akan memiliki
kekuatan yang sama pada satu titik. Sebagai contoh CSM (Random Chopped
Stand Mat) pada komposit dianggap isotropic, sedangkan pada bentuk anyaman
(woven roving) menunjukkan sifat yang berbeda pada setiap titik, maka material
ini disebut anisotropic, (Hull, 1988).
Komposit dengan sistem seperti woven roving menunjukkan kekuatan
pada arah serat itu lebih besar daripada bukan arah serat tersebut dan sifat ini juga
dipengaruhi fraksi volum serat.
Untuk anyaman satu arah kekuatan tariknya lebih besar pada arah serat
dibandingkan dengan arah tegak lurus terhadap serat. Pada arah normal yang
menanggung beban hanya matrik saja. Ini merupakan prinsip lamina ortotropik
yang berbentuk roving atau fabrik, serat-serat arahnya tertentu.

Universitas Sumatera Utara

Komposit diperkuat serat kontinu pada arah yang sama dengan arah
tegangan kerja. Kekuatan komposit tipe anisotropic ini bervariasi secara linier
dengan fraksi volume serat. Apabila orientasi serat membuat sudut dengan arah
tegangan tarik yang diterapkan,maka terjadi penurunan gradient kurva kekuatan
untuk nilai V f (fraksi volume serat) yang lebih besar dari V min . Efek pengurangan
ini diperoleh dengan memasukkan faktor orientasi dalam persamaan kekuatan
dasar yang menghasilkan:

= +
.............................................................................. 2.5

Dimana :

= Tegangan (kekuatan) komposit

= Faktor orientasi

= Tegangan (kekuatan)serat
= Fraksi volume serat

= Tegangan dimana matrik mulai mengalami deformasi plastis dan

pengerasan regangan.

V m = Fraksi volum matrik

Bila bertambah mulai dari nol, maka turun menjadi kurang dari satu.

Untuk menyajikan analisis yang lebih rinci dari variasi kekuatan komposit dengan
orientasi serat, lazim diterapkan teori tegangan maksimum berdasarkan
kenyataan bahwa ada tiga mode kegagalan komposit. Selain sudut orientasi serat
, terdapat tiga sifat komposit lain : kekuatan parallel dengan serat ( ),

kekuatan geser matrik parallel dengan serat , dan kekuatan tegak lurus pada

serat . Setiap mode kegagalan dinyatakan dengan persamaan yang

menghubungkan kekuatan komposit dengan tegangan terurai.

Untuk mode kegagalan pertama, yang dikendalikan oleh perpatahan serat

akibat tegangan tarik, berlaku persamaan :

Universitas Sumatera Utara

2 ...................................................................................... 2.6

Persamaan kegagalan yang dikendalikan oleh geseran pada bidang parallel dengan
serat adalah :
= 2

2 ................................................................................ 2.7

Apabila temperature dinaikkan. Mode kegagalan ini lebih mudah terjadi

pada komposit off-axis karena kekuatan geser turun lebih cepat dari .

Pada mode kegagalan ketiga, terjadi rupture transvers, baik di matrik atau

antar muka serat/matrik (debonding). Persamaan yang berlakua ialah :


=

2 .................................................................................. 2.8

Pada Gambar 2.12

memperlihatkan bentuk karakteristik dari hubungan

kekuatan komposit dan orientasi serat.Selain memperlihatkan ciri anisotropic


tinggi dari penguatan-kontinu satu arah, juga memperlihatkan manfaat apabila
nilai rendah. Perkiraan berdasarkan penerapan teori tegangan maksimum, dan
hasil eksperimen menunjukkan kesesuaian dan memastikan validasi umum kurva
ini. (Untuk perhitungan ini diperlukan nilai terukur dari , .

Mode kegagalan ditentukan oleh persamaan yang menghasilkan nilai

kekuatan komposit paling rendah, berarti bahwa rupture transvers dominan

apabila besar. Untuk nilai yang relatif besar, kekuatan komposit turun dengan
cepat, hal ini berkaitan dengan transisi dari kegagalan tarik ke kegagalan geser

pada serat.Teori memprediksikan kegagalan dalam arah longitudinal akan terjadi


pada saat 00 < <40, kegagalan geser terjadi pada saat 40 < < 240 dan kekuatan

transvers patahan terjadi pada saat > 240. Gambar 2.8 menunjukkan hubungan
antara mode kegagalan, kekuatan, dan orientasi serat, (Hull D. , 1988).

Universitas Sumatera Utara


Kegagalan dalam arah
longitudinal

Kekuatan
komposit

Kegagalan geser

Kegagalan dalam arah transvers


00

450

900

Sudut orientasi

Gambar 2.8 Hubungan antara mode kegagalan, kekuatan, dan orientasi serat
(diagram skematik untuk komposit serat kontinu satu arah)

Dengan mengeliminasi dihasilkan sudut kritis untuk transisi ini :

) .......................................................................... 2.9

= 1 (

Apabila kekuatan longitudinal sekitar sepuluh kali kekuatan geser matrik, maka
sudut kritis ini adalah sekitar 60.
Apabila penerapan meliputi tegangan kerja yang tidak bekerja dalam satu
arah, maka masalah anisotropi dapat diselesaikan secara efektif atau diminimalkan
dengan penggunaan serat-kontinu dalam bentuk tenunan kain atau laminasi.
Meskipun bentuk ini lebih isotropik dibandingkan komposit satu arah, selalu
terjadi penurunan kekuatan sedikit tetapi masih wajar dan penurunan kekakuan
yang tak terelakkan.
Serat gelas, serat karbon, dan serat aramid telah digunakan, dan kadangkadang digunakan kombinasi dari dua atau lebih jenis serat (komposit hibrida).
Penguatan tiga dimensi sempurna, yang memiliki sifat dalam arah tebal yang

Universitas Sumatera Utara

ditingkatkan, dihasilkan dengan menumpuk lembaran kain tenun dan merajutnya


dengan serat kontinu.
Laminasi yang berbasis serat karbon dan serat aramid biasanya
dipergunakan untuk aplikasi kinerja tinggi yang mencakup system tegangan
kompleks (seperti punter dan tekuk). Satuan konstruksi berwujud lapisan
komposit satu-arah yang tipius, dengan tebal 50-130 m. Lapisan disusun dengan
cermat dengan orientasi tertentu terhadap sumbu referensi orthogonal (00 dan
900). Urutan penumpukan paling sederhana adalah (0/90/90/0). Urutan lain yang
lebih

isotropic

adalah

(0/+45/-45/-45/+45/0)

dan

(0/+60/-60/-60/+60/0).

Penumpukan lapisan dibuat simetris terhadap bidang tengan laminasi untuk


mencegah distorsi dan untuk menjamin respon merata terhadap tegangan kerja.
Gelas serat pendek dengan orientasi acak banyak digunakan untuk
lembaran dan benda cetak tiga dimensi. Salah orientasi serat sering terjadi pada
komposit, yang seringkali merupakan hasil fabrikasi yang tidak dapat dihindari.
Sebagai contoh, resisn berisi serat pendek dibentuk dengan proses cetak injeksi,
dan campuran ini mengikuti jalur aliran yang rumit. Apabila benda hasil cetakan
dipotong, tampak bahwa serat mengikuti pola aliran. Pola ini ditentukan oleh
viskositas lelehan, profil cetakan dan kondisi pemrosesan. Pola aliran berulang
dari cetakan ke cetakan. Dekat permukaan cetakan, serat pendek cenderung
mengikuti jalur aliran steamline, di bagian tengah inti,dimana aliran lebih
turbulen, serta cenderung orientasi transvers, (Smallman R. d., 2000).
2.4 SERAT GELAS
Serat gelas (glass fiber ) adalah bahan yang tidak mudah terbakar. Serat
jenis ini biasanya digunakan sebagai penguat matrik jenis polimer. Komposisi
kimia serat gelas sebagain besar adalah SiO dan sisanya adalah oksida-oksida
alumunium (Al), kalsium (Ca), magnesium (Mg), natrium (Na), dan unsur-unsur
lainnya. (Santoso, 2002)
Berdasarkan bentuknya serat gelas dapat dibedakan menjadi beberapa
macam antara lain.

Universitas Sumatera Utara

1. Roving
Berupa benang panjang yang digulung mengelilingi silinder.
2. Woven Roving (WR)
Serat gelas jenis anyaman (woven roving) mempunyai bentuk seperti
anyaman tikar, serat gelas yang teranyam dibuat saling bertindih secara
selang seling ke arah vertikal dan horisontal (0 dan 90).
Berdasarkan jenisnya serat gelas dapat dibedakan menjadi beberapa
macam antara lain:
a. Serat E-Glass
Serat E-Glass adalah salah satu jenis serat yang dikembangkan sebagai
penyekat atau bahan isolasi. Jenis ini mempunyai kemampuan bentuk yang
baik.
b. Serat C-Glass
Serat C-Glass adalah jenis serat yang mempunyai ketahanan yang tinggi
terhadap korosi.
c. Serat S-Glass
Serat S-Glass adalah jenis serat yang mempunyai kekakuan yang tinggi.
Adapun perbandingan antara serat alami dan serat gelas ditunjukkan dalam
Tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1 Perbandingan antara serat alami dan serat gelas

Karakteristik
Massa jenis
Biaya
Terbarukan
Kemampuan daur ulang
Konsumsi energi
Distribusi
Menetralkan co2
Menyebabkan abrasi
Resiko kesehatan
Limbah

Serat Alam

Serat Gelas

Rendah
Rendah
Ya
Ya
Rendah
Luas
Ya
Tidak
Tidak
biodgradable

2 x serat alami
Rendah, lebih tnggi dari serat alam
Tidak
Tidak
Tinggi
Luas
Tidak
Ya
Ya
Tidak biodgradable

Universitas Sumatera Utara

Serat gelas mempunyai banyak macam keuntungan, sebahagian penguat karena :


1. Mudah ditarik menjadi serat berkekuatan tinggi dari keadaan lunak.
2. Mudah didapat dan dipabrikasi menjadi plastik yang diperkuat dengan
serat gelas
3. Sebagai serat ia kuat, dan bila disatukan dengan matriks plastik akan
memberikan komposit yang mempunyai kekuatan tinggi
4. Sangat berguna pada lingkungkungan yang korosif, (K.Van Rijwijk,
2001).

2.5 POTENSI KELAPA


Sebagai negara kepulauan dan berada di daerah tropis dan kondisi
agroklimat yang mendukung, Indonesia merupakan negara penghasil kelapa yang
utama di dunia. Pada tahun 2009, luas areal tanaman kelapa di Indonesia
mencapai 3.79.124 Ha, dengan total produksi diperkirakan sebanyak 3.257.969
ton butir kelapa, yang sebagian besar (95 persen) merupakan perkebunan rakyat.
Kelapa mempunyai nilai dan peran yang penting baik ditinjau dari aspek ekonomi
maupun sosial budaya, (Ditjenbun, 2010).
Namun dari sisi perolehan devisa, Indonesia kalah jauh dari Philipina
maupun dari Negara-negara lain. Hal itu terjadi karena sebagian besar hasil
sumber daya alam ini belum dikelola secara maksimal. Bahkan beberapa Negara
mengambil mentah bahan kelapa dari Indonesia untuk diolah menjadi produk
lanjut dengan value added yang tinggi, untuk diekspor kembali termasuk ke
Indonesia, (DEKINDO, 2000).
2.5.1 Kelapa (Cocos nucifera)
Kelapa merupakan tanaman perkebunan industri berupa pohon batang lurus
dari family Palmae.Dalam bahasa latinnya Cocos nucifera. Tanaman kelapa
disebut juga tanaman serbaguna, karena dari akar sampai ke daun kelapa
bermanfaat, demikian juga buahnya. Buah adalah bagian utama dari tanaman

Universitas Sumatera Utara

kelapa yang berperan sebagai bahan baku industri. Buah kelapa terdiri dari
beberapa komponen yaitu sabut kelapa, tempurung kelapa, daging buah kelapa
dan air kelapa. Daging buah adalah komponen utama yang dapat diolah menjadi
berbagai produk bernilai ekonomi tinggi. Sedangkan air, tempurung dan sabut
sebagai hasil samping (by product) dari buah kelapa juga dapat diolah menjadi
berbagai produk yang nilai ekonominya tidak kalah dengan daging buah (Lay dan
Pasang). Berbagai produk dapat dihasilkan dari buah kelapa, (Massijaya, 2005).
Mutu bahan baku dari buah kelapa dipengaruhi oleh karakter fisika-kimia
komponen buah kelapa, yang secara langsung dipengaruhi oleh jenis dan umur
buah kelapa secara tidak langsung oleh lingkungan tumbuh dan pemeliharaan.
Lingkungan tumbuh yang sesuai dan pemeliharaan yang baik akan menghasilkan
bahan baku bermutu untuk diolah lebih lanjut. Secara umum kelapa terdiri atas
tiga jenis , yaitu :
1. Kelapa Dalam dengan varietas Viridis (kelapa hijau),Rubbercus (Kelapa
merah),Macrocorpus (kelapa kelabu), Sakarina (kelapa manis).
2. Kelapa Genjah dengan varietas eburnean (kelapa gading), varietas Regia
(kelapa raja), Pumila (kelapa puyuh), Pretiosa (kelapa raja malabar).
3. Kelapa Hibrida
Ketiga jenis kelapa ini berbeda saat mulai berbuah, jumlah produksi buah dan
komposisi kimia buah. Faktor yang sangat mempengaruhi mutu bahan baku hasil
samping kelapa adalah komposisi kimia.
Dalam kandungan selulosa, pentose, lignin dan arang, pada tempurung serta
sabutkelapa Dalam lebih tinggi dari pada kelapa Genjah dan Hibrida, sedangkan
kelapa Genjah dan Hibrida kadar abunya yang lebih tinggi. Kondisi ini
menyebabkan untuk industri arang dan serat sabut mutu buah kelapa Dalam lebih
baik dibandingkan dengan buah kelapa Genjah Dan Hibrida. Untuk industri air
kelapa ke tiga jenis kelapa ini tidak jauh berbeda. Umur buah menunjukkan
tingkat pertumbuhan buah kelapa, dimulai pada bulan ketiga, berat buah
maksimum dicapai pada bualan ketujuh, sedangkan volume pada bulan ke
delapan. Tempurung terbentuk pada bulan ke tiga dan mencapai maksimum pada

Universitas Sumatera Utara

bulan ke Sembilan. Daging buah mulai terlihat pada bulan ketujuh dan mencapai
berat maksimum pada bulan keduabelas. Pada bulan ketujuh pada saat berat buah
maksimum proporsi komponen buah terdiri atas 62% sabut, 7% tempurung, 1%
daging buah, sisanya adalah air. Pada saat panen (12 bulan), proporsi berat basah
sabut 56%, tempurung 17 %, daging buah 27%; proporsi berat kering sabut 42%,
tempurung 28%, dan daging buah 30%. Mutu tertinggi dari produk hasil samping
akan tercapai pada saat umur buah 13 bulan terkecuali untuk nata de coco, pada
umur demikian pertumbuhan buah sudah terhenti, kadar air pada sabut sudah
turun dan kandungan abu juga rendah. Sedangkan untuk nata de coco pada umur
13 bulan kandungan minyak pada air kelapa mulai menungkat yang menyebabkan
rendahnnya mutu nata de coco, (Allorerung, 1998).
2.5.2 Serat Sabut Kelapa (SSK)
Buah kelapa terdiri dari epicarp yaitu bagian luar yang permukaannya
licin, agak keras dan tebalnya 0,7 mm, mesocarp yaitu bagian tengah yang
disebut sabut, bagian ini terdiri dari serat keras yang tebalnya 35 cm, endocarp
yaitu tempurung tebalnya 36 mm. Sabut merupakan bagian tengah (mesocarp)
epicarp dan endocarp.

Sabut kelapa merupakan bagian terluar buah kelapa. Ketebalan sabut


kelapa berkisar 5-6 cm yang terdiri atas lapisan terluar (exocarpium) dan lapisan
dalam (endocarpium). Endocarpium mengandung serat halus sebagai bahan
pembuat tali, karpet, sikat, keset, isolator panas dan suara, filter, bahan pengisi
jok kursi/mobil dan papan hardboard. Satu butir buah kelapa menghasilkan 0,4 kg
sabut yang mengandung 30% serat.
Komposisi kimia sabut kelapa terdiri atas selulosa, lignin, pyroligneous
acid, gas, arang, ter, tannin, dan potasium. Dilihat sifat fisisnya sabut kelapa
terdiri dari :

a) Seratnya terdiri dari serat kasar dan halus dan tidak kaku.
b) Mutu serat ditentukan dari warna dan ketebalan.

Universitas Sumatera Utara

c) Mengandung unsur kayu seperti lignin, suberin, kutin, tannin dan zat lilin.

Dari sifat mekanik nya :


a) Kekuatan tarik dari serat kasar dan halus berbeda.
b) Mudah rapuh.
c) Bersifat lentur, (Sudarsono, 2010).

2.5.3 Komposisi Serat Sabut Kelapa


Hasil uji komposisi serat sabut kelapa berdasarkan SNI yang dilakukan
Sarana Riset dan Standarisasi dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut :

Tabel 2.2 Komposisi Serat Sabut Kelapa


Parameter

Kadar Abu

Hasil Uji
Komposisi
(%)
2.02

Metode Uji

SNI 14-1031-1989

Kadar Lignin (Metode Klason)

31.48

SNI 14-0492-1990

Kadar sari

3.41

SNI 14 1032 -1989

Kadar Alfa Selulosa

32.64

SNI 14 0444-1989

Kadar total selulosa

55.34

Metoda Internal BBPK

Kadar pentosan sebagai


Hemiselulosa
Kelarutan dalam NaOH 1 %

22.70

SNI 01-1561-1989

20.48

SNI 19-1938-1990

Uji komposisi sifat kimia untuk megetahui komposisi kimia yang terdapat
dalam serat sabut kelapa. Uji kadar abu untuk mengetahui kadar abu yang terdapat
dalam serat sabut kelapa. Uji lignin untuk mengetahui jumlah lignin dalam serat
sabut kelapa. Lignin adalah bagian yang terdapat dalam lamela tengah dan
dinding sel yang berfungsi sebagai perekat antar sel, dan merupakan senyawa
aromatik yang berbentuk amorf. Suatu komposit akan mempunyai sifat fisik atau
kekuatan yang baik apabila mengandung sedikit lignin, karena lignin bersifat kaku
dan rapuh, (Sunaryo, 2008).

Universitas Sumatera Utara

2.6 POLIPROPILEN
Plastik merupakan bahan teknis yang berasal dari polimer, meskipun
istilah polimer lebih popular menunjukkan kepada plastik.
Sejak abad 20, plastik dinggap sebagai material yang baru, kemudian
berkembang secara luas penggunaannya dari hanya beberapa ratus ton pada tahun
1930-an, menjadi 150 juta ton/tahun pada tahun 1990-an dan 220 juta ton/tahun
pada tahun 2005.Saat ini penggunaan material plastik di Negara-negara Eropa
Barat mencapai 80 kg/orang/tahun, sementara di India hanya 2kg/orang/tahun.
Seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan plastik terus
meningkat. Data BPS tahun 2001 menunjukkan bahwa volume perdagangan
plastic impor Indonesia, terutama Polipropilen (PP) pada tahun 1995 sebesar
136.122,7 ton sedangkan pada tahun 1999 sebesar 182.523,6 ton sehingga pada
kurun waktu kurang lebih 4 tahun itu terjadi peningkatan yang cukup signifikan
yaitu sebesar 34,15 %. Jumlah itu diperkirakan terus meningkat pada tahun-tahun
selanjutnya. Sebagai konsekuensinya, peningkatan limbah plastikpun tidak dapat
terelakkan. Pemanfaatan limbah plastic merupakan upaya penekanan pembuangan
plastic seminimal mungkin dan dalam batas tertentu, menghemat sumber daya dan
mengurangi bahan impor. Pemnafaatan limbah plastic dapat dilakukan dengan
pemakaian kembali (reuse) maupun daur ulang, (BPS, Statistik Perdagangan Luar
Negeri, 2002).
Pemanfaatan limbah plastic dengan cara daur ulang umumnya dilakukan
oleh pihak industri. Secara umum terdapat empat prasyarat agar suatu limbah
plastic dapat diproses oleh industri, antara lain limbah harus dalam bentuk tertentu
sesuai dengan kebutuhann (biji, pellet, serbuk, pecahan, limbah harus homogeny,
tidak terkontaminasi serta diupayakan tidak teroksidasi). Untuk mengatasi
masalah tersebut sebelum digunakan limbah plastic diproses melalui tahapoan
sederhana, yaitu : pemisahan, pemotongan, pencucian, dan penghilangan zat-zat
seperti besi dan sebagainya. Pemanfaatan dan penggunaan limbah plastic daur

Universitas Sumatera Utara

ulang dalam pembuatan kembali barang-barang plastik telah berkembang pesat.


Hampir seluruh jenis limbah plastik (80%) dapat diproses kembali menjadi barang
semula walaupun harus dilakukan pencampuran dengan bahan baku baru dan
aditif untuk meningkatkan kualitas. Empat jenis limbah plastik yang popular dan
laku dipasaran yaitu : Polietilen (PE),High Density Polyetilena (HDPE), asoi, dan
Polietilena (PP), (Haryono, 2010).
Polipropilen (PP) termasuk jenis plastic olefin dan merupakan polimer
dari propilen. Dikembangkan sejak tahun 1950 dengan berbagai nama dagang,
seperti : Bexfane, Dynafilm, Laufaren, Escon, Olefane, Profax. Polipropilena lebih
kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik
terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap. Monomer
polipropilen diperolah dengan pemecahan secara thermal naphta

(distalasi

minyak kasar) etylen, propilen dan homologues yang lebih tinggi dipisahkan
dengan distalasi pada temperature rendah, dengan menggunakan katalis Natta
Ziegeler, (D.W. Van Krevelen, 2000).
Sifat utama dari Polipropilen, yaitu :
1. Ringan (kerapatan 0,9 g/cm3), mudah dibentuk, tembus pandang dan jernih
dalam pembuatan film.
2. Mempunyai kekuatan tarik lebih besar dari polyethylene (PE). Pada suhu
rendah akan rapuh, dalam bentuk murni pada suhu -30000C mudah pecah
sehingga perlu ditambahkan polyethylene atau bahan lain untuk
memperbaiki ketahanan terhadap benturan.
3. Lebih kaku dari PE dan tidak gampang sobek sehingga lebih mudah
penanganannya.
4. Permeabilitas uap air rendah, permeabilitas gas sedang.
5. Tahan terhadap suhu tinggi sampai dengan 1500C.
6. Titik leleh cukup tinggi pada suhu 1700C.
7. Tahan terhadap asam kuat, basa dan minyak. Tidak terpengaruh pada
pelarut olehj suhu kamar kecuali HCL.

Universitas Sumatera Utara

8. Pada suhu tinggi polipropilen akan bereaksi dengan benzene, siklena,


toluene, terpentin dan asam nitrat kuat, (Bilmeyer, 1994).
Polipropilena disusun oleh monomer-monomer yang merupakan senyawa
vinil jenuh dengan stuktur (CH 2 =CH-CH 3 ). Proses polimerisasi ini akan
menghasilkan suatu rantai linier berbentuk A-A-A-A-A- dengan A adalah
polipropilen yang merupakan polimer hidrokarbon.
Kristalinitas merupakan sifat penting yang terdapat pada polimer yang
menunjukkan susunan molekul yang lebih teratur. Sifat kristalinitas yang tinggi
menyebabkab regangannya tinggi dan kaku . Dalam polipropilen, rantai polimer
yang terbentuk dapat tersusun membentuk daerah kristalin dan amorf yang mana
atom-atom terikat secara tetrahedral dengan sudut ikatan C-C sebesar 109,50 dan
membentuk rantai zig-zag planar, (Steven, 2007).
Karakteristik polipropilen secara umum dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut ini.
Tabel 2.3 Karakteristik Polipropilen secara umum
Physical Properties
Tensil Strength
(0.095 -1.30) N/mm2
Notched Impact Strength
(3.0 30.0 ) Kj/m2
Thermal Coefficient of expantion
(100 - 150) x 10-6
Density at 230C
0.90 0.91 g/cm3
Water absorbtion(24hrs,3.2mm thicknes) <0.01%
Refractive Index
1.49
Thermal conductivity
3.3 cal cm/cm2 0C sec x 10-4
Coeffisient of linier thermal expantion
8 11 cm0C / cm x 10-5
Specific heat
0.44 -0.46 cal / 0C/g
Density of Melt at 1800C
0.769 g/cc
Heat of combustion
19,400 Btu / lb
Oxygen index
17.4
Decomposition temperature range
328 410 0C
Dielectric constant (0.1MHz)
2.25
Dissipation factor (0.1 MHz)
<0.0002
Specific volume resistively
>1016.Cm

Universitas Sumatera Utara

Polipropilena pertama kali dipolimerisasi oleh Dr.Karl Rehn di Hoechst


AG, Jerman, pada tahun 1951. Polipropilena atau polipropena (PP) adalah sebuah
polimer termoplastik yang dibuat oleh industri kimia dan digunakan dalam
berbagai aplikasi, diantaranya pengemasan, tekstil dll, (Sperling, 2000).
2.7 ASPAL
Aspal merupakan senyawa hidrokarbon berwarna coklat gelap atau hitam
pekat yang dibentuk dari unsur-unsur asphathenes, resins, dan oils. Aspal pada
lapis perkerasan berfungsi sebagai bahan ikat antara agregat untuk membentuk
suatu campuran yang kompak, sehingga akan memberikan kekuatan masingmasing agregat (Kerbs and Walker, 1971). Selain sebagai bahan ikat, aspal juga
berfungsi untuk mengisi rongga antara butir agragat dan pori-pori yang ada dari
agregat itu sendiri. Pada temperatur ruang aspal bersifat thermoplastis, sehingga
aspal akan mencair jika dipanaskan sampai pada temperatur tertentu dan kembali
membeku jika temperatur turun. Bersama agregat, aspal merupakan material
pembentuk campuran perkerasan jalan. Banyaknya aspal dalam campuran
perkerasan berkisar antara 4-10% berdasarkan berat campuran, atau 10-15%
berdasarkan volume campuran. Berdasarkan tempat diperolehnya, aspal
dibedakan atas aspal alam dan aspal minyak. Aspal alam yaitu aspal yang didapat
di suatu tempat di alam, dan dapat digunakan sebagaimana diperolehnya atau
dengan sedikit pengolahan. Aspal minyak adalah aspal yang merupakan residu
pengilangan minyak bumi, (Sukirman, 2003).
Secara umum, jenis aspal dapat diklasifikasikan berdasarkan asal dan proses
pembentukannya adalah sebagai berikut :
1. Aspal Alamiah. Aspal ini berasal dari berbagai sumber, seperti pulau
Trinidad dan Bermuda.
2. Aspal Batuan. Aspal ini merupakan endapan alamiah batu kapur atau batu
pasir yang diperpadat dengan bahan-bahan berbitumen.

Universitas Sumatera Utara

3. Aspal Minyak Bumi. Bahan-bahan pengeras jalan aspal sekarang berasal


dari minyak mentah domestik bermula dari ladang-ladang di beberapa
negara bagian.
Aspal pabrik merupakan aspal yang terbentuk oleh proses yang terjadi
dalam pabrik, sebagai hasil samping dari proses penyulingan minyak bumi. Aspal
pabrik ini, mempunyai kualitas standart. Aspal pabrik terbagi kedalam tiga jenis,
yaitu :
1. Aspal emulsi, yaitu campuran aspal (55%-65%), air (35%-45%) dan bahan
emulsi 1% sampai 2%.
2. Aspal cair, disebut juga aspal cut-back, yang dibagi-bagi menurut proses
fraksinya.
3. Aspal beton, disebut juga Asphalt Concrete (AC) yang dibagi-bagi
menurut angka penetrasinya. Misal : AC 40/60, AC 60/70, dan seterusnya,
(Oglesby, 1996).
Aspal padat iran dengan penetrasi 60/70 merupakan salah satu jenis aspal
yang diimport dari Iran-Teheran. Aspal jenis ini sangat sesuai dan
direkomendasikan untuk Negara beriklim tropis seperti Indonesia, karena di
desain untuk bisa elastic menyesuaikan suhu yang naik dan turun, contohnya aspal
yang dipergunkaan sebagai bahan utama dalam penelitian ini yaitu aspal tersebut
yang tercantum seperti pada Tabel 2.4 berikut ini.
Tabel 2.4 Data Jenis Pengujian dan Persyaratan Aspal Tipe Grade 60/70
Sifat

Ukuran Spesifikasi

Densitas pada T=25oC

Kg/m2

1010-1060

Penetrasi pada T=25oC


Titik leleh
Daktilitas padaT= 25oC
Kerugian pemanasan

0,1 mm
o
C
Cm
%wt

60/70
49/56
Min.100
Max.0,2

Standar
pengujian
ASTMD71/3289
ASTM-D5
ASTM-D36
ASTM-D113
ASTM-D6

Universitas Sumatera Utara

Penurunanpenetrasi setelah pemanasan %


Titik Nyala
Kelarutan dalam Cs2
Spot Test

C
%wt

Max20

ASTM-D5&D6

Min. 250
Min. 99,5
Negatif

ASTM-D92
ASTM-D4
AASHO T102

Berdasarkan ketiga bentuk aspal tersebut, semen aspal atau aspal padat yang
paling banyak digunakan. Aspal yang digunakan untuk perkerasan jalan yang
dicampurkan dengan agregat atau tanpa bahan tambahan disebut dengan aspal
beton. Yang paling umum digunakan yaitu aspal beton campuran panas yang
dikenal dengan Hot Mix sedangkan jenis lainnya seperti aspal beton campuran
hangat, aspal beton campuran dingin, dan aspal mastis. (Olgesby, 1996)
Penambahan bahan polimer pada aspal yang bersifat plastomer dapat
meningkatkan kekuatan tinggi dalam campuran aspal polimer. Pada sisi lain,
bahan yang bersifat elastomer seperti karet alam, maupun karet sintetis, dapat
memberikan aspal dengan fleksibilitas dan keelastisan yang lebih baik, termasuk
juga perbaikan terhadap resistensi dan ketahanan terhadap temperatur rendah.
Bahan aditif aspal yang biasanya dipakai adalah material dari jenis karet, baik
karet sintetis, karet buatan, karet yang sudah diolah (dari ban bekas), atau bahan
plastik. Aspal telah digunakan selama ribuan tahun sebagai bahan waterproofing.
Di Amerika Utara, aspal telah digunakan selama sekitar 150 tahun sebagai bahan
atap. Lebih khusus lagi, Buil-up Roofing (BUR) telah digunakan selama lebih
dari 100 tahun. Bahan baru yang diperkenalkan sebagai alternatif BUR adalah
produk formulasi kimia yang berbeda. Produk ini menyediakan berbagai macam
pilihan yang memenuhi karakteristik kinerja yang diperlukan, (Paroli R. a., 1997).
2.8 AGREGAT
Agregat merupakan butir-butir batu pecah, kerikil,pasir atau mineral lain,
baik yang berasal dari alam maupun buatan yang berbentuk mineral padat berupa
ukuran besar maupun kecil atau fragmen-fragmen.

Universitas Sumatera Utara

Sifat agregat merupakan salah satu faktor penentu kemampuan perkerasan


jalan memikul beban lalu lintas dan daya tahan terhadap cuaca. Agregat,
berdasarkan ukuran butirannya dapat dibagi atas 3 bagian, yaitu :
1. Agregat Kasar, adalah agregat dengan ukuran butiran lebih besar dari
saringan No.8 (2,36 mm).
2. Agregat Halus, adalah agregat dengan ukuran butiran lebih halus dari
saringan No.8 (2,36 mm).
3. Bahan pengisi (filler), adalah bagian dari agregat halus yang minimum
75% lolos saringan No.30 (0,06).
Agregat pasir adalah bahan batuan halus yang terdiri dari butiran sebesar
0,14 5 mm didapat dari hasildisintegrasi batu alam (natural sand) atau dapat
juga pemecahannnya (artificial sand), dari komposisi pembentukan tempat
terjadinya pasir alam dapat dibedakan atas : pasir galian, pasir sungai, pasir laut
yaitu bukit-bukit pasir yang dibawa kepantai. (Wignall, Proyek Jalan Raya, Edisi
Keempat, 2003)
Pasir merupakan agregat halus yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran aspal beton. Agregat ini menempati kurang lebih 70% dari
volume

aspal,sehingga

akan

sangat

berpengaruh

terhadap

kekuatannya,

(Sukirman, 2003).

2.9 GENTENG
Suatu atap berfungsi melindungi terutama terhadap hujan. Tergantung atas
sifat alami bangunan, atap itu bisa juga melindungi dari panas, cahaya matahari,
dingin dan angin. Jenis-jenis lain dari struktur, sebagai contoh, suatu bangunan
untuk kebun, akan melindungi dari dingin, angin dan hujan tetapi bisa tembus
cahaya. Suatu rumah bisa diatapi dengan material yang melindungi dari cahaya
matahari tetapi tidak menghalangi unsur-unsur yang lain. Setiap jenis penutup
atap punya kelebihan dan kekurangangnya masingmasing.
Jenis genteng bermacam-macam, ada genteng beton, genteng tanah liat,
genteng keramik, genteng seng dan genteng kayu (sirap) dan lain-lain. Agar

Universitas Sumatera Utara

kualitas genteng optimal, maka daya serap air harus seminimal mungkin, agar
kebocoran dapat diminimalisir, (Piere, 2010).
Setiap jenis penutup atap mempunyai kelebihan dan kekurangannya masingmasing. Anda bisa memilihnya dengan mempertimbangkan penampilan,
kepraktisan, bentuk dan umur rencananya masing-masing. Berikut akan dibahas
beberapa jenis yang paling popular saat ini :

2.9.1

Genteng Komposit Polimer

Genteng berbasis polimer merupakan suatu alternatif pengganti genteng


yang kita kenal selama ini, dibuat dengan mencampur polimer sebagai matriks
dan pengisi (filter) dari bahan sintetis atau bahan alam. Genteng komposit polimer
dibuat secara partikel komposit dengan terlebih dahulu mengubah bentuk bahan
pengisi menjadi partikel, partikel ini kemudian dicampur dengan matrik polimer
pada suhu titik leleh polimer tersebut.
Matrik yang digunakan adalah polietilen, polipropilen dan paduan
polietilen-karet alam, sedangkan bahan pengisinya adalah jerami, pasir dan serbuk
gergaji. Mutu genteng komposit polimer yang dihasilkan bergantung pada bahan
matriks, pengisi dan perbandingan komposisi antara matrik dan pengisi. Terhadap
komposit yang diperoleh dilakukan uji fisik, mekanik, termal, homogenitas,
derajat kristalinitas dan cuaca. Komposit polimer yang memberikan sifat yang
diinginkan lalu dicetak sesuai dengan bentuk genteng sehingga diperoleh genteng
komposit polimer. Secara keseluruhan genteng komposit polimer mempunyai
beberapa keunggulan seperti ringan, kuat, ekonomis dan estetis serta
menggunakan bahan alam yang berlimpah sebagai bahan pengisi. Keuntungan
dari genteng polimer ini yaitu ramah lingkungan, tahan lama, pemeliharaanya
mudah dan fleksibel.
Berdasarkan sistemnya genteng ini memiliki struktur polimer khusus yang
meningkatkan fleksibilitas. Kekuatan tarik produk meningkat karena usia

Universitas Sumatera Utara

pembuatan lapisan lebih kuat dan lebih tahan lama untuk menyediakan produk
dengan kinerja yang sangat baik, (Batan.2009).
2.9.2 Genteng Aspal (Modified Bituminous Sheet)
Bahan material satu ini dari campuran lembaran bitumen (turunan aspal)
dan bahan kimia lain (polimer), ditambah dengan bahan pengisi dan aditif
.Komponennya dapat divariasi menurut karakter yang diinginkan Material ini
diolah sehingga menghasilkan sebuah genteng yang tahan terhadap cuaca
dingin,tahan sinar UV, ringan, lentur, dan tahan air dan restan terhadap
kelembaban dan kebocoran .
Secara luas genteng modifikasi turunan aspal ini menggunakan bahan SBS
(Styrene-butadine-styrene) dan APP (atactic polypropylene). Komposisi SBS ratarata 12 15 %. Pada umumnya, banyaknya digunakan SBS karena temperature
fleksibilitasnya rendah dan tahan kelelahan. Ada banyak perbedaan nilai SBS
yang menekankan satu atau lebih bentuk yang diperlukan untuk proses dan
pencapaian dari lapisannya.APP adalah hasil dari manufaktur IPP (isotacticpolypropylene). Hal Ini meliputi 25 % - 35% dari komposisi modifikasi, untuk
meningkatkan

bentuk mekaniknya.

Hasil modifikasi

APP lebih

tinggi

kekuatannya dan rendah elongasinya dibandingkan dengan SBS. Jumlah yang


sedikit dari pengisi menyebabkan kekakuan tetapi jumlah yang besar mengurangi
fleksibilitas dan sifat adhesinya. Konsekuensinya, hasil yang baik adalah memiliki
sedikit pengisi.
Modifikasi SBS digunakan untuk genteng, sifatnya yang fleksibel dan
temperaturnya rendah. Berikut ini Tabel 2.5 model komposisi lapisan turunan
aspal.
Tabel 2.5 Model komposisi genteng lapisan turunan aspal
Komposisi
Aspal

Persen Berat(%)
50

APP atau SBS


Pengisi (Filler)

25-35
10-20

Minyak (Oil)

Universitas Sumatera Utara

Beberapa variasi dari penguat glass dan komposit polyester disatukan


dalam lapisan untuk meningkatkan bentuknya. Sebahagian terdiri dari lembaran
plastic, film atau mat. Lapisan genteng aspal lebih baik permukaannya daripada
tanpa aspal. Butiran (granule) berfungsi untuk melindungi permukaan dari
penurunan efek sinar UV. Pada beberapa lapisan laminat glass untuk melindungi
permukaan dari patah atau pemindahan butiran. Jumlah penguatan pabrik
tergantung dari pembuatan produknya. Ketebalan lapisan ini kira-kira 5 mm.
Aspal dalam hal ini berfungsi sebagai water proofing sehingga atap
menjadi tahan terhadap kebocoran. Selain anti bocor, genteng aspal juga lebih
ringan dibandingkan genteng tanah liat, beton, atau genteng keramik. Dengan
bobot yang ringan konstruksi atap pun bisa diminimalkan, sehingga biaya pun
bisa dihemat.
Ada dua model yang tersedia di pasar. Pertama, model datar bertumpu
pada multipleks yang menempel pada rangka. Multipleks dan rangka dikaitkan
dengan bantuan sekrup. Genteng aspal dilem ke papan. Untuk jenis kedua, model
bergelombang, model ini cukup disekrup pada balok gording.
Disini penulis mencoba merencanakan pembuatan genteng dengan
menggunakan bahan plastic (polimer) dari polipropilena yang diperkuat serat
alam (serat sabut kelapa). Untuk membuat barang-barang plastik agar mempunyai
sifat-sifat seperti yang dikehendaki, maka dalam proses pembuatannya selain
bahan baku utama diperlukan bahan tambahan atau aditif. Keuntungan dari
genteng aspal ini, yaitu : ramah lingkungan, tahan lama, dan pemeliharaanya
mudah dan fleksibel. Berdasarkan sistemnya

genteng ini memiliki struktur

polimer khusus yang meningkatkan fleksibilitas. Kekuatan tarik produk


meningkat karena usia pembuatan lapisan lebih kuat dan lebih tahan lama untuk
menyediakan produk dengan kinerja yang sangat baik, (Paroli & Dutt, 1997).

2.10

KARAKTERISTIK GENTENG KOMPOSIT POLIMER

Karakterisasi dari genteng komposit polimer dilakukan untuk mengetahui


dan menganalisis campuran matrik dan filler. Karakterisasi ini meliputi sifat fisis

Universitas Sumatera Utara

seperti kerapatan dan daya serap air. Sifat mekanis meliputi uji kekuatan lentur ,
kekuatan impak, kekuatan tarik serta sifat termal meliputi titik bakar dan titik
nyala.
Karakterisasi genteng aspal sampai saat ini belum memiliki Standar
Nasional Indonesia (SNI) sehingga peneliti merujuk kepada standar genteng
komersial yang sudah pernah dibuat oleh industri genteng di Ukraina (Terdapat
pada Lampiran Q). Adapun karakteristik genteng aspalnya dapat dilihat pada
Tabel 2.6 berikut.
Tabel 2.6 Karakteristik Genteng Komposit Polimer Komersil
No Sifat Fisik dan Mekanik

Nilai

Daya serap air

0,6 %

Kuat bengkok

10 MPa

Ketahanan beku

Tidak kurangdari 150 cycle,cm

Abradability

0,9 g/cm3

Jangka waktu pelunturan

Tidak kurang dari50 tahun

Kedap air

Kedap air

Densitas (Kerapatan)

1500kg/m3

Ketahanan pukul

Tahan pukul

Sifat tahan bakar

Susah terbakar

10

Massa dalam 1 m2

20 kg

11

Masa dalam 1 pc

2,1 kg

12

Jumlah dalam 1 m2

9 pc

(Sumber :http://roofing.com.ua/en/news/2010/09/26/ppcher.htm)
2.10.1 Pengujian Sifat Fisis
Untuk mengetahui sifat-sifat fisis genteng komposit polimer dilakukan pengujian
kerapatan () dan Daya Serap Air seperti beerikut :
a. Kerapatan ()
Pengujian kerapatan dilakukan pada kondisi kering udara dan volume kering
udara. Sampel ditimbang beratnya, lalu diukur rata-rata panjang. Lebar dan

Universitas Sumatera Utara

tebalnya untuk menentukan volumenya. Kerapatan sampel genteng komposit


polimer dihitung dengan rumus :

Dimana :

................................................................................................. 2.10

= Kerapatan (gr/cm3)
m = massasampel (gr)

v = volume sampel (cm3)

b. Daya Serap Air


Pada saat terbentuk sampel, kemungkinan terjadinya udara yang terjebak
dalam lapisan agregat atau terjadi karena dekomposisi mineral yang terbentuk
akibat perubahan cuaca, maka terbentuklah lubang atau rongga kecil didalam
butiran agregat (pori). Pori dalam sampel bervariasi dan menyebar diseluruh
butiran. Pori-pori menjadi resercvoir air bebas didalam agregat.
Persentase berat air yang mampu diserap agregat dan serat di dalam air
disebut daya serapan air. Sedangkan banyaknya air yang terkandung dalam
agregat dan serat disebut Kadar Air (KA).
Pengujian daya serap air ini telah dilakukan terhadap semua jenis variasi
sampel yang ada. Prosedur pengujian daya serap air ini mengacu pada ASTM C20-00-2005. Pengujian daya serap air air (Water absorbtion) dilakukan pada
masing-masing sampel pengeringan. Lama perendaman dalam air adalah selama
24 jam dalam suhu kamar. Massa awal sebelum dan sesudah direndam diukur.
Untuk mendapatkan nilai penyerapan air dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :

Dimana :

100% ............................................ 2.11

M b = Massa sampel dalam keadaan basah (gr)

Universitas Sumatera Utara

M k = Massa sampel dalam keadaan kering (gr)


Pengujian daya serap air ini mengacu pada ASTM C-20-00-2005 tentang
prosedur pengujian, dimana bertujuan untuk menentukan besarnya persentase air
yang terserap oleh sampel yang direndam dengan perendaman 24 jam.
2.10.2 Pengujian Sifat mekanik
a. Kekuatan Lentur (Ultimated Flexural Strength)
Pengujian kekuatan lentur (UFS), dimaksudkan untuk mengetahui ketahanan
komposit terhadap pembebanan pada tiga titik lentur. Disamping itu, pengujian ini
juga dimaksudkan untuk mengetahui keelastisan suatu bahan. Adapun yang
dimaksud dengan deformasi elastic suatu bahan adalah deformasi yang segera
hilanag setelah gaya luar yang mengenainya dihilangkan. Pada pengujian ini
terhadap sampel uji diberikan pembebanan yang arahnya tegak lurus terhadap
arah penguatan serat. Uji Lentur ini menggunakan ASTM D790 Persamaan
berikut diberikan untuk memperoleh kekuatan lentur :

22

........................................................................................ 2.12

UFS = Kekuatan lentur (Nm-2)


P

= Gaya penekanan (N)

= Jarak dua penumpu (m)

= Lebar sampel (m)

= tebal sampel (m)

b. Kekuatan Impak
Pengujian impak dapat dilakukan dengan menggunakan alat Wolpert Type :
CPSA Cap: 4 Joule model charpy. Perbedaan model Charpy dan Izod adalah
peletakan sampel specimen. Penggunaan dengan charpy lebih akurat karena pada
metode izod pemegang specimen juga turut menyerap energy, sehingga energy
yang terukur bukanlah energy yang mampu diserap material seutuhnya. Uji impak

Universitas Sumatera Utara

ini bertujuan untuk menguji ketahanan sampel terhadap benturan akibat


dijatuhkannya pemberat secara vertical ke permukaannya.uji Impak ini
menggunakan ASTM 256.
Harga impak yang dihasilkan (HI) merupakan perbandingan antara energi
yang diserap (E) dengan luas penampang (A). kekuatan impak dapat dihitung
dengan persaan :

Dimana :

................................................................................................ 2.13

HI = Kekuatan Impak (J/m2)


E = Energi serap (J)
A = Luas permukaan (m2)

c. Kekuatan Tarik
Pengujian tarik (tensile test) adalah pengujian mekanik secara statis dengan
cara sampel ditarik dengan pembebanan pada kedua ujungnya dimana gaya tarik
yang diberikan sebesar P. Tujuannya untuk mengetahui sifat-sifat mekanik tarik
dari komposit yang diuji diperkuat dengan serat sabut kelapa. Pertambahan
panjang (l) yang terjadi akibat gaya tarikan yang diberikan pada sampel uji
disebut deformasi. Uji tarik ini menggunakan ASTM 638.
Regangan merupakan ukuran untuk kekenyalan suatu bahan yang harganya
biasanya dinyatakan dalam persen. (Zemansky, 2002)
=

Dengan :

100% =

100% ............................................................. 2.14

= regangan (%)

= Panjang mula-mula (mm)

= Pertambahan panjang (mm)

= Panjang akhir (mm)

Universitas Sumatera Utara

Perbandingan gaya pada sampel terhadap luas penampang lintang pada saat
pemberian gaya tegangan (stress). Tegangan tarik maksimum suatu kekuatan tarik
(tensile strenght) suatu bahan ditetapkan dengan membagi gaya tarik maksimum
dengan luas penampang mula-mula. Adapun persamaannya adalah :
=

Dimana :

........................................................................... 2.15

= Tegangan perpatahan (Nm-2)

= Luas penampang awal (m2)

= Gaya perpatahan (N)

Perbandingan tegangan terhadap perpanjangan disebut modulus tarik E,


=

Dimana :

......................................................................... 2.16

= Modulus Elastisitas atu Modulus Young (Pa)


= Tegangan (N/m2)
= Regangan

Modulus Young adalah ukuran suatu bahan yang diartikan ketahanan material
tersebut terhadap deformasi elastic. Makin besar modulusnya, maka semakin kecil
regangan elastic yang dihasilkan akibat pemberian tegangan, (Vlack L. , 2002).

Universitas Sumatera Utara

2.10.3 Sifat Termal


a. Ketahanan Waktu Nyala dan Jarak Bakar
Bahan polimer termasuk yang sangat mudah menyala seperti seluloid dan
yang dapat habis terbakar sendiri secara spontan, walau api dipadamkan setelah
penyalaan, seperti pada polikarbonat. Sifat mampu nyala bahan polimer dapat
ditentukan dengan cara membakar bahan yang diletakkan mendatar, cara ini
ditetapkan dalam JIS-K6911-1970 dan ASTM-D635-1974. Nyala api dari alat
pembakar Bunsen dipegang pada sudut 30oC. Menyalakan specimen yang
diletakkan mendatar untuk waktu selama 30detik dan api dijauhkan. Waktu yang
diperlukan agar specimen menyala disebut waktu penyalaan dan panjang
specimen yang terbakar disebut jarak bakar. Harga-harga tersebut dipakai untuk
menyalakan kemampuan nyala dari bahan.
1. Mampu Nyala , terbakar lebih lama dari 180 detik dengan nyala.
2. Habis terbakar sendiri, jarak bakar lebih dari 25 mm tetapi kurang dari 100
mm.
3. Tak mampu nyala, jarak bakar kurang dari 25mm
Dalam ASTM, laju nyala menyatakan jarak bakar persatuan waktu, yang
dipakai sebagai kemampuan nyala, (Surdia, 1995).
Berikut ini Gambar 2.9 skema kerja alat uji nyala

Gambar 2.9 Skema kerja alat uji nyala

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai