Anda di halaman 1dari 20

1

PANCASILA
A. MAKNA LAMBANG GARUDA PANCASILA
Perisai
di
tengah
melambangkan
pertahanan bangsa Indonesia. Simbolsimbol di dalam perisai masing-masing
melambangkan sila-sila dalam Pancasila,
yaitu:

1.
2.
3.
4.

Bintang melambangkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa,


Rantai melambangkan sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab,
Pohon beringin melambangkan sila Persatuan Indonesia,
Kepala banteng melambangkan sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh
Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan,
5. Padi dan Kapas melambangkan sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh
Rakyat Indonesia.
Warna merah-putih melambangkan warna bendera nasional
Indonesia, merah berarti berani dan putih berarti suci. Garis hitam
tebal yang melintang di dalam perisai, melambangkan wilayah
Indonesia
yang
dilintasi
Garis
Khatulistiwa.
Jumlah
bulu
melambangkan hari proklamasi kemerdekaan Indonesia (17 Agustus
1945), antara lain:
1.
2.
3.
4.

Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah

bulu
bulu
bulu
bulu

pada masing-masing sayap berjumlah 17,


pada ekor berjumlah 8,
di bawah perisai/pangkal ekor berjumlah 19,
di leher berjumlah 45.

Pancasila Sebagai Pedoman Hidup Masyarakat Indonesia

Pita yg dicengkeram oleh burung garuda bertuliskan semboyan


negara Indonesia, yaitu Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda
beda, tetapi tetap satu jua.
B. BUTIR-BUTIR PANCASILA
Isi butir-butir Pancasila, antara lain:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Bangsa
Indonesia
menyatakan
kepercayaannya
dan
ketaqwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masingmasing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama
antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang
berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah
masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan
Tuhan Yang Maha Esa.
Mengembangkan
sikap
saling
menghormati
kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya
masing-masing.
Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.
2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat
dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban
asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan,
agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna
kulit dan sebagainya.
Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
Berani membela kebenaran dan keadilan.
Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh
umat manusia.

Pancasila Sebagai Pedoman Hidup Masyarakat Indonesia

Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama


dengan bangsa lain.
3. Persatuan Indonesia
Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan
dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan
bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan
bangsa apabila diperlukan.
Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah
air Indonesia.
Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka
Tunggal Ika.
Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan
Dalam Permusyawaratan/Perwakilan
Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia
Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang
sama.
Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang
dicapai sebagai hasil musyawarah.
Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan
hati nurani yang luhur.
Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan
secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi
harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan
mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan
bersama.

Pancasila Sebagai Pedoman Hidup Masyarakat Indonesia

Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai


untuk melaksanakan pemusyawaratan.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan
sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotong-royongan.
Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Menghormati hak orang lain.
Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri
sendiri.
Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat
pemerasan terhadap orang lain.
Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan dan gaya hidup mewah.
Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau
merugikan kepentingan umum.
Suka bekerja keras.
Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi
kemajuan dan kesejahteraan bersama.
Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan
yang merata dan berkeadilan sosial.
C. NILAI-NILAI PANCASILA
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Makna sila ini adalah:
Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
Hormat dan menghormati serta bekerjasama antara pemeluk
agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda
sehingga terbina kerukunan hidup.
Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaannya kepada
orang lain.
2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
Makna sila ini adalah:
Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan
kewajiban antara sesama manusia.
Saling mencintai sesama manusia.

Pancasila Sebagai Pedoman Hidup Masyarakat Indonesia

Mengembangkan sikap tenggang rasa.


Tidak semena-mena terhadap orang lain.
Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
Berani membela kebenaran dan keadilan.
Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari
masyarakat Dunia Internasional dan dengan itu harus
mengembangkan
sikap
saling
hormat-menghormati
dan
bekerjasama dengan bangsa lain.

3. Persatuan Indonesia
Makna sila ini adalah:
Menjaga Persatuan dan Kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Rela berkorban demi bangsa dan negara.
Cinta akan Tanah Air.
Berbangga sebagai bagian dari Indonesia.
Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa
yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan
Dalam Permusyawaratan/Perwakilan
Makna sila ini adalah:
Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
Mengutamakan budaya rembug atau musyawarah dalam
mengambil keputusan bersama.
Berembug atau bermusyawarah sampai mencapai konsensus
atau kata mufakat diliputi dengan semangat kekeluargaan.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Makna sila ini adalah:
Bersikap adil terhadap sesama.
Menghormati hak-hak orang lain.
Menolong sesama.
Menghargai orang lain.
Melakukan pekerjaan yang berguna bagi kepentingan umum dan
bersama.

Pancasila Sebagai Pedoman Hidup Masyarakat Indonesia

2
NILAI (VALUE)
A. PENGERTIAN NILAI
Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas,
dan
berguna
bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau
berguna
bagi kehidupan manusia.
B. CIRI-CIRI NILAI

Pancasila Sebagai Pedoman Hidup Masyarakat Indonesia

Sifat-sifat nilai menurut Bambang Daroeso (1986) adalah sebagai


berikut;
a) Nilai itu suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia.
Nilai
yang
bersifat abstrak tidak dapat diindra. Hal yang dapat diamati
hanyalah objek yang bernilai itu. Misalnya, orang yang memiliki
kejujuran. Kejujuran adalah nilai, tetapi kita tidak bisa mengindra
kejujuran itu. Yang dapat kita indra adalah orang yang memiliki
kejujuran itu.
b) Nilai memiliki sifat normatif, artinya nilai mengandung harapan,
cita-cita,
dan suatu keharusan sehingga nilai nemiliki sifat ideal (das sollen).
Nilai
diwujudkan dalam bentuk norma sebagai landasan manusia dalam
bertindak.
Misalnya, nilai keadilan. Semua orang berharap dan mendapatkan,
serta berperilaku yang mencerminkan nilai keadilan.
c) Nilai berfungsi sebagai daya dorong/motivator dan manusia adalah
pendukung
nilai. Manusia bertindak berdasar dan didorong oleh nilai yang
diyakininya.
Misalnya, nilai ketaqwaan. Adanya nilai ini menjadikan semua
orang
terdorong
untuk bisa mencapai derajat ketaqwaan.
C. MACAM-MACAM NILAI
Dalam filsafat, nilai dibedakan dalam tiga macam, yaitu:
a) Nilai logika adalah nilai benar salah.
b) Nilai estetika adalah nilai indah tidak indah.
c) Nilai etika/moral adalah nilai baik buruk.
Berdasarkan klasifikasi di atas, kita dapat memberikan contoh dalam
kehidupan.
Jika seorang siswa dapat menjawab suatu pertanyaan, ia benar
secara
logika.
Apabila ia keliru dalam menjawab, kita katakan salah. Kita tidak bisa
mengatakan
siswa itu buruk karena jawabannya salah. Buruk adalah nilai moral
sehingga bukan pada tempatnya kita mengatakan demikian.
Contoh nilai estetika adalah apabila kita melihat suatu pemandangan,
menonton
sebuah pentas pertunjukan, atau merasakan makanan, nilai estetika
bersifat

Pancasila Sebagai Pedoman Hidup Masyarakat Indonesia

subjektif pada diri yang bersangkutan. Seseorang akan merasa


senang
dengan
melihat sebuah lukisan yang menurutnya sangat indah, tetapi orang
lain
mungkin
tidak suka dengan lukisan itu. Kita tidak bisa memaksakan bahwa
lukisan
itu
indah.
Nilai moral adalah suatu bagian dari nilai, yaitu nilai yang menangani
kelakuan
baik atau buruk dari manusia. Moral selalu berhubungan dengan nilai,
tetapi
tidak
semua nilai adalah nilai moral. Moral berhubungan dengan kelakuan
atau
tindakan
manusia. Nilai moral inilah yang lebih terkait dengan tingkah laku
kehidupan
kita sehari-hari.
Notonegoro dalam Kaelan (2000) menyebutkan adanya 3 macam
nilai.
Ketiga
nilai
itu adalah sebagai berikut:
a) Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan
jasmani
manusia atau kebutuhan ragawi manusia.
b) Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk
dapat
mengadakan kegiatan atau aktivitas.
c) Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani
manusia.
Nilai kerohanian meliputi;
Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta)
manusia.
Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur
perasaan
(emotion) manusia.
Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur
kehendak (karsa/will) manusia.
D. PANCASILA SEBAGAI SUMBER NILAI
Diterimanya Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional
membawa
konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila dijadikan landasan
pokok,
landasan

Pancasila Sebagai Pedoman Hidup Masyarakat Indonesia

fundamental bagi penyelenggaraan negara Indonesia. Pancasila berisi


lima
sila
yang pada hakikatnya berisi lima nilai dasar yang fundamental. Nilainilai
dasar
dari Pancasila tersebut adalah nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, Nilai
Kemanusiaan
Yang Adil Dan Beradab, nilai Persatuan Indonesia, nilai Kerakyatan
Yang
Dipimpin
Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan dan
nilai Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Dengan
pernyataan secara singkat bahwa nilai dasar Pancasila adalah nilai
ketuhanan,
nilai
kemanusiaan,
nilai
persatuan, nilai kerakyatan dan nilai keadilan.
1. MAKNA NILAI DALAM PANCASILA
a) Nilai Ketuhanan
Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung arti adanya
pengakuan dan keyakinan bangsa terhadap adanya Tuhan
sebagai pencipta alam semesta. Dengan nilai ini menyatakan
bangsa Indonesia merupakan bangsa yang religius bukan bangsa
yang ateis. Nilai ketuhanan juga memiliki arti adanya pengakuan
akan kebebasan untuk memeluk agama, menghormati
kemerdekaan beragama, tidak ada paksaan serta tidak berlaku
diskriminatif antar umat beragama.
b) Nilai Kemanusiaan
Nilai Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab mengandung arti
kesadaran sikap dan perilaku sesuai dengan nilai-nilai moral
dalam hidup bersama, atas dasar tuntutan hati nurani dengan
memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya.
c) Nilai Persatuan
Nilai Persatuan Indonesia mengandung makna usaha ke arah
bersatu dalam kebulatan rakyat, untuk membina rasa
nasionalisme dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Persatuan Indonesia sekaligus mengakui dan menghargai
sepenuhnya terhadap keanekaragaman yang dimiliki bangsa
Indonesia.
d) Nilai Kerakyatan
Nilai Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan
Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
mengandung
makna
suatu

Pancasila Sebagai Pedoman Hidup Masyarakat Indonesia

pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat dengan


cara musyawarah mufakat melalui lembaga-lembaga perwakilan.
e) Nilai Keadilan
Nilai Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia mengandung
makna sebagai dasar sekaligus tujuan, yaitu tercapainya
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur secara lahiriah
ataupun batiniah.
Nilai-nilai dasar di atas sifatnya abstrak dan normatif. Karena
sifatnya
abstrak
dan
normatif,
isinya
belum
dapat
dioperasionalkan. Agar dapat bersifat operasional dan eksplisit,
perlu dijabarkan ke dalam nilai instrumental. Contoh nilai
instrumental tersebut adalah UUD 1945 dan peraturan
perundang-undangan lainnya. Dengan bersumber pada kelima
nilai dasar di atas, dapat dibuat dan dijabarkan nilai-nilai
instrumental penyelenggaraan negara Indonesia.

2. NILAI PANCASILA MENJADI SUMBER NORMA HUKUM


Upaya mewujudkan Pancasila sebagai sumber nilai adalah
dijadikannya nilai-nilai dasar menjadi sumber bagi penyusunan
norma hukum di Indonesia. Operasionalisasi dari nilai dasar
Pancasila itu adalah dijadikannya Pancasila sebagai norma dasar
bagi penyusunan norma hukum di Indonesia. Negara Indonesia
memiliki hukum nasional yang merupakan satu kesatuan sistem
hukum. Sistem hukum Indonesia itu bersumber dan berdasar pada
Pancasila sebagai norma dasar bernegara. Pancasila berkedudukan
sebagai norma dasar atau norma fundamental negara dalam
jenjang norma hukum di Indonesia.
Nilai-nilai Pancasila selanjutnya dijabarkan dalam berbagai
peraturan
perundangan
yang
ada.
Perundang-undangan,
ketetapan,
keputusan,
kebijaksanaan
pemerintah,
program-program
pembangunan, dan peraturan-peraturan lain pada hakikatnya
merupakan nilai instrumental sebagai penjabaran dari nilai-nilai
dasar Pancasila.
Sistem hukum di Indonesia membentuk tata urutan peraturan
perundang-undangan. Tata urutan peraturan perundang-undangan
sebagaimana diatur dalam ketetapan MPR No. III/MPR/2000 tentang

Pancasila Sebagai Pedoman Hidup Masyarakat Indonesia

sumber hukum dan tata urutan perundang-undangan, adalah


sebagai berikut:
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia.
3) Undang-Undang.
4) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu).
5) Peraturan Pemerintah.
6) Keputusan Presiden.
7) Peraturan Daerah.
Dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang pembentukan
peraturan
perundang-undangan, juga menyebutkan adanya jenis dan hierarki
peraturan
perundang-undangan sebagai berikut:
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2) Undang-Undang/Peraturan
Pemerintah
Pengganti
UndangUndang (Perpu).
3) Peraturan Pemerintah.
4) Keputusan Presiden.
5) Peraturan Daerah.
Pasal 2 Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 menyatakan bahwa
Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum negara.
Hal ini sesuai dengan kedudukannya sebagai dasar (filosofis)
negara, sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945 Alinea
IV.

3. NILAI PANCASILA MENJADI SUMBER NORMA ETIK


Upaya lain dalam mewujudkan Pancasila sebagai sumber nilai
adalah
dengan
menjadikan nilai dasar Pancasila sebagai sumber pembentukan
norma etik (norma moral) dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai Pancasila adalah nilai moral.
Oleh karena itu, nilai Pancasila juga dapat diwujudkan ke dalam
norma-norma moral (etik). Norma-norma etik tersebut selanjutnya
dapat digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam bersikap dan
bertingkah laku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Bangsa Indonesia saat ini sudah berhasil merumuskan normanorma etik sebagai pedoman dalam bersikap dan bertingkah laku.
Norma-norma etik tersebut bersumber pada Pancasila sebagai nilai

Pancasila Sebagai Pedoman Hidup Masyarakat Indonesia

budaya bangsa. Rumusan norma etik tersebut tercantum dalam


ketetapan MPR No. VI/MPR/2001 tentang etika kehidupan
berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.
Ketetapan MPR No. VI/MPR/2001 tentang etika kehidupan
berbangsa, bernegara dan bermasyarakat merupakan penjabaran
nilai-nilai Pancasila sebagai pedoman dalam berpikir, bersikap dan
bertingkah laku yang merupakan cerminan dari nilai-nilai
keagamaan dan kebudayaan yang sudah mengakar dalam
kehidupan bermasyarakat.
a) Etika Sosial Dan Budaya
Etika ini menampilkan kebiasaan bersikap jujur, saling peduli,
saling memahami, saling menghargai, saling mencintai dan
tolong menolong di antara sesama manusia dan anak bangsa.
b) Etika Pemerintahan Dan Politik
Etika ini dimaksudkan untuk mewujudkan pemerintahan yang
bersih, efisien dan efektif; menumbuhkan suasana politik yang
demokratis yang bercirikan keterbukaan, rasa tanggung jawab,
tanggap akan aspirasi rakyat; menghargai perbedaan; jujur
dalam persaingan; ketersediaan untuk menerima pendapat yang
lebih benar walau datang dari orang per orang ataupun
kelompok orang; serta menjunjung tinggi hak asasi manusia.
c) Etika Ekonomi Dan Bisnis
Etika ekonomi dan bisnis dimaksudkan agar prinsip dan perilaku
ekonomi baik oleh pribadi, institusi maupun pengambil
keputusan dalam bidang ekonomi, dapat melahirkan kondisi dan
realitas ekonomi yang bercirikan persaingan yang jujur,
berkeadilan, mendorong berkembangnya etos kerja ekonomi,
daya tahan ekonomi dan kemampuan bersaing, serta terciptanya
suasana kondusif untuk pemberdayaan ekonomi rakyat melalui
usaha-usaha bersama secara berkesinambungan. Hal itu
bertujuan untuk menghindarkan terjadinya praktek-praktek
monopoli, oligopoli, kebijakan ekonomi yang bernuansa KKN
ataupun rasial yang berdampak negatif terhadap efisiensi,
persaingan sehat, dan keadilan; serta menghindarkan perilaku
menghalalkan segala cara dalam memperoleh keuntungan.
d) Etika Penegakan hukum Yang Berkeadilan
Etika penegakan hukum dan berkeadilan dimaksudkan untuk
menumbuhkan kesadaran bahwa tertib sosial, ketenangan dan

Pancasila Sebagai Pedoman Hidup Masyarakat Indonesia

keteraturan hidup bersama hanya dapat diwujudkan dengan


ketaatan terhadap hukum dan seluruh peraturan yang ada.
Keseluruhan aturan hukum yang menjamin tegaknya supremasi
hukum, sejalan dengan menuju kepada pemenuhan rasa
keadilan yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat.
e) Etika Keilmuan Dan Disiplin Kehidupan
Etika keilmuan diwujudkan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai
ilmu pengetahuan dan teknologi agar mampu berpikir rasional,
kritis, logis dan objektif.
Dengan adanya etika, maka nilai-nilai Pancasila yang tercermin
dalam norma-norma etik kehidupan berbangsa dan bernegara
dapat kita amalkan. Untuk berhasilnya perilaku bersandarkan pada
norma-norma etik kehidupan berbangsa dan bernegara, ada
beberapa hal yang perlu dilakukan sebagai berikut:
Proses penanaman dan pembudayaan etika tersebut hendaknya
menggunakan bahasa agama dan bahasa budaya, sehingga
menyentuh hati nurani dan mengundang simpati, serta
dukungan seluruh masyarakat. Apabila sanksi moral tidak lagi
efektif, langkah-langkah penegakan hukum harus dilakukan
secara tegas dan konsisten.
Proses penanaman dan pembudayaan etika dilakukan melalui
pendekatan komunikatif, dialogis dan persuasif.
Pelaksanaan gerakan nasional etika berbangsa, bernegara dan
bermasyarakat secara sinergik dan berkesinambungan yang
melibatkan seluruh potensi bangsa, pemerintah ataupun
masyarakat.
Perlu dikembangkan etika-etika profesi, seperti etika profesi
hukum, profesi kedokteran, profesi ekonomi dan profesi politik
yang dilandasi oleh pokok-pokok etika yang perlu ditaati oleh
segenap anggotanya melalui kode etik profesi masing-masing.
Mengaitkan
pembudayaan
etika
kehidupan
berbangsa,
bernegara dan bermasyarakat sebagai bagian dari sikap
keberagaman, yang menempatkan nilai-nilai etika kehidupan
berbangsa, bernegara dan bermasyarakat di samping tanggung
jawab kemanusiaan juga sebagai bagian pengabdian pada Tuhan
Yang Maha Esa.

Pancasila Sebagai Pedoman Hidup Masyarakat Indonesia

3
PELAKSANAAN PANCASILA
A. PELAKSANAAN PANCASILA PADA MASA REFORMASI
Terlepas dari kenyataan yang ada, gerakan reformasi sebagai upaya
memperbaiki kehidupan bangsa Indonesia ini harus dibayar mahal,
terutama yang berkaitan dengan dampak politik, ekonomi, sosial dan
terutama kemanusiaan. Para elite politik cenderung hanya
memanfaatkan gelombang reformasi ini guna meraih kekuasaan
sehingga tidak mengherankan apabila banyak terjadi perbenturan
kepentingan politik. Berbagai gerakan muncul disertai dengan akibat
tragedi kemanusiaan yang sangat memilukan. Banyaknya korban jiwa
dari anak-anak bangsa dan rakyat kecil yang tidak berdosa
merupakan dampak dari benturan kepentingan politik. Tragedi amuk
masa di Jakarta, Tangerang, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan,
Sulawesi, Maluku, Irian Jaya, serta daerah-daerah lainnya merupakan
bukti mahalnya sebuah perubahan. Dari peristiwa-peristiwa tersebut,
nampak sekali bahwa bangsa Indonesia sudah berada di ambang
krisis degradasi moral dan ancaman disintegrasi.
Kondisi sosial politik ini diperburuk oleh kondisi ekonomi yang tidak
berpihak kepada kepentingan rakyat. Sektor riil sudah tidak berdaya
sebagaimana dapat dilihat dari banyaknya perusahaan maupun
perbankan yang gulung tikar dan dengan sendirinya akan diikuti
dengan pemutusan hubungan kerja (PHK). Jumlah pengangguran
yang tinggi terus bertambah seiring dengan PHK sejumlah tenaga
kerja potensial. Masyarakat kecil benar-benar menjerit karena tidak
mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kondisi ini
diperparah dengan naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) dan
listrik, serta harga bahan kebutuhan pokok lainnya. Upaya
pemerintah
untuk
mengurangi
beban
masyarakat
dengan
menyediakan dana sosial belum dapat dikatakan efektif karena masih
banyak terjadi penyimpangan dalam proses penyalurannya. Ironisnya

Pancasila Sebagai Pedoman Hidup Masyarakat Indonesia

kalangan elite politik dan pelaku politik seakan tidak peduli den
bergaming akan jeritan kemanusiaan tersebut.
Di balik keterpurukan tersebut, bangsa Indonesia masih memiliki
suatu keyakinan bahwa krisis multidimensional itu dapat ditangani
sehingga kehidupan masyarakat akan menjadi lebih baik. Apakah
yang menjadi dasar keyakinan tersebut? Ada beberapa kenyataan
yang dapat menjadi landasan bagi bangsa Indonesia dalam
memperbaiki kehidupannya, seperti:
1) Adanya nilai-nilai luhur yang berakar pada pandangan hidup
bangsa Indonesia;
2) Adanya kekayaan yang belum dikelola secara optimal;
3) Adanya kemauan politik untuk memberantas korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN).
B. PELAKSANAAN PANCASILA DALAM BIDANG EKONOMI
Hampir semua pakar ekonomi Indonesia memiliki kesadaran akan
pentingnya moralitas kemanusiaan dan ketuhanan sebagai landasan
pembangunan ekonomi. Namun dalam prakteknya, mereka tidak
mampu meyakinkan pemerintah akan konsep-konsep dan teori-teori
yang sesuai dengan kondisi Indonesia. Bahkan tidak sedikit pakar
ekonomi Indonesia yang mengikuti pendapat atau pandangan pakar
Barat (pakar IMF) tentang pembangunan ekonomi Indonesia.
Pilar Sistem Ekonomi Pancasila meliputi:
1) Ekonomika etik dan ekonomika humanistik (dasar),
2) Nasional ekonomi dan demokrasi (cara/metode operasionalisasi),
dan
3) Ekonomi berkeadilan sosial (tujuan).
Kontekstualisasi dan implementasi Pancasila dalam bidang ekonomi
cukup dikaitkan dengan pilar-pilar di atas dan juga dikaitkan dengan
pertanyaan-pertanyaan dasar yang harus dipecahkan oleh sistem
ekonomi apapun. Pertanyaan-pertanyaan itu adalah:
a) Barang dan jasa apa yang akan dihasilkan dan berapa jumlahnya,
b) Bagaimana pola atau cara memproduksi barang dan jasa itu, dan
c) Untuk siapa barang tersebut dihasilkan dan bagaimana
mendistribusikan barang tersebut ke masyarakat.
Langkah yang perlu dilakukan adalah perlu digalakkan kembali
penanaman nilai-nilai Pancasila melalui proses pendidikan dan
keteladanan. Perlu dimunculkan gerakan penyadaran agar ilmu
ekonomi ini dikembangkan ke arah ekonomi yang humanistik, bukan

Pancasila Sebagai Pedoman Hidup Masyarakat Indonesia

sebaliknya mengajarkan keserakahan dan mendorong persaingan


yang saling mematikan untuk memuaskan kepentingan sendiri. Ini
dilakukan guna mengimbangi ajaran yang mengedepankan
kepentingan pribadi, yang melahirkan manusia sebagai manusia
ekonomi (homo ekonomikus), telah melepaskan manusia dari
fitrahnya sebagai makhluk sosial (homo socius) dan makhluk beretika
(homo ethicus).
Relevankah Ekonomi Pancasila dalam memperkuat peranan ekonomi
rakyat dan ekonomi negara di era globalisme kontemporer? Mereka
skeptis, bukankah sistem ekonomi kita sudah mapan, makro-ekonomi
sudah stabil dengan indikator rendahnya inflasi (di bawah 5%),
stabilnya rupiah (Rp 8.500,-), menurunnya suku bunga (di bawah
10%). Lalu, apakah tidak mengada-ada bicara sistem ekonomi dari
ideologi yang pernah tercoreng dan tidak nampak wujudnya, tidak
realistis dan utopis? Mereka ini begitu yakin bahwa masalah ekonomi
(krisis 97) adalah karena salah urus dan bukannya salah sistem,
apalagi dikait-kaitkan dengan salah ideologi atau salah teori
ekonomi. Tidak dapat disangkal, KKN yang ikut memberi sumbangan
besar bagi keterpurukan ekonomi bangsa ini. Namun, krisis di
Indonesia juga tidak terlepas dari berkembangnya paham kapitalisme
disertai penerapan liberalisme ekonomi yang kebablasan.
Akibatnya, kebijakan, program dan kegiatan ekonomi banyak
dipengaruhi paham (ideologi), moral dan teori-teori kapitalismeliberal.
Di sinilah relevansi Ekonomi Pancasila, sebagai media untuk
mengenali (detector) bekerjanya paham dan moral ekonomi yang
berciri neo-liberal Pancasila sebagaimana dimaksud dalam
Pembukaan UUD 1945 adalah dasar negara dari negara kesatuan
Republik Indonesia yang harus dilaksanakan secara konsisten dalam
kehidupan bernegara.
Pembangunan politik memiliki dimensi yang strategis, karena hampir
semua kebijakan publik tidak dapat dipisahkan dari keberhasilannya.
Tidak jarang kebijakan publik yang dikeluarkan pemerintah
mengecewakan sebagian besar masyarakat. Beberapa penyebab
kekecewaan masyarakat, antara lain:
1) Kebijakan hanya dibangun atas dasar kepentingan politik tertentu,
2) Kepentingan masyarakat kurang mendapat perhatian,
3) Pemerintah dan elite politik kurang berpihak kepada masyarakat,
4) Adanya tujuan tertentu untuk melanggengkan kekuasaan elite
politik.

Pancasila Sebagai Pedoman Hidup Masyarakat Indonesia

Keberhasilan pembangunan politik bukan hanya dilihat atau diukur


dari terlaksananya pemilihan umum (pemilu) dan terbentuknya
lembaga-lembaga demokratis seperti MPR, Presiden, DPR dan DPRD,
melainkan harus diukur dari kemampuan dan kedewasaan rakyat
dalam berpolitik. Persoalan terakhirlah yang harus menjadi prioritas
pembangunan bidang politik. Hal ini sesuai dengan kenyataan
objektif bahwa manusia adalah subjek negara dan karena itu
pembangunan politik harus dapat meningkatkan harkat dan martabat
manusia. Namun, cita-cita ini sulit diwujudkan karena tidak ada
kemauan dari elite politik sebagai pemegang kebijakan publik dan
kegagalan pembangunan bidang politik selama ini.
Pembangunan politik semakin tidak jelas arahnya, manakala
pembangunan bidang hukum mengalami kegagalan. Penyelewenganpenyelewengan yang terjadi tidak dapat ditegakkan oleh hukum.
Hukum yang berlaku hanya sebagai simbol tanpa memiliki makna
yang berarti bagi kepentingan rakyat banyak. Pancasila sebagai
paradigma pembangunan politik juga belum dapat direalisasikan
sebagaimana yang dicita-citakan. Oleh karena itu, perlu analisis ulang
untuk menentukan paradigma yang benar-benar sesuai dan dapat
dilaksanakan secara tegas dan konsekuen.
Pancasila sebagai paradigma pambangunan politik dan hukum
kiranya
tidak
perlu
dipertentangkan
lagi.
Bagaimanakah
melaksanakan paradigma tersebut dalam praksisnya? Inilah
persoalan yang perlu mendapat perhatian dalam pembangunan
politik dan hukum di masa-masa mendatang.
Apabila dianalisis, kegagalan tersebut disebabkan oleh beberapa
persoalan seperti:
1) Tidak jelasnya paradigma pembangunan politik dan hukum karena
tidak adanya blue print.
2) Penggunaan Pancasila sebagai paradigma pembangunan masih
bersifat parsial.
3) Kurang berpihak pada hakikat pembangunan politik dan hukum.
Prinsip-prinsip pembangunan politik yang kurang sesuai dengan nilainilai Pancasila telah membawa implikasi yang luas dan mendasar
bagi kehidupan manusia Indonesia. Pembangunan bidang ini boleh
dikatakan telah gagal mendidik masyarakat agar mampu berpolitik
secara cantik dan etis karena lebih menekankan pada upaya
membangun dan mempertahankan kekuasaan. Implikasi yang paling
nyata dapat dilihat dalam pembangunan bidang hukum serta
pertahanan dan keamanan.

Pancasila Sebagai Pedoman Hidup Masyarakat Indonesia

Pembangunan bidang hukum yang didasarkan pada nilai-nilai moral


(kemanusiaan) baru sebatas pada tataran filosofis dan konseptual.
Hukum nasional yang telah dikembangkan secara rasional dan
realistis tidak pernah dapat direalisasikan karena setiap upaya
penegakan hukum selalu dipengaruhi oleh keputusan politik. Oleh
karena itu, tidak berlebihan apabila pembangunan bidang hukum
dikatakan telah mengalami kegagalan. Sementara, pembangunan
bidang pertahanan dan keamanan juga telah menyimpang dari
hakikat sistem pertahanan yang ingin dikembangkan seperti yang
dicita-citakan oleh para pendiri republik tercinta ini. Pembangunan
pertahanan dan keamanan lebih diarahkan untuk kepentingan politik,
terutama guna mempertahankan kekuasaan.

4
PERAN PANCASILA DALAM
KEHIDUPAN BERBANGSA DAN
BERNEGARA
Pancasila lahir pada 1 Juni 1945 yang prosesnya tidak instant dalam
satu hari itu, tetapi melalui perjalanan panjang sejarah bangsa yang
usianya sekitar 300 tahunan. Karena itu, Pancasila tidak bisa
diselewengkan untuk kepentingan tertentu karena dampaknya akan
melukai perasaan bangsa kita sendiri.
Pola pandang masyarakat yang telah terjangkit perilaku materialistik
kapitalistik ini, disebabkan karena bangsa kita belum bersungguhPancasila Sebagai Pedoman Hidup Masyarakat Indonesia

sungguh menghidupkan dan membangkitkan kekuatan hati nurani.


Padahal, hati nurani akan menentukan akal pikiran, sikap dan tingkah
laku menjadi penuh nilai kemuliaan dan kehormatan yang hakiki. Hati
nurani tidak pernah berdusta dan tidak bisa dibohongi, hati nurani
merupakan inti martabat dan kemuliaan bangsa.
Secara konseptual, Pancasila adalah ideologi yang tidak lekang oleh
waktu dan juga tahan uji terhadap segala dinamika sejarah bangsa.
Masalah yang terkait dengan memudarnya Pancasila sebagai
pedoman hidup bangsa, bukan pada substansi Pancasila tetapi pada
bagaimana membumikan Pancasila dalam kehidupan aktual
berbangsa. Oleh karena itu, revitalisasi Pancasila dibutuhkan untuk
membumikan serta mengaktualisasikan nilai abadi yang terkandung
di dalamnya tersebut.

KESIMPULAN
Pancasila sebagai warisan bangsa dapat digolongkan sebagai budaya,
sebab kompleksitas masyarakat Indonesia pada dasarnya dibangun
selaras paham-paham dalam Pancasila. Dalam budaya Pancasila,
dianut dan dikembangkan sikap kekeluargaan yang dilandasi oleh
semangat kebersamaan, kesediaan untuk saling mengingatkan,
saling mengerti dan mengutamakan kepentingan nasional di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
Budaya ini sudah terbukti mampu membawa bangsa Indonesia
meraih kemerdekaan, menggalang persatuan dan kesatuan dan
mendorong pembangunan. Keberhasilan tersebut dapat terwujud
sebab potensi konflik akibat perbedaan budaya tidak bisa hidup
dalam Pancasila. Sebaliknya, budaya Pancasila itu terus menerus
diperbaharui lewat pengalaman hidup bernegara dan bermasyarakat,
sehingga ia bisa mempertahankan dan memperkuat nilai-nilai mosaik
budaya etnis yang ada di bumi Nusantara. Sungguh suatu interaksi
budaya yang dua arah dan dinamis.
Memahami peranan Pancasila di era reformasi, khususnya dalam
konteks sebagai dasar negara dan ideologi nasional, merupakan

Pancasila Sebagai Pedoman Hidup Masyarakat Indonesia

tuntutan hakiki agar setiap warga negara Indonesia memiliki


pemahaman yang sama dan akhirnya memiliki persepsi dan sikap
yang sama terhadap kedudukan, peranan dan fungsi Pancasila dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Apalagi
manakala dikaji perkembangannya secara konstitusional selama lebih
dari 55 tahun terakhir ini dihadapkan pada situasi yang tidak
kondusif, sehingga kredibilitasnya menjadi diragukan, diperdebatkan,
baik dalam wacana politis maupun akademis. Hal ini diperparah oleh
minimal dua hal, ialah: pertama, penerapan Pancasila yang
dilepaskan dari prinsip-prinsip dasar filosofinya sebagai dasar negara;
dan kedua, krisis multi dimensional yang melanda bangsa Indonesia
sejak 1998 yang diikuti oleh fenomena disintegrasi bangsa.

Pancasila Sebagai Pedoman Hidup Masyarakat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai