Anda di halaman 1dari 2

Epidemiologi

Infeksi defisiensi imun (HIV-1) pada anak dapat terjadi melalui transfusi darah atau
komponennya yang tercemar. Menurut CDC Amerika, 13% kasus AIDS pada anak
adalah penerima transfusi darah atau komponennya, 5% di antaranya ternyata
terinfeksi dalam pengobatan hemophilia atau gangguan pembekuan darah yang
lain. Sekitar 50-80% baik intra uterin, melalui plasenta, selama persalinan melalui
pemaparan dengan darah atau sekreta jalan lahir, maupun yang terjadi setelah lahir
(pasca natal) yaitu melalui air susu ibu (ASI)
Etiologi
Virus penyebab defisiensi imun yang dikenal dengan nama Human immunedeficiency virus (HIV) ini adalah suatu virus RNA dari family Retrovirus dan
subfamily Lentiviridae dengan 2 serotipe HIV yaitu HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 sebagai
penyebab sindrom defisiensi imun (AIDS). Secara morfologik HIV-1 berbentuk bulat
dan dan terdiri atas bagian inti (core) dan selubung (envelope). Inti dari virus terdiri
dari suatu protein sedang selubungnya terdiri dari suatu glikoprotein. Protein dari
inti terdiri dari genom RNA dan suatu enzim yang dapat mengubah RNA menjadi
DNA pada waktu replikasi virus yang disebut enzim reverse transcriptase
Manifestasi Klinis
Masa inkubasi infeksi HIV sangat berbeda-beda tergantung kepada dosis infeksi dan
daya tahan tubuh inang. Masa inkubasinya sekitar satu tahun, 78% sekitar 2 tahun.
Gejala non spesifik (prodromal) infeksi HIV:

Demam
Gangguan pertumbuhan
Kehilangan berat badan (10% atau lebih)
Hepatomegali
Limfadenopati (diameter lebih dari 0,5 cm pada 2 tempat atau lebih)
Splenomegali
Parotitis
Diare

Gejala Spesifik Infeksi HIV


1. Gangguan tumbuh kembang dan fungsi intelek
2. Gangguan pertumbuhan otak
3. Defisit motoris yang progresif: paresis, refleks patologis, dan ataksi
4. Lymphoid interstitial pneumonitis (LIP)
5. Infeksi sekunder yang terdiri dari:
a. Infeksi oportunistik seperti pneumonia dan kandidiasis
b. Infeksi sekunder oleh streptococcus pneumonia
c. Infeksi virus yang berat dan berulang
6. Keganasan sekunder seperti Hodgkins B cell dan non-Hodgkins lymphoma

Diagnosis
Anamnesis, pemeriksaan klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium.
1. Lahir dari ibu dengan resiko tinggi
2. Lahir dari ibu dengan pasangan beresiko tinggi
3. Penerima transfusi darah atau komponennya
4. Penggunaan obat parenteral dan intravena secara keliru
5. Homoseksual atau biseksual
6. Kebiasaan seksual yang keliru
Gejala klinis yang mendukung misalnya infeksi oportunistik, penyakit yang menular
secara seksual, infeksi yang berulang atau berat, terdapat gagal tumbuh,
keganasan sekunder. Untuk diagnostik yang pasti dikerjakan pemeriksaan
laboratorium mulai dari yang relatif sederhana hingga yang relatif sulit dan mahal
misalnya ELISA sebagai uji tapis, yang dilanjutkan dengan uji yang lebih pasti
seperti Western blot assay dan lainnya.
Tatalaksana
Tujuan terapi adalah untuk mengeleminasi virus penyebab, mecegah dan
menanggulangi infeksi bakteri dan infeksi oportunistik
1. Tindakan suportif: dirawat di rumah sakit untuk evaluasi atau pemberian obat
termasuk antibiotik
2. Penanggulangan infeksi bakteri diberikan antibiotik yang sesuai
3. Penanggulangan infeksi oportunistik
4. Pengobatan Retrovirus yang bertujuan menghambat replikasi virus dan
mencegah kelainan sistem imun yang sudah terganggu contohnya Ribavirin
Pencegahan
1. Pemberian vaksin
2. Pencegahan penularan vertikal seperti menghindarkan ibu dari infeksi HIV, uji
tapis bagi wanita yang mempunyai risiko tinggi, penyuluhan dan bimbingan
untuk mencegah penggunaan jarum suntik bersama
3. Pencegahan penularan horizontal seperti uji tapis serologic bagi darah donor
Prognosis
Pada umumnya buruk

Anda mungkin juga menyukai