Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kesehatan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan


masyarakat secara optimal. Salah satu keberhasilan pembangunan kesehatan di
Indonesia dapat dilihat dengan meningkatkan umur harapan hidup rata-rata 45
tahun di tahun 1991 menjadi 63 tahun di tahun 2001. Hal ini menyebabkan
struktur penduduk yang dilihat dari meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut
selain itu juga pengaruh industrialisasi dan urbanisasi yang menyebabkan
terjadinya perubahan gaya hidup yang mengakibatkan berubahnya pola penyakit,
ditandai dengan menurunnya prevalensi penyakit infeksi diikuti dengan
meningkatnya penyakit kronis degeneratif, salah satu contohnya adalah kanker
( Tehuteru dan Tjakraatmaja, 2009 ).

Kanker adalah salah satu dari empat besar penyakit utama pada
masyarakat modern. Keempat penyakit utama tersebut adalah penyakit jantung
koroner, penyakit kanker, gangguan jiwa dan kecelakaan ( lalu lintas ). Namun
sekarang keempat besar penyakit tersebut telah bertambah menjadi lima besar dan
penyakit yang kelima ini adalah HIV/AIDS ( Hawari,2010 ).
Kanker payudara adalah kanker yang menempati urutan kedua setelah kanker

leher rahim pada perempuan. Di Amerika kanker payudara ini menduduki


peringkat tertinggi diantara kanker yang lainnya. Dari hasil penelitian
1
membuktikan bahwa kanker payudara baik di Indonesia maupun Amerika Serikat
memperlihatkan kecenderungan untuk meningkat dari tahun ke tahun ( Hawari,
2010 ).
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi angka kejadian
kanker payudara adalah dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).
Pemeriksaan payudara sendiri merupakan deteksi dini kanker payudara yang
paling banyak dianjurkan bagi setiap wanita. Tindakan ini sangat penting karena
hampir 85 persen benjolan di payudara ditemukan oleh penderita sendiri. Caranya
sangat mudah dan murah karena dilakukan oleh diri sendiri, tidak menimbulkan
rasa sakit, tidak mengakibatkan kerusakan jaringan dan dapat mendeteksi tumor
sekecil apapun karena ujung ujung jari tangan kita mempunyai kepekaan untuk
bisa meraba massa yang berukuran satu centimeter ( 1 cm ) (Cahyani, 2009).
Pemeriksaan ini dilakukan minimal satu bulan sekali setelah haid, sebab pengaruh
proses haid terhadap payudara sudah tidak ada.
Beberapa penelitian memang menunjukkan SADARI tidak menurunkan
angka kematian akibat kanker payudara, namun kombinasi antara SADARI dan
mammografi masih dibutuhkan untuk menurunkan risiko kematian akibat kanker
payudara. Kearney dan Murray ( 2009 ) mengemukakan bahwa keunggulan
SADARI adalah dapat menemukan tumor / benjolan payudara pada stadium awal,
penemuan awal benjolan dipakai sebagai rujukan melakukan mammografi untuk
mendeteksi interval kanker, mendeteksi benjolan yang tidak terlihat saat

melakukan mammografi dan menurunkan kematian akibat kanker payudara.


Bagi setiap wanita dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI) secara teratur khusunya bagi mereka yang berumur diatas 20
tahun. Pada wanita yang berumur diatas 20 tahun atau mereka yang berisiko
tinggi, agar mengambil peran aktif dalam mendeteksi dini ada atau tidaknya
kanker payudara, yaitu kepada mereka yang secara rutin untuk melakukan
pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) karena dalam penelitian ternyata 75%
hingga 85% kanker payudara ditemukan disaat dilakukan pemeriksaan payudara
sendiri ( Hawari, 2010 ).
Dari hasil penelitian diketahui bahwa 9 dari 10 wanita menemukan adanya
benjolan di payudaranya. Adanya kasus kanker payudara sebanyak 9,1 persen
yang terjadi pada usia di bawah yang sebelumnya banyak terjadi pada wanita
berusia 35 50 tahun mulai menyerang usia yang lebih muda. Hal ini
disebabkan karena meningkatnya faktor risiko kanker payudara itu sendiri
misalnya faktor eksogen seperti pola hidup, pola makan dan faktor endogen.
Sehingga sangat diperlukan deteksi dini untuk menemukan kelainan pada
payudara (Ramli, 2008).
Salah satu cara yang efektif dan efisien dalam upaya pencegahan atau
deteksi dini adanya kanker payudara adalah dengan SADARI secara rutin. Sebab
SADARI merupakn skrining dan deteksi kanker payudara yang ampuh dan
memenuhi syarat serta sangat efisien. Pemeriksaan yang dilakukan sangat
sederhana, ekonomis, tidak menyebabkan sakit dan cepat ( Sutjipto, 2008 ).

Diagnosis

awal

SADARI

dan

pengobatan

yang

tepat

sangat

memungkinkan penyembuhan kanker secara total ( Dixon dan Leonart, 2009 ).


Wanita yang tampak sehat dan tidak terdapat keluhan pada payudaranya, belum
tentu is tidak terkena kanker payudara oleh sebab itu sebaiknya pemeriksaan
payudar sendiri dan dilakukan secara rutin sangat diperlukan ( Cahyani, 2009 ).
Pada kenyataannya, deteksi dini kanker belum populer di Indonesia,
karena ketidaktauan, ketidakpedulian dan ketidakmampuan finansial, dan banyak
anggota masyarakat yang takut menghadapi kenyataan bahwa ada diantara mereka
yang terkena kanker payudara ( Sumarny, 2007 ). Sehubungan dengan masalah
kurang memasyaraktnya deteksi dini kanker di Indonesia maka sangat dibutuhkan
usaha penanggulangan secara terpadu dengan melibatkan bidang medis dan
ilmiah, pemerintah serta masyarakat untuk mengatasi dan menghadapi penyakit
kanker yang merupakan momok bagi kita semua ( Sumarny, 2007 ). Minat
masyarakat untuk melakukan pemeriksaan SADARI masih sangat rendah, hal ini
banyak dipengaruhi oleh ketidaktahuan wanita akan bahaya kanker payudara,
sedangkan pengetahuan masih dipengaruhi oleh pendidikan maupun ekonomi.
Selain masih banyaknya anggapan bahwa penyakit kanker tidak bisa disembuhkan
sehingga ada rasa takut untuk melakukan SADARI. Adanya cerita yang
disampaikan oleh oranglain bahwa pemeriksaan SADARI tidak cukup berguna
bagi mereka apalagi yang masih berusia dibawah 30 tahun, sehingga
menimbulkan keraguan untuk melakukan SADARI.
Sebagian besar siswi di SMA Al-Ikhlas, melakukan SADARI merupakan
hal yang kurang begitu diminati. Hal ini juga cenderung dipengaruhi oleh faktor

ketidaktahuan akan bahaya kanker payudara, sedangkan untuk informasi terkait


kanker payudara sangat minim. Mereka beranggapan bahwa SADARI tidak bisa
menyembuhkan kanker payudara. Oleh karena itu, pemberian penyuluhan perlu
dilakukan karena para siswi-siswi SMA Al-Ikhlas Taliwang merupakan kelompok
yang potensial.
Penyuluhan pada setiap wanita diprioritaskan mengenai bagaimana dan
kapan melakukan pemeriksaan payudara mereka sendiri. Diperkirakan bahwa
hanya 25% - 30% wanita yang melakukan pemeriksaan payudara sendiri dengan
baik dan teratur setiap bulannya. Wanita yang lebih muda yang mungkin
mempunyai benjolan pada payudara mereka ternyata kesulitan dalam melakukan
SADARI. Bahkan wanita yang melakukan SADARI mungkin menunda untuk
mencari bantuan medis karena ketakutan faktor ekonomi, kurang pendidikan,
enggan untuk bertindak jika tidak terasa nyeri, faktor- faktor psikologis dan
kesopanan (Smeltzer, 2010).
Pada studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti diperoleh data dari
tanya jawab 10 sisiwi SMA Al-Ikhlas Taliwang yang terdiri dari siswi kelas XI
bahwa 7 diantara mereka pernah mendengar tentang kanker payudara dan juga
tentang SADARI namun kurang mengerti apa maksud dari SADARI itu sendiri, 2
diantara mereka bahkan tidak mengetahui sama sekali mengenai SADARI serta
hanya 1 orang yang pernah melakukan SADARI itupun dalam jangka waktu yang
tidak teratur dengan alasan tidak merasakan adanya keluhan pada payudaranya.
Melihat hal yang demikian ini, maka penyebarluasan pengetahuan dan informasi
mengenai SADARI perlu digalakkan, untuk meningkatkan kesadaran siswi

melakukan pemeriksaan dini kanker payudara, dan untuk kedepannya


pemeriksaan serupa dapat terus dilaksanakan dengan penuh kesadaran sendiri.
Maka peneliti tertarik untuk mengambil penelitian tentang " Hubungan Tingkat
Pengetahuan tentang kanker payudara dengan melakukan pemeriksaan payudara
sendiri ( SADARI ) pada siswi SMA Al-Ikhlas Taliwang"
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan penulis, dapat dirumuskan
suatu masalah yaitu " Bagaiman Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Kanker
Payudara dengan Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri ( SADARI ) pada
Siswi Kelas XII di SMA Al-Ikhlas Taliwang?".
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1.3.1

Tujuan Umum
Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang kanker payudara

dengan melakukan pemeriksaan payudara sendiri ( SADARI ) pada siswi


SMA Al-Ikhlas Taliwang.
1.3.2

Tujuan khusus

1) Mengetahui tingkat pengetahuan tentang kanker payudara pada siswi


SMA Al-Ikhlas Taliwang.
2) Mengetahui jumlah siswi yang melakukan pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI) pada siswi SMA Al-Ikhlas Taliwang.

1.4 MANFAAT PENELITIAN


Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.4.1

Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan literatur baru bagi ilmu


pengetahuan tentang bagaimana hubungan tingkat pengetahuan dengan
siswi SMA Al-Ikhlas Taliwang melakukan SADARI.
1.4.2

Manfaat Praktis

1) Bagi institusi pendidikan Stikes Sumbawa Barat


Sebagai informasi bagi dosen dan mahasiswa Stikes Sumbawa Barat
dan bahan pustaka yang digunakan dalam perkembangan ilmu
pengetahuan kebidanan.
2) Bagi peneliti
Memperoleh pengalaman dan peningkatan wawasan dalam penelitian
mengenai pentingnya pemeriksaan payudara sendiri ( SADARI )
secara rutin hubungannya dengan deteksi dini kanker payudara.
3) Bagi Siswi - siswi SMA Al-Ikhlas Taliwang
Penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan siswi-siswi
tentang SADARI dan dapat meningkatkan pengetahuan dengan penuh
kesadaran melakukan SADARI.

Anda mungkin juga menyukai