RUPTUR UTERI
MAKALAH
oleh
Kelompok 18
MAKALAH
Disusun sebagai pemenuhan tugas Keperawatan Maternitas
dengan dosen pengampu: Ns. Ratna Sari Hardiani, M.Kep
oleh
Widiyatus Sholehah
142310101056
Restina Septiani
142310101118
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ruptur Uteri ini dengan baik tanpa
ada halangan. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Sebagai insan biasa yang tidak punya daya dan upaya, penulis sadar
sepenuhnya bahwa dalam makalah ini banyak kekurangan. Maka dari itu kritik
dan saran yang membangun sangat saya harapakan dari pembaca demi
menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua dan siapa saja yang membacanya.
DAFTAR ISI
Halaman Sampul..........................................................................................
Halaman Judul..............................................................................................
ii
Kata Pengantar.............................................................................................
iii
Daftar Isi......................................................................................................
iv
Bab 1. Pendahuluan......................................................................................
1.1 Latar Belakang................................................................................
1.2 Tujuan.............................................................................................
2.2 Epidemiologi...................................................................................
2.3 Etiologi............................................................................................
12
13
2.8 Penatalaksanaan..............................................................................
14
17
3.2 Diagnosis.........................................................................................
22
3.3 Intervensi.........................................................................................
22
3.4 Implementasi...................................................................................
25
3.5 Evaluasi...........................................................................................
27
Bab 4. Penutup.............................................................................................
4.1 Kesimpulan.....................................................................................
28
4.2 Saran...............................................................................................
29
Daftar Pustaka..............................................................................................
30
BAB 1. PENDAHULUAN
Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu:
1.2.2.1 Menjelaskan pengertian Ruptur uteri.
1.2.2.2 Mengetahui epidemiologi Ruptur Uteri.
1.2.2.3 Menyebutkan etiologi dari Ruptur Uteri.
1.2.2.4 Menyebutkan tanda dan gejala dari Ruptur Uteri.
1.2.2.5 Menjelaskan patofisiologi dan pathway dari Ruptur Uteri.
1.2.2.6 Menyebutkan komplikasi dan prognosis dari Ruptur Uteri.
1.2.2.7 Menjelaskan cara pengobatan dan pencegahan dari Ruptur Uteri.
1.2.2.8 Menjelaskan cara penatalaksanaan dari Ruptur Uteri.
1.2.2.9 Mengetahui dan mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien
dengan Ruptur Uteri.
1.3 Implikasi Keperawatan
Manfaat perawat dalam mempelajari dan memahami konsep dasar
keperawatan pada pasien dengan ruptur uteri adalah meningkatkan mutu asuhan
keperawatan pada klien dalam mempercepat penegakan diagnosa, tindakan yang
dilakukan dengan harapan menyelamatkan pasien dan janinnya dari komplikasi
yang fatal.
2.1 Pengertian
Ruptur uteri merupakan robeknya dinding uterus yang terjadi pada saat
kehamilan atau persalinan dimana umur kehamilan lebih dari 28 minggu. Namun,
yang paling sering terjadi ialah robekan ketika persalinan. Ruptur uteri adalah
pelepasan insisi yang lama disepanjang uterus dengan robeknya selaput ketuban
sehingga kavum uteri berhubungan langsung dengan langsung dengan kavum
peritoneum (Cuninngham, 1945).
2) Manual plasenta.
3) Embriotomi.
4) Trauma tumpul atau trauma tajam dari luar.
5) Stimulus oksitosin.
6) Dorongan pada fundus uterus yang terlalu keras (biasanya dilakukan oleh
dukun dalam menyelesaikan persalinan).
7) Dystosia.
8) Usaha vaginal untuk melahirkan janin.
9) Penyakit rahim misalnya udenomiosis.
c. Ruptur uteri pada bekas luka parut.
Ruptur uteri ini terdapat paling serimg pada parut bekas seksio sesarea,
peristiwa ini jarang timbul pada uterus yang telah dioperasi untuk mengangakat
mioma (miomektomi). Penyebabnya sama dengan ruptur uteri yang terjadi secara
spontan.
Grandemultipara
Partus lama & macet
Scar (jaringan parut) pada dinding uterus
Penggunaan uterotonik berlebihan intrapartum
Tekanan kuat pada fundus uteri
Trauma interna (cunam, versi dalam, embriotomi)
Trauma ekstrena (trauma tumpul, kecelakaan, jatuh tertelungkup)
Ruptur uterus violenta (traumatika), karena trauma lain seperti ( ekstraksi
forsep, embriotomi, manual plasenta, keuretase, pemberian pitosin tanpa
j. Pendarahan
k. Kehamilan preterm atau posterm.
2.4 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang mengancam
Lingkaran Bandl
a. Lingkaran retraksi patologis/lingkaran Bandl yang tinggi, mendekati pusat
b.
c.
d.
e.
f.
volume korpus yang semakin mengecil pada saat his harus diimbangi oleh
perluasan SBR ke atas. Dengan demikian, lingkaran retraksi fisiologis
(physiologic retraction ring) semakin meninggi kearah pusat melewati batas
fisiologi menjadi patologi (pathologic retraction ring) lingkaran patologi ini
disebut Lingkaran Bandl (ring van Bandl).
SBR terus menerus tertarik ke arah proksimal, tetapi tertahan oleh servik
dan his berlangsung kuat terus menerus sedangkan bagian terbawah janin tidak
kunjung turun melalui jalan lahir, lingkaran retraksi makin lama semakin
meninggi dan SBR semakin tertarik ke atas sembari dindingnya sangat tipis hanya
beberapa milimeter saja. Hal ini menandakan telah terjadi ruptur imminens dan
rahim yang terancam robek pada saat his berikutnya berlansung dinding SBR
akan robek spontan pada tempat yang tertipis dan terjadilah perdarahan. Jumlah
perdarahan tergantung pada luas robekan yang terjadi dan jumlah pembuluh darah
yang terputus. Perdarahan tersebut mengakibatkan suplai darah ke perifer
menurun sehingga dapat menurunkan tekanan darah. penurunan tekanan darah
menimbulkan tubuh kekurangan volume cairan. Jika masalah tersebu tidak segera
diatasi pasien akan mengalami syok hipovolemik. Selain itu, penurunan suplai
darah ke perifer juga mengakibatkan penurunan ventilasi. Penurunan ventilasi
mengakibatkan
peningkatan
kebutuhan
oksigen
sehingga
timbullah
R.uhambatan
traumaticpada
(adanya
atau
tindakan)
tan (janin tidak maju akibat adanya
jalantrauma
lahir) akibat terjadi kecelakaan
R.u jaringan
parut
(adanya jaringan parut bekas insisi sebelu
RUPTUR UTERI
10
Resiko Infeksi
Nyeri Akut
Gangguan pola tidur
Ansietas
Sesak napas
11
12
masih hidup pada saat peristiwa tersebut terjadi, satu-satunya harapan untuk
mempertahankan jiwa janin adalah dengan persalinan segera, yang paling sering
dilakukan adalah laparatomi. Jika tidak, baik keadaan hipoksia baik sebagai akibat
terlepasnya plasenta maupun hipovolemia maternal tidak akan terhindari. Jika
tidak diambil tindakan, kebanyakan wanita akan meninggal karena perdarahan
atau mungkin pula karena infeksi yang terjadi kemudian.
Diagnosis cepat, tindakan operasi cepat, ketersediaan darah dalam jumlah
besar dan terapi antibiotik sudah menghasilkan perbaikan prognosis yang sangat
besar bagi wnita hamil dengan ruptur uteri.
2.7 Pengobatan dan Pencegahan
a. Pengobatan
Pemberian terapi antibiotika dan serum tetanus
Bila terdapat tanda-tanda infeksi segera berikan antibiotika dengan spektrum
luas. Bila terdapat tanda-tanda trauma alat genetalia atau luka yang kotor,
tanyakan saat terakhir mendapat tetanus toksoid. Bila hasil anamnesis tidak dapat
memastikan perlindungan terhadap tetanus, berikan serum anti tetanus 1500
IU/IM dan TT 0,5 ml/IM
b. Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya ruptur uteri yaitu dengan prenatal care atau
anatenatal care antara lain:
1) Panggul sempit atau kelainan panggul
a) Dianjurkan bersalin di rumah sakit.
b) Pemeriksaan yang teliti, misalnya apabila kepala janin belum turun
lakukan pemeriksaan dalam (PD).
c) Jika panggul sempit yaitu conjungata vera (CV) <8cm, lakukan seksio
sesarea primer in-partu.
2) Malposisi kepala
a) Reposisi
b) Apabila tidak berhasil, lakukan seksio sesarea primer pada saat
persalinan
3) Uterus cacat karena miomektomi, kuretase, manual uri dianjurkan untuk
bersalin di rumah sakit dengan pengawasan teliti.
13
2.8 Penatalaksanaan
Tindakan pertama adalah mengatasi syok, memperbaiki keadaan umum
penderita dengan pemberian cairan infus dan transfusi darah, kardiotonika,
antibiotika, dan lain-lain. Bila keadaan umum mulai membaik, tindakan
selanjutnya adalah melakukan laparatomi dengan jenis operasi:
a. Histerektomi, baik total maupun maupun subtotal. Histerektomi adalah
operasi pengangkatan kandungan (rahim dan uterus) pada seorang wanita,
sehingga setelah menjalani operasi ini dia tidak bisa lagi hamil dan
mempunyai anak. Histerektomi dapat dilakukan melalui irisan pada bagian
perut atau melalui vagina. Pilihan ini bergantung pada jenis histerektomi
yang akan dilakukan, jenis penyakit yang mendasari, dan berbagai
pertimbangan lainnya. Ada beberapa jenis histerektomi yang perlu kita
ketahui. Berikut ini adalah penjelasannya :
1) Histerektomi parsial (subtotal). Pada histerektomi jenis ini, rahim
diangkat, tetapi mulut rahim (serviks) tetap dibiarkan. Oleh karena itu,
penderita masih dapat terkena kanker mulut rahim sehingga masih
perlu pemeriksaan pap smear (pemeriksaan leher rahim) secara rutin.
2) Histerektomi total. Pada histerektomi ini, rahim dan mulut rahim
diangkat
secara
keseluruhannya.
Histerektomi
total
dilakukan
14
pada
beberapa
jenis
kanker
tertentu
untuk
bisa
15
Kasus:
Ny. K (27th) dengan usia kehamilan 38 minggu dirawat di Rumah Sakit Harapan
dengan keluhan nyeri perut hebat seperti teriris selama persalinannya dengan
penghentian kontraksi. Kondisi kesehatan pasien baik. Pasien juga menerima
perawatan kehamilan normal (4 kali kunjungan) disebuah pusat kesehatan didekat
rumah sakit ini selama kehamilan, yang dimulai pada usia 20 minggu kehamilan.
Dia memiliki riwayat kelahiran pervagina anak pertamanya 4 tahun yang lalu
dengan berat 2800 gram. Semua kehamilan berasal dari ayah yang sama. Pasien
tidak memiliki riwayat penyakit atau prosedur pembedahan. Pasien tinggal
didaerah pedesaan di Kabupaten Jember bersama suami dan anaknya. Sekitar 24
jam sebelum masuk rumah sakit, dia mulai aktif mendorong/mengedan. Sekitar 3
jam sebelum masuk rumah sakit terjadi perdarahan pervagina secara tiba-tiba
yang disertai nyeri yang parah dan diikuti dengan penghentian kontraksi yang
progresif. Pasien kemudian dibawa ke rumah sakit dengan hanya ditemani
suaminya Tn. X ,30 tahun dan bekerja sebagai karyawan swasta. Pada
pemeriksaan awal, pasien dinyatakan sadar dengan kondisi pucat dan lemah.
Tekanan darah 60/30 mm Hg dengan denyut nadi 112 denyut permenit dan
lemah, RR 28x/Menit dengan irama cepat. Membran mukosa kering dan
konjungtiva putih. Perut buncit tidak teratur. Pada bagian perut yang teraba
adanya janin, bunyi jantung janin tidak terdengarSetelah 20 menit kedatangan
pasien dilakukan sebuah prosedur.
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Pendidikan
Pekerjaan
Agama
: Ny. K
: 27 Tahun
: Perempuan
: Jember
: SMA
: Ibu rumah tangga
: Islam
16
h. Status Perkawinan
i. Tanggal MRS
j. Sumber Informasi
: Menikah
: 24 Agustus 2016
: Suami dan Keluarga
masuk
rumah
sakit,
dia
mulai
aktif
17
: 4 September 2015
2) TT I kehamilan
: 20 Januari 2016
3) TT II kehamilan
: 20 Februari 2016
e. Ibu tidak memiliki kebiasaan merokok, minum jamu dan obat-obatan kecuali
dari tenaga kesehatan
f. Berat badan sebelum hamil 50 kg
g. Gerakan janin sudah dirasakan sejak usia kehamilan 16 minggu
h. Rencana persalinan di RS Harapan
3.1.5.4 Riwayat Keluarga Berencana
Pasien pernah KB saat anak pertama berusia 6 bulan dan berhenti saat
anak pertama berusia 3,5 tahun, pasien menggunakan kontrasepsi pill karena
sedikit takut dengan jarum suntik.
3.1.6 Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola Persepsi dan Tata laksana kesehatan
Mengkaji tanggapan pasien dan orangtua mengenai kesehatan dan kebiasaan
yang kurang menjaga kebersihan serta pemakaian obat dan konsumsi
makanan yang dianjurkan untuk ibu hamil.
b. Pola Nutrisi & Metabolisme
Sebelum: ibu makan 3 kali/ hari, porsi sedang (nasi, sayur, lauk), makanan
selingan 2 kali/hari, minum air putih 5 gelas/ hari dan susu 1 gelas/hari.
Selama: ibu makan 4 kali/hari porsi sedang(nasi, sayur, lauk), makanan
selingan 4 kali/hari, minum air putih 5 gelas/ hari dan susu 2 gelas / hari.
c. Pola eliminasi
Sebelum: BAB 1 kali/hari konsistensi lunak, BAK 5 kali/hari
Selama
18
Pemeriksaan Fisik
: lemah
2) Kesadaran
: menurun
3) TD
: 60/30 mmHg
4) Nadi
: 112 x/menit
5) RR
6) CRT
b. Head to toe
1) Rambut : tidak rontok, kulit kepala bersih tidak ada ketombe.
2) Mata : konjungtiva anemis sklera putih; pupil midriasis; cowong
3) Wajah : pucat
19
7) Ekstremitas
c. Inspeksi
1) Pada suatu his yang kuat sekali, pasien merasa kesakitan yang luar biasa,
menjerit seolah-olah perutnya sedang dirobek kemudian jadi gelisah, takut,
keluar keringat dingin sampai kolaps.
Muntah-muntah karena perangsang peritoneum
Syok, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun bahkan tidak terukur
Perdarahan pervaginam yang biasanya tidak begitu banyak
Tampak lemah
Peningkatan suhu, tekanan darah menurun
Pada rongga thorax:
a) Penggunaan otot-otot asesoris pernapasan
b) Pernapasan dangkal dan cepat
l. Pada area tangan dan kaki :
Nyeri yang menjalar ke tungkai bawah dan di bahu
m. Pada area wajah
Konjungtiva anemis, pucat, mata cowong, sklera putih.
2)
3)
4)
5)
6)
7)
n. Payudara
Konsistensi normal, puting menonjol
o. Pada area abdomen :
a) nyeri abdomen bagian bawah
b) perut terlihat tidak teratur
c) perdarahan pervagina secara tiba-tiba .
d. Auskultasi
Denyut jantug janin tidak terdengar
e. Palpasi
20
Intervensi
1. Tidurkan pasien dengan
perdarahan
tetap terlentang
2. Monitor TTV
3. Monitor
intake
pervagina
badannya
dan
output
4. Evaluasi kandung kemih
5. Berikan infus atau cairan
intravena
6. Kolaborasi antibiotik
setelah Pain Management
pengkajian
nyeri
yang
jam
keperawatan
meluas
diharapkan
rasa
nyeri
mengontrol
presipitasi
2. Observasi reaksi
nonverbal
nyeri,
mampu menggunakan
teknik
nonfarmakologi untuk
dan
menemukan
21
mengurangi
nyeri,
bahwa
berkurang
dengan
penggunaan
manajemen nyeri
3. Mampu
pasien
lingkungan
berpengaruh
mengenali
teknik
seperti
yang
suhu,
skala,
tenaga
dalam
terapi
farmakologi
8. Evaluasi
keefektifan
dari
pengontrolan nyeri
9. Tingkatkan
istirahat
yang
adekuat
10. Berikan informasi penyebab
3
Pola
nafas Tujuan
aliran jam
keperawatan
memaksimalkan ventilasi
2.Auskultasi suara nafas, catat
perifer
menurun
hasil:
darah
ke diharapkan
pola
untuk
nafas
cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
5.Monitor respirasi dan status O2
6.Pertahankan jalan nafas yang
- Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara
paten
nafas yang bersih, tidak 7.Observasi adanya tanda tanda
ada
sianosis
dan
dyspneu
- Menunjukkan jalan nafas
yang paten(klien tidak
merasa tercekik, irama
nafas,
frekuensi
hipoventilasi
8.Monitor vital sign
9.Informasikan pada pasien dan
keluarga
tentang
tehnik
pernafasan
dalam
suara
nafas
abnormal)
- Tanda Tanda vital dalam
rentang
normal
3.4 Implementasi
No
1.
Hari/
Waktu
Implementasi
Tanggal
Rabu,
08.00-
24/08/16
09.00
WIB
1. Tidurkan
pasien
Ttd
dengan
terlentang
2. Monitoring TD, nadi, suhu,
dan RR
3. Monitoring
intake
dan
output
4. Evaluasi kandung kemih
5. Memberikan infus atau
cairan intravena
2.
Rabu
10.30-
6. Mengkolaborasi antibiotik
1. Melakukan pengkajian nyeri
24/08/16
11.30
WIB
frekuensi,
kualitas
dan
faktor presipitasi
2. Mengobservasi
reaksi
23
nonverbal
dari
ketidaknyamanan pasien
3. Menggunakan
teknik
pengalaman
nyeri
4. Mengontrol
yang
lingkungan
berpengaruh
suhu,
pencahayaan
seperti
dan
kebisingan
5. Mengajarkan pasien teknik
nonfarmakologi
6. Mengkolaborasi pemberian
farmakologi
7. Monitoring
pengontrolan
nyeri
8. Meningkatkan istirahat yang
adekuat
9. Memberikan
3.
Rabu,
14.00-
24/08/16
14.30
WIB
informasi
penyebab nyeri
1. Memposisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
2. Mencatat adanya suara
tambahan
3. Memberikan bronkodilator
4. Mengatur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
5. Monitoring respirasi dan
status O2
6. Memperertahankan
nafas yang paten
7. Mengobservasi
jalan
adanya
24
9. Memberikan informasikan
pada pasien dan keluarga
tentang
tehnik
relaksasi
3.5 Evaluasi
No
Tgl/jam
Evaluasi
Dx
1
24-08-16/ 08.00-09.00WIB
S:
pasien
TTD
mengatakan
Masalah
RR:
27
T:36,5C
teratasi
sebagian
2
24-08-16/10.30-11.30 WIB
P: Lanjutkan intervensi
S: pasien mengatakan
masih nyeri
O:
pasien
tampak
24-08-16/14.00-14.30WIB
P: Lanjutkan intervensi
S: pasien mengatakan
sesak
25
O: RR 27x/menit
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
26
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ruptur uteri merupakan robeknya dinding uterus yang terjadi pada saat
kehamilan atau persalinan dimana umur kehamilan lebih dari 28 minggu. Namun,
yang paling sering terjadi ialah robekan ketika persalinan. Ruptur uteri adalah
pelepasan insisi yang lama disepanjang uterus dengan robeknya selaput ketuban
sehingga kavum uteri berhubungan langsung dengan langsung dengan kavum
peritoneum (Cuninngham, 1945).
Ruptur uteri pada bekas seksio sesarea lebih sering terjadi terutama pada
parut pada bekas seksio sesarea klasik dibandingkan pada parut bekas seksio
sesarea profunda. Hal ini disebabkan oleh karena luka pada segmen bawah uterus
yang tenang pada saat nifas memiliki kemampuan sembuh lebih cepat sehingga
parut lebih kuat. Ruptur uteri pada bekas seksio klasik juga lebih sering terjadi
pada kehamilan tua sebelum persalinan dimulai sedangkan pada bekas seksio
profunda lebih sering terjadi saat persalinan.
Tindakan pertama dalam kasus ruptur uteri adalah mengatasi syok,
memperbaiki keadaan umum penderita dengan pemberian cairan infus dan
transfusi darah, kardiotonika, antibiotika, dan lain-lain. Bila keadaan umum mulai
membaik, tindakan selanjutnya adalah melakukan laparatomi. Diagnosis cepat,
tindakan operasi cepat, ketersediaan darah dalam jumlah besar dan terapi
antibiotik sudah menghasilkan perbaikan prognosis yang sangat besar bagi wnita
hamil dengan ruptur uteri.
Bila terdapat tanda-tanda infeksi segera berikan antibiotika dengan
spektrum luas. Bila terdapat tanda-tanda trauma alat genetalia atau luka yang
kotor, tanyakan saat terakhir mendapat tetanus toksoid. Bila hasil anamnesis tidak
dapat memastikan perlindungan terhadap tetanus, berikan serum anti tetanus
1500 IU/IM dan TT 0,5 ml/IM
27
4.2 Saran
4.2.1 Akademik
Diharapkan kepada akademi agar dapat lebih memperbanyak buku-buku
yang dapat menunjang perkuliahan, khususnya mata kuliah Keperawatan
Maternitas dan mata kuliah lainnya.
4.2.2 Mahasiswa /i
Untuk dapat membaca dan memberikan masukan tentang makalah ini serta
dapat mempergunakan makalah ini sebagai bahan penunjang materi pembelajaran.
4.2.3 Pembaca
Agar dapat membaca makalah dan menggunakan makalah ini sebagai bahan
bacaan yang bermanfaat bagi si pembaca dan juga yang lainnya.
28
DAFTAR PUSTAKA
Cuningham , Gary et.all, 2005. Obstetri Williams Edisi 21. Jakarta: EGC.
https://www.scribd.com/doc/230367918/Asuhan-Keperawatan-Ruptur-Uteri
(diakses tanggal: 10 September 2016)
Mirzanie, Hanifah dan Kurniawati, D. 2010. Obgynacea. Yogyakarta: Tosca
Enterprise
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi.
Ed. 2. Jakarta:EGC
Varney, Helen dkk. 2001. Buku ajar asuhan kebidanan. Jakarta : EGC.
https://www.scribd.com/doc/230367918/Asuhan-Keperawatan-Ruptur-Uteri
(diakses tanggal: 10 September 2016)
29