Anda di halaman 1dari 21

EKOSISTEM DANAU (LENTIK/WETLANDS)

MAKALAH EKOLOGI AQUATIK

Oleh
Kelompok 2
1. Clarista Mugistika

131810401038

2. Siti Erlinka

141810401014

3. Siti Nurhalimah

141810401029

4. Emitria Rahmawati 141810401036


5. Nur Amalina F.

141810401041

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2016

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah

memberikan

kesempatan

kepada

kami

selaku

penyusun

dalam

menyelesaikan kewajiban kami selaku mahasiswa pada Mata Kuliah Ekologi


Aquatik, sehingga atas rahmat dan hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini tidak kurang dari waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini membahas tentang ekosistem danau (lentik/wetlands).
Penyusunan

makalah

ini

selain

bertujuan

sebagai

tugas

dalam

pertanggungjawaban kami dalam mengikuti mata kuliah ekologi aquatik juga


sebagai penambahan pengetahuan mengenai khususnya mengenai ekosistem
danau ((lentik/wetlands). Pada kesempatan ini pula kami menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Rendy Setiawan, S.Si, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah ekologi
aquatik.
2. Semua pihak yang telah membantu sehingga selesainya penyusunan
laporan ini.
Harapan kami selaku penyusun, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
mahasiswa yang menggeluti bidang Biologi khususnya pada mata kuliah ekologi
aquatik. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena
itu kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan makalah ini.

14 September 2016

Penyusun

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 2
2.1 Pengertian Ekosistem Danau......................................................................... 2
2.2 Ciri-Ciri Ekosistem Lentik ............................................................................ 2
2.3 Adaptasi Organisme Ekosistem Danau ......................................................... 2
2.4 Komponen Biotik dan Abiotik Ekosistem Danau ......................................... 3
2.5 Pembagian Daerah/Zona dalam Ekosistem Danau ....................................... 6
2.6 Macam-Macam Danau .................................................................................. 7
2.7 Siklus Materi Ekosistem Danau .................................................................... 9
2.8 Aliran Materi ............................................................................................... 14
2.9 Fungsi dan Manfaat Ekosistem Danau ........................................................ 15
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 17
3.1 KESIMPULAN ........................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18

iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hubungan saling mempengaruhi antara makhluk hidup dengan lingkungannya
membentuk suatu sistem disebut ekosistem. Perairan dimuka bumi menunjang
ekosistem yang berbeda, ekosistem tersebut terbagi atas ekosistem air tawar
(danau dan sungai) dan ekosistem laut (laut, pantai, estuari, dan terumbu karang).
Danau adalah salah satu bentuk ekosistem yang menempati daerah yang relatif
kecil pada permukaan bumi dibandingkan dengan habitat laut dan daratan.
Danau merupakan perairan lentik (Lentic Water) atau badan air yang
merupakan bagian dari ekosistem air tawar yang sering dihubungkan dengan
keadaan kandungan nutrien. Air danau dipengaruhi oleh kondisi hidrologi dan
parameter fisika-kimia yang mendukung komunitas biota yang keberadaannya
memperkaya ekosistem danau. Oleh karena itu dalam makalah ini akan membahas
tentang komponen dan aktivitas yang terjadi dalam suatu ekosistem danau.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas,
adalah:
1. Apakah pengertian ekosistem danau?
2. Bagaimanakah ciri-ciri ekosistem danau?
3. Bagaimana komponen biotik dan abiotik ekosistem danau?
4. Bagaimana pembagian daerah/zona dalam ekosistem danau?
5. Apa sajakah macam-macam ekosistem danau?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, makalah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui pengertian ekosistem danau.
2. Mengetahui ciri-ciri ekosistem danau.
3. Mengetahui komponen biotik dan abiotik ekosistem danau.
4. Mengetahui pembagian daerah/zona dalam ekosistem danau.
5. Mengetahui macam-macam ekosistem danau.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ekosistem Danau


Ekosistem adalah hubungan antara kumpulan beberapa populasi disuatu
tempat yang mengadakan interaksi, baik secara langsung maupun tidak langsung
dengan lingkungan abiotik dan hubungannya adalah timbal balik. Sedangkan
danau adalah ceruk atau cekungan pada permukaan bumi yang berisi air yang
terbentuk secara alami maupun buatan, sumber airnya berasal dari mata air, air
hujan, dan atau limpasan air permukaan (Kimball,1991).
Jadi ekosistem danau adalah hubungan beberapa populasi yang hidup
disuatu ceruk atau cekungan pada permukaan bumi yang berisi air yang
mengadakan interaksi baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
lingkungan abiotik dan hubungannya adalah timbal balik (Kimball,1991).
2.2 Ciri-Ciri Ekosistem Lentik
Ciri-ciri dari ekosistem lentik antaralain:

Ekosistem lentik mengalami stratifikasi secara vertikal akibat perbedaan


intensitas cahaya dan perbedaan suhu

Tidak memiliki arus sehingga organisme didalamnya tidak membutuhkan


adaptasi khusus

Organisme pada ekosistem lentik cenderung beragam dan tidak bergantiganti

Tumbuhan yang umumnya terdapat pada ekosistem lentik berupa alga dan
tumbuhan air mengapung lainnya.
(Adawiyah, R, 2011).

2.3 Adaptasi Organisme Ekosistem Danau


1. Adaptasi tumbuhan
Tumbuhan yang hidup di air tawar biasanya bersel satu dan dinding selnya
kuat seperti beberapa alga biru dan alga hijau. Air masuk ke dalam sel hingga
maksimum dan akan berhenti sendiri. Tumbuhan tingkat tinggi, seperti teratai
(Nymphaea gigantean) mempunyai akar jangkar (akar sulur). Hewan dan

tumbuhan rendah yang hidup di habitat air, tekanan osmosisnya sama dengan
tekanan osmosis lingkungan atau isotonis (Cambell,2004).
2. Adaptasi hewan
Ekosistem air tawar dihuni oleh nekton. Nekton merupakan hewan yang
bergerak aktif dengan menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat tinggi yang
hidup di ekosistem air tawar, misalnya ikan, dalam mengatasi perbedaan tekanan
osmosis melakukan osmoregulasi untuk memelihara keseimbangan air dalam
tubuhnya melalui sistem ekskresi, insang, dan pencernaan (Cambell,2004).
2.4 Komponen Biotik dan Abiotik Ekosistem Danau
2.4.1. Komponen Biotik
Komponen biotik dalam ekosistem danau meliputi semua jenis makhluk
hidup seperti manusia, hewan, tumbuhan dan mikroorganisme.
a.

Komponen Biotik Danau Berdasarkan Fungsinya


Berdasarkan fungsinya, organisme air tawar dibedakan menjadi 3 macam:
1) Produsen: terdiri dari golongan ganggang, ganggang hijau dan ganggang
biru golongan spermatophyta, misal: eceng gondok, teratai, kangkung,
genger, kiambang.
2) Konsumen: meliputi hewan-hewan, serangga, udang, siput, cacing, dan
hewan-hewan lainnya.
3) Dekomposer/pengurai: sebagian besar terdiri atas bakteri dan mikroba
lain.

b.

Komponen Biotik Danau Berdasarkan Kebiasaan Hidupnya Didalam Air


Berdasarkan aliran energi dan kebiasaan kehidupan dalam air, organisme air

tawar dibedakan atas 5 macam:


1) Plankton: terdiri atas fitoplankton (plankton tumbuhan) dan zooplankton
(plankton hewan), merupakan organisme yang gerakannya pasif selalu
dipengaruhi oleh arus air.
2) Nekton: organisme yang bergerak aktif berenang. Contoh: ikan, serangga
air.
3) Neston: organisme yang beristirahat dan mengapung di permukaan air.
4) Bentos: organisme yang hidup di dasar perairan.

5) Perifiton: organisme yang melekat pada suatu substrat (batang, akar, batubatuan) di perairan.
c.

Berdasarkan Cara Memperoleh Makanan


Berdasarkan cara memperoleh makanan atau energi, dibagi menjadi 2

kelompok:
1) Organisme autotrof: organisme yang dapat mensintesis makanannya
sendiri. Tumbuhan hijau tergolong organisme autotrof, peranannya
sebagai produsen dalam ekosistem air tawar.
2) Fagotrof dan Saprotrof: merupakan konsumen dalam ekosistem air tawar.
Fogotrof adalah pemakan organisme lain, sedang Saprotrof adalah
pemakan sampah atau sisa organisme lain.
(Pamungkas, et.al, 2008).

2.4.2 Komponen Abiotik


Komponen-komponen abiotik utama dalam ekosistem adalah sebagai
berikut :
a. Suhu
Kelembapan dan suhu juga sangat memengaruhi keberadaan suatu organisme
dalam suatu ekosistem. Kelembapan dan suhu berpengaruh terhadap hilangnya air
yang terjadi melalui penguapan. Setiap organisme memiliki toleransi yang
berbeda-beda terhadap suhu dan kelembapan. Suhu terendah yang masih
memungkinkan organisme hidup disebut sebagai suhu minimum. Suhu yang
paling sesuai dan mendukung kehidupan untuk organisme disebut sebagai suhu
optimum, sedangkan suhu tertinggi yang masih dapat ditoleransi atau
memungkinkan organisme hidup disebut sebagai suhu maksimum.
Suhu lingkungan merupakan faktor penting dalam persebaran organisme
karena pengaruhnya pada proses biologis dan ketidakmampuan sebagian besar
organisme untuk mengatur suhu tubuhnya secara tepat. Sel bisa pecah jika air
yang terdapat didalamnya membeku pada suhu dibawah 0oC, dan protein pada
sebagian besar organism akan mengalami denutrasi pada suhu diatas 45oC. Selain

itu, sejumlah organisme dapat mempertahankan suatu metabolisme yang cukup


aktif pada suhu yang sangat rendah atau pada suhu yang sangat tinggi.
b. Air
Organisme air tawar hidup berendam di dalam suatu lingkungan akuatik, tetapi
organisme tersebut menghadapi permasalahan keseimbangan air jika tekanan
osmosis air intraselulanya tidak sesuai dengan tekanan osmosis disekitarnya.
c. Cahaya Matahari
Matahari memberikan energi yang menggerakkan hampir seluruh ekosistem,
meskipun hanya tumbuhan dan organisme fotosintetik. Dalam ekosistem akuatik,
intensitas dan kualitas cahaya membatasi persebaran organisme fotosintetik.
Setiap meter kedalaman air secara selektif menyerap sekitar 45% cahaya merah
dan sekitar 2% cahaya biru yang melaluinya. Sebagai hasilnya, sebagian besar
fotositesis dalam lingkungan akuatik terjadi relative didekat permukaan air. Akan
tetapi, organisme fotosintetik itu sendiri menyerap banyak cahaya yang
menembus air, yang selanjutnya akan mengurangi intensitas dan kualitas cahaya
pada air di bawahnya.
d. Angin
Angin

memperkuat

suhu

lingkungan

pada

organisme

dengan

cara

meningkatkan hilangnya panas melalui penguapan (evaporasi) dan konveksi


(factor wind-chill atau pendinginan oleh angin).
e. Batu dan Tanah
Struktur fisik, pH, dan komposisi mineral batuan serta tanah akan membatasi
persebaran tumbuhan dan hewan yang memakannya, sehingga menjadi salah satu
penyebab timbulnya pola mengelompok pada area tertentu yang acak (patchiness)
pada ekosistem terrestrial yang sering kita lihat. Pada ekosistem akuatik,
komposisi substrat dapat mempengaruhi factor kimiawi dalam air, yang
selanjutnya akan mempengaruhi tumbuhan dan hewan penghuni ekosistem
akuatik.

f. Tingkat keasaman atau Ph tanah


Tumbuhan hanya bisa hidup normal dalam suasana tanah yang tidak begitu
asam dan basa atau dalam keadaan netral atau Ph 7. Apabila tanah terlalu asam
(Ph kurang 7) atau terlalu basa (Ph lebih 7) pertumbuhannya akan terganggu.
(Pamungkas, et.al, 2008).
2.5 Pembagian Daerah/Zona dalam Ekosistem Danau
1. Daerah litoral (wilayah tepi)
Daerah ini merupakan daerah dangkal. Cahaya matahari menembus dengan
optimal. Air yang hangat berdekatan dengan tepi.Tumbuhannya merupakan
tumbuhan air yang berakar dan daunnya ada yang mencuat ke atas permukaan air.
Komunitas organisme sangat beragam termasuk jenis-jenis ganggang yang
melekat (khususnya diatom), berbagai siput dan remis, serangga, krustacea, ikan,
amfibi, reptilia air dan semi air seperti kura-kura dan ular, itik dan angsa, dan
beberapa mamalia yang sering mencari makan di danau.
2. Daerah limnetik (wilayah terbuka yang masih di tembus matahari)
Daerah ini merupakan daerah air bebas yang jauh dari tepi dan masih dapat
ditembus sinar matahari. Daerah ini dihuni oleh berbagai fitoplankton, termasuk
ganggang dan sianobakteri. Ganggang berfotosintesis dan bereproduksi dengan
kecepatan tinggi selama musim panas dan musim semi. Zooplankton yang
sebagian besar termasuk Rotifera dan udang-udangan kecil memangsa
fitoplankton. Zooplankton dimakan oleh ikan-ikan kecil. Ikan kecil dimangsa oleh
ikan yang lebih besar, kemudian ikan besar dimangsa ular, kura-kura, dan burung
pemakan ikan.
3. Daerah profundal (wilayah dalam yang tidak dapat ditembus sinar
matahari)
Daerah ini merupakan daerah yang dalam, yaitu daerah afotik danau. Mikroba
dan organisme lain menggunakan oksigen untuk respirasi seluler setelah
mendekomposisi detritus yang jatuh dari daerah limnetik. Daerah ini dihuni oleh
cacing dan mikroba
4. Daerah bentik

Daerah ini merupakan daerah dasar danau tempat terdapatnya bento dan sisasisa organisme mati.
(Cambell,2004).

2.6 Macam-Macam Danau


1. Berdasarkan Jenis Airnya
a. Danau air tawar yaitu danau yang berair tawar, danau jenis ini memiliki
ciri yaitu memiliki pelepasan berupa sungai, contoh danau toba
b. Danau air asin yaitu danau yang berair asin dimana danau jenis ini tidak
memliki pelepasan, karena merupakan akhir dari sungai dan pelepasan
hanya merupakan penguapan saja. Contoh : Danau sentani (Papua).
c. Danau air asam yaitu danau yang airnya berasal dari belerang. dan
memiliki ciri : biasanya merupakan kawah gunung berapi yang berisi air
hujan dan airnya berwarna hijau kekuning-kuningan. Contoh Danau
Tangkuban perahu.
2. Berdasarkan Proses Terbentuknya
a. Danau Tektonik, yaitu danau yang terbntuk oleh tenaga endogen yang
bersumber dari gerakan tektonik seperti cekungan-cekungan akibat
patahan dan lipatan. Contohnya Danau Tempe, Danau Tondano dan Danau
Towuti di Sulawesi.
b. Danau Vulkanik, yaitu danau bekas gunung api. Air danau berasal dari
curah hujan yang tertampung pada lubang kepundan atau kaldera.
Contohnya Danau Kawah Gunung Kelud, Gunung Batur, dan Gunung
Galunggung.
c. Danau Vulkano-Tektonik, yaitu danau yang terbentuk karena gabungan
proses vulkanik dan tektonik. Patahan atau depresi pada bagian permukaan
bumi pasca letusan. Dapur magma yang telah kosong menjadi tidak stabil
sehingga terjadi pemerosotan atau patah. Cekungan akibat patahan
tersebut kemudian diisi oleh air contohnya Danau Toba di Sumatera.
3. Berdasakan Kapasitas Air

a. Danau permanen : yaitu dana yang kapasitas airnya tidak dipengaruhi oleh
musim
b. Danau temporer

yaitu dana yang kapasitas airnya bersifat fluktuaktif

(meluap ketika musim hujan dan surut ketika musim kemarau).


4. Berdasarkan Produksi Materi Organik
a. Danau oligotropik yaitu sebutan untuk danau yang dalam dan kekurangan
makanan, karena fitoplankton di daerah limnetik tidak produktif. Ciricirinya, airnya jernih sekali, dihuni oleh sedikit organisme, dan di dasar air
banyak terdapat oksigen sepanjang tahun.
b. Danau eutropik yaitu sebutan untuk danau yang dangkal dan kaya akan
kandungan makanan, karena fitoplankton sangat produktif. Ciricirinya
adalah airnya keruh, terdapat bermacam-macam organisme, dan oksigen
terdapat di daerah profundal.
(Jayanti, 2009).

2.7 Siklus Materi Ekosistem Danau


1. Siklus Hidrologi (siklus air)
Air merupakan substrat utama dari ekosistem perairan yang mengalamai
siklus yang disebut dengan siklus air atau siklus hidrologi. Air yang ada di
perairan mengalami evaporasi membentuk awan. Kandungan air yang berada di
tumbuhan juga mengalami transpirasi ke udara. Ketika awan sudah berada di titik
jenuh, maka terjadi presipitasi, yaitu turunnya bintik-bintik air ke bumi dalam
bentuk hujan, salju dan es. Hujan yang turun sebagian akan meresap menjadi air
tanah dan sebagian langsung ke wilayah perairan membentuk danau, waduk,
rawa, kolam dan sebagainya untuk kemudian kembali mengalami evaporasi
(Ramli, 1989).

2. Siklus Nitrogen
Nitrogen merupakan limiting factor yang harus diperhatikan dalam suatu
ekosistem perairan. Nitrogen di perairan terdapat dalam bentuk gas N2, NO2-,
NO3-, NH3 dan NH4+ serta sejumlah N yang berikatan dalam organik kompleks
(Haryadi, 2003). Akumulasi kandungan nitrogen dalam air dapat menjadi sumber
penurunan kualitas air. Sumber nitrogen terbesar berasal dari udara, sekitar 80%

dalam bentuk nitrogen bebas yang masuk melalui sistem fiksasi biologis dalam
kondisi aerobik.
Nitrogen di udara akan berikatan dengan oksigen membentuk NO2,
Selanjutnya NO2 yang berikatan dengan air hujan akan membentuk senyawa
HNO2 (asam nitrat). Melalui hujan yang turun di wilayah ekosistem perairan,
asam nitrat masuk ke air dan bereaksi dengan oksida dan karbonat-karbonat
logam menjadi garam nitrat dan garam nitrit yang dapat dimanfaatkan oleh
tumbuhan. Tumbuhan juga mendapat asupan nitrogen dari kotoran hewan air yang
mengandung amoniak (NH3). Selain mendapatkan energi dari tumbuhan,
konsumen juga memperoleh senyawa nitrogen dari tumbuhan untuk mensintesis
protein dalam tubuhnya. Hewan yang memperoleh senyawa nitrogen dari
makanannya akan mengeluarkan senyawa nitrogen tersebut ke lingkungan dalam
bentuk amonia (NH3). Dengan demikian nitrogen di alam akan terus berputar
(Saktiyono, 2004)

10

Kadar nitrogen yang tinggi dalam perairan dapat merangsang pertumbuhan


alga secara tak terkendali (blooming). Konsentrasi nitrogen organik di perairan
berkisar 0,1 sampai 5 mg/l, sedangkan di perairan tercemar berat kadar nitrogen
bisa mencapai 100 mg/l (Dojlido and Best, 1992). Konsentrasi nitrit yang tinggi
dapat menyebabkan perairan menjadi tercemar. Schmit (1978) dalam Wardoyo
(1989) menyatakan bahwa pencemaran perairan dapat dinilai berdasarkan
kandungan nitritnya (Tabel 6).
Tabel 6. Status kualitas air berdasarkan kandungan nitrit
No Kadar

nitrit Status kualitas air

(mg/l)
1

< 0,003

Tidak tercemar sampai tercemar sangat ringan

0,003 0,014

Tercemar sedang

0,014 0,10

Tercemar berat

11

3. Siklus Karbon
Pada ekosistem air, pertukaran CO2 dengan atmosfer berjalan secara tidak
langsung. Karbon dioksida berikatan dengan air membentuk asam karbonat yang
akan terurai menjadi ion bikarbonat. Bikarbonat adalah sumber karbon bagi alga
yang memproduksi makanan untuk diri mereka sendiri dan organisme heterotrof
lain. Sebaliknya, saat organisme air berespirasi, CO2 yang mereka keluarkan
menjadi bikarbonat. Jumlah bikarbonat dalam air adalah seimbang dengan jumlah
CO2 di air.
Karbon adalah bahan penyusun dasar semua senyawa organik. Dalam siklus
karbon, proses timbal balik fotosintesis dan respirasi seluler. Tumbuhan
mendapatkan karbon, dalam bentuk CO2 dari atmosfer melalui proses fotosintesis
yang nantinya akan digunakan oleh tumbuhan dan hewan untuk berespirasi yang
dapat menghasilkan O2. Hewan dan tumbuhan yang mati, dalam waktu yang lama
akan membentuk batubara di dalam tanah. Batubara akan dimanfaatkan lagi
sebagai bahan bakar yang juga menambah kadar CO2 di udara. Sejumlah karbon
bisa dipindahkan dari siklus tersebut dalam waktu yang lebih lama ketika karbon
terakumulasi di dalam kayu dan bahan organik oleh detritivora akhirnya didaur
ulang karbon ke atmosfer sebagai CO2.

12

4. Siklus Fosfor
Proses daur fosfor yang terjadi di perairan hampir sama dengan proses daur
fosfor yang terjadi di daratan. Molekul fosfat yang terdapat di dalam air
digunakan oleh fitoplankton, ganggang, dan tumbuhan air untuk metabolisme
tubuhnya. Melalui rantai makanan fosfat masuk ke dalam tubuh hewan di
perairan. Selanjutnya melalui proses dekomposisi organisme mati (zat organik)
oleh bakteri dan fungi, fosfor kembali dilepaskan ke lingkungan perairan.
Beberapa bakteri dan fungi mampu memecah senyawa-senyawa organik fosfor
dan mampu melepaskan fosfat dari dan kembali dalam siklus materi. Beberapa
bakteri yang dapat mendekomposisi trikalsium fosfat adalah genus Pseudomonas,
Aeromonas, Escherichia, Bacillus dan Micrococcus
Molekul fosfat yang terbawa oleh aliran air, tidak seluruhnya diserap oleh
tumbuhan. Sebagian terus terbawa menuju lautan dan mengendap di dasar laut.
Endapan tersebut lama kelamaan semakin banyak dan oleh proses geologis selama
bertahun-tahun jadi membetuk batuan atau daratan yang mengandung fosfat.
Pembuangan air deterjen yang mengandung fosfat ke dalam perairan dapat

13

menyebabkan pertumbuhan ganggang yang berlebihan. Ganggang yang


jumlahnya tidak terkendali menyebabkan oksigen di air berkurang, selanjutnya
akan menyebabkan ikan-ikan di perairan mati. Peristiwa tersebut dinamakan
eutrofikasi(Saktiyono,2004).

Fosfor
Dikeluarkan
melalui
kotoran

Diabsorbsi
tumbuhan dalam
bentuk H2PO42-

Membentuk
DNA, RNA dan
ATP

Dimakan
hewan
(konsumen)

2.8 Aliran Materi

14

1. Zona Litoral

Produsen : tumbuhan berakar yang mengapung, tumbuhan paku serta


tumbuhan yang tidak berakar

Konsumen I : larva serangga air seperti larva Coleoptera dan Hemiptera,


serta kecebong

Konsumen II : Crustasea berukuran besar, Platyhelminthes, Oligochaeta,


Molusca, Amphibi, dan Pisces

2. Zona Limnetik

Produsen : fitoplankton dan ganggang yang terapung bebas

Konsumen I : Zooplankton dan nekton

Konsumen II : Crustaceae kecil yang terapung bebas, Copepoda, Rotifera


dan beberapa jenis ikan

3. Zona Profundal

Produsen : tidak ada

Konsumen : jenis kerang kecil seperti anggota famili Sphaeridae dan


Chaoboras

Dekomposer : jenis-jenis bakteri, fungi, cacing darah (meliputi larva


Chironomidae) dan Annelida

4. Zona Bentik

Produsen : tidak ada

Konsumen : tidak ada

Dekomposer : bentos dan sisa-sisa organisme mati

(Sachlan. M, 1980)
2.9 Fungsi dan Manfaat Ekosistem Danau
1. sebagai sumber plasma nutfah yang berpotensi sebagai penyumbang
bahan genetik;
2. sebagai tempat berlangsungnya siklus hidup jenis flora/fauna yang
penting,
3. sebagai sumber air yang dapat digunakan langsung oleh masyarakat
sekitarnya (rumahtangga, industri dan pertanian);

15

4. sebagai tempat penyimpanan kelebihan air yang berasal dari air hujan,
aliran permukaan, sungai-sungai atau dari sumber-sumber air bawah
tanah;
5. memelihara iklim mikro, di mana keberadaan ekosistem danau dapat
mempengaruhi kelembaman dan tingkat curah hujan setempat;
6. sebagai sarana transportasi untuk memindahkan hasil-hasil pertanian dari
tempat satu ke tempat lainnya;
7. sebagai penghasil energi melalui PLTA;
8. sebagai sarana rekreasi dan objek pariwisata.
9. sebagai sumber air yang paling praktis dan murah untuk kepentingan
domestik maupun industri,
10. sebagai sistem pembuangan yang memadai dan paling murah
(Sittadewi, 2008).

16

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Ekosistem danau tersusun atas komponen biotik dan komponen abiotik.
Ekosistem danau ditandai oleh adanya bagian perairan yang dalam sehingga
tumbuh-tumbuhan berakar tidak dapat tumbuh di bagian ini. Komunitas tumbuhan
dan hewan tersebar di danau sesuai dengan kedalaman dan jaraknya dari tepi
dengan 4 zona yang digolongkan ke dalam zona litoral, limnetik, profundal dan
bentik. Selain itu berdasarkan produksi materi organik-nya danau dikelompokkan
menjadi danau oligotropik dan eutropik. Dilihat dari susunan dan fungsinya,
ekosistem danau tersusun atas komponen autotrof, heterotrof, decomposer dan
abiotik. Sedangkan berdasarkan aliran energi dan kebiasaan hidupnya, hewan
yang hidup di danau terdiri dari plankton, nekton, neuston, perifiton dan bentos.
Yang mana semua komponen-komponen tersebut saling ketergantungan antar satu
dengna lainnya.

17

DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, R. 2011. Diversitas Fitoplankton di Danau Tasikardi Terkait


Dengan Kandungan Karbon Dioksida Dan Nitrogen. Skripsi. Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Campbell. Mitchell. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta : Erlangga
Dojlido, J. R. and G. A, Best. (1992). Chemistry of water and water pollution.
New York: Ellis Horwood Limited
Kimball, John W. 1991. Biologi Edisi Kelima-Jilid 3. Jakarta : Erlangga
Pamungkas, et all. 2008. Karakteristik Ekosistem Perairan Menggenang di Situ
Gede. Bogor. IPB.
Ramli, D. 1989.

Ekologi.

Jakarta : Proyek Pengembangan Lembaga

Pendidikan Tenaga Kependidikan Derektoral Jendral Pendidikan Tinggi


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Saktiyono. 2004. Sains Biologi. Jakarta : Erlangga.
Sachlan, M., 1980, Planktonologi, Fakultas Peternakan dan Perikanan, UNDIP
Semarang
Sittadewi, Euthalia. 2008. Fungsi Strategis Danau Tondanu, Perubahan
Ekosistem dan Masalah yang Terjadi. Jurnal Teknik Lingkungan, vol. 9.
No.1.

18

Anda mungkin juga menyukai