Sistem peredaran darah pada ayam didukung oleh kerja jantung beserta dengan
salurannya baik pembuluh darah vena (Gambar 10) dan pembuluh darah arteri (Gambar
11), pembuluh darah kapiler dan pembuluh darah nadi (Akoso, 1993).
Gambar 10. Skema peredaran darah vena pada unggas (Radiopoetro, 1991)
Gambar 11. Skema peredaran darah arteri pada unggas (Radiopoetro, 1991)
Jantung
Ayam mempunyai jantung yang berbeda dengan lainnya, yaitu mempunyai empat
ruang pada jantung, dua ventrikel dan dua atrium. Pembagian ruang tersebut untuk
mengefektifitaskan kerja jantung sehingga akan terjadi sirkulasi O 2 dan CO2 dari kantung
udara dengan tingkat metabolisme yang tinggi (Nesheim et al., 1979).
Untuk ayam tipe ringan dewasa, misal ayam petelur White Leghorn mempunyai
denyut jantung 350 kali per menit, ayam breed besar seperti RhodeIsland Red mempunyai
denyut jantung 250 kali per menit (Akoso, 1993) dan DOC mempunyai kisaran 300 sampai
560 kali per menit (Nesheim et al., 1979). Ayam mempunyai tekanan darah sistol 75
sampai 175 mm Hg dan diastol 140 sampai 160 mm Hg.
Darah
Fungsi darah unggas untuk mengedarkan O2 dan mengeluarkan CO2 dari sel tubuh,
absorbsi nutrisi dari saluran pencernaan dan mengedarkan ke seluruh tubuh, mengeluarkan
sisa metabolisme tubuh, mengedarkan hormon, mangatur cairan tubuh dan melawan bibit
penyakit yang masuk ke dalam tubuh (Nesheimet al., 1979).
Darah ayam berisi sekitar 2,5 sampai 3,5 juta sel darah merah per milimeter kubik
dan tergantung pada umur dan jenis kelamin. Darah ayam jantan dewasa memiliki 500.000
sel darah merah lebih banyak dibanding betina (Akoso, 1993). Ayam mempunyai kisaran
jumlah sel darah putih 15 sampai 35 ribu per milimeter kubik. Sel darah merah ayam
mengandung nukleus dan hemoglobin. Hemoglobin ini berfungsi untuk membawa oksigen
pada darah. Hemoglobin terdapat sekitar 30% dari total darah pada ayam muda dan ayam
petelur dan pada jantan sekitar 40% (Nesheim et al., 1979).
Limpa
Limpa merupakan organ yang penting pada sistem sirkulasi darah. Organ ini
terletak pada rongga perut berdekatan dengan empedal. Di dalam limpa sel darah merah
dan sel darah putih dibentuk dan limpa bertindak sebagai penyimpan sel darah merah
(Nesheim et al., 1979). Limpa berbentuk lonjong, berwarna merah coklat dan kenyal.
Organ ini penting bagi tubuh karena peranannya dalam membentuk sel yang bertanggung
jawab terhadap produksi antibodi atau terhadap reaksi immunoglobi yang lain (Akoso,
1993).
Sinus renalis
Disusun atas :
1. Pelvis renal, dibentuk oleh kalik mayor dan kalik minor. Pelvis ini merupakan bagian atas ureter
yang melebar.
2. Arteri, vena dan nervus.
3. Lemak dengan jumlah sedikit dan tidak dijumpai jaringan konektif.
Ginjal pada dasarnya dapat dibagi dua daerah, yaitu : Kortek (luar )
dan Medulla (dalam). Kortek meliputi daerah antara dasar malfigi piramid yang juga
disebut piramid medula hingga ke daerah kapsula ginjal. Daerah kortek diantara
piramid tadi membentuk suatu kolum disebut Kolum Bertini Ginjal. Pada potongan
ginjal yang masih segar, daerah kortek terlihat bercak merah yang kecil (petikhie)
yang sebenarnya merupakan kumpulan vaskuler khusus yang terpotong, kumpulan
ini dinamakan renal korpuskle atau badan malphigi.
Kortek ginjal terdiri atas nefron pada bagian glomerulus, tubulus konvulatus
proksimalis, tubulus konvulatus distalis. Sedangkan pada daerah medula dijumpai
sebagian besar nefron pada bagian loop of Henles dan tubulus kolektivus. Setiap
ginjal mempunyai satu sampai empat juta filtrasi yang fungsional dengan panjang
antara 30-40 mm yang disebut nefron.
Renal Korpuskula
Renal korpuskula terdiri atas berkas kapiler glomeruli dan glomerulus yang
dikelilingi oleh kapsula berupa epithel yang berdinding ganda disebut : Kapsula
Bowman.
Dinding sebelah dalam disebut lapisan viseral sedangkan yang disebelah luar
disebut lapisan pariental, yakni menerima cairan yang akan difiltrasi melalui dinding
kapiler. Korpuskula renalis mempunyai katup vaskular dimana darah masuk ke
arteriole aferent dan keluar melalui arteriole aferent.
Tubulus Konvulatus Prokimalis
Struktur ini merupakan segmen berkelok-kelok, yang bagian awal dari
tubulus ini panjangnya dapat mencapai 14 mm dengan diameter 57-60 . Tubulus
konvulatus proksimalis biasanya ditemukan pada potongan melintang kortek yang
dibatasi oleh epithel selapis kubis atau silindris rendah, dengan banyak dijumpai
mikrovilli yang panjangnya bisa mencapai 1,2 dengan jarak satu dengan yang
lainnya 0.03 .Karakteristik dari tubulus ini ditemukan apa yang disebut Brush
Border, dengan lumen yang lebar dan sitoplasma epithel yang jernih.
Loop of Henles
bercabang lagi menjadi arteria aferent yang masuk ke glomerulus, selain itu ada juga arteri
interlobularis melanjutkan diri menuju kapsula ginjal yang disebut arteri stelata.
Setelah darah mengalami filtrasi, maka akan keluar melalui arteriola eferent gromeruli. Cabang
arteriol eferent akan memberikan makanan untuk tubulus dan daerah distal untuk kortek ginjal.
Cabang arteriola eferent bersatu membentuk arteriola rekta, dari venula ini bersatu lagi menjadi
vena interlobularis dan selanjutnya menjadi vena interlobularis yang akhirnya keluar ginjal melalui
vena renalis. Pada manusia dengan berat badan 70 kg pada kedua buah ginjalnya dialiri darah
sebanyak 1200 cc setiap menit
Histofisiologi Ginjal
Ginjal mempunyai fungsi yang sangat komplek, yakni sebagai filtrasi, absorpsi aktif maupun pasif,
resorpsi dan sekresi. Total darah ke dua ginjal dapat mencapai 1200 cc/menit atau sebesar 1700
liter darah / hari. Semua ini akan difiltrasi oleh glomeruli dimana setiap menit dihasilkan 125 cc
filtrat glomeruli atau 170 liter filtrat glomeruli setiap 24 jam pada ke dua ginjal. Dari jumlah ini
beberapa bagian di resorpsi lagi keluar dari tubulus.
Pada tubulus konvulatus proksimalis dan distalis terjadi proses resorpsi dan ekskresi, dimana
beberapa bahan seperti : glukosa dan sekitar 50 % natrium klorida dan sejumlah air di resorpsi oleh
sel tubulus melalui absorbsi aktif yang memerlukan energi, sedangkan air berdifusi secara pasif.
Selanjutnya filtrat glomeruli yang tidak mengalami resorpsi diteruskan ke distal sampai tubulus
kolektivus. Pada daerah ini terjadi pemekatan urin atau pengenceran terakhir tergantung dari
keadaan cukup tidaknya anti-diuretik hormon (ADH). Hormon ini berpengaruh terhadap
permeabilitas tubulus kolektivus terhadap air.
Pelvis Renalis
Pada hilus renalis terdapat pelvis renalis yang menampung urin dari papila renalis. Pada ginjal yang
multi-piramid urin pertama ditampung oleh kaliks renalis kemudian dari sini baru ke pelvis renalis.
Bangun histologinya adalah sebagai berikut : Mukosa memiliki epithel peralihan dengan sel payung,
mulai dari kaliks renalis, tebal epithel hanya 2 sampai 3 sel. Dengan mikroskop cahaya tidak
tampak adanya membran basal tetapi dengan EM tampak membrana basalis yang sangat tipis.
Propria mukosa terdiri atas jaringan ikat longgar dan pada kuda terdapat kelenjar yang agak
mukus.
Bentuk kelenjar adalah tubulo-alveolar. Tunika muskularis terdiri atas otot polos, jelas pada kuda,
babi dan sapi. Lapis dalam tersusun longitudinal dan lapis luar sirkuler. Pada hewan lain otot relatif
sedikit, pada kalises renalis otot relatif sedikit, tetapi pada daerah permulaan ureter membentuk
semacam sphinter. Tunika adventitia terdiri dari jaringan ikat longgar dengan banyak sel lemak,
pembuluh darah, pembuluh limfe serta saraf.
2. URETER
Ureter adalah saluran tunggal yang menyalurkan urine dari pelvis renalis menuju vesika urinaria
(kantong air seni). Mukosa membentuk lipatan memanjang dengan epithel peralihan, lapisan sel
lebih tebal dari pelvis renalis. Tunika propria terdiri atas jaringan ikat dimana pada kuda terdapat
kelenjar tubulo-alveolar yang bersifat mukous, dengan lumen agak luas. Tunika muskularis tampak
lebih tebal dari pelvis renalis, terdiri dari lapis dalam yang longitudinal dan lapis luar sirkuler,
sebagian lapis luar ada yang longitudinal khususnya bagian yang paling luar. Dekat permukaan pada
vesika urinaria hanya lapis longitudinal yang nampak jelas.
Tunika adventisia terdiri atas jaringan ikat yang mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe dan
saraf, ganglia sering terdapat didekatnya. Selama urine melalui ureter komposisi pokok tidak
berubah, hanya ditambah lendir saja.
Dinding ureter terdiri atas beberapa lapis, yakni:
1. Tunika mukosa : lapisan dari dalam ke luar sebagai berikut :
Epithelium transisional : pada kaliks dua sampai empat
ureter empat sampai lima lapis, pada vesica urinaria 6-8 lapis.
lapis,
pada