BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Nangka
Nangka memiliki nama latin Artocarpus heterophyllus sedangkan
dalam bahasa inggris dikenal dengan nama Jackfruit. Dalam dunia botani,
nangka termasuk Ordo Urticales atau Famili Moreceae (murbai
murbaian). Hampir semua spesies yang termasuk Famili Moreceae
mempunyai ciri ciri yang khas, yaitu: bergetah. (Yustina. 1993). Buah
Nangka emiliki bentuk bulat lonjong dan memiliki kulit duri tetapi tidak
tajam seperti yang terdapat pada buah durian.
Nangka merupakan salah satu jenis tanaman yang mendapatkan
prioritas untuk dikembangkan dalam Program Pengembangan Jenis
Pohon Serba Guna (JPSG). Pemilihan pohon nangka sebagai salah satu
tanaman holtikultura yang mendapatkan prioritas pengembangan
bukanlah tanpa alasan yang kuat. Jenis tanaman ini memiliki prospek
cerah sebagai pendukung program pemerintah, terutama dalam Program
Peningkatan Devisa Negara dan Diversifikasi Pangan (Yustina, 1993).
2.1.1
TESIS
2.1.2
TESIS
Kelas
Ordo
: Morales
Family
: Moraceae
Genus
: Artocarpus
TESIS
TESIS
TESIS
Jenis-Jenis Nangka
Jenis nangka yang telah dikenal dikelompokkan menjadi dua,
yaitu : nangka besar yang sudah banyak dikenal dan nangka mini.
Kedua kelompok tersebut dibedakan berdasarkan sosok dan umur
tanaman, kecepatan berbuah, dan ukuran serta berat buahnya
(Yustina, 1993).
Menurut Yustina (1993), Sosok tanaman nangka besar ini
sangat mudah dibedakan dengan nangka mini. Tinggi pohon
mencapai 25 m dengan diameter batang mampu mencapai 80 cm.
Untuk yang berasal dari bibit biji dapat mencapai umur 30 tahun.
Tetapi masa untuk berbuahnya juga membutuhkan waktu yang lama,
sekitar 5 7 tahun setelah ditanam. Bobot dan ukuran buahnya ratarata 15 20 kg, tetapi ada pula yang mampu mencapai 40 50 kg.
Berikut merupakan beberapa nangka yang termasuk kedalam
kelompok nangka besar:
1. Nangka Merah.
Jika dilihat dari luar, sosok nangka ini tidak ada bedanya
dengan jenis nangka yang lainnya. Namun setelah dibelah,
TESIS
TESIS
TESIS
TESIS
2.1.5
Jumlah
70
106
0,3
27,6
20
19
0,07
1,2
7
TESIS
2.2
Biji Nangka
Biji nangka merupakan isi dari buah nangka. Dalam
pembibitannya, biji nangka dapat dipergunakan untuk memperbanyak
pohon nangka. Biji nangka memiliki ciri-ciri yang khas sebagai
berikut:
TESIS
TESIS
2.2.1
Jumlah
58
Energi ( kal )
165
Protein ( g )
4,2
Lemak ( g )
0,1
Karbohidrat ( g )
36,7
Ca ( mg )
33
P ( mg )
200
B1 ( mg )
0,02
C ( mg )
10
TESIS
Bahan
E
(kal)
Prot.
(g)
Lmk.
(g)
Karb.
(g)
Ca
(m)
P
(mg)
B1
(mg)
Bj. Nangka
58
165
4,2
0,1
36,7
33
200
0,02
10
Ubi rambat
69
123
1,8
0,7
27,9
30
49
0,09
30
Tales
73
98
1,9
0,2
23,7
28
61
0,31
Uwi
75
101
2,0
0,2
19,8
45
380
0,10
TESIS
C
(mg)
Biji nangka
165,0
4,2
0,1
36,7
33,0
200
0,20
10,0
56,7
Beras giling
360,0
6,8
0,7
78,9
6,0
140
0,12
0,0
13,0
Jagung segar
140,0
4,7
1,3
33,1
6,0
118
0,12
8,0
60,0
Singkong
146,0
1,2
0,3
34,7
33,0
40
0,06
30,0
62,5
2.2.2
TESIS
Biji nangka juga dapat diolah menjadi susu, Susu Debina yakni
TESIS
dan lebih cepat dimasak sesuai tuntutan kehidupan modern yang serba praktis
(Anonim, 2004).
Proses pembuatan tepung biji nangka mengalami beberapa tahap
pengolahan agar dihasilkan tepung yang berkualitas dan tidak bau. Proses
pertama dalam pembuatan tepung biji nangka adalah dengan pencucian biji
nangka. Setelah dicuci, biji nangka direbus bersama arang batok kelapa untuk
menghilangkan bau, dengan suhu 110C selama kurang lebih 30 menit. Setelah
direbus, biji nangka dipisahkan dari sisa pulp yang masih menempel. Kemudian
biji nangka diiris-iris (dipotong menjadi bagian-bagian kecil) agar memudahkan
pada proses pengeringan (Fadillah, 2008).
Proses pengeringan hingga menjadi tepung biji nangka, dilakukan dengan
beberapa cara antara lain dengan cara membiarkan bahan pangan di bawah sinar
matahari, yang dikenal dengan istilah pengeringan secara alamiah atau dengan
menggunakan panas buatan dalam bentuk udara yang panas dari oven atau
konstruksi pada alat pengering yang khusus untuk pengering pada suatu bahan
pangan. Pengeringan di terik matahari memang bisa efektif, oleh karena suhu
yang di capai sekitar (35-45C).
Iklim di wilayah tropis merupakan sumber energi yang sangat
cukup potensial. Selain itu juga dapat dikeringkan dengan mesin oven
pengering yang dikenal dengan naman Cabinet Dryer dengan suhu 60C
TESIS
TESIS
Biji nangka
Proses pencucian
Proses perebusan
Tiriskan
Pemotongan
menjadi 4-6 bagian
Pengupasan
kulit ari
Pengeringan
(2-3 hari)
Penggilingan
Pengayakan tepung biji
nangka
(60 mesh)
Bhn
kering
Abu
Prot.
kasar
Lmk.
Kasar
Karb.
Serat
kasar
ca
ME
Tep Bj.
Nangka
90.8443
3,09
12,43
1,13311
73,9985
2,3915
0,2985
766
TESIS
Kandungan gizi pada biji nangka yang telah diolah menjadi tepung
mengalami penurunan kadar nutrisinya yang disebabkan oleh proses
pengolahan tepung itu sendiri. Dalam proses pengolahan tepung, dilakukan
proses perebusan, pengeringan, penggilingan yang dapat dipastikan menjadi
penyebab terjadinya hilangnya sebagian dari nutrisi didalam suatu bahan
makanan, dalam hal ini biji nangka.
TESIS
Karb.
Prot.
Lmk.
Ca
Fe
B1
(kal)
(g)
(g)
(g)
(m)
(mg)
(mg)
(IU)
(mg)
(mg)
144
32,5
0,6
1000
1000
200
0,1
Proses
penggilingan
Proses pengayakan
(60 mesh)
Biskuit
Menurut Whiteley (1971), Biskuit merupakan produk makanan
ringan yang mudah disenangi karena enak, manis, dan renyah
diperoleh dengan cara memanggang adonan dari tepung terigu dengan
penambahan makanan lain dan dengan atau tanpa penambahan bahan
TESIS
TESIS
adalah jenis
biskuit
berpori
kasar,
renyah, dan
TESIS
Faktor Penyebab
Kerenyahan pada biskuit dapat
diperoleh dari:
Crispness (Kerenyahan)
Softness (kelembutan)
TESIS
Spread (Melebar)
TESIS
TESIS
Tahap I
Pembersihan (Cleaning)
Tahap II
Penggilngan(Milling)
TESIS
kulit gandum menjadi liat sehingga tidak mudah hancur saat digiling dan
memudahkan endosperma terpisah dari kulit serta melunakkan endosperm
yang mengandung tepung (Boga sari, 2010).
Proses kedua adalah penggilingan (milling) yang meliputi proses
breaking, reduction, sizing, dan tailing. Prinsip proses penggilingan adalah
memisahkan endosperm dari lapisan kulit. Diawali dengan proses breaking
yaitu pemisahan biji gandum untuk memisahkan kulit gandum dengan
endosperm. Tahap berikutnya adalah reduction, yaitu endosperma yang sudah
dipisahkan diperkecil lagi menjadi tepung terigu. Kulit gandum yang terpisah
diproses kembali menjadi bran dan pollard (Boga Sari, 2010)
Selama proses penggilingan dihasilkan produk-produk samping seperti
pollard, bran, dan tepung industri. Tujuan dari tahap penggilingan ini untuk
memperoleh hasil ekstraksi yang tinggi dengan kualitas tepung yang baik.
TESIS
TESIS
TESIS
TESIS
a. Margarine
Margarine adalah lemak nabati yang terbuat dari tumbuhtumbuhan, seperti ; minyak kelapa sawit, kedelai atau minyak biji
kapas, yang diolah melalui proses hidro- genesi agar mendapatkan
lemak yang padat (Winarni, 1994). Dalam margarine banyak sekali
terkandung vitamin, antara lain: vitamin A, D, E dan K. Adapun
manfaat dari margarine adalah :
a) menambah aroma.
b) meningkatkan mutu.
c) memperkaya rasa lemak pada makanan.
TESIS
gula
ini
juga
melalui
proses
perebusan
agar
2.6
Uji Organoleptik
Uji organoleptik adalah ilmu pengetahuan yang menggunakan
indera manusia untuk mengukur tekstur, penampakan, aroma dan flavor
produk pangan. Penerimaan konsumen terhadap suatu produk diawali
TESIS
b.
c.
ada pernyataan respon yang jujur, yaitu respon yang spontan, tanpa
penalaran, imaginasi, asosiasi, ilusi, atau meniru orang lain.
Dalam penilaian bahan pangan sifat yang menentukan diterima
atau tidak suatu produk adalah sifat indrawinya. Penilaian indrawi ini ada
enam tahap yaitu pertama menerima bahan, mengenali bahan,
mengadakan klarifikasi sifat-sifat bahan, mengingat kembali bahan yang
telah diamati, dan menguraikan kembali sifat indrawi produk tersebut.
Indra yang digunakan dalam menilai sifat indrawi suatu produk adalah
(Riwan, 2005):
a.
TESIS
b.
c.
d.
Indra pengecap, dalam hal kepekaan rasa , maka rasa manis dapat
dengan mudah dirasakan pada ujung lidah, rasa asin pada ujung
dan pinggir lidah, rasa asam pada pinggir lidah dan rasa pahit
pada bagian belakang lidah.
Dalam penelitian ini, uji organoleptik yang diharapkan adalah
TESIS
penilaian
untuk
menentukan
tingkat/daya
penerimaan
TESIS
yaitu bagian noda merah jingga pada lidah, sehingga pengujian secara
organoleptik masih sangat relevan (Winarno, 2004).
2.6.4 Tekstur
Tekstur dan konsistensi suatu bahan akan mempengaruhi cita
rasa yang ditimbulkan pada produk makanan tersebut. Dari penelitianpenelitian yang dilakukan, diperoleh bahwa perubahan tekstur dan
visikositas bahan dapat mengubah rasa dan bau yang ditimbul pada
saat pengecapan, karena adanya rangsangan terhadap sel reseptor
bakteri dan kelenjar air liur (Winarno, 2004).
2.7
Panelis
Untuk melaksanakan penilaian organoleptik diperlukan panel.
Dalam penilaian suatu mutu atau analisis sifat-sifat sensorik suatu
komoditi, panel bertindak sebagai instrumen atau alat. Panel ini terdiri
dari orang atau kelompok yang bertugas menilai sifat atau mutu komoditi
berdasarkan kesan subjektif. Orang yang menjadi anggota panel disebut
panelis (Riwan, 2005).
Dalam penilaian organoleptik dikenal tujuh macam panel, yaitu
panel perseorangan, panel terbatas, panel terlatih, panel agak terlatih,
panel konsumen dan panel anak-anak. Perbedaan ketujuh panel tersebut
didasarkan pada keahlian dalam melakukan penilaianorganoleptik
(Riwan, 2005).
TESIS
TESIS
jenis
suku-suku
bangsa,
tingkat
sosial
dan
TESIS
TESIS